Ilustrasi pesawat tempur F-16. (Purestock/Thinkstock)
Jakarta, CB --
Tentara Nasional Indonesia menyatakan sejak Januari
2015, sudah sembilan kali pesawat tempur Malaysia melakukan pelanggaran
dengan terbang melintas di wilayah udara RI.
“Kami
selalu evaluasi. Dari Januari hingga sekarang, ada sembilan pelanggaran
yang dilakukan Malaysia,” ujar Kepala Pusat Penerangan Mabes TNI Mayor
Jenderal Fuad Basya kepada CNN Indonesia, Selasa malam (16/6).
Sembilan pelanggaran yang dilakukan Malaysia itu dilakukan saat pesawat
tempur Indonesia sedang tidak ada di Kalimantan atau Makassar, Sulawesi
Selatan. Ketiadaan penjagaan membuat pesawat Malaysia dengan seenaknya
masuk wilayah udara RI.
“Sembilan itu tidak kami
intercept (cegat) karena tak ada di lokasi. Malaysia masuk saat tahu pesawat kita tak ada di Tarakan atau Pontianak," kata Fuad.
Namun, ujar Fuad, “Setiap pesawat kita ada di sana, mereka tidak mau masuk. Saat pesawat kita dari jauh mau melakukan
intercept, mereka (pesawat Malaysia) sudah hilang duluan.”
Dari
hasil evaluasi TNI, diduga terdapat unsur kesengajaan dari pesawat
militer Malaysia itu ketika memasuki zona udara nusantara, khususnya di
wilayah sengketa Ambalat, sisi timur pantai Kalimantan.
Meski
demikian, Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu sebelumnya meyakini
hubungan Indonesia dan Malaysia tak akan memanas akibat isu perselisihan
di sekitar Ambalat yang luasnya mencapai 15 ribu kilometer itu.
Mantan
Kepala Staf TNI Angkatan Darat itu menegaskan TNI tidak sedang
menggelar kekuatan di sekitar Blok Ambalat. "Tidak ada gelar kekuatan.
Saya barusan dari sana. Tidak ada masalah," ujar Ryamizard di Garut,
Jawa Barat, Jumat (12/6).
Pemerintah, menurut Ryamizard,
mengedepankan dialog dalam menyelesaikan isu pertahanan dan keamanan.
Apalagi, menurutnya, hal itu merupakan amanat yang tertuang dalam
perjanjian di antara negara ASEAN.
Untuk diketahui, saat ini TNI
Angkatan Laut dan Angkatan Udara sedang menggelar Operasi Sakti di
sekitar Blok Ambalat. Kedua matra TNI itu menurunkan alat utama sistem
persenjataan mereka seperti tiga kapal perang (KRI), dua pesawat Sukhoi
Su-27 dan Su-30, dan tiga F-16 Fighting Falcon.
Sementara
itu, petugas Landasan Udara Tarakan, Kalimantan Timur, sejak Januari
hingga Mei tahun ini juga mencatat terdapat sembilan pesawat berbendera
Malaysia yang telah memasuki wilayah udara Indonesia, tepatnya di atas
Blok Ambalat.
Sejak dekade 1960-an, Indonesia dan Malaysia kerap
bersitegang terkait Blok Ambalat. Puncak perseteruan terjadi pada tahun
2002, ketika Mahkamah Internasional memenangkan Malaysia atas sengketa
kepemilikan Pulau Sipadan dan Ligitan yang berada di Blok Ambalat.
Credit
CNN Indonesia
TNI akan Ingatkan Pesawat Malaysia untuk Tak Masuk Ambalat
TNI akan mengingatkan tentara Malaysia
agar tak ada lagi pesawat militer Malaysia yang memasuki wilayah
Indonesia, khususnya di wilayah Ambalat. (Ilustrasi/Thinkstock/Stocktrek
Images)
Jakarta, CB
--
Pesawat militer Malaysia beberapa kali kedapatan
melanggar dan masuk ke wilayah Indonesia. Dari hasil evaluasi TNI,
diduga terdapat unsur kesengajaan bagi pesawat asal Negeri Jiran itu
ketika memasuki dan melihat wilayah Nusantara, khususnya di wilayah
sengketa Ambalat.
Panglima TNI Jenderal Moeldoko menyatakan bahwa
pihaknya akan mengambil tindakan dengan mengingatkan pimpinan tertinggi
tentara Malaysia agar tak melakukan hal itu.
"Pasti nanti akan diingatkan ya," ujar Moeldoko di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Senin (15/6).
Moeldoko
menyampaikan pihaknya sebenarnya telah bersepakat dengan panglima
tentara Malaysia untuk tidak membuat hubungan antara kedua negara
kembali memanas akibat isu perselisihan di sekitar Ambalat.
"Sebenarnya
kami sudah bersepakat dengan panglima mereka (Malaysia) untuk masalah
Ambalat jangan lagi. Kita ada di sana, kita saling menjaga saja. Kalian
menjaga, saya juga menjaga. Kami sudah sepakat," kata dia.
Moeldoko
mengaku belum tahu apakah akan memberikan teguran atau tidak. Pasalnya,
menurut dia, dalam melakukan diplomasi harus diawali dengan peringatan
halus.
"Dalam dunia diplomasi ada yang diawali dari soft dulu. Kenapa kalian mesti begitu? Kan begitu," ujar dia.
Sebelumnya, Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu meyakini hubungan
Indonesia dan Malaysia tidak akan memanas akibat isu perselisihan di
sekitar Ambalat yang luasnya mencapai 15 ribu kilometer itu.
Mantan
Kepala Staf Angkatan Darat ini menegaskan TNI tidak menggelar kekuatan
di sekitar Blok Ambalat. "Tidak ada gelar kekuatan. Saya barusan dari
sana. Tidak ada masalah," ujar Ryamizard di Garut, Jawa Barat, Jumat
(12/6).
Pemerintah, menurut Ryamizard, mengedepankan dialog dalam
menyelesaikan isu pertahanan dan keamanan. Apalagi, hal ini diamanatkan
dalam perjanjian di antara negara ASEAN.
"Kita harus jaga
persahabatan, kan sudah sepakat, 48 tahun lalu (saat pendirian ASEAN).
Kalau ada perselisihan, selesaikan dengan dialog untuk mencari solusi.
Tidak main tembak-tembak begitu," kata Ryamizard.
Saat ini TNI
Angkatan Laut dan Angkatan Udara sedang menggelar Operasi Sakti di
sekitar Blok Ambalat. Keduanya menurunkan alutsista mereka, seperti tiga
KRI, dua pesawat Sukhoi 27/30, dan tiga F16 Fighting Falcon.
Sementara
itu, petugas Landasan Udara Tarakan, Kalimantan Timur, sejak Januari
hingga Mei tahun ini mencatat, terdapat sembilan pesawat berbendera
Malaysia yang telah memasuki wilayah udara Indonesia, tepatnya di atas
Blok Ambalat.
Sejak dekade 1960-an, Indonesia dan Malaysia memang
kerap bersitegang terkait Blok Ambalat. Puncak perseteruan terjadi pada
tahun 2002, ketika Mahkamah Internasional memenangkan Malaysia pada
sengketa kepemilikan Pulau Sipadan dan Pulau Ligitan yang berada di Blok
Ambalat.
Credit
CNN Indonesia