Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi
melakukan pertemuan bilateral dengan Menteri Luar Negeri Afghanistan
Salahuddin Rabbani, di Gedung Pancasila, Kementerian Luar Negeri RI, di
Jakarta, Jumat (15/3/2019). (ANTARA/Yuni Arisandy)
Jakarta (CB) - Pemerintah Republik Indonesia meminta dukungan
dari Afghanistan untuk pencalonan Indonesia sebagai anggota Dewan Hak
Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa (HAM PBB) periode 2020-2022.
Permintaan dukungan itu disampaikan oleh Menteri Luar Negeri RI Retno
Marsudi dalam pertemuan bilateral dengan Menteri Luar Negeri Afghanistan
Salahuddin Rabbani, di Gedung Pancasila, Kementerian Luar Negeri, di
Jakarta, Jumat.
"Indonesia meminta dukungan bagi pencalonan untuk keanggotaan di Dewan
HAM PBB periode 2020-2022 pemilihannya akan berlangsung pada Oktober
2019 di New York," ujar Menlu Retno.
Menlu RI sebelumnya pada bulan lalu telah meluncurkan kampanye
pencalonan Indonesia sebagai anggota Dewan HAM PBB periode 2020-2022 di
Markas PBB di Jenewa, Swiss.
Menlu Retno pada pertemuan Tingkat Tinggi Sidang Dewan HAM PBB Sesi
ke-40, juga menyampaikan komitmen Indonesia sebagai mitra terpercaya
bagi demokrasi, pembangunan, dan keadilan sosial.
Indonesia merupakan salah satu anggota pendiri Dewan HAM PBB, dan
sebelumnya telah empat kali menjadi anggota Dewan HAM untuk periode
2006-2007, 2007-2010, 2012-2014 dan 2015-2017.
Dalam pencalonan kali ini, terdapat lima kandidat dari kelompok Asia
Pasifik, yaitu Indonesia, Jepang, Korea Selatan, Marshall Island, dan
Iran yang akan memperebutkan empat kursi.
Dewan HAM memiliki 47 anggota yang dipilih oleh Majelis Umum PBB dan bersidang sedikitnya tiga kali dalam setahun.
Duta Besar RI untuk PBB di Jenewa, Hasan Kleib. (CNN Indonesia/Natalia Santi)
Jakarta, CB -- Pemerintah Indonesia
membantah seluruh paparan soal pelanggaran hak asasi manusia yang
diutarakan perwakilan Komite Nasional Papua Barat (KNPB), Victor Yeimo dan Veronika Koman, dalam Sidang Dewan HAM Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
di Jenewa, Swiss pada Rabu (13/3) kemarin. Mereka menyatakan isu yang
dibawa KNPB justru tidak laku dan kalah dari masalah lain yang dibahas.
Duta
Besar RI untuk PBB di Jenewa, Hasan Kleib, menyatakan sejumlah paparan
Victor terkait isu Papua kalah dari isu HAM terkini. Yakni seperti soal
LGBT, persekusi etnis Uighur di Xinjiang, China, konflik di Kashmir
hingga Sahara Barat lantaran didukung oleh LSM yang lebih banyak.
"Mengingat
banyaknya NGO (LSM) yang berbicara mengenai masalah-masalah HAM di
negara lain (sekitar 130-150an NGO terdaftar untuk berbicara) pada mata
acara 4 DHAM, pernyataan-pernyataan Veronika Koman dan Victor Yeimo
tersebut sangat miskin pendengar dan perhatian," kata Hasan saat
dikonfirmasi CNNIndonesia.com melalui pesan instan pada Kamis (14/3).
Menurut
Hasan, pemerintah terus memperhatikan pembangunan dan peningkatan
promosi HAM di Papua dan Papua Barat. Menurut dia, pemerintah juga
mendorong praktik demokrasi dan hubungan antara pemerintah dan lembaga
swadaya masyarakat.
"Namun sangat disayangkan, pemerintah dihadapkan dengan LSM yang rendah
kredibilitasnya. LSM ini justru mempertajam perbedaan dan mengejar
publisitas dengan menyudutkan pemerintah," ucap Hasan.
"Bahkan
ketika negara seperti Indonesia berkomitmen menegakkan demokrasi dan
telah mengupayakan yang terbaik untuk memperbaiki situasi HAM di
lapangan," lanjut Hasan.
Dalam sidang itu, Victor Yeimo yang
merupakan Ketua KNPB dan Veronika Koman menggambarkan nasib warga Papua
yang menjadi minoritas di tanah leluhurnya sejak 1969. Hal itu terjadi
setelah operasi militer Dwikora, yang mereka anggap sebagai bentuk
penjajahan oleh pemerintah Indonesia.
Victor juga menyinggung
tindakan represif aparat keamanan Indonesia kepada masyarakat Papua
dalam sidang itu, termasuk konflik di Nduga beberapa waktu lalu.
Hasan membenarkan isu Papua diangkat dalam salah satu sesi sidang Dewan
HAM PBB kemarin di Jenewa. Isu tersebut disebut cukup mendapat perhatian
bukan oleh negara, melainkan oleh tiga LSM atas nama Fransiscan
Internasional (FI), Vivat Internasional (VI) dan Geneva for Human Rights
(GHR).
Hasan menyebut Victor dapat berbicara di forum itu atas
nama GHR. Dia menegaskan Victor tidak memiliki organisasi di Jenewa
sehingga tak memiliki kapasitas untuk berbicara sebagai pribadi atau
kelompoknya.
Hasan menyebut dalam sidang itu Victor hanya bisa
berbicara dengan meminjam nama LSM yang sudah memiliki akreditasi di
Ecosoc consultative status.
Meski begitu, Hasan menegaskan Indonesia tetap menyampaikan pembelaan terhadap pernyataan Victor dalam sidang tersebut.
Hasan
menjelaskan pada Februari lalu sejumlah LSM internasional, termasuk FI
dan Dewan Gereja Dunia, telah mengunjungi Papua. Namun, dia menyatakan
KNPB tidak menyinggung soal itu dan malah memanipulasi informasi untuk
keuntungan sendiri.
Ilustrasi gedung Kementerian Luar Negeri Indonesia. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CB -- Kementerian Luar Negeri RI menyatakan seorang warga Indonesia yang sempat disandera kelompok bersenjata di Yaman
pada November 2018 lalu merupakan seorang mahasiswa bernama Adib Nadim.
Dia ditawan ketika sedang dalam perjalanan menuju Kota Sanaa.
Direktur
Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia Kemlu RI, Lalu Muhammad
Iqbal, menuturkan Adib ditangkap kelompok bersenjata di Kota Yaslah,
sekitar 30 kilometer di selatan Yaman, pada 28 November 2018. Adib saat
itu adalah mahasiswa yang tengah menempuh pendidikan di Universitas Daru
Hadits, Sihr, Hadramaut, sejak 2013 silam.
Iqbal mengatakan Adib ditahan selama 99 hari bersama sekitar tujuh warga asing lain. Dia dibebaskan pada 7 Maret 2019 lalu.
"Saat
ditangkap Adib sedang menemani sahabatnya, warga negara Malaysia, untuk
menjenguk keluarganya di Kota Sanaa," kata Iqbal dalam keterangan pers
yang diterima CNNIndonesia.com melalui pesan instan, Kamis (14/3).
Iqbal memaparkan Adib telah sampai di Indonesia pada Rabu (13/3) sore
kemarin. Pemulangan Adib dibantu KBRI Muscat, Oman menggunakan maskapai
Oman Air.
Iqbal mengatakan upaya pembebasan Adib dilakukan
bekerja sama dengan pemerintah Oman. Kontak-kontak KBRI Muscat juga tak
luput membantu pembebasan.
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi
menyatakan pemerintah Oman telah banyak membantu proses evakuasi WNI
dari wilayah konflik, terutama yang berada di Yaman, saat perang meletup
di negara itu pada 2014 lalu.
Sejak konflik pecah di Yaman,
pemerintah mengevakuasi seluruh WNI dari negara itu. Puncaknya terjadi
pada 30 Maret 2015 hingga 21 April 2015. Pemerintah bahkan mengirim tim
khusus untuk mengevakuasi WNI secara intensif.
Berdasarkan data Kemlu RI, total ada 1.925 WNI dan 173 warga asing
negara sahabat berhasil dievakuasi lewat jalur darat, laut dan udara.
Sejak itu, pemerintah Indonesia telah melarang WNI masuk ke Yaman.
Oman
selama ini memang kerap dijadikan jalur untuk masuk ke Yaman. Sejak
perang di Yaman pecah, pemerintah Oman juga telah mengeluarkan larangan
melintasi perbatasannya.
Larangan
itu diberlakukan pemerintah setempat untuk mencegah kelompok
pemberontak Houthi, maupun mereka yang merupakan jejaring kelompok
teroris Al Qaidah masuk ke Yaman.
Menteri Luar Negeri Oman Yusuf bin Alawi
bin Abdullah (pertama kiri) mengisi buku tamu sebelum melakukan
pertemuan bilateral dengan Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi (kedua
kiri) di Gedung Pancasila, Jakarta, Kamis (14/2/2019). (ANTARA
News/Yashinta Difa)
Jakarta (CB) - Seorang pelajar asal Indonesia, Adib Nadim,
dibebaskan dari penyanderaan oleh kelompok bersenjata di Yaman dan
dipulangkan ke Tanah Air melalui Oman oleh KBRI Muscat, kata Meteri Luar
Negeri Retno Marsudi.
Adib yang telah tiba di Indonesia pada Rabu (13/3), sebelumnya ditangkap
oleh kelompok bersenjata di Kota Yaslah yang berlokasi 30 kilometer
selatan Yaman, pada 28 November 2018.
Ia ditahan selama 99 hari bersama sekitar tujuh warga negara asing lainnya hingga akhirnya dibebaskan pada 7 Maret 2019.
"Semalam kami berhasil membebaskan seorang WNI dan memulangkannya ke
Tanah Air, setelah sempat ditangkap oleh kelompok bersenjata di Yaman.
Pembebasan dan pemulangan ini tidak lepas dari kerja sama dan bantuan
oleh otoritas Oman," kata Menlu Retno Marsudi usai bertemu dengan
Menteri Luar Negeri Oman Yusuf bin Alawi bin Abdullah di Gedung
Pancasila, Jakarta, Kamis.
Adib adalah seorang mahasiswa Universitas Darul Hadits, Sihr, Hadramaut.
Ia berangkat ke Yaman untuk meneruskan studinya pada 2013.
Saat ditangkap, Adib sedang menemani sahabatnya, yakni seorang warga Malaysia, untuk menjenguk keluarganya di Kota Sanaa.
Upaya pembebasan Adib dilakukan lewat kerja sama dengan otoritas
keamanan Kesultanan Oman dan kontak-kontak KBRI Muscat yang ada di
Sanaa.
"Alhamdulillah saya bisa bebas. Terima kasih atas bantuan KBRI dan
pemerintah yang sudah mengupayakan pembebasan saya", ujar Adib saat
diterima Duta Besar RI Muscat Mustofa Taufik Abdul Latif setelah
pembebasan tersebut, seperti disampaikan melalui keterangan tertulis
Direktorat Perlindungan WNI dan BHI Kemlu RI.
Sejak konflik bersenjata pecah pada 2015, pemerintah Indonesia
mengeluarkan imbauan kepada seluruh WNI untuk tidak berkunjung ke Yaman.
Hingga saat ini, imbauan tersebut belum dicabut karena secara umum
situasi keamanan di Yaman dianggap belum kondusif bagi warga negara
asing.
Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi
(kedua kiri) berjabat tangan dengan Menteri Luar Negeri Oman Yusuf bin
Alawi bin Abdullah (pertama kiri) sebelum melakukan pertemuan bilateral
di Gedung Pancasila, Kementerian Luar Negeri, Jakarta, Kamis
(14/3/2019). (ANTARA News/Yashinta Difa)
Jakarta (CB) - Pemerintah Indonesia menyambut baik kerja sama
antara perusahaan minyak dan gas asal Oman, Overseas Oil and Gas (OOG),
dan PT Pertamina (Persero) yang menyepakati pembangunan kilang baru di
Bontang, Kalimantan Timur, dengan investasi senilai 10 miliar dolar AS.
Proyek investasi tersebut dibahas oleh Menteri Luar Negeri RI Retno
Marsudi dan Menteri Luar Negeri Oman Yusuf bin Alawi bin Abdullah dalam
pertemuan bilateral di Gedung Pancasila, Kementerian Luar Negeri,
Jakarta, Kamis.
“Selain menggunakan kerangka kerja sama bilateral, Indonesia juga
mendorong peningkatan kerja sama ekonomi dengan Dewan Kerja Sama Negara
Teluk (GCC), yang Oman menjadi salah satu anggotanya,” kata Menlu Retno.
Kilang berkapasitas 300 ribu barel per hari itu ditargetkan dapat beroperasi efektif mulai 2025.
Dalam pertemuan tersebut, kedua menlu juga sepakat untuk segera
menandatangani kerja sama perjanjian bebas visa bagi pemegang paspor
diplomatik, dinas, dan khusus, yang telah rampung dinegosiasikan.
Selain itu, Menlu Retno dan Menlu Yusuf sepakat mempercepat persetujuan
angkutan udara dan persetujuan penghindaran pajak berganda yang
pembahasannya sudah memasuki tahap akhir.
“Kami sepakat untuk terus meningkatkan hubungan kerja sama yang sudah berjalan dengan sangat baik,” tutur Menlu Retno.
Menlu Retno secara khusus menyampaikan apresiasinya atas bantuan
pemerintah Oman kepada WNI, termasuk fasilitas yang diberikan pemerintah
Oman dalam proses evakuasi WNI dari Yaman, saat terjadi krisis di
negara tersebut.
Otoritas Oman kembali membantu proses pembebasan dan pemulangan seorang
WNI yang sempat ditangkap oleh kelompok bersenjata di Yaman sejak
November 2018.
“Hingga saat ini, pemerintah Oman juga membantu memfasilitasi pelajar
Indonesia untuk keluar-masuk Yaman melalui Salalah, Oman,” tutur Menlu
Retno.
Menlu Retno berharap Indonesia dan Oman bisa terus meningkatkan perannya untuk dunia yang lebih baik dan damai.
Di sisi lain, Menlu Yusuf menyebut pertemuan keduanya dengan Menlu Retno
sebagai momentum yang baik untuk terus melanjutkan kerja sama investasi
di Indonesia.
“Kami juga berkeinginan membahas bidang-bidang lain yang memungkinkan investasi antara kedua negara,” ujar dia.
Menlu Yusuf juga mengapresiasi posisi Indonesia yang tegas
memperjuangkan kemerdekaan Palestina dan mendukung perdamaian atas
krisis yang terjadi di Arab dan Timur Tengah.
"Sejak berdirinya Negara Israel tahun 1948 kami berharap Palestina juga
bisa merdeka. Kami sekarang mendukung berdirinya negara Palestina yang
merdeka, independen dan strategis sehingga bisa menciptakan kondisi yang
stabil dan aman di kawasan Timur Tengah,” kata dia.
Ketua Komite Nasional Papua Barat (KNPB), Victor Yeimo (CNN Indonesia/Giras Pasopati)
Jakarta, CB -- Isu Nduga dan minoritas Papuadiangkat dalam rangkaian kegiatan Sidang Dewan HAM Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ke-40.
Ketua Komite
Nasional Papua Barat (KNPB), Victor Yeimo, menggambarkan nasib warga
Papua yang menjadi minoritas di tanah leluhurnya sejak aneksasi
Indonesia pada 1969 silam.
"Kekayaan alam kami dicuri, sehingga
kami menjadi yang termiskin dengan harapan hidup terendah di Indonesia,
meski tanah kami adalah salah satu tanah terkaya sumber daya alamnya di
dunia," ujar Victor dalam rangkaian kegiatan Sidang Dewan HAM PBB yang
tertulis dalam keterangan resmi yang diterima CNNIndonesia.com, Rabu (13/3).
Tak
hanya itu, disoroti pula efek dari operasi gabungan kepolisian dengan
militer yang telah menewaskan 25 warga sipil dan ditelantarkannya ribuan
pengungsi akibat operasi tersebut.
Selain itu, dijadikannya tiga warga Papua sebagai tersangka makar
karena menyelenggarakan acara adat 'bakar batu' dan ibadah juga turut
disorot dalam kegiatan tersebut.
Dalam kesempatan itu, Victor meminta dukungan negara-negara untuk mendorong Indonesia mengundang PBB berkunjung ke tanah Papua.
"Kami
meminta pemerintah Indonesia untuk menghargai dan memenuhi hak atas
penentuan nasib sendiri bagi rakyat Papua Barat," tegas Victor.
Sejak
mendapatkan status otonomi khusus pada 2001 lalu, pendekatan
kesejahteraan menjadi prioritas pemerintah terhadap Papua. Pemerintah
Jokowi fokus pada pengembangan infrastruktur dan perbaikan konektivitas
demi meningkatkan kesejahteraan masyarakat Papua.
Sepanjang 2015-2019, pemerintah menargetkan penyelesaian Trans Papua
sepanjang 1.066 kilometer. Jalan Trans Papua sepanjang 4.330 kilometer
di Provinsi Papua Barat dan Papua ditargetkan tembus pada 2019.
Jokowi juga menerapkan program BBM Satu Harga yang dijadikan standar nasional demi menurunkan harga BBM di Papua.
Selain
itu, transfer dana dari pemerintah juga terus meningkat untuk kedua
provinsi Papua. Pada 2016, pemerintah mengalokasikan dana pembangunan
sebesar Rp85,7 triliun untuk Papua dan Papua Barat. Di luar itu, kedua
provinsi juga memperoleh dana tambahan untuk pembangunan infrastruktur.
Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad,
menyatakan tidak tahu menahu soal lobi-lobi pemerintah Indonesia untuk
membebaskan Siti Aisyah dari kasus pembunuhan Kim Jong-nam. (REUTERS/Lai
Seng Sin)
Jakarta, CB -- Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad, menyatakan tidak tahu menahu soal lobi-lobi pemerintah Indonesia untuk membebaskan Siti Aisyah dari kasus pembunuhan Kim Jong-nam. Menurut dia, pembebasan Siti sudah sesuai aturan hukum.
"Saya
tidak punya informasi. Keputusan ini dibuat oleh pengadilan. Dia (Siti)
sempat diadili dan kemudian tuntutannya dicabut. Jadi itu proses yang
sesuai aturan hukum. Saya tidak tahu detilnya, tetapi jaksa penuntut
umum bisa mencabut tuntutan tidak secara keseluruhan," kata Mahathir
dalam jumpa pers di Parlemen Malaysia, seperti dilansir The Straits Times, Selasa (12/3).
Keputusan
Pengadilan Tinggi Shah Alam membebaskan Siti menimbulkan pertanyaan di
Malaysia. Utamanya soal dugaan intervensi Indonesia dalam proses hukum
yang berlaku di Negeri Jiran.
Apalagi saat ini salah satu
terdakwa dalam kasus itu, Doan Thi Huang asal Vietnam, juga masih
menjalani persidangan. Akan tetapi, Mahathir menyatakan proses
pembebasan Siti memang sesuai aturan, dan bukan karena intervensi.
"Memang ada aturan yang membolehkan untuk mencabut tuntutan. Itu yang
terjadi. Saya tidak tahu alasan rincinya," ujar Mahathir seperti
dilansir AFP.
Hal itu terungkap setelah korespondensi
antara Menteri Hukum dan HAM, Yasonna Hamonangan Laoly, dengan Jaksa
Agung Malaysia, Tommy Thomas, terungkap. Dalam suratnya, Yasonna
memberikan tiga alasan supaya Tommy membebaskan Siti.
Yaitu
perbuatan yang dilakukan Siti semata-mata bertujuan untuk kepentingan
acara, dan tidak pernah memiliki niat untuk membunuh Kim Jong-nam.
Yasonna
juga mengatakan Siti telah dikelabui dan tidak menyadari sama sekali
dia sedang diperalat oleh pihak intelijen Korea Utara. Siti juga sama
sekali tidak mendapatkan keuntungan dari apa yang dilakukannya.
Tommy
kemudian membalas surat Yasonna dan menyatakan sepakat menggunakan
wewenangnya berdasarkan Pasal 254 Kitab Hukum Acara Pidana Malaysia.
Yaitu untuk tidak melanjutkan penuntutan terhadap kasus Siti Aisyah (nolle prosequi).
Pernyataan
Mahathir bertolak belakang dengan keterangan Direktur Jenderal
Administrasi Hukum Umum (AHU) Kemenkum HAM, Cahyo Rahadian Muhzar.
Menurut dia, upaya lobi untuk membebaskan Siti dilakukan saat pertemuan
Presiden Joko Widodo dengan Mahathir pada 29 Juni 2018 di Bogor.
Proses lobi itu dilanjutkan dengan pertemuan antara Yasonna dengan Mahathir pada 29 Agustus 2018 di Putrajaya, Malaysia.
Siti
dan Doan didakwa terlibat dalam pembunuhan Kim Jong-nam. Mereka dituduh
mengusapkan racun syaraf VX ke wajah kakak tiri pemimpin Korea Utara
Kim Jong-un itu, yang kemudian tewas di terminal 2 Bandara Internasional
Kuala Lumpur pada Februari 2017.
Keduanya terancam hukuman mati. Kini, tinggal Doan yang masih menjalani persidangan.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri RI
Arrmanatha Nasir menyampaikan pernyataan pers terkait sejumlah isu
terkini di Jakarta, Selasa (12/3/2019). (ANTARA News/Yashinta Difa)
Jakarta (CB) - Menteri Luar Negeri Thailand Don Pramudwinai akan
bertemu dengan Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi di Jakarta, Rabu
(13/3), untuk membicarakan beberapa isu terkait perhimpunan
negara-negara Asia Tenggara (ASEAN).
“Ini merupakan pertemuan ketiga dalam tiga bulan terakhir sehingga
menunjukkan intensitas hubungan dua menlu. Kebetulan juga pada tahun ini
Thailand merupakan Ketua ASEAN sehingga isu yang menjadi fokus
perhatian untuk pertemuan bilateral mereka adalah mengenai ASEAN,” kata
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri RI Arrmanatha Nasir dalam press briefing di Jakarta, Selasa.
Kedua menlu antara lain akan membahas beberapa program kerja, yang telah
ditetapkan dalam Pertemuan Menteri Luar Negeri ASEAN di Chiang Mai pada
Januari lalu, sesuai dengan tema ASEAN tahun ini yakni “Memajukan
Kemitraan untuk Keberlanjutan” (Advancing Partnership for Sustainability).
Indo-Pasifik juga akan menjadi bahan pembahasan menlu Indonesia dan
Thailand, mengingat para pejabat tinggi negara-negara ASEAN telah
ditugaskan oleh menlu masing-masing untuk menyelesaikan rancangan
pandangan umum ASEAN mengenai konsep Indo-Pasifik.
Selain itu, kedua menlu akan membahas Rakhine. Negara bagian di Myanmar
itu menjadi tempat Pusat Koordinasi ASEAN untuk Bantuan Kemanusiaan
dalam Manajemen Bencana (AHA Centre) menjalankan mandat untuk membantu
proses repatriasi pengungsi Rohingya dari Cox’s Bazar, Bangladesh, ke
Myanmar.
“Fokus kita saat ini adalah memberi dukungan bagi AHA Centre untuk
membantu proses repatriasi yang aman dan bermartabat, sesuai kesepakatan
para menlu ASEAN dalam pertemuan di Chiang Mai,” ujar Arrmanatha.
Selain isu ASEAN, Menlu Retno dan Menlu Pramudwinai akan membicarakan upaya penguatan kerja sama ekonomi kedua negara.
Isu yang menjadi perhatian utama Indonesia dan Thailand, sebagai produsen karet terbesar dunia, adalah penurunan harga karet.
“Kedua negara akan mendiskusikan upaya bersama untuk mencoba
menstabilkan harga karet yang dalam beberapa bulan terakhir terus
menurun,” tutur Arrmanatha.
Dari segi ekonomi, menurut Arrmanatha, nilai perdagangan Indonesia dan Thailand menunjukkan angka yang cukup baik.
Pada 2018, nilai perdagangan kedua negara mencapai 17,77 miliar dolar
AS. Produk ekspor utama Indonesia ke Thailand antara lain berupa mesin,
peralatan listrik, makanan, produk kertas, dan aksesoris kendaraan.
Sementara produk yang diimpor Indonesia dari Thailand didominasi
kendaraan bermotor, produk metal dan baja, tekstil, serta makanan.
Mantan terdakwa kasus pembunuhan Kim Jong-nam, Siti Aisyah. (REUTERS/Lai Seng Sin)
Jakarta, CB -- Kementerian Luar Negeri RI menyatakan jaksa penuntut umum Malaysia tak menjelaskan alasan mencabut seluruh dakwaan terhadap Siti Aisyah. Warga Indonesia yang dituduh terlibat dalam kasus pembunuhan Kim Jong-nam di Bandara Kuala Lumpur pada 2017 lalu kini divonis bebas.
"Dalam
konteks persidangan tidak ada penjelasan (dari jaksa penuntut umum
Malaysia), ini sepenuhnya merupakan hak jaksa penuntut umum Malaysia.
Yang tahu apa alasan pencabutan dakwaan ya jaksa penuntut sendiri," ucap
juru bicara Kemlu RI, Arrmanatha Nasir, dalam jumpa pers di kantornya
di Jakarta, Senin (11/3).
Arrmanatha menjelaskan pemerintah
Indonesia bersama kuasa hukum Siti Aisyah, Gooi Soon Seng, sejak lama
menganggap jaksa penuntut tak memiliki bukti cukup perempuan 26 tahun
itu membunuh Kim Jong-nam. Kim Jong-nam adalah kakak tiri pemimpin
tertinggi Korea Utara, Kim Jong-un.
Selain itu, terdapat
pula perbedaan bukti dan kesaksian dari sekitar 35 saksi yang
didatangkan jaksa penuntut Malaysia selama persidangan berlangsung.
Dilansir Reuters, Gooi menyatakan permohonannya supaya kliennya
dibebaskan dari segala tuduhan tidak dikabulkan oleh pengadilan.
Alhasil, Siti sewaktu-waktu bisa kembali dipanggil untuk menjalani
proses hukum jika ditemukan bukti baru dalam kasus itu.
"Kami masih yakin dia (Siti) hanya kambing hitam. Saya yakin Korea Utara terlibat dalam kasus itu," ujar Gooi.
Siti
bersama tersangka lainnya asal Vietnam, Doan Thi Huong, telah mengikuti
persidangan sejak Oktober 2017 lalu karena dituduh mengusapkan racun
syaraf VX ke wajah Kim Jong-nam, yang tak lama tewas di terminal 2
Bandara Internasional Kuala Lumpur pada Februari 2017.
Selama
ini, jaksa disebut hanya mendasari kasus tersebut dari bukti rekaman
kamera keamanan (CCTV) di bandara. Dalam rekaman tersebut tidak ada
adegan yang menujukkan Siti ikut mengusapkan substansi yang selama ini
disebut racun syaraf VX ke wajah Kim Jong-nam.
"Permintaan JPU
Malaysia hari ini menghentikan tuntutan terhadap Siti Aisyah. Atas dasar
itu hakim Pengadilan Tinggi Shah Alam menghentikan tuntutan dan
membebaskan Siti Aisyah," kata Arrmanatha.
Arrmanatha mengatakan
setelah persidangan pagi ini selesai, Siti langsung dibawa ke Kedutaan
Besar RI di Kuala Lumpur. Dia menuturkan, Siti akan segera dipulangkan
ke Indonesia jika proses administrasi cepat selesai.
Meski begitu, Arrmanatha tak menjelaskan kapan Siti bisa dipulangkan.
Dia menuturkan proses pemulangan Siti juga bergantung pada jadwal
penerbangan yang tersedia.
CB, Jakarta -
Pengadilan Malaysia membebaskan Siti Aisyah, terdakwa pembunuh Kim
Jong-nam, saudara tiri pemimpin Korea Utara Kim Jong Un dari tuntutan
hukum.
Menurut the Star, Senin, 11 Maret 2019, putusan Pengadilan
Tinggi Shah Alam di Kuala Lumpur membebaskan Siti Aisyah terjadi setelah
jaksa mengatakan menarik tuntutan tanpa memberikan alasan.
Setelah persidangan, Siti bergegas dibawa keluar dari ruang sidang dan masuk ke dalam mobil yang sudah menunggu.
Siti kepada wartawan mengatakan kepada wartawan dirinya terkejut atas pembebasan dirinya.
"Saya kaget dan sangat senang," kata Siti seperti dikutip dari The Star, Senin, 11 Maret 2019.
Direktur
Perlindungan WNI dan BHI Kementerian Luar Negeri, Lalu Muhammad Iqbal
menjelaskan, pengacara Siti Asiyah meminta agar tuntutan bukan
dihentikan tapi dibebaskan. Namun hakim memutuskan tuntutan dihentikan
dan Siti Aisyah dibebaskan.
Siti Aisyah dan Doan Thi Huong warga
Vietnam diadili atas tuduhan terlibat dalam membunuh Kim Jong Nam dengan
mengoleskan cairan kimia saraf VX ke tubuh dan wajah Kim Jong Nam di
bandara internasional Kuala Lumpur pada 13 Februari 2017.
Namun
Siti Aisyah dan Doan Thi Huong mengatakan mereka mengira diajak
mengambil gambar untuk acara reality show di bandara udara internasional
Kuala Lumpru.
Siti Aisyah dan Doan Thi Kuong diminta mengoleskan
cairan yang mereka tidak ketahui ke wajah Kim Jong Nam. Hanya beberapa
menit kemudian, Kim Jong Nam tewas akibat cairan yang belakangan
diketahui racun saraf VX.
CB, Jakarta - Kemenlu RI mendapat konfirmasi korban WNI yang meninggal dalam kecelakaan pesawat Ethiopian Airlines di Addis Ababa adalah staf PBB.
"Korban
WNI adalah seorang perempuan yang tinggal di Roma, Italia, dan bekerja
untuk World Food Program (WFP) PBB," kata Juru bicara Kemenlu
RI Arrmanatha Nasir kepada Tempo, 11 Maret 2019.
"Kami
berduka atas Harina Hafitz, staf World Food Program (WFP) PBB di Roma,"
kata David Beasley, Direktur Eksekutif WFP PBB, dalam pesan duka cita
kepada korban Ethiopian Airlines.
Pemerintah Indonesia menyampaikan duka cita kepada keluarga korban yang meninggal dalam penerbangan Ethiopian Airlines.
Daftar
nama penumpang Ethiopian Air ET 302 berdasarkan kewarganegaraan yang
dikeluarkan Ethiopian Airlines, Ahad, 10 Maret 2019. CEO Ethiopian
Airlines Tewolde Gebremariam mengatakan pesawatnya yang jatuh pada hari
ini sama dengan pesawat milik Lion Air yang jatuh pada Oktober tahun
2018 lalu yaitu Boeing 737. (TITO SIANIPAR)
Seperti
dilaporkan Reuters, CEO Ethiopian Airlines Tewolde
GebreMariam mengkonfirmasi tidak ada korban selamat dalam kecelakaan
ini.
Menurut jubir Kemenlu RI, Duta Besar RI di Roma telah bertemu dengan keluarga korban, dan menyampaikan belasungkawa.
"KBRI
Roma akan terus berkordinasi dengan keluarga korban, KBRI Addis Ababa
dan Kantor WFP Roma untuk pengurusan jenazah dan dukungan bagi
keluarga," kata Arrmanatha Nasir.
Kecelakaan
yang menewaskan 157 penumpang dan awak adalah model pesawat Boeing yang
sama, yang digunakan oleh Lion Air pada kecelakaan Oktober 2018.
Pesawat Ethiopian Airlines
Boeing 737 MAX 8 ET 302 lepas landas dari Bandara Bole di Addis Ababa
pada pukul 8.38 pagi waktu setempat, kemudian kehilangan kontak dengan
menara kendali pada pukul 8.44 pagi sebelum pilot melapor ada masalah
dan akhirnya terjatuh.
Indonesian Corner sebagai pusat informasi tentang Indonesia.
CB, TEHERAN—Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Iran membuka Indonesia Corner di Iran.
Indonesian Corner yang dibuka di Universitas Ferdowsi ini sekaligus menjadi Indonesian Corner pertama di Iran
Duta Besar RI untuk Iran dan Turkmenistan, Octavino Alimudin, mengatakan pendirian Indonesian Corner
atau Pojok Indonesia di Iran, merupakan salah satu implementasi bentuk
kerjasama pendidikan sekaligus promosi budaya Indonesia kepada
masyarakat Iran khususnya generasi muda.
“Pojok
Indonesia ini tidak hanya menjadi milik Universitas Ferdowsi namun juga
milik bersama dan terbuka untuk publik yang ingin memperoleh informasi
terkait Indonesia,” kata dia dalam keterangan persnya kepada Republika.co.iddi Jakarta, Senin (11/3).
Dia
mengatakan, pengelolaannya tidak terbatas oleh mahasiswa Indonesia yang
sedang belajar di universitas tersebut, tapi juga mahasiswa Indonesia
yang berada di Kota Mashhad.
Mereka akan dilibatkan secara aktif dalam perencanaan dan pelaksanaan program-program Indonesian Corner. Sehingga para mahasiswa memiliki tanggung jawab terhadap keberlangsungan Indonesian Corner tersebut.
Sebelumnya, KBRI mengadakan diskusi mengenai kerjasama pendidikan RI-Iran mengawali pembukaan Indonesian Corner.
Kegiatan
tersebut dihadiri Rektor Universitas Ferdowsi, jajaran dekan, pejabat
pemerintah Iran yag diwakili oleh para pejabat dari ICRO, Kementerian
Budaya dan Bimbingan Islam Provinsi Khoramsar, akademisi, pelajar dan
media.
Professor Syafaatun Almirzanah, dosen UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta dan Wali Kota Bengkulu Helmi Hasan yang sedang
melakukan kunjungan kerja ke Iran juga turut hadir dalam acara
tersebut.
Mereka menyampaikan pemikiran dan
menawarkan peluang kerjasama pendidikan baik dengan universitas
Ferdowsi maupun dengan pemerintah Iran secara keseluruhan.
Diskusi
juga membahas mengenai program-program Indonesian Corner selanjutnya,
kerjasama antar universitas baik umum maupun pendidikan Islam termasuk
penawaran kerjasama pendidikan dengan universitas umum negeri dari UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta dan IAIN Bengkulu.
Tawaran tersebut memperoleh tanggapan yang sangat baik baik dari Universitas Ferdowsi maupun pemerintah Iran.
Sejumlah warga berjalan melewati
reruntuhan di tempat pesawat Ethiopian Airlines Penerbangan ET 302
jatuh, di dekat Kota Bishoftu, di tenggara Addis Ababa, Ethiopia, pada
Minggu (10/3/2-019). (REUTERS/TIKSA NEGERI)
Jakarta (CB) - Kedutaan Besar RI di Addis Ababa, ibu kota
Ethiopia, telah menerima pemberitahuan resmi bahwa satu warga negara
Indonesia (WNI) menjadi korban kecelakaan pesawat Ethiopian Airlines,
yang jatuh pada Minggu (10/3).
"KBRI Addis Ababa telah mendapatkan informasi dari kantor Ethiopian
Airlines, saat ini Kemlu dan KBRI Addis Ababa sedang mengonfirmasi
identitas korban WNI tersebut," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri
RI Arrmanatha Nasir melalui pesan singkat di Jakarta, Minggu.
Menurut laporan kantor berita Reuters, satu WNI termasuk dalam daftar
157 penumpang yang menjadi korban kecelakaan pesawat Ethiopian Airlines,
yang lepas landas dari Ibu Kota Ethiopia Addis Ababa menuju Ibu Kota
Kenya Nairobi.
Sebelumnya, Direktur Direktur Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia
Kemlu Lalu Muhammad Iqbal menyampaikan bahwa pihaknya dan KBRI di
sekitar lokasi kejadian terus berkomunikasi dengan otoritas setempat
untuk mendapatkan informasi yang sevalid mungkin mengenai kemungkinan
WNI menjadi korban.
Selain WNI, daftar kewarganegaraan penumpang yang menjadi korban adalah
Kenya 32 orang, Kanada 18 orang, Ethiopia sembilan orang, China delapan
orang, Italia delapan orang, Amerika Serikat delapan orang, Prancis
delapan orang, Inggris tujuh orang, Mesir enam orang, Jerman lima orang,
India empat orang, Slovakia empat orang; dan Austria, Rusia, Swedia
masing-masing tiga orang; dan warga Spanyol, Israel, Maroko, Polandia
masing-masing dua orang.
Selanjutnya, Belgia, Djibouti, Irlandia, Mozambik, Norwegia, Arab Saudi,
Rwanda, Sudan, Somalia, Serbia, Togo, Uganda, Yaman, Nepal, Nigeria,
masing-masing satu orang. Selain itu, lapor Reuters, empat orang
terdaftar dengan menggunakan paspor PBB dan kewarganegaraan mereka belum
diketahui.
CB, Jakarta - Indonesia
memilih abstain dalam pemungutan suara di Dewan Keamanan PBB atau DK
PBB mengenai 2 draf resolusi tentang krisis di Venezuela
yang diajukan Amerika Serikat dan Rusia. Sebanyak 15 anggota Dewan
Keamanan PBB tidak mencapai kesepakatan bulat dalam pemungutan suara
pada 28 Februari 2019.
Cina dan Rusia memveto draf resolusi AS dan draf Rusia gagal mendapatkan dukungan penuh mengenai situasi di Venezuela.
Yaneidi
Guzman berpose untuk foto di sebelah putrinya, Esneidy Ramirez (kanan),
Steffany Perez dan Fabiana Perez, di rumah mereka di Caracas,
Venezuela, 22 April 2016. Hampir dua pertiga warga Venezuela yang
disurvei dalam sebuah studi universitas menyebut warga telah kehilangan
rata-rata 11 kilogram berat badan di 2017. REUTERS/Carlos Garcia Rawlins
Presiden Venezuela Nicolas Maduro didukung oleh Cina dan Rusia,
sedangkan pemimpin oposisi Juan Guaido mendapat dukungan dan pengakuan
dari Amerika Serikat, Uni Eropa, Amerika Latin, dan sejumlah negara
lainnya sebagai presiden interim Venezuela.
Lalu, mengapa Indonesia bersikap abstain mengenai krisis politik, ekonomi, dan kemanusiaan yang parah di Venezuela?
Duta
Besar dan Wakil Tetap RI pada PBB, Dian Transyah Djani yang hadir dalam
sidang Dewan Keamanan PBB mewakili Indonesia mengawali penjelasan
dengan menegaskan sikap Indonesia tentang situasi di Venezuela selalu
konsisten, jernih, dan berprinsip.
Indonesia,
Dubes Djani melanjutkan, menyesalkan 15 anggota DK PBB tidak dapat
bersatu tentang cara mengatasi situasi di Venezuela. Bukti jelasnya
adalah adanya dua draf resolusi yang dimajukan di Dewan Keamanan PBB."Tidak
diragukan lagi ini adalah kegagalan kolektif, kegagalan kita berlima
belas yang duduk di meja ini, karena kita semua hadir di sini hari ini
untuk mengetahui bahwa kita tidak akan mencapai konsensus yang
diperlukan untuk mengadopsi resolusi," kata Dubes Djani.
Dubes
Djani kemudian menyebutkan bahwa kedua draf resolusi tidak
lengkap karena tidak cukup komprehensif dan menjadi terlalu
dipolitisasi. Sehingga kedua draf resolusi itu tidak bermanfaat dan
tidak dapat membantu untuk memastikan kepentingan rakyat Venezuela.
Dubes
Djani mengatakan, kebutuhan akan fleksibilitas di dalam Dewan Keamanan
PBB dan prioritas untuk mengurangi ketegangan di Venezuela merupakan hal
esensi.
"Kami ingin melihat konsep yang lebih seimbang dan
mencakup keseluruhan. Kami juga akan menghargai konsultasi yang lebih
menyeluruh, proses persiapan konsultasi yang melibatkan semua pihak
dalam diskusi," ujarnya.
Warga
mengangkut tabung gas kosong saat mencoba membeli gas di stasiun
pengisian gas San Cristobal, Venezuela, 3 Agustus 2017. Kelangkaan gas
ini merupakan salah satu akibat dari krisis politik Venezuela yang telah
terjadi sejak beberapa bulan. REUTERS/William Urdaneta
Di
akhir pernyataan sikap pemerintah Indonesia, Dubes Djani mengatakan:
"Dalam segala kejujuran, saya harus mengakui bahwa delegasi saya mulai
percaya bahwa dialog dan negosiasi adalah kemewahan di sini di Dewan.
Saya bertanya-tanya bagaimana Dewan dapat mempromosikan dialog untuk
meraih solusi yang dapat diterima secara universal, jika anggotanya
sulit untuk duduk bersama dan berdialog untuk menemukan kesamaan."Meski
situasinya demikian, menurut Dubes Djani, masih ada peluang untuk
meraih konsensus nantinya selama Dewan Keamanan PBB memenuhi mandat dan
tanggung jawabnya.
Di akhir pernyataan, Dubes Djanji mengingatkan bahwa DK PBB masih belum merampungkan tugasnya untuk membantu Venezuela dan rakyatnya menemukan penyelesaian damai dari berbagai tantangan saat ini.
JAKARTA
- Menteri Luar Negeri (Menlu) Republik Indonesia Retno Lestari
Priansari Marsudi meresmikan Gedung Pelayanan Publik Satu Atap di Abu
Dhabi dan Jeddah pada 2 dan 4 Maret 2019. Kedua gedung tersebut adalah
pelayanan publik satu atap pertama di Perwakilan RI di Timur Tengah.
Dengan
peluncuran gedung tersebut, ke depan seluruh pelayanan publik bagi
warga negara Indonesia (WNI) dan orang asing akan dilayani di dalam satu
gedung, dalam satu alur pelayanan dan menggunakan satu sistem
pelayanan.
"Pelayanan publik satu atap atau pelayanan terpadu
menjadi suatu kebutuhan saat ini, khususnya seperti di Arab Saudi.
Pelayan terpadu juga telah dipermudah dengan kemajuan teknologi saat
ini," kata Menlu Retno, saat meluncurkan gedung pelayanan satu atap di
Jeddah, Arab Saudi.
Sebelum
adanya gedung ini, beberapa pelayanan publik yang saling terkait yaitu
pelayanan kekonsuleran, pelayanan ketenagakerjaan, pelayanan
keimigrasian dan pelayanan perlindungan WNI dilayani di gedung dan
dengan sistem pelayanan yang terpisah.
"Memberikan pelayanan
publik yang mudah, cepat dan nyaman di Kementerian Luar Negeri dan di
Perwakilan RI adalah mimpi yang terus kami perjuangkan," ujar Retno,
dalam keterangan tertulis yang diterima SINDOnews.com, Selasa (5/3/2019).
"Karena
itu, pelayanan publik telah kami jadikan salah satu ukuran kinerja
utama Perwakilan RI. Alhamdulillah, sejak 2018 secara bertahap
Perwakilan-Perwakilan RI sudah mulai menerapkan konsep pelayanan satu
atap tersebut," lanjut Retno di depan puluhan mitra kerja Arab Saudi
yang menghadiri acara peresmian gedung tersebut di Jeddah.
Sejak
2015, Kementerian Luar Negeri telah mulai membangun sistem pelayanan
yang terintegrasi di seluruh Perwakilan RI. Sistem tersebut diresmikan
Presiden RI pada Oktober 2018 di KBRI Seoul, Korea Selatan. Dengan
selesainya sistem tersebut pada tahun 2017, sejumlah perwakilan sudah
mulai melakukan penyesuaian dengan menyiapkan infrastruktur pelayanan
satu atap.
Sebelum di Abu Dhabi dan Jeddah, sejumlah Perwakilan
RI lainnya telah menerapkan konsep pelayanan satu atap, antara lain di
Konsulat RI Tawau, Malaysia, dan Konsulat Jenderal RI Chicago, Amerika
Serikat.
Warga sipil dan keluarga militan ISIS yang dievakuasi dari desa Baghouz, Suriah. (Fadel SENNA / AFP)
Jakarta, CB -- Pasukan Demokratik Suriah
(SDF) yang tergabung dalam koalisi Amerika Serikat melaporkan
mengevakuasi ribuan orang dari benteng terakhir ISIS di Desa Baghouz, sebelah timur Suriah. Dari jumlah itu beberapa di antaranya dilaporkan merupakan warga Indonesia.
Seorang
petugas informasi SDF dengan nama samaran Ciyager menuturkan setidaknya
mereka mengevakuasi sekitar seribu orang, termasuk sejumlah pejuang
ISIS, dari Desa Baghouz yang terletak di tepi Sungai Eufrat, dekat
perbatasan Irak.
Ciyager menuturkan ribuan orang yang terdiri
dari laki-laki, perempuan, hingga anak-anak itu dievakuasi melalui
jalur-jalur aman.
Dikutip Associated Press, Selasa
(5/3), puluhan pria, wanita, hingga anak-anak dievakuasi keluar wilayah
ISIS menggunakan truk-truk kecil setelah diperiksa oleh SDF yang berjaga
di pos evakuasi.
Sedikitnya 20 truk yang membawa puluhan orang itu terlihat keluar dari benteng pertahanan terakhir ISIS pada Senin (4/3) petang.
Puluhan
orang yang dievakuasi itu termasuk seorang warga Perancis, beberapa
pria dan wanita asal Indonesia, Turki, Turkistan, dan Bosnia. Sejumlah
warga Suriah dan Irak juga termasuk dalam rombongan yang dievakuasi SDF.
Namun, mereka tidak merinci berapa orang yang berasal dari Indonesia
dan apakah di antara mereka juga ada anak-anak.
Sebagian pria
yang dievakuasi tersebut berusia produktif dan dalam keadaan sehat untuk
berperang, sementara beberapa lainnya berada dalam kondisi terluka dan
cedera.
Beberapa dari mereka dalam keadaan luka-luka dan cedera
menggunakan tongkat penyanggah badan, wajah yang terbakar, hingga kaki
yang patah. Sementara itu, beberapa orang lainnya turun dari truk dengan
wajah linglung dan kebingungan.
Sejak 20 Februari lalu, lebih dari 10 ribu orang tercatat telah meninggalkan wilayah yang masih dikendalikan ISIS.
Ribuan
orang tersebut kemudian dibawa ke sebuah tempat penampungan, sementara
orang yang diduga sebagai pejuang ISIS dipindahkan ke fasilitas
penahanan.
SDF kembali meluncurkan operasi militer, termasuk
serangan udara, untuk menggempur basis pertahanan terakhir ISIS. Seorang
pejabat SDF, Lewla Abdullah, mengatakan setidaknya empat anggotanya dan
lebih dari 100 pejuang ISIS tewas sejak Jumat pekan lalu.
Abdullah memaparkan ISIS masih menahan sejumlah warga sipil sebagai sandera dan perisai manusia.
SDF
menyatakan para anggotanya sempat terkejut karena masih banyak warga
sipil, termasuk anggota keluarga pejuang ISIS, yang masih terkurung di
benteng pertahanan terakhir kelompok teroris itu.
Padahal, koalisi AS terus menggempur wilayah ISIS dengan serangan udara dan rudal selama beberapa waktu terakhir.
Sementara itu, hingga berita ini dibuat Kementerian Luar Negeri RI belum memberi konfirmasi kepada CNNIndonesia.com terkait laporan sejumlah WNI yang dievakuasi pasukan Kurdi dari basis pertahanan terakhir ISIS.
Duta Besar RI untuk Kamboja Sudirman Haseng (ANTARA)
Jakarta, 5/3 (CB) - Indonesia dan Kamboja pada tahun ini
merayakan peringatan 60 tahun hubungan diplomatik yang dimulai pada 13
Februari 1959.
Dari segi politik, budaya, dan sejarah, hubungan Indonesia dan Kamboja
sudah sangat dekat. Namun, kedekatan hubungan Indonesia-Kamboja tersebut
masih perlu "diterjemahkan" untuk menjadi sebuah manfaat ekonomi guna
meningkatkan kesejahteraan masyarakat di kedua negara.
Untuk itu, dalam perayaan peringatan 60 tahun hubungan diplomatik
tersebut, Menteri Luar Negeri Kamboja Prak Sokhonn pun menyampaikan
harapan agar pemerintah kedua negara dapat terus melanjutkan hubungan
yang terjalin baik selama ini dan meningkatkan kerja sama bilateral
Indonesia-Kamboja di berbagai bidang, termasuk bidang ekonomi.
Pemerintah Indonesia dan Kamboja dalam pertemuan antar menteri luar
negeri kedua negara pada awal Februari tahun lalu juga telah sepakat
untuk mempererat hubungan kedua negara, khususnya melalui penguatan
mekanisme bilateral.
Penguatan mekanisme bilateral itu salah satunya ditujukan untuk
meningkatkan hubungan kerja sama ekonomi, terutama di bidang investasi,
perdagangan, dan pariwisata.
Investasi
Bila menimbang jalinan hubungan bilateral selama 60 tahun, perkembangan
investasi antara Indonesia dan Kamboja belum seperti yang diharapkan,
kata Duta Besar RI untuk Kamboja Sudirman Haseng.
Dubes Sudirman menyebutkan bahwa sejauh ini belum ada badan usaha milik
negara (BUMN) atau perusahaan Indonesia yang berinvestasi langsung di
Kamboja.
Menurut dia, hambatan utama bagi pengusaha Indonesia berbisnis di
Kamboja adalah persepsi yang belum proporsional tentang Kamboja.
"Banyak yang masih memandang Kamboja sebelah mata, dan itu antara lain
dipengaruhi oleh informasi-informasi yang tidak akurat dan belum
'update'. Bayangan sebagian besar masyarakat Indonesia melihat Kamboja
masih terbelakang dan belum potensial," jelasnya.
Padahal, Kamboja dalam beberapa tahun terakhir mengalami pertumbuhan
ekonomi yang pesat hingga mencapai rata-rata tujuh persen, yakni nilai
yang lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Namun, dia lebih lanjut mengungkapkan bahwa akhir-akhir ini ada
peningkatan minat dari para pengusaha Indonesia sudah mulai eksplorasi
untuk mulai masuk berbisnis dan berinvestasi di Kamboja.
"Memang investasi Indonesia di Kamboja belum seperti yang diharapkan,
tetapi ada peningkatan minat dari pengusaha Indonesia untuk berinvestasi
di Kamboja," ucap Dubes Sudirman.
Ia pun menekankan bahwa investasi itu tidak harus uangnya dari Indonesia
karena perusahaan Indonesia bisa berpartispasi dalam proyek-proyek di
Kamboja melalui kerja sama dengan bank-bank multinasional sebagai
penyedia dana.
"Ini tetap dianggap sebagai investasi Indonesia karena dilakukan oleh
perusahaan Indonesia, hanya sumber keuangannya itu tidak harus dari
dalam negeri," ujarnya.
KBRI Phnom Penh mendorong perusahaan-perusahaan dan BUMN Indonesia
untuk segera mengeksplor peluang yang ada karena masa sekarang ini
adalah waktu yang tepat untuk mulai masuk dan berinvestasi, khususnya
dalam proyek-proyek pembangunan infrastruktur di Kamboja, seperti
pembangunan fasilitas publik, infrastruktur telekomunikasi, pipa gas.
Selain itu, pengusaha dan BUMN Indonesia juga didorong untuk mulai
berbisnis dengan memanfaatkan sumber daya alam di Kamboja yang relatif
belum tereksplorasi dan terkelola dengan optimal.
"Perusahaan dan BUMN Indonesia perlu mengeksplor mineral di sini sebab
masih banyak ruang, misalnya kandungan emas dan minyak belum tereksplor
dengan baik di sini," ungkap Sudirman.
Perdagangan
Tidak seperti halnya investasi, hubungan perdagangan antara
Indonesia-Kamboja terbilang cukup baik. Tren neraca perdagangan kedua
negara dalam lima tahun (periode 2013-2017) terus meningkat dengan
rata-rata 10,86 persen.
Total nilai perdagangan Indonesia-Kamboja pada 2017 mencapai 542,23 juta
dolar AS, atau meningkat sebesar 19,9 persen dari nilai perdagangan
pada 2016 yang hanya mencapai 452,19 juta dolar AS. Untuk periode
Januari-Oktober 2018, total perdagangan kedua negara meningkat 3,2
persen dibanding periode yang sama pada 2017 hingga mencapai 455,87 juta
dolar AS, dengan surplus bagi Indonesia sebesar 401,69 dolar AS.
Beberapa komoditas yang diimpor Indonesia dari Kamboja, antara lain pakaian jadi, karet, alas kaki.
Kamboja merupakan pasar alternatif potensial bagi produk Indonesia,
khususnya mengingat sektor industri riil Kamboja belum mampu memproduksi
kebutuhan sehari-hari maupun kebutuhan sektor prioritas.
Beberapa produk Indonesia yang cukup popular di Kamboja adalah produk
makanan dan minuman kemasan, produk perawatan rumah dan otomotif,
personal care, farmasi, batik, buah salak segar, dan kendaraan bermotor
roda empat.
"Produk makanan minuman Indonesia semakin hari semakin meningkat di sini, termasuk produk pertanian buah salak segar.
Sebanyak 16 juta penduduk Kamboja bisa menyerap banyak salak, itu
dianggap makanan kelas menengah ke atas," ungkap Dubes Sudirman.
Produk farmasi Indonesia pun saat ini dikenal masyarakat Kamboja sebagai
produk tingkat menengah dan dipercaya cukup luas oleh masyarakat.
Beberapa perusahaan farmasi Indonesia sudah berhasil memasarkan
produknya di Kamboja, antara lain Dexa Group, Kalbe, Soho, Eagle Pharma.
"Pasar untuk produk farmasi Indonesia di sini sangat menjanjikan karena
kualitasnya sudah diketahui dan harganya terjangkau," ujar Sudirman.
Namun, kata dia, produk-produk industri strategis Indonesia yang
potensial, seperti pesawat dari PT Dirgantara Indonesia dan produk
pertahanan dari PT Pindad belum banyak masuk ke pasar Kamboja.
Untuk itu, dalam upaya meningkatkan penetrasi produk Indonesia yang
dinilai potensial untuk dipasarkan di Kamboja, setiap tahun KBRI Phnom
Penh mengadakan kegiatan pertemuan bisnis, business matching, serta
promosi dagang melalui pelaksanaan pameran, seperti Indonesian Trade and
Tourism Promotion (ITTP) dan partisipasi dalam pameran ekspor-impor
Kamboja.
Selain itu, KBRI juga membawa delegasi pengusaha Kamboja ke Trade Expo
Indonesia setiap tahun dan menindaklanjuti "inquries" yang dikirim
pengusaha Indonesia ataupun Kamboja.
"Kami selalu melakukan pameran untuk mempromosi produk dan pariwisata
Indonesia. Tahun lalu 85 pengusaha Indonesia ikut pameran yang diadakan
oleh KBRI Phnom Penh. Kami juga mengundang pengusaha Indonesia untuk
berpartisipasi dalam berbagai pameran yang dilakukan oleh pemerintah
setempat di Kamboja," ucap Dubes RI untuk Kamboja.
Pariwisata
Berdasarkan neraca perdagangan antarkedua negara, Indonesia lebih unggul daripada Kamboja dengan mendapatkan surplus.
Namun, Kamboja lebih beruntung dalam bidang pariwisata karena jumlah
wisatawan Indonesia yang berkunjung ke Kamboja lebih banyak daripada
sebaliknya. Hal itu juga disebabkan Indonesia memiliki jumlah penduduk
yang jauh lebih besar dibandingkan Kamboja.
Jumlah wisatawan Indonesia yang berkunjung ke Kamboja pada 2018 mencapai
55.753 orang, sementara wisatawan Kamboja yang berkunjung ke Indonesia
pada tahun yang sama adalah 8.819 orang.
Namun demikian, Pemerintah RI menargetkan peningkatan jumlah wisatawan
Kamboja yang berkunjung ke Indonesia seiring dengan pertambahan jumlah
kelas menengah di negara itu.
"Peningkatan wisatawan Kamboja ke Indonesia minimal presentase kenaikan
15 persen per tahun, tetapi kita menargetkan itu bisa rata-rata 20
persen per tahun," kata Duta Besar RI untuk Kamboja Sudirman.
Menurut dia, jumlah kelas menengah ke atas di Kamboja meningkat seiring
dengan pertumbuhan ekonomi negara itu yang meningkat pesat selama
beberapa tahun terakhir hingga mencapai rata-rata tujuh persen. Dengan
peningkatan itu banyak warga Kamboja yang memasukkan kegiatan wisata
dalam daftar gaya hidup mereka.
Adapun tempat wisata Indonesia yang paling diminati oleh para wisatawan
Kamboja adalah Bali dan Yogyakarta. Bahkan, ada beberapa agen perjalanan
di Kamboja yang menyediakan jasa layanan charter pesawat untuk
rombongan wisatawan Kamboja yang khusus untuk berkunjung ke Bali.
Akan tetapi, terdapat satu kendala utama yang masih menghambat
peningkatan jumlah wisatawan Kamboja ke Indonesia, yaitu tidak adanya
jalur penerbangan langsung (direct flight) Indonesia-Kamboja.
"Maka tantangannya ada pada konektivitas. Sebenarnya kalau ada 'direct
flight' itu bisa lebih meningkatkan jumlah wisatawan Kamboja ke
Indonesia," ujar Sudirman.
Dari 10 negara ASEAN, hanya Indonesia dan Brunei Darussalam yang belum mempunyai penerbangan langsung dari dan ke Kamboja.
Tingkatkan kerjasama
Untuk dapat meningkatkan kerjasama ekonomi bilateral di masa depan,
pemerintah Indonesia dan Kamboja perlu mengatasi beberapa hal utama yang
sejauh ini menjadi hambatan, yakni perspektif buruk dan kurangnya
konektivitas, yang juga menyebabkan masih rendahnya "people-to-people
contact" antarkedua bangsa.
"Ketika interaksi antarmasyarakat kurang maka kerja sama ekonomi juga sulit ditingkatkan," ujar Dubes Sudirman.
Terkait perspektif, pandangan sebagian besar masyarakat Indonesia
terhadap Kamboja perlu diperbaharui karena Kamboja sebenarnya bukan lagi
"underdeveloped country" dan sedang menuju menjadi negara berkembang,
dengan pertumbuhan ekonomi pesat.
Terkait masalah konektivitas, khususnya tidak adanya penerbangan
langsung Indonesia-Kamboja, diharapkan akan segera teratasi dengan upaya
pembukaan jalur penerbangan Jakarta-Phnom Penh.
"Mudah-mudahan segera ada penerbangan langsung. Sudah ada pembicaraan
intensif untuk membuka jalur penerbangan langsung antara Jakarta dan
Phnom Penh. Semoga semester depan bisa terealisasi," ungkap Sudirman.
Perbaikan perspektif dan konektivitas serta peningkatan
"people-to-people contact", terutama interaksi antara kalangan pengusaha
dan BUMN, harus dilakukan agar kerja sama ekonomi kedua negara dapat
meningkat lebih baik lagi.
Pada akhirnya, hubungan kerja sama ekonomi yang baik antara Indonesia
dan Kamboja bukan hanya tentang upaya untuk mencari keuntungan dari satu
sama lain, namun juga untuk saling membantu guna meningkatkan
kesejahteraan masyarakat di kedua negara.
Kegiatan Joint Cultural Performance
Indonesia-Kamboja untuk memperingati 60 tahun hubungan diplomatik, yang
dihadiri Raja Kamboja Norodom Sihamoni, Menlu Kamboja Prak Sokhon,
Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan RI Puan
Maharani di Phnom Penh, Kamboja (13/2/2019). (ANTARA/Yuni Arisandy)
Jakarta, 4/3 (CB) - Hubungan bilateral Indonesia-Kamboja selama
ini sangat baik di berbagai bidang sesuai dengan prinsip-prinsip
persahabatan, kemitraan, dan saling menguntungkan. Kamboja, dalam
berbagai hal seringkali menempatkan Indonesia sebagai contoh model
pembangunan negaranya.
Hubungan diplomatik Indonesia dengan Kamboja telah dijalin secara resmi
sejak 1959 saat pemerintah kedua negara menandatangani Perjanjian
Persahabatan di Jakarta pada 13 Februari 1959.
Namun, kedua negara sejak lama telah memiliki pertalian sejarah dan
kebudayaan sejak abad 8-9 Masehi semasa Dinasti Syailendra berkuasa pada
zaman Kerajaan Mataram di Jawa dan Dinasti Jayawarman II pada masa
Kerajaan Angkor di Kamboja.
Persahabatan bersejarah
Kedekatan hubungan kedua negara tidak dibangun hanya berdasarkan pada
pertalian sejarah, namun juga dengan adanya kedekatan dan persahabatan
yang bersejarah di antara pemimpin terdahulu kedua negara, yaitu
Presiden pertama Indonesia Soekarno dan Raja Kamboja Norodom Sihanouk.
Menteri Luar Negeri Kamboja Prak Sokhonn mengatakan bahwa kedekatan
hubungan yang bersejarah antara Indonesia dan Kamboja akan membantu
pemerintah kedua negara untuk terus bersama mengembangkan hubungan
diplomatik Indonesia-Kamboja.
"Jika kita setia pada sejarah, kita dapat melihat bahwa hubungan
diplomatik yang dimiliki Indonesia dan Kamboja pada masa modern ini
merupakan hasil bentukan Raja Norodom Sihanouk yang meraih kemerdekaan
Kamboja pada 1953 melalui kedekatan hubungan dengan Presiden pertama
Indonesia Soekarno," kata Menlu Prak Sokhonn.
Pernyataan tersebut disampaikan Menlu Kamboja dalam pembukaan acara
"Indonesia-Cambodia Friendship Joint Cultural Performance" yang diadakan
untuk memperingati 60 tahun hubungan diplomatik antara Indonesia dan
Kamboja pada 13 Februari lalu di Phnom Penh.
Presiden pertama Indonesia Soekarno pertama kali bertemu dengan Pangeran
Norodom Sihanouk, yang kemudian menjadi Raja Kamboja, pada saat
berlangsungnya Konferensi Asia-Afrika 1955.
Menurut Menlu Sokhonn, kedekatan yang bersejarah antara kedua pemimpin
terdahulu Indonesia dan Kamboja itu dapat menjadi dasar dan pengingat
bagi generasi selanjutnya untuk terus memelihara dan mempererat hubungan
bilateral.
"Hubungan persahabatan (Norodom Sihanouk dan Soekarno) ini telah
mendorong kerja sama kedua negara secara bilateral dan regional hingga
Indonesia dan Kamboja membuka hubungan diplomatik pada 13 Februari 1959.
Malam ini kita menghormati mereka dan visi dari persahabatan mereka
yang mengikat hubungan kedua bangsa," ujar dia.
Pada Maret 1962, pemerintah Indonesia mengirim Mayor Jenderal (Purn)
Abdul Karim Rasyid sebagai Duta Besar RI pertama untuk Kamboja.
Saling dukung
Selanjutnya, kedekatan bersejarah antarpemimpin terdahulu kedua negara
itu pun membuat Indonesia dan Kamboja terus mendukung kondisi dan posisi
satu sama lain di kancah internasional, termasuk di forum dan
organisasi regional dan global.
Sejak hubungan diplomatik Indonesia-Kamboja dirintis pada 1959,
Indonesia selalu mendukung perdamaian dan stabilitas di Kamboja.
Misalnya, Indonesia telah berperan aktif dalam proses perdamaian di
Kamboja melalui Jakarta Informal Meeting 1 dan 2 pada 1988-1989;
International Conference on Kampuchea (ICK) 1989; Informal Meeting on
Cambodia (IMC) 1 dan 2 pada 1990; dan Paris International Conference on
Cambodia (PICC) 1991, yang menghasilkan Paris Peace Agreement.
Indonesia pun berperan dalam pengiriman pasukan perdamaian sebagai
bagian dari misi PBB untuk Transisi Otoritas di Kamboja (United Nations
Transitional Authority in Cambodia/UNTAC) pada 1992, dan pada 1999
Indonesia mendukung keanggotaan Kamboja di ASEAN.
Pemerintah Kamboja juga menghargai peran Indonesia untuk menengahi
konflik perbatasan antara Kamboja dan Thailand di kawasan Candi Preah
Vihear pada 2011. Selain itu, Kamboja menghargai Indonesia yang secara
konsisten telah membantu dalam hal peningkatan kapasitas, termasuk dalam
bidang pertahanan melalui pelatihan militer.
"Hubungan kita dengan Kamboja sangat kuat dan terpelihara dengan baik.
Pasukan pengaman Perdana Menteri Kamboja belajarnya di Indonesia atau
pelatih dari Indonesia mengajar ke sini (Kamboja). Mereka sudah tidak
mau 'pindah hati' ke negara lain karena mereka percaya loyalitas TNI
kita," ujar Duta Besar RI untuk Kamboja Sudirman Haseng.
Kerja sama bilateral RI-Kamboja juga diperkuat dengan saling dukung
posisi dalam berbagai pencalonan dalam organisasi internasional, serta
berbagai skema kerja sama teknis yang difasilitasi RI untuk Kamboja.
Kamboja mendukung posisi Indonesia di berbagai forum dan organisasi
internasional, termasuk mendukung Indonesia untuk terpilih sebagai
anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB periode 2019-2020.
"Jadi setiap permintaan kita untuk dukungan di forum dan posisi
internasional, Kamboja selalu mendukung Indonesia dalam hal apa pun,
apalagi berkaitan dengan ASEAN," kata Sudirman.
Hubungan kerja sama RI-Kamboja di bidang politik sepanjang 2012 diwarnai
dengan upaya "shuttle diplomacy" Menlu Marty Natalegawa untuk mencapai
posisi bersama (konsensus) negara-negara ASEAN dalam penanganan isu Laut
China Selatan secara damai dalam kunjungan ke Phnom Penh.
Dari kunjungan tersebut, konsensus ASEAN's six-point principles on the
South China Sea berhasil dicapai. Pernyataan mengenai konsensus tersebut
pun dikeluarkan oleh Menlu Kamboja sebagai Ketua ASEAN 2012. Dalam hal
itu, Indonesia dan Kamboja telah berhasil bekerjasama dan berupaya
mencapai kesatuan dan sentralitas ASEAN.
Saling kunjung
Hubungan dan kerja sama bilateral RI-Kamboja yang terjalin baik juga
tercermin dari kegiatan saling kunjung kepala negara/pemerintahan,
pejabat tinggi negara/pemerintahan, termasuk pejabat senior militer,
anggota parlemen, pengusaha, dan pelajar.
Menlu RI Retno Marsudi telah melakukan kunjungan kerja ke Phnom Penh dan bertemu dengan Menlu Kamboja HOR Namhong pada 2015.
Sementara itu, Perdana Menteri Hun Sen berkunjung ke Indonesia pada
April 2015 dan bertemu dengan Presiden Joko Widodo di sela-sela
peringatan Konferensi Asia-Afrika di Jakarta. Adapun salah satu hasil
dari pertemuan tersebut, yaitu kedua negara sepakat mempererat kerjasama
intelijen melalui pertukaran informasi untuk menanggulangi kejahatan
transnasional.
Selanjutnya, Menlu Kamboja Prak Sokhonn berkunjung ke Indonesia pada
Februari 2018 dan bertemu dengan Menlu Retno Marsudi untuk membahas
upaya peningkatan hubungan politik, ekonomi, dan sosial budaya.
Kemudian, Menlu Sokhonn kembali mengunjungi Indonesia pada
Desemeber 2018 untuk menghadiri Sidang Komisi Bersama (SKB) ke-4
RI-Kamboja di Jakarta. Dalam SKB itu, kedua pihak berkomitmen untuk
mengembangkan potensi kerja sama di berbagai bidang.
Selain itu, menurut Dubes Sudirman, kerja sama antarparlemen kedua
negara pun berjalan dengan baik dan terus meningkat dalam beberapa waktu
terakhir melalui kegiatan saling kunjung antaranggota lembaga
legislatif Indonesia dan Kamboja.
Program saling kunjung juga dilakukan diantara para perwira senior
Indonesia dan Kamboja setiap tahun secara bergantian. Sejak 2005,
Paspampres RI memberikan pelatihan kepada Pasukan Pengamanan Perdana
Menteri Kamboja.
Penguatan mekanisme bilateral
Selain mekanisme saling kunjung, kedua negara juga berupaya meningkatkan
kerja sama melalui penguatan mekanisme bilateral, khususnya melalui
kegiatan Sidang Komisi Bersama (SKB).
"Tujuan penguatan mekanisme bilateral itu untuk meninjau
kesepakatan-kesepakatan selama ini apa yang sudah, sedang, dan belum
dilaksanakan. Atas dasar itu kita mencari hal-hal baru yang dapat kita
kembangkan untuk kerja sama di masa akan datang serta mengembangkan
kerja sama yang sudah ada dan dianggap bernilai," ujar Dubes Sudirman.
Kedua negara mnyepakati pembentukan Komisi Bersama RI-Kamboja pada 18
Februari 1997. Nota Kesepahaman tentang Pembentukan Komisi Bersama itu
ditandatangani oleh Menlu RI Ali Alatas dan Menlu Kamboja Ung Huot.
Sidang Komisi Bersama (SKB) menjadi payung bagi kedua negara untuk
meningkatkan kerja sama di berbagai bidang.
Sejauh ini Indonesia dan Kamboja telah menyelenggarakan empat kali SKB,
yaitu pada Juli 2001 di Phnom Penh, Agustus 2004 di Yogyakarta, Juli
2006 di Siem Reap, dan Desember 2018 di Jakarta.
SKB keempat dilaksanakan pada 2018 setelah sempat tertunda selama 12
tahun. Dalam SKB ke-4 RI-Kamboja, Menlu kedua negara menyepakati upaya
merevitalisasi mekanisme serta memperkuat komitmen untuk meningkatkan
kerja sama demi kesejahteraan, perdamaian, stabilitas kedua negara,
kawasan, dan global.
Selama 60 tahun hubungan diplomatik Indonesia-Kamboja, menurut Dubes RI,
capaian signifikan dalam hubungan kedua negara adalah keberhasilan
kedua pihak untuk memelihara dan terus menguatkan hubungan bilateral itu
sendiri.
"Dengan hubungan baik yang ada sekarang ini kuat dasarnya untuk kedua
negara terus meningkatkan kerja sama," ujar Sudirman. Dia pun berharap
para penerus bangsa dan pemimpin kedua negara di masa depan akan terus
menjaga hubungan baik.
Harapan serupa pun telah disampaikan oleh Menlu Prak Sokhonn. Menlu
Kamboja itu berharap pemerintah kedua negara dapat terus melanjutkan
hubungan yang terjalin baik selama ini dan meningkatkan kerja sama
bilateral Indonesia-Kamboja di berbagai bidang, termasuk bidang politik,
pertahanan dan keamanan, ekonomi, pendidikan, dan sosial budaya.
"Saya berharap ikatan yang mendalam antara kedua bangsa dapat tumbuh
semakin kuat pada tahun-tahun mendatang dan biarlah Yang Kuasa
menganugerahi kesejahteraan bagi rakyat Indonesia dan Kamboja," ucapnya.
Ketua Ikatan Ulama Suriah Dr Taufiq Ramadhan al-Buthi saat ditemui di Jakarta, Minggu (3/3/2019). (ANTARA/Azis Kurmala)
Muslim yang mempelajari Islam berdasarkan keilmuan yang benar dapat menangkal radikalisme dan ekstremisme
Jakarta
(CB) - Ketua Ikatan Ulama Suriah Dr Taufiq Ramadhan Al-Buthi
mengajak ulama di Indonesia untuk berperan aktif memerangi ekstremisme
dan radikalisme.
"Ekstremisme dan radikalisme bukan bagian dari Islam dan Indonesia.
Muslim yang mempelajari Islam berdasarkan keilmuan yang benar dapat
menangkal radikalisme dan ekstremisme," ujar Dr Taufiq Ramadhan Al-Buthi
saat ditemui di Jakarta, Minggu.
Menurut Al-Buthi, Islam yang berkembang di Indonesia merupakan Islam
yang berdasarkan keilmuan, seperti terlihat dari jumlah pesantren yang
banyak tersebar di pelosok tanah air.
Putra dari ulama terkemuka Suriah, almarhum Syekh Ramadhan al-Buthi, itu
mengatakan Islam yang berasaskan keilmuan dapat menjaga sebuah bangsa
dari ancaman ekstremisme.
Ia menambahkan, Muslim Indonesia menerima Islam tanpa adanya paksaan,
berdasarkan kemauan mereka sendiri, karena kagum dengan akhlak dan
akidah dalam ajaran Islam.
"Identitas Islam di Indonesia sudah mendarah daging. Indonesia adalah Negara Muslim dan indentitas Islam sangat kuat," kata dia.
Selain itu, Al-Buthi juga memuji Islam moderat yang menjadi ciri khas Indonesia, yang mampu menerima perbedaan dengan bijak.
"Pembangunan sisi religius selaras dengan pembangunan di bidang lainnya," kata dia.
Al-Buthi juga berpesan kepada seluruh Muslim di Indonesia untuk menjaga
persatuan dan kesatuan agar dapat menangkal berbagai ancaman yang dapat
memecah belah bangsa.
Ketua Ikatan Ulama Suriah Dr Taufiq
Ramadhan Al-Buthi saat ditemui dalam wawancara di Jakarta, Minggu
(3/3/2019). (ANTARA/Azis Kurmala)
Media-media Barat melancarkan fitnah dan propaganda untuk melemahkan Suriah
Jakarta
(CB) - Ketua Ikatan Ulama Suriah Dr Taufiq Ramadhan Al-Buthi
mengatakan Suriah difitnah media-media Barat dengan pemberitaan yang
tidak sesuai fakta dan keadaan Suriah yang sebenarnya.
"Media-media Barat melancarkan fitnah dan propaganda untuk melemahkan
Suriah. Mereka tidak menyampaikan informasi yang sebenarnya dan yang
sesungguhnya terjadi di Suriah," ujar Dr Taufiq Ramadhan Al-Buthi saat
ditemui di Jakarta, Minggu.
Ia mencontohkan ada media Barat yang memberitakan bahwa ada demo besar
di Universitas Damaskus. Padahal, kenyataannya tidak ada demo besar
karena unjuk rasa itu hanya diikuti oleh 35 siswa.
Disamping itu, media-media barat secara terus-menerus memberitakan bahwa terjadi konflik sektarian antara Sunni-Syiah di Suriah.
"Faktanya konflik sektarian tidak ada. Dalam sejarah Suriah, tidak pernah terjadi konflik sektarian," kata dia.
Al-Buthi mencontohkan bahwa sejak ratusan tahun hingga saat ini, Kota
Damaskus Tua dihuni komunitas Kristen Ortodoks, Sunni, Syiah, dan
Yahudi.
"Di wilayah itu tidak pernah terjadi konflik. Jadi, pemberitaan media Barat tidak benar dan itu fitnah," kata dia.
Ia menambahkan, Amerika Serikat dan sekutunya menginginkan Suriah menjadi negara yang lemah.
Pasalnya, Al-Buthi mengatakan Suriah yang kuat menjadi ancaman terhadap
eksistensi Israel yang berbatasan langsung dengan Negeri Syam itu.
"Suriah hingga saat ini sangat mendukung perjuangan Palestina untuk
menjadi negara yang merdeka, karena Presiden Bashar al-Assad berhubungan
langsung dengan Palestina maka Suriah paling banyak menerima tekanan,"
kata dia.
Israel serta sekutunya, yang tidak menyukai pemerintahan Bashar
al-Assad, merencanakan berbagai skenario untuk mencerai-beraikan Suriah.
"Salah satu caranya, yaitu propaganda media. Mereka menghembuskan isu
reformasi, konflik sektarian dan sebagainya. Ketika Suriah lemah maka
Israel gampang untuk mengontrolnya," ujar dia.
Namun, lanjut dia, Suriah dibawah pemerintahan Bashar al-Assad mampu
melewati segala tekanan yang dilancarkan oleh pihak-pihak yang tidak
menginginkan Suriah menjadi negara yang kuat di Timur Tengah.