Jumat, 25 Januari 2019

Penulis Australia-China Ditahan Atas Tuduhan Spionase


Penulis Australia-China Ditahan Atas Tuduhan Spionase
Ilustrasi. (Istockphoto/menonsstocks)


Jakarta, CB -- Penulis dengan kewarganegaraan ganda Australia-China, Yang Hengjuin, ditahan oleh otoritas Beijing atas tuduhan melakukan spionase.

Kuasa hukum Yang, Mo Shaoping, menyatakan bahwa keluarga kliennya menerima pemberitahuan tertulis dari Biro Keamanan Negara Beijing yang mengonfirmasi penahanan penulis tersebut pada Kamis (24/1).

Dilansir CNN, Mo mengatakan ia akan mengajukan petisi untuk bertemu dengan kliennya, meski tidak yakin akan diizinkan melihat sifat dari tuduhan terhadap Yang.



Dalam sebuah pernyataan, Kementerian Luar Negeri dan Perdagangan Australia menyatakan akan terus mencari konfirmasi terkait alasan penahanan Yang, dan berusaha mendapatkan akses kekonsuleran.


Yang merupakan seorang penulis novel sekaligus jurnalis yang sebelumnya bekerja sebagai pejabat Kementerian Luar Negeri China. Ia juga dikenal sering melontarkan kritik terhadap pemerintah China melalui akun Twitter-nya yang memiliki lebih dari 130 ribu pengikut.

Meskipun memiliki kewarganegaraan China dan Australia, ia dikabarkan lebih sering menghabiskan sebagian besar waktunya di Amerika Serikat. Dia juga merupakan lulusan dari Universitas Columbia di New York.



Menurut kesaksian seorang temannya, Watson Meng, pada 17 Januari lalu Yang pulang ke Guangzhou bersama istrinya dari New York untuk mengambil visa AS bagi putri tirinya.

Meng mengaku telah mencoba menghubungi Yang melalui media sosial sehari setelah temannya itu mendarat di China, namun tidak menerima jawaban. Beberapa hari kemudian, ia mendapat informasi dari Kementerian Keamanan bahwa Yang telah ditahan.

Pihak berwenang Beijing belum secara resmi mengonfirmasi penahanan Yang. Dalam jumpa pers reguler yang dilakukan Rabu lalu, juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Hua Chunying, mengatakan tidak mengetahui kasus ini.



Hubungan antara Australia dan China sudah membaik sejak perang dingin yang dipicu rancangan undang-undang campur tangan Canberra pada awal 2018 lalu. Pejabat Beijing menuding RUU tersebut ditargetkan untuk China.

Namun keadaan kembali memanas ketika pemerintah Australia melarang teknologi 5G, yang diproduksi oleh perusahaan teknologi China, Huawei.

Beijing juga dikabarkan sedang memburu orang-orang yang dipandang sebagai ancaman bagi pemerintah China, termasuk penulis, aktivis, buruh, sampai pengacara hak asasi manusia.

Yang sendiri pernah dikabarkan menghilang di China pada tahun 2011. Meskipun banyak yang berspekulasi ia ditahan oleh agen keamanan negara China, Yang tak pernah mengamini hal tersebut.

Selain itu, banyak yang mempertanyakan hubungan kasus ini dengan ketegangan China dengan negara-negara barat, seperti AS dan Kanada. Namun hal tersebut disangkal oleh Menteri Luar Negeri Australia, Marise Payne.

Mengutip Reuters, Payne mengatakan tak ada bukti yang menunjukkan bahwa penahanan Yang berkaitan dengan penangkapan dua warga Kanada di China, namun Canberra masih terus mencari konfirmasi lebih lanjut.



Credit  cnnindonesia.com