MOSKOW
- Perseteruan antara Rusia dengan Inggris terkait kasus serangan racun
terhadap mantan agen ganda Sergei Skripal semakin memanas. Kini, Moskow
mengklaim didukung 13 negara.
Klaim itu bersamaan dengan pertemuan darurat Organiasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW) di Den Haag atas permintaan Moskow.
Moskow menyatakan ingin mengatasi tuduhan ketidakpatuhannya terhadap konvensi senjata kimia seperti yang dituduhkan oleh Inggris.
Seperti diketahui, mantan agen ganda Kremlin Sergei Skripal yang berkhianat ke Inggris ditemukan tak berdaya bersama putrinya, Yulia Skripal, di Salisbury, Inggris selatan, 4 Maret 2018.
London menyatakan, Skripal dan putrinya diserang racun saraf Novichok yang didalangi Moskow. Namun, Kremlin membantah tuduhan itu dan menuntut London menunjukkan bukti yang hingga kini tak disodorkan.
Kedutaan Rusia di Belanda melalui Twitter merilis daftar 13 negara yang mendukung Rusia dalam kasus Skripal. Menurut kedutaan tersebut, ke-13 negara mendukung Rusia dalam pernyataan bersama yang ditujukan kepada OPCW.
Ke-13 negara itu antara lain Iran, Suriah, Pakistan, Kuba, Belarus, Kazakhstan, Armenia, Azerbaijan, Venezuela, Kyrgyzstan, Tajikistan, Uzbekistan dan Nikaragua.
Namun Pemerintah Inggris menuduh Rusia berusaha merusak OPCW, serta terlibat dalam taktik pengalihan isu. Para ilmuwan di Porton Down yang meneliti sampel racun penyerang Skripal mengaku tidak bisa memverifikasi bahwa racun saraf tersebut berasal dari Rusia.
"Rusia telah menyerukan pertemuan ini untuk melemahkan pekerjaan OPCW," kata Kementerian Luar Negeri Inggris dalam sebuah pernyataan melalui seorang juru bicaranya.
"Tentu saja, tidak ada persyaratan dalam konvensi senjata kimia bagi korban serangan senjata kimia untuk terlibat dalam penyelidikan bersama dengan terduga pelaku," lanjut kementerian tersebut, seperti dikutip Daily Star, Kamis (5/4/2018).
Pertemuan dewan eksekutif OPCW di Den Haag digelar tertutup. Moskow berharap OPCW bekerja independen.
Presiden Rusia Vladimir Putin saat kunjungan ke Turki menyerukan penyelidikan menyeluruh terhadap kasus Skripal. Dia mengecam sikap Inggris yang mengumbar tuduhan tanpa bukti.
"Kecepatan di mana kampanye anti-Rusia telah diluncurkan menyebabkan kebingungan," katanya.
Klaim itu bersamaan dengan pertemuan darurat Organiasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW) di Den Haag atas permintaan Moskow.
Moskow menyatakan ingin mengatasi tuduhan ketidakpatuhannya terhadap konvensi senjata kimia seperti yang dituduhkan oleh Inggris.
Seperti diketahui, mantan agen ganda Kremlin Sergei Skripal yang berkhianat ke Inggris ditemukan tak berdaya bersama putrinya, Yulia Skripal, di Salisbury, Inggris selatan, 4 Maret 2018.
London menyatakan, Skripal dan putrinya diserang racun saraf Novichok yang didalangi Moskow. Namun, Kremlin membantah tuduhan itu dan menuntut London menunjukkan bukti yang hingga kini tak disodorkan.
Kedutaan Rusia di Belanda melalui Twitter merilis daftar 13 negara yang mendukung Rusia dalam kasus Skripal. Menurut kedutaan tersebut, ke-13 negara mendukung Rusia dalam pernyataan bersama yang ditujukan kepada OPCW.
Ke-13 negara itu antara lain Iran, Suriah, Pakistan, Kuba, Belarus, Kazakhstan, Armenia, Azerbaijan, Venezuela, Kyrgyzstan, Tajikistan, Uzbekistan dan Nikaragua.
Namun Pemerintah Inggris menuduh Rusia berusaha merusak OPCW, serta terlibat dalam taktik pengalihan isu. Para ilmuwan di Porton Down yang meneliti sampel racun penyerang Skripal mengaku tidak bisa memverifikasi bahwa racun saraf tersebut berasal dari Rusia.
"Rusia telah menyerukan pertemuan ini untuk melemahkan pekerjaan OPCW," kata Kementerian Luar Negeri Inggris dalam sebuah pernyataan melalui seorang juru bicaranya.
"Tentu saja, tidak ada persyaratan dalam konvensi senjata kimia bagi korban serangan senjata kimia untuk terlibat dalam penyelidikan bersama dengan terduga pelaku," lanjut kementerian tersebut, seperti dikutip Daily Star, Kamis (5/4/2018).
Pertemuan dewan eksekutif OPCW di Den Haag digelar tertutup. Moskow berharap OPCW bekerja independen.
Presiden Rusia Vladimir Putin saat kunjungan ke Turki menyerukan penyelidikan menyeluruh terhadap kasus Skripal. Dia mengecam sikap Inggris yang mengumbar tuduhan tanpa bukti.
"Kecepatan di mana kampanye anti-Rusia telah diluncurkan menyebabkan kebingungan," katanya.
Seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan seorang kerabat Skripal bernama Viktoria Skripal telah melakukan kontak dengan Kedutaan Rusia di London untuk menjenguk mantan agen ganda Kremli tersebut.
"Viktoria Skripal berencana untuk mengunjungi kerabatnya di Inggris untuk memberikan dukungan moral dan psikologis," kata kementerian tersebut melalui seorang juru bicara.
"Kami menganggap ini sebagai keinginan yang benar-benar tulus, dan terutama penting sekarang, saat kondisi Yulia Skripal dilaporkan membaik," lanjut kementerian itu.
Credit sindonews.com