Damaskus, Suriah (CB) - Pasukan pemerintah Suriah
melancarkan serangan darat ke Distrik Douma di Ghouta Timur, pinggiran
ibu kota Damaskus, setelah kegagalan pembicaraan mengenai evakuasi
gerilyawan dan keluarga mereka menuju Suriah Utara.
Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia, yang berpusat di London, mengatakan pasukan Suriah, yang didukung oleh serangan udara Rusia, melancarkan serangan darat terhadap Tentara Islam di Distrik Douma dari dua arah.
Total ada 300 serangan udara dan pengeboman udara yang menyasar Douma pada Jumat (6/4), sehari setelah rombongan keempat gerilyawan Tentara Islam dan keluarga mereka menolak meninggalkan Douma sebagaimana direncanakan di dalam kesepakatan yang dicapai belum lama ini antara kelompok gerilyawan itu dan pihak Suriah serta Rusia.
Kelompok pengawas pro-gerilyawan tersebut mengatakan pertempuran sengit berkecamuk antara anggota Tentara Islam dan pasukan Pemerintah Suriah, dengan pengeboman bertubi-tubi dari pasukan Suriah dan Rusia ke Douma menurut siaran kantor berita Xinhua.
Pasukan Suriah melancarakn serangan mereka terhadap Douma dari daerah pertanian Rehan di sebelah timur Douma dan kota kecil Mesraba di sebelah barat-daya Douma, kelompok tersebut menambahkan.
Observatorium menyatakan jumlah korban jiwa akibat serangan udara dan pemboman itu mencapai 32.
Sementara itu, kantor berita resmi Suriah, SANA, melaporkan personel Garda Republik militer Suriah mulai memasuki lahan pertanian Douma pada Jumat, dan menuduh gerilyawan merusak kesepakatan dengan tidak mengosongkan distrik tersebut, menembakkan bom mortir ke Damaskus, dan menolak membebaskan orang-orang yang culik.
Pasukan militer Suriah telah memasuki lahan pertanian di pinggir Douma, kata SANA, menambahkan empat orang tewas akibat serangan mortir gerilyawan di Damaskus pada Jumat.
Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia, yang berpusat di London, mengatakan pasukan Suriah, yang didukung oleh serangan udara Rusia, melancarkan serangan darat terhadap Tentara Islam di Distrik Douma dari dua arah.
Total ada 300 serangan udara dan pengeboman udara yang menyasar Douma pada Jumat (6/4), sehari setelah rombongan keempat gerilyawan Tentara Islam dan keluarga mereka menolak meninggalkan Douma sebagaimana direncanakan di dalam kesepakatan yang dicapai belum lama ini antara kelompok gerilyawan itu dan pihak Suriah serta Rusia.
Kelompok pengawas pro-gerilyawan tersebut mengatakan pertempuran sengit berkecamuk antara anggota Tentara Islam dan pasukan Pemerintah Suriah, dengan pengeboman bertubi-tubi dari pasukan Suriah dan Rusia ke Douma menurut siaran kantor berita Xinhua.
Pasukan Suriah melancarakn serangan mereka terhadap Douma dari daerah pertanian Rehan di sebelah timur Douma dan kota kecil Mesraba di sebelah barat-daya Douma, kelompok tersebut menambahkan.
Observatorium menyatakan jumlah korban jiwa akibat serangan udara dan pemboman itu mencapai 32.
Sementara itu, kantor berita resmi Suriah, SANA, melaporkan personel Garda Republik militer Suriah mulai memasuki lahan pertanian Douma pada Jumat, dan menuduh gerilyawan merusak kesepakatan dengan tidak mengosongkan distrik tersebut, menembakkan bom mortir ke Damaskus, dan menolak membebaskan orang-orang yang culik.
Pasukan militer Suriah telah memasuki lahan pertanian di pinggir Douma, kata SANA, menambahkan empat orang tewas akibat serangan mortir gerilyawan di Damaskus pada Jumat.
Di dalam laporan sebelumnya, Observatorium mengatakan Tentara Islam sedang membahas kesepakatan baru dengan pihak Suriah dan Rusia setelah menangguhkan pengungsian dan pembebasan orang yang mereka culik.
Menurut laporan tersebut, kelompok Tentara Islam mengajukan saran baru kepada pihak Rusia, terutama mengenai tetap tinggal di Douma dengan senjata mereka.
Usul baru itu juga menyentuh situasi Tentara Islam di Douma dan daerah kantung lain, tempat anggotanya masih ada di wilayah Qalamoun Timur dan Damaskus Selatan.
Setelah itu, Observatorium menyiarkan apa yang dikatakannya sebagai reaksi Rusia bagi tuntutan Tentara Islam. Rusia mendesak gerilyawan menyerahkan senjata mereka dalam jangka waktu tiga hari.
Mereka yang menyerahkan senjata akan dibersihkan catatannya dan akan dimasukkan ke dalam daftar pasukan polisi lokal yang akan dibentuk Rusia di Douma.
Setelah pembersihan catatan gerilyawan, batalion polisi akan dibentuk di Douma dari bekas petempur Tengara Islam, yang akan menerima senjata buatan Rusia dan ikut dalam perang melawan gerilyawan yang memiliki hubungan dengan Al-Qaida serta ISIS di sebelah selatan Damaskus. Tapi perundingan tersebut tampaknya tidak mencapai akhir yang baik, yang menjelaskan serangan baru itu.
Douma adalah area terakhir yang dikuasai gerilyawan di Ghouta Timur setelah kota-kota pinggiran lain menyaksikan evakuasi 43.000 gerilyawan dan keluarga mereka menuju Provinsi Idlib.
Credit antaranews.com