Putra Mahkota Kerajaan Arab Saudi, Muhammad bin Salman. (Bandar Algaloud/Courtesy of Saudi Royal Court/Handout via REUTERS)
Jakarta, CB -- Sejumlah pejabat intelijen Arab Saudi yang dekat dengan Putra Mahkota Mohammed bin Salman disebut pernah merencanakan membunuh seorang pejabat militer Iran, Qassim Suleimani.
Suleimani
merupakan pemimpin pasukan khusus Quds Force dari Pasukan Garda
Revolusioner Iran, dan dianggap Saudi sebagai salah satu musuh besarnya.
Tiga
orang yang mengetahui diskusi tersebut menuturkan tahun lalu para
pejabat intelijen itu pernah meminta sekelompok kecil pengusaha untuk
membantu melancarkan rencana tersebut.
Rencana itu disebut
berlangsung ketika Pangeran Mohammed masih menjabat sebagai wakil Putra
Mahkota sekaligus Menteri Pertahanan Saudi.
Dikutip
The New York Times, Senin (12/11), rencana yang
berlangsung setahun sebelum pembunuhan Jamal Khashoggi ini menunjukkan
bahwa para pejabat tinggi Saudi telah mempertimbangkan melakukan
pembunuhan terhadap 'musuh' kerajaan ketika Pangeran Mohammed akan naik
takhta.
Saat itu, Pangeran Mohammed disebut tengah
mengkonsolidasikan kekuasaan dan mengarahkan para penasihatnya untuk
meningkatkan operasi militer dan intelijen di luar negeri.
Rencana
pembunuhan disebut terjadi pada Maret 2017. Saat itu, salah satu
pejabat Saudi, Mayor Jenderal Ahmed al-Assiri, dikabarkan mengungkapkan
rencana pembunuhan Suleimani dalam sebuah pertemuan dengan sejumlah
pengusaha.
Dalam pertemuan itu, para pengusaha disebut berencana
menggunakan operasi intelijen swasta senilai US$2 miliar untuk melakukan
sabotase perekonomian Iran.
Menurut tiga sumber tersebut, Assiri
dan beberapa pejabat Saudi sempat bertanya kepada para pengusaha itu
apakah mereka juga menjalankan operasi mematikan. Para pejabat Saudi
disebut menuturkan ketertarikan mereka untuk membunuh pejabat senior
Iran.
Sejumlah pebisnis yang hadir pun melihat rencana pembunuhan itu sebagai
sumber pemasukan yang menguntungkan. Para pengusaha juga menilai rencana
tersebut sebagai salah satu cara memusnahkan Iran, sebuah negara yang
dianggap sebagai musuh bersama.
Meski begitu, para pebisnis
tersebut mengatakan mereka perlu lebih dulu berkonsultasi dengan
pengacara-pengacara mereka. Para pengacara perusahaan disebut menolak
dengan tegas permintaan pejabat Saudi dengan mengatakan bahwa klien
mereka tak akan ambil bagian dalam rencana pembunuhan apa pun.
Sebelum
dipecat bulan lalu karena dituding terlibat pembunuhan Khashoggi,
Assiri merupakan salah satu penasihat terdekat Pangeran Mohammed. Ketika
naik sebagai Putra Mahkota, Mohammed kemudian mengangkat Assiri sebagai
wakil kepala badan intelijen Saudi
Analis negara Barat meyakini
bahwa pengangkatan Assiri dilakukan Mohammed guna membantunya mengawasi
kepala intelijen Saudi, Khalid bin Ali bin Abdullah al-Humaidan.
Humaidan
diketahui dekat dengan intelijen negara Barat, dan diduga masih setia
terhadap salah satu anggota keluarga kerajaan yang menjadu musuh
Mohammed.
Hingga berita ini dibuat, juru bicara pemerintah kerajaan Saudi menolak mengomentari kebenaran rencana pembunuhan tersebut.
Credit
cnnindonesia.com