Yunani menjadi negara maju pertama
yang gagal membayar hutang pada Selasa (30/6), dan kini hanya hidup dari
dana pinjaman untuk sementara waktu. (Reuters/Neil Hall)
Jakarta, CB
--
Ketika Yunani bergabung dengan Uni Eropa dan
mengganti mata uangnya dengan euro tahun 2001, keadaan ekonomi negara
ini diprediksi akan terus tumbuh dan diikuti oleh ledakan ekonomi. Namun
prediksi ini seketika berubah ketika krisis keuangan menerpa tahun
2008.
Kala itu, semua negara di Eropa mengalami resesi, namun
karena Yunani merupakan salah satu negara yang paling miskin dengan
hutang bertumpuk, negara itu yang paling menderita dan merasakan
dampaknya.
Dikutip dari Vox, jika saja Yunani tidak bergabung
dengan euro, negara ini diperkirakan dapat meningkatkan ekonomi dengan
lebih banyak mencetak mata uangnya, drachma. Hal ini akan menurunkan
nilai drachma di pasar internasional, membuat ekspor lebih kompetitif
Yunani.
Langkah ini juga diperkirakan akan menurunkan suku bunga
domestik, mendorong investasi domestik dan mempermudah Yunani melunasi
hutang mereka.
Namun, Yunani memutuskan untuk berbagi kebijakan
moneter dengan seluruh Eropa. Bank Sentral Eropa yang didominasi Jerman
meluncurkan kebijakan moneter Eropa yang tepat bagi Jerman, namun di
satu sisi memperburuk ekonomi Yunani.
Yunani memiliki beban
utang yang sangat besar, mencapai 177 persen dari produk domestik bruto,
atau PDB, membuat negara ini sulit mengumpulkan uang yang dibutuhkan
untuk melakukan pembayaran utang.
Selama lima tahun terakhir,
Yunani melakukan negosiasi dengan Komisi Eropa, Bank Sentral Eropa, dan
Dana Moneter Internasional terkait bantuan keuangan untuk mengatasi
beban utang mereka. Ketiga lembaga ini dikenal dengan sebutan "troika".
Sejak 2010, Troika memberikan pinjaman kepada Yunani dengan syarat
penaikan pajak dan pemotongan belanja.
Namun, Yunani tak juga
mampu menyelamatkan kondisi finansialnya. Keadaan ini berujung pada
kegagalan Yunani untuk membayar utang sebesar US$1,7 juta kepada Dana
Moneter Internasional, atau IMF, dengan tenggat waktu yang ditentukan,
yaitu Selasa (30/6), menjadikan Yunani sebagai negara maju pertama yang
gagal membayar utang dan hanya hidup dari uang pinjaman untuk sementara
waktu.
Dilaporkan CNN, sesaat sebelum dinyatakan
default,
atau gagal bayar utang, Yunani kembali meminta dana talangan dari
Eropa. Ini merupakan upaya di ujung keputusasaan, para pemimpin keuangan
Eropa berjanji akan mengadakan pertemuan untuk mempertimbangkannya.
Meski demikian, kecil kemungkinan dana talangan lainnya tersebut akan
terjadi. Seorang pejabat menyatakan kepada CNN, bahwa upaya penyelamatan
itu kemungkinan besar memerlukan syarat yang lebih ketat dari syarat
yang telah diberikan Uni Eropa dan ditolak oleh Yunani, yaitu
pengurangan dana pensiun dan peningkatan pajak.
Akibat krisis
Yunani, terdapat penurunan tajam di pasar keuangan global pada Senin
(29/6). Para investor disarankan untuk menunggu perkembangan lebih
lanjut dari krisis ini. Namun pada Selasa (30/)6, pasar keuangan kembali
telah kembali stabil.
Sebagian besar utang Yunani berasal bukan
dari bank swasta, melainkan dari lembaga besar Eropa dan negara-negara
zona euro lainnya. Hal ini dilakukan agar jika Yunani gagal membayarnya,
sistem finansial dunia tidak terlalu terguncang.
Terkait hal ini, Kanselir Jerman, Angela Merkel, menyatakan bahwa
"pintu dialog masih terbuka" pada Selasa (29/6). Meski demikian, dialog
akan sangat bergantung kepada referendum yang akan digelar pada 5 Juli
mendatang.
Perdana Menteri Yunani, Alexis Tsipras mengumumkan
referendum, meminta rakyat Yunani untuk memutuskan nasib mereka sendiri
terkait dana talangan ini. Jika rakyat Yunani memilih "Tidak," maka
mereka menolak paket dana talangan dengan segala syarat yang
menyertainya.
Kekacauan diperkirakan akan terjadi dan Yunani
harus mencari cara untuk kembali menggunakan mata uang drachma dan
meninggalkan euro.
Sementara, jika rakyat memilih "Ya", ini akan menunjukkan keinginan rakyat Yunani untuk tetap berada di zona euro.
Selain
kepada IMF, Yunani juga memiliki tenggat pembayaran utang besar lainnya
kepada Bank Sentral Eropa pada 20 Juli mendatang.
Hingga kini,
seluruh bank di Yunani masih ditutup untuk mencegah warga menarik semua
uang mereka di bank, karena bank-bank di Yunani tidak akan sanggup
mengeluarkan begitu banyak uang tunai. Penarikan harian di bank terbatas
sampai 60 euro atau sekitar Rp887 ribu.
Dapat dikatakan, Yunani
kini tengah mengalami masa depresi, dengan situasi perekonomian yang
jatuh sebanyak seperempatnya dalam beberapa tahun terakhir. Tingkat
pengangguran di negara ini pun melonjak menjadi di atas 25 persen.
Credit
CNN Indonesia