Jumat, 03 Juli 2015

Kemlu RI: Keanggotaan MSG Dorong Pembangunan Indonesia Timur


Kemlu RI: Keanggotaan MSG Dorong Pembangunan Indonesia Timur  
Kemlu RI menilai status Indonesia yang telah menjadi anggota di Melanesian Spearhead Group (MSG) mampu mendorong pembangunan di Indonesia Timur. (CNN Indonesia/Safir Makki)
 
Jakarta, CB -- Kementerian Luar Negeri RI mengaku perubahan status Indonesia dari peninjau (observer) ke anggota asosiasi (associate member) di organisasi Melanesian Spearhead Group (MSG) pada 26 Juni lalu mampu memberikan dampak positif bagi pemerintah Indonesia ke depan.

Keuntungan ini diklaim lantaran Indonesia dan sejumlah negara anggota MSG memiliki banyak kesamaan, seperti sama-sama negara kepulauan, memiliki jumlah penduduk Melanesia yang cukup besar dan sama-sama menghadapi tantangan perubahan iklim.

"Saat ini fokus MSG adalah pembangunan dan ekonomi dengan prinsip menghormati hukum internasional, ini sejalan dengan visi pembangunan Indonesia," ujar juru bicara Kemlu RI, Arrmanatha Nasir di Jakarta, Kamis (2/7).


Arrmanatha--akrab disapa Tata, menuturkan Indonesia kerap menjalin kerja sama positif dan berkontribusi besar terhadap negara-negara anggota MSG. Salah satu yang saat ini sedang dibahas adalah kerja sama dengan Papua Nugini.

"Sekarang yang dibahas dengan Papua Nugini adalah soal pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Jadi dibangunnya di Indonesia, tetapi sebagian listriknya nanti akan kita jual ke Papua Nugini. Mereka juga menawarkan pembangunan jalan (highway)," ujar Tata menjelaskan.

Bentuk kerja sama seperti ini, menurut Tata, diharapkan dapat membuka akses lebih luas terhadap negara-negara MSG ke kawasan Indonesia timur sehingga dapat mendorong perekonomian di sana, mengingat nilai perdagangan Indonesia dengan negara-negara MSG sampai saat ini cukup besar, yaitu US$260 juta.

Berdasarkan data yang dimiliki Kementerian Luar Negeri, Indonesia memiliki populasi etnis Melanesia terbesar dengan jumlah mencapai 11 juta orang. Mereka tersebar di lima provinsi, yaitu Papua, Papua Barat, Maluku, Maluku Utara dan Nusa Tenggara Timur.

MSG merupakan organisasi berlatar budaya Melanesia yang dicetuskan pertama kali pada 17 Juli 1986 saat keempat pimpinan pemerintahan dari Papua Nugini, Kepulauan Solomon, Vanuatu dan Fron Pembebasan Nasional Sosialis Kanak (FLNKS) dari Kaledonia Baru mengadakan pertemuan di Goroka, Papua Nugini. Namun, FLNKS baru benar-benar resmi bergabung pada 1989, disusul oleh Fiji pada 1996.

Pada 2011 Indonesia menjadi peninjau dalam MSG dan telah memberikan kontribusi terhadap pembangunan di negara-negara MSG, di antaranya pemberian 130 program bantuan teknis kepada 583 rekan Melanesia.

Credit   CNN Indonesia