Perdana Menter Australia Malcolm Turnbull di KTT APEC di Da Nang, Vietnam, Sabtu (11/11).
Foto: Jorge Silva/Pool Photo via AP
Pemerintahan PM Turnbull tidak stabil.
CB, MELBOURNE -- Perdana Menteri Australia Malcolm Turnbull sedang dalam
krisis. Sebanyak 10 anggota parlemen yang duduk di frontbench atau menterinya, menawarkan untuk mengundurkan diri.
Peter
Dutton yang sebelumnya menantang kepemimpinan PM Turnbull juga meminta
rekan-rekannya untuk terus berupaya untuk menggantikan PM Turnbull.
"Saya bicara ke rekan-rekan, saya tidak akan bertele-tele soal itu," kata Dutton kepada stasiun radio 3AW.
Dutton
keluar dari kementerian pada Selasa (21/08), setelah PM Turnbull menang
tipis dengan tujuh suara dalam pemungutan suara internal di partainya.
Pada Rabu (22/08), Dutton menggunakan posisinya yang kini menjadi bagian
dari 'backbench' untuk menjelaskan kebijakannya soal pajak dari tagihan listrik untuk keluarga.
"Otomatis akan mengurangi 10 persen untuk tagihan listrik dan warga akan langsung merasakan dampak itu," katanya kepada radio Triple M.
Dari pantauan ABC,
menteri dalam kabinet PM Turnbull lainnya, Greg Hunt, Michael Keenan
dan Steve Ciobo, serta Menteri Kewarganegaraan Alan Tudge, menawarkan
pengunduran diri, tetapi tawaran tersebut belum disetujui. Menteri
Pembangunan Internasional Concetta Fierravanti-Wells sebelumnya telah
mengundurkan diri, karena menuduh pemerintah menjadi terlalu kiri.
Lima
menteri lainnya yang lebih junior juga telah menawarkan pengunduran
diri mereka. Hal itu menyulitkan PM Turnbull untuk mempertimbangkannya.
Namun sejauh ini PM Turnbull belum menyetujui.
Sementara
itu, pemimpin oposisi, Bill Shortern menuntut agar PM Turnbull tidak
membuat keputusan besar jika ketidakstabilan masih berlanjut.
"Mengingat
kejadian-kejadian pekan ini, ketidakpastian di tubuh kepemimpinan
Pemerintahan Koalisi Nasional Liberal, dan potensi dari pemilihan umum
dalam jangka waktu dekat, saya meminta Anda segera berhenti mengambil
tindakan yang mungkin mengikat keputusan pemerintah yang akan datang,
sesuai dengan konvensi yang berlaku," tulis Shorten kepada PM Turnbull.
Shorten
mengatakan termasuk dalam permintaannya kepada PM Turnbull adalah soal
kebijakan utama, penunjukan jabatan, kontrak-kontrak dan komitmen yang
dapat mempengaruhi negosiasi internasional. PM Turnbull menegaskan
masalah kepemimpinan di tubuh partainya telah diselesaikan.
"Mungkin akan ada keputusan untuk menentukan tanggal pemilihan umum pada hari Jumat," kata salah satu sumber kepada ABC dan mengatakan bahwa dalam masalah persiapan menjelang pemilu koalisi kalah dibandingkan persiapan Partai Buruh.
"Kami tidak punya kekuatan dan belum siap bertempur."
Pemerintah
Afghanistan tidak akan menghadiri perundingan damai dengan Taliban di
Moskow, Rusia, pada September mendatang. Foto/Istimewa
KABUL
- Pemerintah Afghanistan tidak akan mengirim delegasi ke pembicaraan
damai dengan Taliban yang dipimpin oleh Rusia. Demikian pernyataan
Kementerian Luar Negeri Afghanistan. Pemerintah Afghanistan mengatakan
hanya mereka yang dapat memulai proses perdamaian.
Juru bicara
Kementerian Luar Negeri Afghanistan mengatakan Kabul tidak berencana
mengirim delegasi ke konferensi perdamaian yang direncanakan dengan
Taliban di Moskow pada 4 September.
"Proses perdamaian hanya
dapat dimulai dan diajukan oleh pemerintah Afghanistan," kata juru
bicara Kementerian Luar Negeri Afghanistan, Sebghatullah Ahmadi.
"Pemerintah
tidak akan berpartisipasi dalam pertemuan lebih lanjut yang tidak
dipimpin oleh pemerintah Afghanistan," imbuhnya seperti dikutip dari Deutsche Welle, Kamis (23/8/2018).
Ahmadi
menekankan bahwa pemerintah Afghanistan akan tetap mempertahankan
hubungan baik dengan Rusia dan akan terus melakukannya di masa depan.
Namun, Kabul hanya bisa mendukung pembicaraan damai jika kepentingan
Afghanistan berada di garis depan.
Pada hari Selasa, Menteri Luar
Negeri Rusia Sergei Lavrov mengumumkan bahwa Moskow mengharapkan
Taliban untuk ambil bagian dalam pembicaraan 4 September yang
direncanakan. Pemerintah Rusia telah mengundang 12 negara untuk ambil
bagian dalam konferensi perdamaian Afghanistan.
Amerika Serikat (AS) telah mengatakan tidak akan menghadiri konferensi, yang akan membahas masa depan Afghanistan.
Rusia
prihatin dengan ekspansi kelompok-kelompok teroris di Afghanistan,
khususnya karena perbatasan 1.300 kilometer antara Afghanistan dan
Tajikistan - bagian dari bekas Uni Soviet.
Taliban belum mengumumkan secara resmi apakah akan mengirim delegasi ke pembicaraan damai di Moskow.
Rusia
menyebut penolakan AS untuk mengambil bagian dalam konferensi tentang
Afghanistan mencerminkan kemunafikan retorika perdamaian Washington di
Afhanistan. Foto/Istimewa
MOSKOW
- Rusia menyebut penolakan Amerika Serikat (AS) untuk mengambil bagian
dalam konferensi tentang Afghanistan mencerminkan kemunafikan retorika
perdamaian Washington sehubungan dengan Kabul. Pertemuan, yang kabarnya
akan turut dihadiri perwakilan Taliban itu itu rencananya akan digelar
di Moskow pada awal September mendatang.
"Kami menyesali
pernyataan Kementerian Luar Negeri AS bahwa Washington menolak untuk
mengambil bagian dalam pertemuan format Moskow," kata Kementerian Luar
Negeri Rusia dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Tass pada Rabu
(22/8).
"Selain dari mereka, perwakilan dari Afghanistan, Cina,
Pakistan, Iran, India dan lima Asia Tengah negara-negara telah diundang
untuk ambil bagian di dalamnya. Keputusan pihak Amerika sekali lagi
menyoroti kemunafikan retorika Washington terhadap Afghanistan,"
sambungnya.
Kemlu Rusia menuturkan, penolakan Washington untuk
berpartisipasi dalam konferensi mengenai Afghanistan menunjukkan bahwa
AS tidak tertarik dalam meluncurkan proses rekonsiliasi nasional di
Afghanistan sesegera mungkin.
"Negara-negara yang mengambil
bagian dalam konferensi Moskow mencari, pertama dan terutama, untuk
bersama-sama memfasilitasi upaya untuk meluncurkan proses rekonsiliasi
nasional di Afghanistan sesegera mungkin dan mengakhiri perang saudara,"
ungkapnya.
"Penolakan Washington untuk berpartisipasi dalam
upaya tersebut menunjukkan bahwa Washington mengejar tujuan yang sama
sekali berbeda," tukas kementerian tersebut.
Roket Barrage dan Tembakan dari Helikopter Serang Istana Presiden Afganistan. [ Aljazeera]
CB, Jakarta - Istana
presiden Afganistan di Kabul dihujani roket barrage dan rentetan
tembakan dari helikopter dua hari setelah presiden Ashraf Ghani
menawarkan gencatan senjata kepada Taliban untuk menghormati Idul Adha.
Menurut
laporan Aljazeera, 21 Agustus 2018, seorang pejabat NATO untuk misi
Pendukung Resolusi di Afganistan menyebut 9 orang melakukan serangan
dengan meluncurkan sekitar 30 roket barrage dari dua tempat terpisah di
Kabul.
Suara dentuman roket terdengar saat pidato presiden Ghani tentang tawaran gencatan senjata diberitakan secara langsung.
Ghani yang mengetahui tentang serangan roket barrage dan rentetan
tembakan dari helikopter berujar: "andai mereka mengira serangan roket
akan membuat Afganistan tetap terpuruk, mereka keliru."
Belum
jelas siapa pelaku serangan ke wilayah yang paling dijaga ketat oleh
pasukan keamanan Afganistan. Di area ini juga berdiri sejumlah bangunan
kedutaan yang mendapat penjagaan sangat ketat.
Roket Barrage
Polisi
menuding Taliban sebagai pelakunya namun ISIS kemudian mengumumkan
tembakan roket barage ke arah istana presiden Afganstain di lakukan oleh
milisinya. Taliban sendiri memilih bungkam.Polisi Afganistan
segera menutup dua lokasi yang menjadi target serangan. Helikopter
militer merusak dua lokasi penembak melancarkan serangan.
" Total 4
orang dari 9 pemberontak tewas. Lima pemberontak lainnya menyerahkan
diri ke aparat Afganistan," ujar Letnan Kolonel Martin O"Donnell, juru
bicara pasukan keamanan Amerika Serikat-Agganistan.
Pada hari
Minggu, Ghani menawarkan Taliban gencatan senjata menyambut Idul Adha
dengan syarat gencatan senjata berlangsung selama 3 bulan atau hingga
memperingati hari lahirnya Nabi Muhammad, 21 November mendatang.
Ghani
menyampaikan tawaran gencatan senjata itu saat berpidato menyambut hari
kemerdekaan Afganistan ke 99 di istana ikonik, Darul Aman di Kabul.Gencatan
senjata selama 3 bulan ini, menurut presiden Ghani dicapai setelah
berlangsung pembahasan meluas dengan berbagai segment masyarakat
Afganistan dan sejumlah ulama Islam.
Taliban
belum memberikan tanggapan resmi atas tawaran gencatan senjata dari
presiden Ghani. Namun, Taliban mengeluarkan pernyataan bahwa kelompok
milisi ini berencana membebaskan ratusan tahanan saat perayaan Idul
Adha.
Sistem rudal darat-ke-udara jarak menengah dan
jarak jauh Rusia S-400 saat parade Hari Kemenangan perayaan 71 tahun
kemenangan atas Nazi Jerman di Perang Dunia II di Red Square, Moskow,
Rusia, 9 Mei 2016.
Foto: REUTERS/Grigory Dukor
Turki akan mendapatkan rudal dari Rusia tahun depan.
CB,
MOSKOW -- Pemerintah Rusia segera memulai pengiriman rudal S-400 ke
Turki pada 2019. Pengiriman hulu ledak itu dilakukan lebih awal daripada
yang telah direncanakan sebelumnya. Hal itu dilakukan menyusul retaknya
hubungan Turki dengan AS dan Pakta Aliasi Atlantik Utara (NATO).
"Kontrak pengirimian terkait S-400 ke Turki dilaksanakan lebih awal
dari waktu yang telah disepakati dan pada 2019 kami akan memenuhi
kontrak itu," kata Kepala Rosoboronexport Alexander Mikheyev, seperti
diwartakan Aljazirah, Rabu (22/8).
Rosoboronexport
merupakan manufaktur senjata milik Rusia yang memproduksi hulu ledak
tersebut. Dalam kontrak sebelumnya, pengiriman rudal S-400 akan mulai
dilakukan pada 2020 mendatang.
Transaksi pembelian senjata
militer itu tidak dilakukan menggunakan dolar Amerika Serikat (AS).
Perdagangan antara Turki dan Rusia itu dilakukan dengan memakai mata
uang lokal. Nilai perdagangan senjata militer itu mencapai 2,5 miliar
dolar AS.
Belanja itu membuat Turki menjadi negara NATO
pertama yang memiliki rudal canggih buatan Rusia. S-400 memiliki sistem
yang tidak memiliki kecocokkan dengan sistem NATO. Rudal itu
disebut-sebut mampu membidik target di udara dalam kisaran 400
kilometer. Pembelian rudal pabrikan Rusia itu membuat khawatir pejabat
militer dan politisi AS.
Hubungan bilateral Turki-AS
tengah berada dalam kondisi yang kurang harmonis. Tensi kedua negara
belakangan kembali meningkat menyusul penahanan seorang pastor asal AS
Andrew Brunson.
AS diketahui juga telah menjatuhkan sanksi
terhadap dua orang pembantu presiden Turki, yakni Menteri Kehakiman
Abdulhamit Gul dan Menteri Dalam Negeri Suleyman Soylu. Keduanya
dijatuhi hukuman menyusul dugaan mendalangi sebuah organisasi yang
bertanggung jawab atas penangkapan pastor asal AS, Andrew Craig Brunson.
Tensi
terus meningkat setelah AS menggandakan tarif ekspor aluminium dan baja
asal Turki masing-masing sebesar 20 persen dan 50 persen. Istanbul
kemudian membalas dengan meningkatkan sejumlah tarif barang impor dari
AS, seperti kendaraan penumpang hingga 120 persen, alkohol hingga 140
persen, dan tembakau asal AS sebesar 60 persen. Barang-barang lalinnya
yang juga terdampak penggandaan tarif adalah kosmetik, beras, dan batu
bara.
Terkait kasus Brunson, Gedung Putih mengatakan jika
Presiden AS Donald Trump frustrasi lantaran Istanbul belum juga
membebaskan pastor tersebut. Gedung Putih mengatakan, AS berencana
menerapkan tekanan ekonomi lainnya kepada Turki agar mau melepaskan
Brunson.
"Presiden frustrasi pada kenyataan bahwa Pastor
Brunson belum dibebaskan serta fakta jika WN AS lainnya dan karyawan
yang memiliki fasilitas diplomatik juga belum dibebaskan,” kata Juru
Bicara Gedung Putih, Sarah Sanders.
Presiden Recep Tayyip Erdogan. (AFP PHOTO / ADEM ALTAN)
Jakarta, CB-- Warga Turki mendukung tindakan pemerintah Presiden Recep Tayyip Erdogan
yang berusaha menstabilkan krisis ekonomi. Masyarakat Turki tampak
tidak terganggu dengan melemahnya nilai tukar mata uang lira Turki
terhadap dolar, Rabu (22/8).
Koordinator Ekonomi dari Kedutaan
besar Republik Indonesia (KBRI) di Ankara, Turki, Sebastianus Sayoga
mengatakan bahwa masyarakat Turki mengerti bahwa krisis ekonomi ini
disebabkan oleh Amerika, sehingga masyarakat sangat mendukung pemerintah
dan tidak melakukan demontrasi selayaknya negara yang dilanda krisis
lainnya.
"Dalam beberapa kesempatan, dukungan masyarakat
diberikan dengan cara sukarela menukarkan mata uang asing yang dimiliki
mereka ke dalam lira, dan bukan sebaliknya melakukan rush pembelian dolar besar-besaran di money changer di Turki, sebagai langkah memenuhi himbauan dari Presiden Erdogan terkait national struggle," kata Sayoga saat dihubungi CNNIndonesia.com.
Sayoga juga menambahkan bahwa beberapa harga bahan
khususnya Bahan Bakar Minyak (BBM) naik sekitar delapan persen, namun
tidak menganggu kehidupan masyarakat di Turki.
"Masyarakat Turki masih dapat menikmati suasana libur panjang Idul
Adha yang ditetapkan pemerintah dan melakukan liburan ke luar kota.
Sampai saat ini tidak ada protes atau demonstrasi terkait kenaikan harga
barang," kata dia.
Sebelas hari pasca berlakunya sanksi ekonomi
AS kepada Turki, nilai tukar lira Turki terhadap mata uang dolar masih
tidak stabil. Mulai 7 lira pada Senin (13/8), menjadi 5.8 lira pada
Jumat (17/8), dan berakhir dengan enam lira pada Senin (20/8).
Pemerintah
Turki melakukan beberapa langkah-langkah untuk menahan penurunan nilai
tukar lira. Langkah-langkah yang dilakukan pemerintah menitikberatkan
pada tiga hal pokok yaitu kemandirian bank sentral, penanggulangan
inflasi, dan disiplin tata keuangan.
Pemerintah Turki juga tidak bergantung pada mata uang dolar dengan mencanangkan currency swap pada perdagangannya kepada negara-negara mitra dagangnya. Khususnya kepada Qatar, China, dan Rusia.
Bantuan
keuangan dalam bentuk investasi diberikan Qatar sebesar US$15 miliar
dan dari China berupa pinjaman sebesar US$3,8 miliar.
Sayoga juga
mengatakan bahwa melemahnya mata uang lira tidak menganggu hubungan
kerja sama dalam bidang ekonomi Turki dengan Indonesia.
"Sampai
saat ini KBRI Ankara belum melihat hal tersebut akan menganggu kerjasama
ekonomi Turki dengan Indonesia. Beberapa perjanjian kerja sama tetap
berjalan untuk kepentingan dan keuntungan bagi kedua negara," kata dia.
Nilai
tukar lira Turki melemah terhadap dolar setelah Presiden AS, Donald
Trump mengatakan bahwa Turki membuat 'kesalahan besar' dengan tidak
membebaskan pendeta Amerika, Andrew Brunson.
Awalnya lira
diperdagangkan pada 6,09 pada 06.35 GMT. Namun nilainya mulai melemah
dan menurun dengan nilai penutupan 6,06 pada Selasa (21/8).
Lira
kehilangan 37 persen dari nilainya tahun ini karena krisis mata uang
yang dipicu oleh kekhawatiran atas pengaruh Presiden Recep Tayyip
Erdogan atas kebijakan moneter. Turunnya nilai mata uang lira diperparah
dengan perselisihannya dengan Washington.
ANKARA
- Turki menuding Washington melancarkan perang ekonomi dan gagal
menghormati sistem hukumnya. Hal ini terkait nasib seorang pastor
Kristen evangelis yang telah ditahan oleh Turki selama 21 bulan atas
tuduhan terorisme. Masalah ini telah merenggangkan hubungan dua negara
sekutu.
Juru bicara Presiden Turki Tayyip Erdogan mengatakan
komentar oleh penasihat keamanan nasional Presiden Donald Trump adalah
bukti bahwa Amerika Serikat menargetkan ekonomi Turki dan tidak
mencerminkan prinsip-prinsip fundamental serta nilai-nilai aliansi NATO.
"Pernyataannya
adalah bukti bahwa pemerintahan Trump menargetkan sekutu NATO sebagai
bagian dari perang ekonomi," kata juru bicara Erdogan, Ibrahim Kalin
dalam pernyataan tertulis kepada Reuters menanggapi komentar oleh penasehat Trump John Bolton, Kamis (23/8/2018).
"Pemerintahan
Trump telah menetapkan bahwa mereka bermaksud untuk menggunakan
perdagangan, tarif dan sanksi untuk memulai perang perdagangan global,"
sambung Kalin, menunjuk pada sengketa serupa dengan Meksiko, Kanada,
Eropa dan Cina.
“Turki
tidak memiliki niat memulai perang ekonomi dengan pihak manapun. Namun,
biar bagaimanapun, tidak akan diam dalam menghadapi serangan terhadap
ekonomi dan peradilannya,” tukasnya.
Kalin mengatakan Turki akan
bekerja sama dengan negara-negara lain di dunia terhadap
tindakan-tindakan yang sifatnya membatasi dan menghukum.
Bolton
mengatakan kepada Reuters selama kunjungan ke Israel dia skeptis tentang
janji dukungan investasi sebesar USD15 miliar untuk Turki oleh emir
Qatar, yang sama sekali tidak cukup untuk berdampak pada ekonomi Turki.
Kalin
pun menyerukan Washington untuk menghormati independensi peradilan
Turki, salah satu tanggapan paling tajam Ankara terhadap kecaman atas
penahanan Brunson.
"Ada aturan hukum di Turki dan kasus Andrew
Brunson adalah masalah hukum. Ada proses hukum yang sedang berlangsung
terkait dengan individu ini," ujar Kalin.
"Tak perlu dikatakan
bahwa kami menemukan tidak dapat diterima mengabaikan proses hukum oleh
Amerika Serikat, yang telah membuat tuntutan tertentu," sambungnya.
Brunson,
yang telah tinggal di Turki selama dua dekade, sekarang di bawah
tahanan rumah atas tuduhan terorisme, yang dia bantah.
Pengacara Brunson mengatakan dia berencana mengajukan banding ke
pengadilan konstitusional untuk pembebasan sang pastor, setelah ditolak
oleh pengadilan yang lebih rendah pekan lalu.
Pengadilan di
provinsi Izmir Turki menolak permohonan pembebasan dengan mengatakan
bukti masih dikumpulkan dan pastor itu menimbulkan risiko melarikan
diri.
Dalam wawancara dengan Reuters pada hari Senin, Trump
mengatakan tidak ada konsesi bagi Turki sebagai imbalan untuk pembebasan
Brunson. Ankara belum menanggapi komentar Trump.
Presiden AS Donald Trump bersama Presiden Turki
Recep Tayyip Erdogan di Roosevelt Room Gedung Putih, Selasa, 16 Mei
2017, di Washington.
Foto: AP Photo/Evan Vucci
Turki menuntut AS mengekstradisi Fetullah Gulen.
CB,
TEL AVIV -- Penasihat Keamanan Nasional Amerika Serikat (AS) John
Bolton mengatakan, krisis yang terjadi antara Paman Sam dan Turki akan
segera rampung jika Ankara secepatnya membebaskan Andrew Brunson. Dia
mengatakan, Pemerintah Turki telah membuat kesalahan besar dengan
menahan pastor asal AS itu.
"Dan, setiap hari kesalahan itu terus terulang, krisis ini akan
langsung berakhir jika mereka berbuat hal yang benar sebagai sekutu
NATO, bagian dari blok barat dan melepaskan pastor Brunson tanpa
prasyarat," kata John Bolton.
Ekonomi Istanbul kini tengah
terguncang menyusul peningkatan tarif barang asal Turki oleh AS. Paman
Sam menggandakan tarif baja dan aluminium asal Turki masing-masing
sebesar sebesar 20 persen dan 50 persen. Hal tersebut kemudian berdampak
pada melemahnya nilai tukar mata uang Turki, lira, terhadap dolar AS.
Pemerintah
Qatar lantas mengucurkan investasi senilai 15 miliar dolar AS di Turki
guna menyelamatkan mata uang tersebut. Ivestasi ditanamkan setelah
pertemuan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dengan Emir Qatar Syekh
Tamim Bin Hamad al-Thani. Doha sepakat menyetujui paket proyek ekonomi,
investasi, dan deposito di Istanbul.
Meski demikian,
menurut Bolton, kucuran dana investasi itu tidak akan menolong
perekonomian Turki. Dia mengatakan, apa yang dilakukan Qatar sama sekali
tidak cukup untuk memberikan dampak signifikan pada kondisi yang
dialami Turki kini.
"Ini tentu tidak membantu, tetapi kami akan benar-benar melihat apa yang berkembang dari hal yang mereka lakukan," kata Bolton.
Retaknya
hubungan AS-Turki menimbulkan pertanyaan terkait keanggotaan Ankara
dalam Pakta Aliansi Atlantik Utara (NATO). Saat dikonfirmasi terkait hal
itu, Bolton mengatakan, keanggotaan Turki dalam NATO tidak akan
ditangguhkan mengingat itu berlainan dengan isu yang dihadapi saat ini.
"Kami
fokus kepada pastor Brunson dan warga AS lainnya yang ditahan secara
ilegal oleh Pemerintah Turki dan kami berharap ada solusi segera terkait
hal itu," kata Bolton.
Pemerintah Turki sebelumnya
mengatakan, pembebasan Brunson harus dibarengi dengan ekstradisi
pemimpin organisasi FETO, Fetullah Gulen. Pria 77 tahun yang kini hidup
di Pensylvania itu disebut-sebut sebagai dalang dari kudeta gagal
presiden pada 2016 lalu.
Kompleks
Pangkalan Udara Incirlik, Turki, yang digunakan militer Amerika Serikat
untuk operasi memerangi ISIS di Timur Tengah. Foto/REUTERS
ANKARA
- Para warga dan politisi Turki mendesak pemerintah Presiden Recep
Tayyip Erdogan untuk mengusir pada tentara Amerika Serikat (AS) dari
Pangkalan Udara Incirlik. Mereka minta pangkalan itu diserahkan kepada
militer Ankara.
Desakan publik ini muncul sebagai protes atas
tindakan Washington yang menjatuhkan sanksi terhadap Ankara. Saksi
dijatuhkan setelah pemerintah Erdogan menolak membebaskan pastor
Amerika, Andrew Brunson, yang ditahan di Turki atas tuduhan mendukung
kudeta militer 2016 yang berakhir dengan kegagalan.
"Pasukan
Amerika harus meninggalkan Pangkalan Udara Incirlik!," teriak seorang
warga di distrik Yuregir, Adana, yang menolak diidentifikasi.
Para warga di sekitar pangkalan marah atas perilaku Washington terhadap Ankara yang sejatinya adalah sekutu di keanggotaan NATO.
"AS
telah melancarkan perang terhadap Turki, menggunakan penangkapan pastor
sebagai dalih," kata Mehmet Kaya, seorang warga kota Adana, mengacu
pada pertikaian diplomatik yang sedang berlangsung atas nasib misionaris
Injil Amerika, Andrew Brunson.
Pastor Brunson dituduh menjalin
hubungan dengan kelompok pimpinan Fethullah Gulen, ulama Turki yang
tinggal di pengasingan di AS.
"AS berada di belakang upaya kudeta
pada 15 Juli (2016). Mereka tidak ingin negara-negara lain untuk
berkembang; satu-satunya tujuan mereka adalah untuk menempatkan
negara-negara lain dalam posisi ketergantungan pada Washington.
Keputusan Turki untuk membeli S-400 (sistem rudal ) dari Rusia telah
membuang keseimbangan AS, karena mereka ingin menguasai seluruh dunia,"
kata Kaya, seperti dikutip Sputnik, Rabu (22/8/2018).
Menurut
Kaya, AS menaburkan perpecahan dan kehancuran di
mana-mana."(Washington) memasuki Suriah, Irak, Tunisia dan Libya, dan
wilayah-wilayah ini telah direduksi menjadi reruntuhan," kata warga
Turki itu.
"Di Suriah, orang-orang dulu hidup dalam damai dan
persatuan, tetapi ketika AS datang, pembantaian dimulai, saudara lelaki
berpaling, dan kekacauan meletus."
Abuzer Tuncer yang diwawancarai Sputnik, menyatalam bahwa Presiden AS Donald Trump "sudah gila" ketika dia telah memilih Turki sebagai sasarannya.
"AS
melancarkan perang melawan Turki dan seluruh ekonomi dunia. Mereka
tidak ingin Turki berkembang dan makmur. Bahkan, mereka adalah musuh
utama kami. AS tidak memberi kami senjata yang kami beli dari mereka
untuk uang kami sendiri, tetapi pada saat yang sama menyuplai senjata
kepada musuh kami, unit pertahanan diri Kurdi. Selain itu, mereka
menentang pembelian S-400 (sistem rudal) dari Rusia," ujar Tuncer,
mengutip skandal mengenai penundaan pengadaan F-35 oleh Turki.
Menurut
Mehmet Erdem, seorang penduduk Adana, ada kebutuhan untuk membentuk
front persatuan aktivis, partai politik, dan pergerakan wilayah untuk
menutup basis Incirlik.
Warga Turki, Mehmet Celik dan Neziyet Sermin, ingat bahwa pangkalan itu
telah menjadi pijakan utama dari komplotan kudeta militer Turki pada
Juli 2016.
Selama percobaan kudeta 15 Juli 2016, sebuah tanker
udara yang membawa bahan bakar untuk F-16 yang digunakan oleh komplotan
militer turun ke darat di Pangkalan Udara Incirlik. Ini adalah pertama
kalinya, ketika pangkalan itu telah menjadi rebutan antara Ankara dan
Washington dan memicu protes besar-besaran di kawasan itu.
"Pangkalan
Incirlik adalah sarang kejahatan," kata Celik, menekankan bahwa
personel militer AS harus meninggalkan pangkalan udara itu.
Dia
menekankan bahwa tidak hanya Turki yang menjadi mangsa tarif dan sanksi
sanksi Washington, tetapi juga Rusia, China dan Iran. Selain itu,
langkah-langkah AS terhadap Turki dan Iran akhirnya menjadi bumerang
pada perusahaan-perusahaan Eropa.
Menurut Celik, apa yang dilakukan Washington sama dengan "bandit internasional."
Namun,
lanjut dia, pada akhirnya AS akan mengisolasi diri. "AS sedang mencoba,
melalui dolar, untuk memaksakan tekanan pada ekonomi negara lain,
tetapi pada akhirnya akan kalah dalam perang ini." katanya.
Sermin,
warga Turki yang tinggal di Incirlik, percaya bahwa negaranya akan
membangun hubungan persahabatan dengan negara-negara tetangga, seperti
Rusia, China, Iran dan lain-lain, tetapi tidak akan pernah menjadi
negara klien Amerika.
Sementara itu, para politisi di kawasan itu
juga menyuarakan protes terhadap kehadiran militer AS di Turki. "Kami
tidak ingin militer negara manapun untuk hadir di wilayah Turki," kata
Selver Kaplan, ketua cabang regional partai sayap kiri non-parlemen
Vatan di Adana.
"Militer AS harus meninggalkan markas Incirlik;
95 persen penduduk Turki menentang kehadiran orang Amerika di Incirlik.
Pangkalan militer harus diserahkan kepada militer Turki. Selain itu,
Turki harus mundur dari NATO."
Sevil Araci, ketua cabang regional
Partai Buruh (EMEP) di Adana, berpendapat bahwa Incirlik dan semua
pangkalan Amerika lainnya yang terletak di wilayah ini diarahkan
terhadap penduduk setempat.
"Pangkalan Incirlik tidak melindungi
Turki, sebaliknya, itu menimbulkan ancaman serius bagi Turki. Jadi, kami
meminta pangkalan ini harus ditutup. Kami telah lama berjuang untuk
itu," kata Araci.
Pangkalan Udara Incirlik adalah rumah dari Air
Base Wing ke-39 Angkatan Udara AS. Pangkalan ini digunakan pasukan AS
untuk operasi militer terhadap ISIS di Timur Tengah.
Pangkalan
Incirlik dibangun pada awal tahun 1950-an. Pada 1954, Staf Umum Turki
dan Angkatan Udara AS menandatangani perjanjian penggunaan bersama untuk
pangkalan tersebut.
Penasihat
Keamanan Nasional AS John Bolton membela serangan udara mematikan
Israel di Suriah dan menyebutnya sebagai membela diri. Foto/Istimewa
YERUSALEM
- Penasihat Keamanan Nasional Amerika Serikat (AS), John Bolton,
membela serangan udara mematikan Israel di Suriah. Bolton menggambarkan
hal itu sebagai tindakan membela diri.
Pada konferensi pers di
Yerusalem sebelum mengakhiri perjalanannya di Israel, Bolton mengatakan
serangan Israel terhadap rudal yang disediakan Iran di tetangga utara
Israel adalah pembelaan diri yang sah.
"Amerika Serikat berencana
untuk melakukan hal-hal lain untuk meningkatkan tekanan terhadap Iran,
di luar sanksi ekonomi yang baru dipaksakan," tambahnya seperti dikutip
dari Xinhua, Rabu (22/8/2018).
Sementara itu, pejabat AS itu
mengungkapkan akan berdiskusi dengan para pejabat Rusia di Jenewa pada
Kamis mengenai kemungkinan upaya bersama untuk memaksa pasukan Iran
mundur dari Suriah.
"Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan dia akan senang melihat pasukan Iran kembali ke Iran," kata Bolton.
Perdana
Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah melobi para pemimpin di Amerika
Serikat dan Eropa untuk menentang upaya Iran membangun basis militer di
Suriah.
Pejabat senior AS hawkish itu tiba di Israel pada hari
Minggu, di mana dia bertemu dengan Netanyahu, Menteri Pertahanan Avigdor
Lieberman, dan pejabat keamanan lainnya terutama atas masalah terkait
Iran.
Seorang pria membentuk siluet saat
meniupkan Shofar, tanduk biri-biri, dengan latar belakang Masjidil Aqsa
(kanan) yang berlokasi di kota tua Jerusalem yang dikenal dengan Baitul
Maqdis, Minggu (10/12/2017). (REUTERS/Ammar Awad )
Ramallah, Palestina (CB - Organisasi Pembebasan Palestina
(PLO) dan Gerakan Perlawanan Islam (HAMAS) pada Rabu mengecam Presiden
AS Donald Trump karena menyarankan pencabutan masalah Jerusalem dari
pembicaraan perdamaian Timur Tengah.
Ahmad Tamimi, anggota Komite Eksekutif PLO, mengatakan di dalam siaran
pers bahwa pernyataan Presiden Trump mengenai pencabutan masalah
Jerusalem dari perundingan Palestina-Israel tak berguna.
"Pernyataan Trump menyampaikan kebijakan AS, yang bias, dan berlanjutnya
ilusi AS, yang meliputi pengesahan perdamaian baru `Kesepakatan Abad
ini` tanpa Jerusalem sebagai Ibu Kota Negara Palestina," kata Ahmad
Tamimi, sebagaimana dikutip Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta,
Rabu malam.
"Trump takkan bisa menghilangkan masalah Jerusalem dari hati rakyat
Palestina, Arab dan umat Muslim," kata pejabat senior PLO itu.
Para pemimpin Palestina telah berulangkali mengumumkan penolakan tegas
mereka bagi setiap rencana perdamaian Timur Tengah AS yang mengeluarkan
Jerusalem, masalah pengungsi dan permukiman Yahudi.
"Kami telah mengeluarkan masalah Jerusalem dari meja perundingan," kata Trump dalam pidato di Virginia pada Selasa.
"Selama perundingan, Israel akan membayar harga yang jauh lebih besar
sebab Israel telah mengambil hadiah yang sangat berharga," kata Trump.
Ia merujuk kepada pengakuannya atas Jerusalem sebagai Ibu Kota Israel
pada Desember lalu.
Presiden Palestina Mahmoud Abbas belum lama mengkonfirmasi bahwa pihak
Palestina takkan mengadakan pembicaraan dengan Pemerintah Trump atau
menerima baik AS sebagai penengah perdamaian sebelum Washington mundur
dari keputusannya mengenai Jerusalem.
Sementara itu, Sabu Abu Zuhri, Juru Bicara HAMAS di Jalur Gaza, menyebut
keputusan Trump untuk menghilangkan Jerusalem dari pembicaraan
Palestina-Israel sangat berbahaya.
"Mesti ada tanggapan tegas dan keras Palestina seperti mencabut
pengakuan buat Israel, membatalkan kemitraan keamanan dan memutuskan
semua kontak dan hubungan dengan Pemerintah AS," kata Abu Zuhri di dalam
pernyataan yang dikirim melalui surel.
Tentara Israel berlatih di wilayah Dataran
Tinggi Golan yang direbut pada 1967 dan diupayakan diakui internasional
sebagai bagian wilayah Israel. (Reuters/Baz Ratner)
Jakarta, CB- Penasihat Keamanan Nasional AS mengatakan pemerintah PresidenDonald Trump tidak membicarakan kemungkinan negara itu mengakui klaim Israel atas wilayah Dataran Tinggi Golan.
Israel
merebut sebagian besar wilayah Dataran Tinggi Golan dari Suriah dalam
perang pada tahun 1967 dan berupaya mendapatkan agar diakui
internasional sebagai bagian dari wilayah negara itu.
Pada Mei lalu, seorang pejabat senior Israel mengatakan AS akan mengakuinya dalam beberapa bulan mendatang.
Namun, klaim ini dibantah oleh John Bolton yang merupakan penasehat Keamanan Nasional Amerika Serikat.
"Saya
mendengar ide itu diajukan tetapi tidak ada pembicaraan terkait masalah
itu, belum ada keputusan dari pemerintah AS," kata Bolton kepada kantor
berita Reuters, di Yerusalem, Selasa (21/8).
Palestina berusaha
menjadikan wilayah lain di Dataran Tinggi Golan yaitu Tepi Barat, Jalur
Gaza dan Yerusalem Timur sebagai bagian dari wilayah negara baru
Palestina. Langkah Palestina ini diajukan dalam perundingan pendirian
dua negara, Palestina dan Isarel, yang didukung AS namun terhenti sejak
2014.
Pemerintah Trump mencoba menghidupkan kembali jalur
diplomasi ini namun ditanggapi dengan dingin oleh Presiden Palestina
Mahmoud Abbas sejak AS mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel pada
Desember lalu.
Washington juga mengisyaratkan kemungkinan
mengakomodir pemukiman Yahudi di Tepi Barat dengan menghapus istilah
"pendudukan" dalam sebagian dokumen AS terkait wilayah itu.
Sementara sebagian besar negara adidaya di dunia menganggap pemukiman Yahudi tersebut ilegal.
Ketika
ditanya apakah pemerintah Trump memandang negara Palestina merupakan
masa depan untuk memecahkan konflik di Timur Tengah, Bolton bersikap
hati-hati.
"Menurut saya sudah menjadi pandangan AS sejak lama
bahwa pada akhirnya Israel dan Palestina harus sepakat soal ini,"
ujarnya. "Tidak ada pihak yang akan berdamai tanpa itu."
Terkait kemungkinan perundingan damai dengan Abbas bisa dimulai kembali, Bolton mengatakan "itu tergantung pada dia."
Palestina
ingin agar Jalur Gaza yang berada di dataran tinggi Golan menjadi
bagian negara Palestina bersama dengan Tepi Barat dan Yerusalem Timur.
(Reuters/Mohammed Salem)
Penasehat Trump ini lebih tegas ketika menyampaikan keputusan Washington
memotong bantuan dana bagi Badan Proyek Bantuan PBB (UNWRA) yang
menyalurkan bantuan bagi pengungsi Palestina akibat perang 1948 akibat
pendirian negara Israel yang juga meliputi keturunan mereka.
"UNWRA
adalah mekanisme yang gagal. badan ini melanggar hukum internasional
terkait status pengungsi. Program UNWRA adalah satu-satunya dalam
sejarah yang dibuat berdasarkan asumsi bahwa status pengungsi bisa
diturunkan, dan saya pikir sudah pada tempatnya kami mengurangi
pendanaan," kata Bolton.
UNWRA dan Palestina telah memperingatkan
bahwa pemotongan dana bisa mempersulit warga di Gaza, satu kantung
wilayah yang diblokade oleh Israel dan Mesir agar Hamas terisolasi.
Presiden Abbas yang merupakan pesaing Hamas juga membatasi pendanaan di Jalur Gaza.
Bolton
berupaya menyerahkan tanggung jawab atas kesulitan di Gaza kepada
Hamas, dan dia mempertanyakan hubungan antara anggaran UNWRA dengan
kesejahtaraan warga Palestina.
"Sebagian besar pengeluaran UNWRA
adalah untuk mendokumentasikan stasus pengungsi warga Palestina,
menurut saya ini satu kesalahan. Menurut saya ini kesalahan dari kaca
mata kemanusiaan...mendokumentasikan status yang tidak secara alami
terjadi," ujarnya.
"Menurut saya yang kami inginkan adalah warga
Palestina bisa mendapatkan pekerjaan yang produktif," ujar Bolton yang
senada dengan himbauan Palestina dan Israel agar ada perbaikan ekonomi
di Tepi Barat dan Gaza.
"Tanpa perekonomian yang berfungsi, tidak akan tercipta stabiltias sosial dan politik," tambahnya.
Trump sebelumnya bersedia mengadakan diskusi dan negosiasi dengan pemimpin Iran.
CB, LONDON -- Pemuka agama senior Iran Ahmad Khatami mengatakan, Teheran
akan menyerang balik Amerika Serikat (AS) jika mereka berani menyerbu
Iran. Khatami mengatakan, sekutu-sekutu Paman Sam di Timur Tengah
seperti Israel akan ikut menjadi target dari pembalasan tersebut.
"AS menegaskan jika Iran harus mengikuti semua yang diminta. Itu
bukanlah sebuah negosiasi tapi kediktatoran dan Iran akan melawan
diktator," kata Ahmad Khatami.
Pernyataan itu diungkapkan
Ahmad Khatami kepada jamaah saat menghadiri shalat Eid di Tehran. Dia
mengatakan, tawaran perundingan langsung yang dilontarkan Presiden AS
Donald Trump kepada para pemimpin Iran sangat tidak bisa diterima.
Presiden
Donald Trump sebelumnya bersedia mengadakan diskusi dan negosiasi
dengan pemimpin Iran tanpa prasyarat apapun. Hal itu diungkapkan
presiden ke-45 itu dalam sebuah konferensi pers di Gedung Putih. Trump
mengaku siap bertemu siapapun dan kapanpun sesuai dengan keinginan Iran.
Namun,
Gedung Putin mengatakan, kalaupun pertemuan diadakan, bukan berarti
sanksi ekonomi yang akan diterapkan kepada Teheran akan ditangguhkan
atau bahkan diangkat. Pertemuan kemungkinan akan dimanfaatkan AS untuk
membicarakan program nuklir Iran dan aktifitas mereka di timur tengah.
"Saya
ingin bertemu tapi tidak tahu apakah mereka siap atau tidak. Saya
mengakhiri pakta nuklir karena itu merupakan kesepakatan yang konyol dan
saya percaya mereka pada akhirnya akan memohon agar dilakukan diskusi,"
kata Trump.
Meski demikian, pemerintah Iran mengaku
skeptis dengan keinginan pertemuan yang diinisiasi AS itu. Teheran
berpendapat jika diskusi dengan Iran hanya akan terjadi jika Paman Sam
kembali kedalam pakta nuklir 2015.
Teheran menegaskan,
diskusi dengan Iran hanya akan terjadi jika AS menghormati hak-hak
bangsa sambil mengurangi permusuhan dengan Iran. Pemenuhan hal-hal
diatas akan membuka jalan untuk dapat dilakukannya pembicaraan antara
Iran dan AS.
"Dia yang percaya jika dialog dapat menjadi
metode untuk memecahkan masalah secara beradab harus berkomitmen tentang
hal itu," kata Penasehat Politik Presiden Rouhani, Hamid Aboutalebi.
Ilustrasi perbandingan jet tempur terbaru Iran, Kowsar, dengan F-5 buatan AS tahun 1970-an. Foto/Twitter @JosepHDempsey
WASHINGTON
- Iran telah memperkenalkan pesawat jet tempur terbarunya buatan dalam
negeri, Kowsar, pada Selasa lalu. Namun, para ahli militer mengatakan,
pesawat tempur yang diklaim canggih oleh Teheran itu sebenarnya adalah
Northrop F-5F yang dibuat Amerika Serikat (AS) pada awal tahun 1970-an.
Dalam
peluncurannya, Presiden Iran Hassan Rouhani duduk di kokpit jet tempur
Kowsar pada 21 Agustus 2018 lalu. Setelah diklaim produk dalam negeri
Iran, para ahli militer mempertanyakan kebenaran dari klaim tersebut.
Media
Teheran dalam laporannya mengatakan, Kowsar merupakan jet tempur
generasi keempat yang telah dirancang dan diproduksi sendiri oleh para
ahli militer Iran.
Para
ahli militer dan penerbangan internasional meragukan jika Kowsar
merupakan teknologi asli Iran. Mereka meyakini, Kowsar adalah jet F-5F
buatan AS yang sudah usang. Terlebih, pernah membeli F-5 dari Amerika
pada tahun 1974, lima tahun sebelum Revolusi Islam Iran pecah.
Joseph
Dempsey, seorang peneliti yang juga analisis militer dan pertahanan di
International Institute for Strategic Studies (IISS), mengilustrasikan
perbandingan Kowsar dengan F-5 yang dia bagikan di Twitter.
"Kowsar, jet tempur pribumi Iran, prototipe 3-7400 (2018). Northrop F-5F Tiger II, prototipe 00889 (1974)," tulis Dempsey via akun @JosephHDempsey dalam mengilustrasikan gambar perbandingan tersebut, yang dikutip Kamis (23/8/2018).
Berbicara kepada CNBC
melalui telepon hari Rabu, rekan Dempsey untuk kedirgantaraan militer
di IISS, Douglas Barrie, setuju bahwa pesawat yang diresmikan oleh Iran
tampaknya adalah F-5 dengan dua tempat duduk.
Barrie mengatakan
gagasan bahwa pesawat itu adalah ciptaan pribumi harus direspons dengan
"cubitan garam besar-besaran". Hanya saja, dia menduga ada unsur
kebenaran untuk pembuatan beberapa fitur baru dalam pesawat tempur
tersebut.
"Orang-orang Iran mungkin memiliki kapasitas industri
untuk setidaknya membuat rakitan untuk pesawat ini. Mereka jelas telah
mampu membuat potongan-potongan untuk hal-hal ini," katanya.
Menurut
Barrie, insinyur Iran mungkin juga telah meningkatkan sistem kontrol
elektronik pesawat, tetapi itu akan sulit terbukti mengingat bahwa
spesifikasi asli berasal dari sejak dulu seperti era tahun 1960-an.
John
Sneller, kepala penerbangan di konsultan pertahanan Jane IHS Markit,
juga mengidentifikasi pesawat itu sebagai F-5F dengan dua tempat duduk.
Berbicara kepada CNBC melalui telepon hari Rabu, Sneller
mengatakan bahwa pesawat yang diperlihatkan dalam gambar yang dirilis
oleh Iran memiliki elemen desain yang jelas dari pesawat buatan AS.
Presiden Hassan Rouhani duduk di kokpit jet tempur Kowsar Iran, Selasa (21/8/2018). Foto/Kantor Kepresidenan Iran
TEL AVIV
- Israel meledek pesawat jet tempur terbaru Iran, Kowsar, yang diklaim
Teheran sebagai pesawat tempur canggih generasi keempat produksi dalam
negeri. Menurut Tel Aviv, pesawat yang dipamerkan Teheran itu jiplakan
pesawat F-5 Amerika Serikat (AS) yang telah usang.
Para analis
sebelumnya menilai ada kesamaan antara pesawat Kowsar dan jet tempur
F-5, yang dibuat oleh Northrop-Grumman pada 1950-an.
"Rezim Iran
memperkenalkan pesawat Kowsar dan mengklaim bahwa itu adalah jet tempur
Iran pertama 100 persen buatan lokal," kata Ofir Gendelman, juru bicara
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.
"Ini dibanggakan
tentang kemampuan ofensifnya. Tapi saya segera memperhatikan bahwa ini
adalah pesawat tempur Amerika yang sangat tua (dibuat pada tahun
1950-an). Ini dari kelas jet F-5 yang belum digunakan selama beberapa
dekade," lanjut Gendelmen, yang menuliskan komentar dalam bahasa Arab di
Twitter via akun @ofirgendelman.
F-5
AS dijual ke Iran pada tahun 1960 dan pertama kali memasuki operasi di
Angkatan Udara Iran pada tahun 1965. Di Barat, jet-jet tempuur F-5
sebagian besar digunakan untuk tujuan pelatihan.
Pada tahun 2013,
Israel pernah meledek Iran ketika meluncurkan jet tempur domestiknya,
Qaher F-313, yang dianggap pesawat palsu. Ledekan itu diperkuat dengan
penilaian para ahli Barat yang menduga pesawat itu merupakan pesawat
plastik yang terlalu kecil untuk terbang.
Seperti diberitakan
sebelumnya, Iran memperkenalkan pesawat Kowsar yang diklaim sebagai jet
tempur generasi keempat dalam sebuah pameran pertahanan di Teheran pada
hari Selasa. Menurut kantor berita Tasnim, jet tempur Kowsar dilengkapi
sistem avionik canggih dan radar multi-fungsi.
Media Teheran itu juga membanggakan Kowsar sebagai pesawat yang 100 persen buatan dalam negeri.
Menteri
Pertahanan Israel Avigdor Lieberman mengatakan langkah Teheran
memperkenalkan jet tempur baru itu sebagai "reaksi alami terhadap krisis
ekonomi".
"Orang-orang Iran merasa sangat tertekan oleh sanksi
AS yang berlanjut dan sebagai reaksi mereka keluar dengan hal-hal ini,
tetapi kami juga tidak boleh mengabaikannya," kata Lieberman kepada
wartawan, seperti dikutip Times of Israel, Rabu (22/8/2018).
Presiden Iran Hassan Rouhani, (Bozoglu/Pool via Reuters)
London (CB)- Iran menyatakan akan memperkuat militernya
sekaligus memamerkan pesawat tempur barunya di tengah hubungan yang
terus memanas dengan Amerika Serikat dan seteru regional.
Presiden Iran Hassan Rouhani, Selasa, mengatakan bahwa kekuatan militer
adalah faktor yang dapat mencegah Washington menyerang Tehran.
Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump telah
menjadi negara yang terkucil dari dunia internasional, katanya, demikian
Reuters melaporkan.
"Kami harus siap bertempur dengan kekuatan asing yang ingin menjajah
wilayah dan sumber daya alam kami," kata Rouhani dalam pidato yang
disiarkan langsung televisi menjelang Hari Industri Pertahanan Nasional
yang jatuh pada Rabu.
"Kenapa Amerika Serikat tidak menyerang kami? Jawabnya, karena kekuatan kita sendiri, mereka tahu konsekuensinya," kata Rouhani.
Pada pekan lalu, pemimpin agung Iran, Ayatollah Ali Khamenei, menyatakan
bahwa Amerika Serikat lebih memilih untuk menghindari konfrontasi
bersenjata dengan Teheran karena kekuatan besar militer Iran.
Khamenei sudah menolak tawaran perundingan langsung dengan Trump untuk kesepakatan nuklir baru.
Hubungan antara Washington dan Teheran semakin memburuk pada Mei lalu
saat Trump memutuskan untuk secara sepihak menarik diri dari kesepakatan
nuklir internasional yang bertujuan untuk membatasi program
pengembangan nuklir dari Iran.
Trump menyebut perjanjian yang ditandatangani pada 2015 itu sebagai
perjanjian cacat karena tidak memasukkan program rudal Iran maupun
keterlibatan mereka dalam konflik di Suriah dan Yaman.
Tidak lama setelah menarik diri dari kesepakatan nuklir 2015, Amerika Serikat kembali menjatuhkan sanksi ekonomi untuk Iran.
Rouhani menyamakan sanksi terhadap Iran itu dengan perang dagang yang
tengah berlangsung antara Washington dengan China, Turki, dan sejumlah
negara Eropa.
"Bukan hanya kami yang kehilangan kepercayaan dengan Amerika. Hari ini,
bahkan Eropa dan China sudah tidak percaya lagi pada mereka, juga dengan
sekutu dekat seperti Kanada," kata Rouhani.
Rouhani juga menghadiri peluncuran pesawat tempur baru bernama Kowsar,
yang disebut "100 persen buatan lokal" dan mampu menembakkan berbagai
macam senjata.
Meski demikian, sejumlah pakar militer menyebut jet baru itu sebagai
tiruan dari pesawat tempur F-5 yang pertama kali dibuat di Amerika
Serikat pada 1960an.
"Bentuk badan pesawat Kowsar persis dengan F-5. Meski ini dibuat di
dalam negeri, bentuknya sama sekali asing," kata Justin Bronk, peneliti
bidang teknologi kedirgantaraan di lembaga Royal United Services
Institute bagian ilmu militer.
"Kawsar adalah pesawat yang kecil dan ringan dengan mesin kecil dan
berkapasitas bahan bakar rendah sehingga membatasi jarak jangkaunya,"
katanya.
Kekuatan udara Iran selama ini memang terbatas dengan belasan pesawat
tempur dari Rusia dan buatan Amerika Serikat yang dibeli sebelum
Revolusi 1979 pecah.
Iran memperkenalan pesawat tempur buatan dalam negerinya yang diberi nama Kowsar. Foto/Istimewa
TEHERAN
- Media pemerintah melaporkan Iran meluncurkan jet tempur baru, Selasa
(21/8/2018). Peluncuran pesawat tempur baru ini dilakukan di tengah
meningkatnya ketegangan antara Teheran dan rival regional atas koflik di
Timur Tengah.
Kantor berita Tasnim, seperti dikutip Reuters,
melaporkan jet tempur yang disebut Kowsar itu sepenuhnya buatan dalam
negeri. Burung besi ini mampu membawa berbagai senjata, dan akan
digunakan untuk misi dukungan udara jarak pendek.
Televisi negara
menunjukkan gambar-gambar langsung dari sebuah upacara di Teheran di
mana jet tempur terbang itu di hadapan Presiden Hassan Rouhani, sehari
sebelum Hari Industri Pertahanan Nasional.
Iran telah mengirim
senjata dan ribuan tentara ke Suriah untuk mendukung Presiden Bashar
al-Assad dalam perang saudara tujuh tahun di negara itu. Namun, karena
kurangnya kekuatan udara yang kuat Iran meminta Rusia untuk menyediakan
kekuatan udara.
Angkatan
udara Iran telah terbatas pada beberapa lusin pesawat tempur model
Rusia atau pesawat tua produksi Amerika Serikat (AS) yang diperoleh
sebelum revolusi Iran 1979.
Iran pada 2013 meluncurkan apa yang
dikatakannya sebagai jet tempur baru yang di produksi di dalam negeri,
yang disebut Qaher 313. Namun beberapa ahli meragukan kelangsungan hidup
pesawat tersebut saat itu.
Iran telah mengembangkan industri
senjata domestik besar dalam menghadapi sanksi internasional dan embargo
yang telah melarangnya mengimpor banyak senjata.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden Iran Hassan Rouhani.
Foto: AP
Efek sanksi terhadap ekonomi Iran dinilai lebih besar dari perkiraan AS.
CB, TEL AVIV -- Penasihat Keamanan Nasional Amerika Serikat (AS) John
Bolton menyebut jika sanksi yang diterapkan terhadap Iran berjalan
efektif lebih daripada yang diperkirakan. Sanksi dijatuhkan setelah AS
memutuskan untuk keluar dari kesepakatan nuklir Iran yang dicapai pada
2015 lalu.
"Saya katakan dengan jelas, penerapan kembali sanksi, kami pikir,
telah memberikan dampak yang signifikan terhadap perekonomian Iran dan
terus kepada opini dalam negeri," kata John Bolton saat mengunjungi
Israel.
Bolton mengungkapkan, dampak ekonomi yang
dihasilkan dari sanksi tersebut memiliki efek yang lebih besar daripada
yang bisa diantisipasi AS. Saat ini, kondisi ekonomi Iran diterpa
tingkat inflasi dan pengangguran yang tinggi. Nilai mata uang negara
juga telah terpeleset lebih dari setengah sejak April kemarin.
Penerapan
sanksi diprediksi bakal membuat kondisi yang terjadi di negara tersebut
semakin memburuk. Namun, Bolton mengaku masih perlu memperhatikan
aktivitas Iran di kawasan yang masih terus terjadi meski berada di bawah
tekanan sanksi ekonomi.
AS diketahui menentang segala
aktivitas Iran di kawasan. Paman Sam menilai, Iran telah menyebarkan
paham kekerasan di kawasan timur tengah seperti di Suriah, Irak, dan
Lebanon.
"Apa yang mereka lakukan di Irak, Suriah, Yaman,
Lebanon dengan Hizbullah ditambah ancaman mereka di Selat Hormuz," kata
Bolton sambil menyebutkan aktivitas Iran di kawasan satu-persatu.
AS
telah memberlakukan sanksi ekonomi sejak Agustus ini yang menyasar
menyasar sektor perdagangan metal berharga, keuangan, dan perbankan
nasional serta industri otomotif. Sanksi tambahan akan diberlakukan pada
November nanti yang akan menargetkan perdagangan minyak dan gas
Teheran. AS berencana untuk melarang semua ekspor minyak dari Iran.
Sanksi
diberlakukan kembali setelah AS menolak untuk memperpanjang kesepakatan
nuklir Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA). Sementara
negara-negara Eropa berupaya untuk menyelamatkan kesepakatan yang
mengeluarkan Teheran dari sanksi ekonomi yang diberlakukan sebelumnya.
Meski
demikian, upaya itu tampaknya menemui jalan terjal menyusul sulitnya
dampak positif secara ekonomi yang akan didapatkan Iran di tengah sanksi
tersebut. Eropa tengah tersendat untuk meyakinkan para pelaku usaha
yang berbisnis dengan Iran untuk tidak menghentikan bisnis mereka
bersama Teheran.
Bolton mengatakan, Eropa bersama dengan
pelaku usaha di benua tersebut seharusnya memahami pilihan antara
berbisnis dengan Iran atau AS. Menurutnya, kondisi yang kini tengah
menerpa Iran sudah memperlihatkan secara jelas pilihan bagi mereka.
"Jadi
lihat saja apa yang akan terjadi pada November nanti. Presiden Trump
menegaskan bahwa dia menginginkan tekanan maksimum kepada Iran dan itu
yang akan terjadi," kata Bolton.
Dia mengatakan, AS
sebenarnya ingin menyelesaikan permasalahan dengan Iran secara damai.
Namun, dia mengatakan, di saat yang bersamaan Paman Sam juga harus
menyiapkan langkah-langkah untuk setiap kemungkinan yang diciptakan
Iran.
Sebelumnya, JCPOA mengeluarkan Iran dari sanksi
ekonomi yang diterapkan menyusul aktivitas nuklir mereka. Sebagai
gantinya, Iran diwajibkan untuk membatasi aktivitas nuklirnya,
meningkatkan waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan bom atom jika ia
memilih untuk melakukannya. Pemerintah Iran berkali-kali membantah niat
untuk memiliki senjata nuklir.
CB,TEL AVIV -- Pemerintah Amerika Serikat (AS) mengaku tidak berupaya
untuk melakukan pergantian rezim pemerintahan di Iran. Hal itu
disampaikan Penasihan Keamanan Nasional AS John Bolton saat melakukan
kunjungan ke Israel.
"Agar menjadi jelas,
perubahan rezim di Iran bukan merupakan kebijakan AS. Tapi yang kita
inginkan adalah perubahan besar dalam sikap rezim saat ini," kata Bolton
di hadapan para pemimpin Israel.
Bolton sebelumnya sempat
menyarankan pemerintah AS untuk mendorong perubahan dalam pemerintahan
di Iran. Namun, dia menegaskan jika hal itu bukan merupakan tujuan utama
dari pemerintahan Presiden Donald Trump pada Mei lalu.
AS saat ini tengah menjatuhkan sanksi sepihak kepada Iran setelah keluar dari kesepakatan nuklir 2015 atau Joint Comprehensive Plan of Action
(JCPOA). Sanksi diterapkan untuk memaksa Iran agar tunduk pada
permintaan AS akan revisi dari kesepakatan nuklir tersebut. AS menilai
ada sejumlah kecacatan dalam kesepakatan nuklir itu.
Penerapan
sanksi ekonomi sejak Agustus tersebut menyasar sektor perdagangan
metal, keuangan, dan perbankan nasional, serta industri otomotif. Sanksi
tambahan akan diberlakukan pada November nanti yang akan menargetkan
perdagangan minyak dan gas Teheran. AS berencana untuk melarang semua
ekspor minyak dari Iran.
AS
sebelumnya bersedia mengadakan diskusi dan negosiasi dengan pemimpin
Iran tanpa prasyarat apapun. Hal itu diungkapkan presiden ke-45 itu
dalam sebuah konferensi pers di Gedung Putih. Trump mengaku siap bertemu
siapapun dan kapanpun sesuai dengan keinginan Iran.
Namun,
Gedung Putin mengatakan, kalaupun pertemuan diadakan, bukan berarti
sanksi ekonomi yang akan diterapkan kepada Teheran akan ditangguhkan
atau bahkan diangkat. Pertemuan kemungkinan akan dimanfaatkan AS untuk
membicarakan program nuklir Iran dan aktifitas mereka di timur tengah.
Dubai CB - Kementerian Dalam Negeri Bahrain, Selasa,
menyatakan pihaknya akan berhenti mengeluarkan visa baru bagi para warga
negara Qatar.
Langkah itu merupakan peningkatan tindakan terhadap Qatar di tengah
perselisihan diplomatik yang sudah berlangsung lebih dari setahun.
Pernyataan Kementerian Dalam Negeri Bahrain, yang dikutip dari Reuters,
menyebutkan bahwa mahasiswa-mahasiswa Qatar yang sedang menempuh
pendidikan di Bahrain dan para warga negara Qatar lainnya yang sudah
mendapatkan visa tidak akan terkena dampak dari kebijakan baru tersebut.
Kementerian itu juga mengatakan langkah tersebut diambil sebagai
tanggapan terhadap "tindakan bermusuhan" yang ditunjukkan pihak
berwenang Qatar. Kementerian tidak menjelaskan lebih lanjut soal
pernyataannya itu.
Bahrain, Arab Saudi, Uni Emirat Arab dan Mesir pada Juni 2017 memutuskan
hubungan diplomatik, transportasi dan perdagangan dengan Qatar.
Arab Saudi dan sekutunya itu menuduh Qatar mendanai terorisme. Doha
membantah tudingan tersebut dan mengatakan boikot yang dilancarkan
negara-negara itu merupakan upaya untuk mengekang dukungannya bagi
reformasi.
Pada Oktober 2017, Bahrain mengatakan akan mengharuskan warga negara
Qatar untuk memiliki visa sebagai langkah pengamanan jika ingin masuk ke
negaranya.
Sementara itu, para warga enam negara anggota Dewan Kerja Sama Teluk
(GCC) diperbolehkan untuk melakukan perjalanan di negara-negara GCC
hanya dengan membawa kartu tanda penduduk.
Perdana Menteri Inggris Theresa May
disambut Perdana Menteri Belanda Mark Rutte sebelum pertemuan di Den
Haag, Belanda, Selasa (3/7/2018). (REUTERS/Piroschka van de Wouw)
London (CB - Inggris pada Selasa meminta Uni Eropa
menambah sanksi bagi Rusia, dan menegaskan bahwa negara-negara Barat
harus satu sikap bersama Amerika Serikat yang pada bulan ini menjatuhkan
sanksi ekonomi baru untuk Moskow.
Menteri Luar Negeri Inggris Jeremy Hunt mengatakan bahwa Presiden Rusia
Vladimir Putin telah membuat dunia menjadi "tempat yang semakin
berbahaya", dan karena itu Uni Eropa harus memperbesar tekanan kepada
Kremlin agar patuh pada hukum internasional.
"Hari ini Kerajaan Inggris Britania Raya meminta para sekutu untuk
melangkah lebih jauh dengan mendesak Uni Eropa menjatuhkan sanksi yang
komprehensif bagi Rusia," kata Hunt dalam pidato di Washington.
"Kita harus satu sikap bersama Amerika Serikat," kata dia.
Pernyataan itu kemudian ditanggapi Menteri Luar Negeri Rusia Sergei
Lavrov yang mengatakan bahwa Inggris terlalu percaya diri dengan
memaksakan politik luar negeri mereka terhadap Uni Eropa, demikian
laporan kantor berita RIA.
Sementara itu, Uni Eropa mengaku belum menerima usul sanksi baru dari Inggris.
Inggris, Uni Eropa, dan Amerika Serikat menuding Rusia bertanggung jawab
atas serangan gas saraf terhadap seorang mantan mata-mata Moskow di
Salisbury pada awal tahun ini. Kremlin membantah tuduhan itu.
Insiden serangan itu membuat Washington menjatuhkan sejumlah sanksi
terhadap Moskow dan mengaku akan terus menambah hukuman sampai Rusia
"memberi jaminan" tidak akan lagi menggunakan senjata kimia.
Sanksi baru Washington sempat memicu aksi jual di pasar finansial Rusia sehingga membuat biaya pinjam semakin besar.
Inggris sendiri baru akan secara resmi meninggalkan Uni Eropa pada Maret
sehingga masih harus mengikuti mekanisme blok tersebut dalam
menjatuhkan sanksi. Uni Eropa baru-baru ini sepakat untuk memperpanjang
sanksi terhadap Rusia terkait aneksasi Krimea dari Ukraina.
Namun ikap negara-negara anggota Uni Eropa terbelah terkait dengan usul tambahan hukuman ekonomi atas insiden Salisbury.
Beberapa anggota seperti Polandia dan negara-negara Baltik mendukung
kebijakan keras bagi Rusia. Namun di sisi seberang, Italia, Yunani, dan
Austria lebih memilih langkah yang lebih lunak.
Saat ini Menteri Hunt, yang baru menjabat sebagai menteri luar negeri
pada Juli lalu, berada di Washington untuk menemui Menteri Luar Negeri
Amerika Serikat Mike Pompeo, sekaligus berpidato di depan Dewan Keamanan
PBB pada Kamis
Presiden Filipina Rodrigo Duterte menuding CIA menyadap telepon pintarnya dan akan menghabisinya. Foto/Istimewa
MANILA
- Presiden Filipina Rodrigo Duterte sedang berpikir untuk membuang
smartphonenya. Ia mengaku khawatir CIA terus menguping pembicaraannya
dan mungkin menggunakan informasi pribadinya untuk kemudian membunuhnya.
“Saya
tahu, AS mendengarkan. Saya yakin itu CIA, itu juga yang akan membunuh
saya,” kata Duterte di Kota Cebu, seperti dikutip dari Russia Today, Rabu (22/8/2018).
Duterte
merasa Washington berusaha menghabisinya atas kebijakan luar negerinya
yang independen dan kesediaannya untuk memperoleh senjata dari pemasok
global lainnya.
Untuk mencegah kemungkinan gangguan smartphone
oleh kekuatan luar, yang dikatakan Duterte dapat mencakup Rusia, China,
Israel, dan mungkin Indonesia, pemimpin berusia 73 tahun itu
mempertimbangkan untuk kembali menggunakan ponsel biasa, di mana
penyadapan dan intersepsi lebih sulit.
Karena
dia bukan pemimpin yang paham teknologi, dia secara anekdot ingat
bagaimana dia pernah mengirim pesan rahasia ke semua kontak-nya setelah
secara tidak sengaja mengklik fitur "kirim semua".
Duterte telah
lama khawatir bahwa CIA mungkin akan melakukan pembalasan di tengah
hubungan bilateral yang memburuk dengan Washington. Baru Jumat lalu,
Duterte sekali lagi mencatat bahwa CIA menginginkannya mati.
Penolakan
Washington untuk menjual senapan serbu ke Manila, karena kekhawatiran
tentang catatan hak asasi manusia negara itu di tengah perang yang
sedang berlangsung terhadap narkoba, telah memaksa Duterte mencari
pemasok baru. Manila, yang telah lama bergantung pada AS untuk senjata,
beralih ke China dan Rusia untuk mengisi kekosongan itu.
Moskow
dan Manila menandatangani perjanjian kerja sama militer tahun lalu,
dengan Rusia sudah memasok lebih dari 5.000 senapan serbu Kalashnikov ke
Filipina secara gratis, untuk membantu memerangi pemberontakan Islam.
Meskipun ada tekanan dari AS, pemerintah Duterte juga mempertimbangkan
pembelian kapal patroli, helikopter, kendaraan lapis baja dan bahkan
kapal selam dari Rusia.
Pada hari Selasa, Duterte sekali lagi
membela pilihannya untuk mencari pemasok senjata baru, setelah Asisten
Menteri Pertahanan AS untuk Keamanan Asia dan Pasifik, Randall Schriver
meminta Manila untuk berpikir sangat hati-hati tentang konsekuensi dari
memperoleh senjata Rusia.
“Anda tidak hanya membeli kemampuan, Anda berinvestasi dalam suatu hubungan,” kata Schriver awal bulan ini.
Hubungan
AS-Filipina, bagaimanapun, tidak pernah didasarkan pada saling
menghormati, Duterte menekankan, mencatat kegagalan Washington untuk
memperlakukan Manila sebagai mitra yang setara.
"Hubungan? Kapan
itu benar-benar hubungan mutualisme dan rasa hormat?" tanya Duterte,
menekankan bahwa sementara AS digunakan untuk menyediakan peralatan
militer yang diperbaharui China dan Rusia menawarkan pasokan baru, tanpa
prasyarat.
SINGAPURA
- Pemimpina Myanmar, Aung San Suu Kyi, membela tindakan pemerintahnya
di negara bagian Rakhine. Lebih dari 700 ribu Muslim Rohingya melarikan
diri dari rumah mereka dan mencari perlindungan di negara tetangga
Bangladesh.
Berbicara pada sebuah ceramah di Singapura, Suu Kyi
menolak untuk mengakui kekejaman yang dilakukan oleh militer Myanmar.
Sebaliknya ia membenarkan kampanye pemerintahnya terhadap komunitas
Muslim yang terkepung.
"Kami, yang hidup melalui transisi di
Myanmar, melihatnya berbeda dari mereka yang mengamatinya dari luar dan
yang akan tetap tak tersentuh oleh hasilnya," katanya, dalam respon yang
jelas terhadap kritik tentang bagaimana pemerintahnya menangani
penderitaan Rohingya seperti dikutip dari Al Jazeera, Rabu (22/8/2018).
PBB
telah menggambarkan kampanye militer Myanmar di Rakhine sebagai
pembersihan etnis teks book. Jurnalis dan kelompok hak asasi manusia
yang melaporkan dari wilayah itu telah mendokumentasikan perkosaan yang
meluas, pembunuhan, dan penghancuran rumah oleh pasukan pemerintah.
Meskipun
demikian, penerima Hadiah Nobel Perdamaian itu telah menolak untuk
mengutuk aksi kekerasan tersebut. Ia bahkan menolak untuk menyebut nama
Rohingya untuk merujuk ke kelompok etnis tersebut.
Myanmar
percaya bahwa Rohingya adalah orang Bengali yang bermigrasi ke negara
itu secara tidak sah selama pemerintahan Inggris di benua itu. Myanmar
menolak klaim bahwa Rohingya berasa dari wilayah itu berabad-abad lalu.
Sejak
2012, insiden intoleransi agama dan hasutan terhadap umat Islam telah
meningkat di seluruh negeri, dengan Rohingya sering diserang dan
digambarkan sebagai ancaman terhadap ras dan agama.
Dalam
kesempatan itu, Suu Kyi juga mengatakan sulit untuk mengatakan kapan
Rohingya yang dapat kembali. Ia pun menyalahkan Bangladesh atas
keterlambatan itu.
"Sangat sulit bagi kami untuk menetapkan
jangka waktu itu sendiri secara sepihak, karena kami harus bekerja
dengan Bangladesh untuk melakukan itu".
Pemerintah Myanmar telah
menandatangani beberapa perjanjian untuk mempersiapkan kembalinya
Rohingya. Namun badan-badan PBB menuduh Myanmar terpaksa melakukan itu
dan kelompok-kelompok hak asasi manusia mengkhawatirkan keselamatan
warga Rohingya saat kembali.
PBB, yang belum diberikan akses ke
Rakhine sejak Agustus 2017, khawatir pengungsi yang kembali tidak akan
menjadi kebebasan bergerak jika mereka kembali.
Knut Ostby,
seorang pejabat PBB dan koordinator kemanusiaan di Myanmar, mengatakan
perjanjian repatriasi telah dilanda penundaan berulang dan pihak
berwenang belum mengizinkan mereka mengakses ke wilayah tersebut.
Taliban berencana untuk ambil bagian dalam pembicaraan damai Afghanistan di Moskow pada 4 September mendatang. Foto/Istimewa
KABUL
- Afghanistan berharap Rusia dapat menekan gerilyawan Taliban untuk
mengadakan pembicaraan damai dengan pemerintah. Hal itu dikatakan
pejabat keamanan Afghanistan setelah dia bertemu duta besar Rusia di
Kabul.
Taliban, yang berjuang untuk mengusir Amerika Serikat (AS)
dan pasukan asing lainnya serta mengalahkan pemerintah Afghanistan yang
didukung Barat, berencana untuk ambil bagian dalam pembicaraan damai
Afghanistan di Moskow pada 4 September mendatang. Hal tersebut
diungkapkan oleh Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov.
"Penasihat
keamanan nasional Afghanistan, Hanif Atmar, mengatakan kepada duta
besar Rusia bahwa Afghanistan menghargai dukungan Rusia untuk proses
perdamaian dan menyerukannya untuk menekan pemberontak Taliban agar
memulai negosiasi dengan pemerintah Afghanistan," pernyataan kantor
Atmar seperti dikutip dari Reuters, Rabu (22/8/2018).
Taliban
pekan ini menolak tawaran gencatan senjata tiga bulan pemerintah
Afghanistan dan mengatakan mereka akan terus melanjutkan perang mereka,
dua komandan pemberontak mengatakan kepada Reuters. Pernyataan itu
muncul setelah serangkaian serangan militan di mana ratusan orang telah
tewas.
"Duta
Besar Rusia Alexander Mantytski, mengatakan negaranya siap membantu
Afghanistan membuat proses perdamaian sukses," kata kantor Atmar.
Menurut
seorang diplomat senior di Kabul, Moskow dalam beberapa bulan terakhir
telah meningkatkan kontak langsung dengan Taliban, yang secara resmi
dilarang di Rusia.
Rusia telah mengundang 12 negara, termasuk AS,
ke pembicaraan Moskow bulan depan. Namun AS telah menolak undangan
tersebut. Kementerian luar negeri Rusia pun menyesalkan keputusan AS.
Hampir
40 tahun telah berlalu sejak Moskow mengirim pasukannya ke Afghanistan,
memulai pendudukan berdarah selama satu dasawarsa dan konflik faksional
yang masih berlangsung.
Tahun ini, Rusia menolak tuduhan oleh
komandan tertinggi NATO di Afghanistan telah memberi dukungan dan bahkan
memasok senjata ke Taliban.
Seorang diplomat Barat di Kabul
mengatakan, Rusia berusaha meningkatkan pengaruhnya dan meningkatkan
citranya di Afghanistan dengan mengundang para pemimpin Taliban untuk
berunding.
Taliban belum mengumumkan jika mereka akan menghadiri pembicaraan di Moskow.
Diplomasi
antara Taliban dan berbagai negara - termasuk AS, Turki, dan Arab Saudi
- telah berlangsung selama bertahun-tahun untuk mengakhiri fase
terakhir perang di Afghanistan, yang dimulai dengan invasi AS pada tahun
2001.
Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi
menandatangani Undang-undang soal kontrol pemerintah Mesir atas Internet
untuk memberantas ekstremisme. (REUTERS/Carlo Allegri)
Jakarta, CB -- Presiden Mesir, Abdel Fattah El-Sisimenandatangani undang-undang baru mengenai kontrol pemerintah terhadap Internet, Sabtu (18/8).
Undang-Undang
Anti Cyber dan Kejahatan Teknologi Informasi dikatakan bertujuan untuk
memerangi ekstremisme dan memungkinkan pihak berwenang untuk memblokir
situs web yang dianggap oleh para hakim sebagai ancaman terhadap
keamanan nasional.
Dilansir surat kabar Al-Ahram, aturan
ini juga melarang penyebaran informasi tentang pergerakan pasukan
keamanan dan menerapkan hukuman yang ketat jika meretas sistem informasi
pemerintah.
Laporan Al-Ahram menambahkan orang-orang yang dinyatakan bersalah akan dikenakan denda lebih dari US$10.000 dan dua tahun penjara.
Undang-undang ini awalnya disetujui oleh Parlemen Mesir pada Mei lalu.
Sejak mengambil alih pemerintahan pada 2014, pemerintahan yang
dipimpin Sisi telah dikritik karena memblokir kebebasan berpendapat di
media, dan menghapus konten digital.
Menurut Asosiasi Kebebasan Berpikir Dan Ekspresi yang berbasis di Kairo, sekitar 500 situs web sudah diblokir sejak Mei 2017.
Parlemen
Negara juga telah mengeluarkan undang-undang yang memperkuat kemampuan
pemerintah untuk menargetkan media sosial agar menindak tegas perbedaan
pendapat.
Hal ini termasuk mengkategorikan akun sosial media
yang jumlah pengikutnya lebih dari 5.000 sebagai situs web publik dan
layak untuk pengawasan.
Najia Bounaim, Direktur Amnesty
International Urusan Kampanye di Afrika Utara mengatakan bahwa mereka
menerima laporan dari orang-orang di seluruh lapisan masyarakat di Mesir
yang telah dianiaya karena postingannya di Facebook, Twitter, karya
seni, dan bahkan pribadi.
"Tulisan yang tidak diterbitkan sudah jatuh ke tangan pihak berwenang Mesir," tulis dia dalam sebuah pernyataan pada Juli lalu.
Berdasarkan
laporan dari Mada, sebuah organisasi pengawas jurnalisme dan media yang
berbasis di Kairo, bahwa peraturan itu juga mewajibkan penyedia layanan
internet untuk menyimpan dan memberikan informasi pribadi ke layanan
keamanan.
Pada bulan lalu, Human Rights Watch memperingatkan bahwa Mesir semakin membatasi pidato online karena alasan melawan terorisme.
Direktur
terorisme dan kontraterorisme di Human Rights Watch, Nadim Houry
mengatakan bahwa saat Mesir sedang menghadapi ancaman, pemerintahan
Presiden Abdel Fattah Al-Sisi telah mengeksploitasi ancaman itu sebagai
penutup untuk mengadili para pengritik.
"Mesir menggabungkan hukum yang buruk dengan pengadilan yang tidak adil dan hasilnya menjadi bencana," kata dia.
Menteri
Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif menyatakan, menandatangani
kesepakatan nuklir pada tahun 2015 mungkin adalah sebuah kesalahan.
Foto/Reuters
TEHERAN
- Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif menyatakan,
menandatangani kesepakatan nuklir pada tahun 2015 mungkin adalah sebuah
kesalahan. Kesepakatan itu sekarang menyiksa karena apa yang disebutnya
'kecanduan sanksi' Washington.
Dalam sebuah wawancara dengan CNN,
Zarif mengatakan, AS memiliki "penyakit" yang bernama kecanduan sanksi.
Beberapa sanksi ekonomi Amerika, yang dihentikan di bawah perjanjian
JCPOA dalam pertukaran untuk Iran membatasi program nuklirnya, kembali
berlaku setelah Presiden AS Donald Trump menarik mundur AS dari
kesepakatan itu.
Tetapi bahkan sebelum itu, Zarif mengatakan, tangan Washington selalu ingin menampar Teheran dengan sanksi ekonomi.
"Bahkan
selama pemerintahan Barack Obama, AS lebih menekankan pada menjaga
sanksi yang tidak dicabut daripada menerapkan kewajibannya dengan
mencabut sanksi yang ada," kata Zarif dalam wawakcara tersebut, seperti
dilansir Russia Today pada Senin (20/8).
Dia kemudian berpikir,
bahwa meneken perjanjian itu mungkin merupakan kesalahan di pihak Iran,
yang dibuat dengan keyakinan yang sungguh-sungguh bahwa AS telah
mengkhawatirkan pengaruh sanksi terhadap Iran.
"Itu mungkin salah
satu kesalahan. Tapi masalahnya adalah kami merasa bahwa AS telah
belajar bahwa, setidaknya sejauh menyangkut Iran, sanksi memang
menghasilkan kesulitan ekonomi, tetapi tidak menghasilkan dampak politik
yang mereka inginkan. Saya pikir orang Amerika telah belajar mengenai
itu. Sayangnya, saya salah," tukas diplomat senior Iran tersebut.
Jakarta, CB -- Amerika Serikatmenangkap dua warga Iran yang diduga menjadi agen mata-mata Teheran.
Departemen
Kehakiman AS mengungkap bahwa Mohammadi Doostdar dan Majid Ghorbani,
dua warga Iran yang tinggal di California ditangkap pada 9 Agustus lalu,
namun tuduhannya baru diumumkan Pengadilan Washington, Senin (20/8).
Keduanya
diduga bekerja sama memata-matai fasilitas Yahudi di AS dan menyusup ke
pembangkang Iran di luar negeri, Mujahedin-e Khalq (MEK) atau Rakyat
Mujahidin Irak.
Dilansir kantor berita AFP, Dootsdar, 38, warga
Iran, pergi ke Chicago pada Juli 2017. Di sana dia memotret dua pusat
komunitas Yahudi dekat Universitas Chicago yakni Hillel Center dan Rohr
Chabad House.
Dootsdar tidak menjelaskan mengapa dia memotret kedua pusat komunitas Yahudi tersebut.
Dari Chicago, dia melanjutkan perjalanan ke California dan bertemu dengan Ghorbani, untuk pertama kalinya.
Dua
bulan kemudian, Ghorbani 59, terbang ke New York dan mengikuti reli
MEK. Dalam kunjungan sehari di New York itu, dia memotret banyak peserta
aksi MEK, kelompok pembangkang Iran di AS itu.
Pada Desember
lalu, Doostdar kembali ke California untuk mengumpulkan informasi soal
MEK. Dalam pembicaraan keduanya yang direkam badan intelijen federal AS,
FBI, Ghorbani menyebut bahwa dirinya ingin menyusup ke dalam grup itu.
Adapun Doostdar menyatakan dirinya diperintahkan untuk mengumpulkan
informasi.
"Saya akan memberikannya kepada orang-orang untuk melakukan riset," kata dia soal foto-foto yang diambil dalam aksi MEK.
Dilansir AFP, dalam dakwaan disebutkan bahwa Doostdar membayar Ghorbani US$2.000 dalam pertemuan mereka.
Pada
Maret dan April tahun ini, Ghorbani pergi ke Iran, dimana dia
membrifing pejabat pemerintah soal MEK dan menerima sejumlah 'tugas'
untuk menyusup ke kelompok pembangkang Iran tersebut.
Pada May,
Ghorbani menghadiri Konvensi Kebebasan Hak Asasi Manusia Iran yang
didukung MEK di Washington sebagai delegasi California. Dia juga
memotret para peserta, termasuk saat mereka berpose di depan Gedung
Putih.
Dootsdar dan Ghorbani, keduanya didakwa sebagai agen
mata-mata Iran. Keduanya juga dinyatakan bersalah karena melayani
Teheran, dimana hal itu melanggar sanksi yang dijatuhkan Amerika Serikat
terhadap Iran.
Presiden baru Iran, Hasan Rouhani melambaikan tangan setelah
upacara pengambilan sumpah di gedung parlemen, di Teheran, Iran, Minggu
(4/8). Rouhani menyerukan kepada negara Barat untuk menghilangkan sanksi
kepada negaranya atas program nuklir yang kontroversial, untuk
meringankan beban ekonomi warga Iran. AP/Ebrahim Noroozi
CB, Jakarta - Rencana Iran
yang akan memamerkan kekuatan militernya di Hari Angkatan Bersenjata
Iran pada 22 Agustus 2018, secara tak langsung memperlihatkan pada dunia
mengapa Iran menjadi salah satu negara yang disegani di dunia.
Iran
adalah negara di Teluk Persia yang paling sering mendapat tekanan dari
negara kawasan dan negara Adidaya. Berikut tiga negara yang paling
sering menekan Iran.
1. Amerika Serikat. Menteri Luar Negeri
Amerika Serikat, Mike Pompoe, pada Jumat 17 Agustus 2018, menunjuk
penasehat senior Amerika Serikat, Brian Hook sebagai utusan khusus
Washington untuk Iran. Penunjukan itu karena Amerika Serikat bersiap
untuk meningkatkan tekanan ekonomi kepada Iran.
Amerika Serikat
ingin memaksa Teheran mengakhir program senjata nuklirnya dan
menghentikan dukungan negara itu pada kelompok-kelompok garis keras di
Timur Tengah. Teheran menangkis tuduhan Amerika Serikat telah mendukung
kelompok garis keras.
Fasilitas Nuklir Iran di Isfahan.[haaretz]
2. Arab Saudi Perang sipil di Yaman yang meletup pada awal 2015 telah menyeret Iran. Dikutip dari express.co.uk
pada Minggu, 19 Agustus 2018, perang sipil di Yaman yang masih
berkecamuk secara luas dilihat sebagai sebuah perang antara Arab Saudi
dan Iran.Teheran dituding telah mendukung kelompok garis keras
Houthi dan mensuplai senjata ke kelompok itu. Sedangkan Arab Saudi
memimpin koalisi serangan udara ke Yaman. Analis Timur Tengah dari TS
Lombard, Marcus Chevenix, mengatakan konflik dengan Arab Saudi dengan
Iran telah menjadi konflik berkelanjutan yang belum pernah terjadi
sebelumnya.
3. Israel Ulama paling disegani di Iran, Ayatollah
Ahmad Khatami, pernah mengancam akan meremukkan dua kota di Israel,
yakni Tel Aviv dan Haifa jika Negara Bintang Daud itu melakukan tindakan
'bodoh'.
Tindakan yang dimaksud Khatami itu adalah ketika Israel
menghancurkan pangkalan militer Iran di Suriah lewat serangan ke Dataran
Tinggi Golan. Seruan Khatami itu disambut oleh Pemimpin Tertinggi Iran,
Ali Khamenei, yang mengatakan Israel tidak akan ada lagi dimuka bumi
ini dalam 25 tahun mendatang.
Banyak insiden yang membuat
Israel-Iran saling bertolak belakang. Khamenei mengatakan Israel bisa
menghadapi kehancuran jika menantang Iran.