Senin, 07 November 2016

Terpampang Berbagai UAV Buatan Anak Bangsa di Indo Defence 2016

 
Terpampang berbagai pesawat tanpa awak (unmanned aerial vehicle/UAV) buatan anak bangsa selama pameran persenjataan dan alat militer internasional Indo Defence 2016 yang diselenggarakan di JIExpo Kemayoran, Jakarta. Pada pameran dua tahunan yang berlangsung pada tanggal 2 – 5 November 2016 ini, industri-industri strategis dalam negeri dengan bangga menampilkan produk-produk kebanggaannya di mata dunia.
IPCD M.A.L.E UAV
buatan anak bangsa
Sumber gambar: Remigius S.H.
IPCD M.A.L.E (Medium Altitude Long Enduranca) UAV merupakan pesawat tanpa awak yang memiliki kemampuan jelajah yang tinggi. Desain struktur badan pesawat ini menggunakan material 100 % berbahan karbon komposit, dilengkapi dengan peralatan elektronik dan payload system generasi terbaru.

IPCD M.A.L.E  hanya membutuhkan waktu kurang dari satu jam untuk dirakit karena menerapkan sistem modular yang sederhana. UAV ini dapat diaplikasikan untuk misi pengawasan zona udara dan lingkungan; pemantauan aktivitas maritim; pengawasan perbatasan, perkotaan dan lalulintas; serta dapat pula melaksanakan misi pasukan khusus. Sebagai opsional, IPCD M.A.L.E dapat pula diawaki dengan kapasitas dua orang awak.
Tactical 240
buatan anak bangsa
Sumber gambar: Ery
Tactical 240 adalah unmanned aerial vehicle (UAV) atau drone yang mampu terbang dengan kecepatan maksimum 90 km/jam. Pesawat tanpa awak yang menganut prinsip vertical take off and landing (VTOL) ini adalah perangkat yang ideal untuk melaksanakan misi pengintaian, pengumpulan data, pemetaan wilayah dan misi strategis lainnya, serta mampu menyajikan data secara real time.
Pesawat tanpa awak ini mampu melesat di udara selama dua jam dan mampu membawa beban hingga 15 kilogram. Memiliki twin propeller yang berputar berlawanan arah, membuat drone ini mampu untuk terbang dengan stabil. Drone ini menggunakan kerosene sebagai bahan bakarnya dan mampu terbang pada ketinggian maksimal 1.000 kaki.
Target Drone
buatan anak bangsa
Sumber gambar: Ery
Target Drone merupakan pesawat tanpa awak (Unmanned Aerial Vehicle/UAV) yang dikembangkan oleh PT Indo Pacific Communication & Defence (IPCD) untuk pelatihan militer bagi satuan pertahanan udara. Secara khusus, pesawat tanpa awak ini dijadikan sebagai sasaran tembak saat melakukan latihan militer menggunakan rudal panggul ataupun sistem rudal.

Pasawat tanpa awal ini menggunakan konfigurasi delta wing serta dilengkapi dengan sistem pemancar panas atau flare. Platform untuk menerbangkan UAV hasil karya anak bangsa ini menggunakan sistem mobile launcher. Keunggulan dari pesawat tanpa awak ini antara lain memiliki daya melesat yang tinggi, launcher yang mudah dimobilisasi serta biaya operasional yang rendah.
Tactical UAV
buatan anak bangsa
Sumber gambar: Ery
Tactical UAV adalah drone atau pesawat tanpa awak yang pengoperasiannya dirancang untuk dapat digunakan secara cepat dan efesien di lapangan. Mengadopsi sistem modular, Tactical UAV sangat mudah dan ringkas untuk dimobilisir oleh setiap pengguna. Drone ini pun dapat siap digunakan dalam waktu 30 menit. Untuk menerbangkan pesawat tanpa awak ini menggunakan sistem hand launcher dan drone ini pun akan memperlihatkan ketangguhannya di berbagai medan yang ada.
Drone ini mampu melaksanakan tugas strategis seperti melakukan pengintaian dan melakukan observasi jarak pendek dalam radius lima kilometer selama 45 menit. Oleh karena itu, Tactical UAV sangat cocok untuk mendukung pergerakan pasukan di lapangan. Selain untuk kegunaan pada sektor militer, drone ini pun dapat dioperasikan untuk sektor komersial seperti untuk pengawasan udara perkebunan, pemetaan, inspeksi, foto udara dan partoli jalan raya. Drone ini mampu menyajikan data video real time dan memiliki biaya operasional yang rendah.





Credit  Angkasa.co.id




AW139 Basarnas Paling Canggih, Yuk Kita Intip Dalamnya

 
Heli AW139 Basarnas saat menjalani uji coba penerbangan di Milan, Italia. Sumber gambar: Cahyo Wibowo
Kalau ada helikopter yang masuk katagori paling canggih di Indonesia, maka AgustaWestland AW139 milik Basarnas adalah salah satunya. Dikatakan paling canggih karena selain telah menggunakan avionik digital dan dilengkapi sistem kendali empat sumbu otomatis, heli ini juga dilengkapi peralatan pendukung seperti penjejak infra merah FLIR Star SAFIRE 380-HDc dan searchlight TrakkaBeam A-800.
Di Basarnas sendiri, dibandingkan dengan heli Dauphin AS365N3+, lompatan teknologi AW139 terbilang cukup jauh. AW139 sudah fully integrated 4-axis autopilot. Secara ekstrem dapat dikatakan, AW139 bisa terbang dan mendarat sendiri hanya dengan memasukkan data flight plan. Pilot pun dapat membiarkan heli terbang diam (hovering) secara otomatis. Pada saat kondisi darurat, pilot bisa menset kemampuan ini dan beranjak ke kabin untuk membantu pertolongan udara.
Heli AW139 basarnas di Apron Hanggar Indopelita, Pondok Cabe. Sumber gambar: Suharso Rahman
Heli AW139 basarnas di Apron Hanggar Indopelita, Pondok Cabe. Sumber gambar: Suharso Rahman
Kepala Badan SAR Nasional (Kabasarnas) Marsdya TNI FHB Soelistyo pada saat heli AW139 dengan nomor registrasi HR-1301 ini diluncurkan penggunaanya 28 Februari 2016 bertepatan dengan HUT Basarnas di Buperta Cibubur mengatakan, AW139 menjadi kekuatan baru Basarnas yang akan hadir ke berbagai pelosok dan dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Dalam peluncuran tersebut, Kabasarnas didampingi antara lain oleh Panglima TNI, Dubes Italia untuk Indonesia, perwakilan dari Kementerian Perhubungan, DPR RI, serta sejumlah gubernur di Indonesia.
Kokpit AW139 basarnas dengan konfigurasi full glass cockpit. Sumber gambar: Suharso rahman
Kokpit AW139 basarnas dengan konfigurasi full glass cockpit. Sumber gambar: Suharso rahman
Soelistyo menegaskan, Basarnas terus berkomitmen melaksanakan operasi SAR yang efektif, efisien, cepat, andal, dan aman. Itu pula sebabnya mengapa Basarnas butuh helikopter yang pas dan sesuai kemampuan, yakni AW139. “Basarnas membutuhkan helikopter AW139 untuk operasi penyelamatan yang semakin meningkat, terutama untuk operasi SAR di medan atau di daerah yang sulit dijangkau,” kata Soelistyo.
Kapasitas besar
Ditengok dari sisi kapasitas, AW139 yang masuk heli katagori kelas medium memiliki kemampuan angkut yang besar. Heli mampu membawa 15 penumpang dan dua pilot. Dalam konfigurasi medis udara, heli mampu membawa empat tandu pasien (stretcher) dan empat kru medis. Sementara Dauphin hanya mampu membawa dua pilot dan 12 penumpang. Atau dua pilot, dua tandu, dan satu personel medis.
Kabin heli AW139 Basarnas mampu membawa empat tandu dan empat personel medis. Sumber gambar: Cahyo Wibowo
Kabin heli AW139 Basarnas mampu membawa empat tandu dan empat personel medis. Sumber gambar: Cahyo Wibowo
Ruang kabin AW139 cukup lapang dan dirancang agar personel mudah melakukan pergerakan. Ini terlihat dari panel-panel yang sangat kompak dan tidak membuat sempit ruangan. Dari sisi kenyamanan, standar AW139 sudah dilengkapi pendingin udara (AC). Sementara heli lainnya masih mengandalkan kipas angin.
Pintu geser pada kabin AW139 juga terbilang lebar. Hal ini memberikan keleluasan bagi pergerakan loading maupun unloading. Uniknya, di bagian belakang AW139 juga terdapat ruang bagasi yang cukup besar dimana terdapat pula pintu di bagian belakang untuk memasukkan atau menurunkan bagasi.
Perangkat hoist untuk mendukung proses operasi SAR. Sumber gambar: Suharso Rahman
Perangkat hoist untuk mendukung proses operasi SAR. Sumber gambar: Suharso Rahman
Beranjak ke mesin, AW139 menggunakan dua mesin Pratt & Whitney Canada PT6C turboshaft dengan sistem kontrol FADEC (full authority digital engine control) yang terbilang handal. Masing-masing mesin menghasilkan tenaga 1.531 HP.
AW139 mampu terbang hingga ketinggian 20.000 kaki. Bila satu mesin mati, heli masih tetap bisa beroperasi dan bahkan melakukan hovering pada ketinggian 12.000 kaki. Kemampuan ini jelas yang tertinggi dibandingkan helikopter lain di jajaran Basarnas.
Main rotor heli AW139 terdiri dari lima bilah baling-baling utama berbahan komposit dan hub berbahan titanium. Sementara pada bagian ekor, baling-baling hanya berjumlah empat dengan bahan material yang sama.
aw139 Basarnas
Tampak depan heli AW139 Basarnas di Hanggar Indopelipta, Pondok Cabe, Tangerang Selatan. Sumber gambar: Cahyo Wibowo
Dengan gabungan mesin dan konfigurasi lima baling-baling utama, AW139 mampu digeber hingga kecepatan 310 km/jam. Jarak jelajah terbang heli ini mencapai 1.250 km 9pada kecepatan 306 km/jam) dan lama terbang mencapai enam jam.
Untuk roda pendarat, W139 menggunakan tiga roda yang dapat dilipat. Dua roda utama disimpan di bagian sponson yang juga berfungsi sebagai ruang untuk menyimpan perangkat emergensi.
FLIR 380
Sedikit mengenai kemampuan FLIR Star SAFIRE 380-HDc, di Indonesia FLIR ini merupakan yang tercanggih, bahkan dibandingkan dengan FLIR yang digunakan pada heli H225M Cougar maupun heli Bell 412EP TNI AD.
FLIR Star SAFIRE 380-HDc di hidung heli AW139 Basarnas. Sumber gambar: Roni Sontani
FLIR Star SAFIRE 380-HDc di hidung heli AW139 Basarnas. Sumber gambar: Roni Sontani
Star SAFIRE 380-HDc mampu menyajikan gambar dan video yang jernih dan antigoyang pada jarak deteksi yang cukup jauh secara realtime. Perangkat ini terdiri dari tiga bagian yakni Turret FLIR Unit (TFU), Universal Hand Control Unit (UHCU), dan Laser Interlock Unit (LIU). Sistem FLIR 380-HDc dirancang secara khusus untuk penggunaan airborne atau dalam penerbangan, meskipun bisa digunakan pula pada kondisi yang lain.
SAFIRE 380-HDc dilengkapi sensor HD EO (High Definition Electro-Optic) terdiri dari sensor primer dan sekunder, kemudian sensor Short-Wave Infra-Red (SWIR), sensor High Definition Low Light (HD LL), dan Communications Interface Options. Sensor-sensor tersebut bekerja sesuai kondisi yang dihadapi. Misal SWIR, dapat digunakan untuk mendeteksi lebih detail huruf dan warna pada ekor pesawat atau tulisan di kapal pada kondisi cuaca yang buruk. Sensor ini juga dapat mengdeteksi nomor kendaraan yang sedang melaju kencang di jalan raya.
Perangkat FLIR ini dilengkapi dengan searchlight TrakkaBeam A-800 untuk memudahkan pencarian objek SAR terutama pada malam hari atau kondisi cuaca yang gelap.
Lampu pencarian atau searchlight trakkabeam pada heli AW139 Basarnas. Sumber gambar: Suharso Rahman
Lampu pencarian atau searchlight trakkabeam pada heli AW139 Basarnas. Sumber gambar: Suharso Rahman
770 unit
Sejak diperkenalkan tahun 2003 dan mulai diproduksi sejak 2005, hingga saat ini AW139 tercatat telah dibuat sebanyak 770 unit. AW139 dioperasikan oleh satuan-satuan militer di 16 negara dan oleh instansi-instansi sipil di 23 negara.
Heli ambulance AW139 New South Wales, Australia. Sumber gambar: wikipedia
Heli ambulance AW139 New South Wales, Australia. Sumber gambar: wikipedia
Kesuksesan AW139 dalam produksi dan penggunaannya di berbagai negara ini menjadi cerminan kalau heli ini merupakan heli tangguh. Dua negara adidaya, AS dan Rusia, yang masing-masing telah mampu membuat helikopter sendiri pun, turut berkolaborasi memroduksi AW139. Di AS heli AW139 dibuat di Philadelphia, sementara di Rusia di buat di Tomilino, Moskow.
Indonesia menjadi salah satu negara yang mengoperasikan heli AW yang dari sisi performa sangat bagus, namun kadang kalah pamor karena belum banyak orang tahu tentang heli ini. Selain itu di Indonesia pun masalah harga selalu menjadi sorotan karena pada umumnya pembelian barang dengan harga mahal akan diperdebatkan tanpa membandingkan masalah kelengkapan dan keunggulan performa. Beli apapun yang pertama ditanya adalah soal harga. Sementara beli alutsista dengan harga murah biasanya didapat dalam bentuk hibah.
Tim Rescuer Basarnas tengah berlatih dengan heli AW139. Sumber gambar: Dok. Basarnas
Tim Rescuer Basarnas tengah berlatih dengan heli AW139. Sumber gambar: Dok. Basarnas
Selain Basarnas, beberapa perusahaan swasta di Indonesia turut mengoperasikan heli AW termasuk heli untuk pengangkutan VVIP/VIP.
Basarnas dan Leonardo induk perusahaan AgustaWestland telah bersepakat menunjuk PT Indopelita untuk perakitan, perawatan, dan pengintegrasian sistem AW139. Satu unit AW139 untuk Basarnas dikirimkan ke Indonesia pada akhir tahun 2015 dan kemudian dirakit di Indopelita pada akhir Januari 2016 selama dua minggu hingga berhasil diujiterbang ulang.
Heli AW139 dipamerkan dalam ajang Indo Defence 2016 di Kemayoran, Jakarta Pusat. Sumber gambar: Roni Sontani
Heli AW139 dipamerkan dalam ajang Indo Defence 2016 di Kemayoran, Jakarta Pusat. Sumber gambar: Roni Sontani
AgustaWestland juga telah mengirimkan pilot-pilot dan teknisi TNI AU yang mengoperasikan heli AW139 Basarnas ke Italia beberapa waktu lalu. Pihak AW juga mendatangkan pilot dan teknisinya ke Indonesia untuk memberikan supervisi dan pelatihan. Sebagaimana diketahui, untuk pengoperasian AW139, Basarnas bekerja sama dengan TNI AU khususnya Lanud Atang Sendjaja, Bogor.




Credit  Angkasa.co.id








Robot NASA Temukan Bukti Baru Peradaban di Mars


 
Robot NASA Temukan Bukti Baru Peradaban di Mars Robot penjelajah Curiosity saat berada di situs batu Buckskin, Mars. (REUTERS/NASA/JPL-Caltech/MSSS/Handout)
 
Jakarta, CB -- Robot penjelajah Curiosity milik NASA merekam adanya semburan metana di Mars. Temuan ini pada dasarnya berpotensi menjadi petunjuk awal mengenai peradaban di Planet Merah.

Mars selama ini menjadi destinasi yang paling diincar oleh banyak perusahaan yang bergerak di industri keantariksaan. NASA sebagai badan pemerintah tampak tak lelah untuk terus mencari bukti kehidupan di sana.

Temuan metana oleh Curiosity baru-baru ini dinilai oleh peneliti NASA Paul Mahaffy adalah bersifat sementara.

Meski termasuk temuan yang penting dari misi penjelajahan Mars, NASA tak ingin terburu-buru menyimpulkan.

"Kami tak mau mengeliminasi apa pun dan secara potensi temuan itu bisa saja jadi petunjuk adanya kehidupan atau bukti metana dari kehidupan lampau," terang Mahaffy seperti yang dilansir oleh International Business Times.

Kuat dugaan, semburan metana tersebut dihasilkan oleh bakteri seperti yang terjadi Bumi. Berdasarkan kriteria metana di Bumi, metana dihasilkan oleh mikroorganisme sebagai gas buang.

Menurut Mahaffy, yang menarik dari temuan itu adalah metana yang ditemukan kerap timbul-tenggelam. Itu sebabnya sang peneliti menduga terdapat sebuah sumber metana yang tersembunyi di satu titik di dalam perut Mars.

Meski demikian, NASA masih membutuhkan serangkaian uji kandungan isotop untuk membuktikan gas itu datang dari makhluk hidup.

Untuk saat ini Curiosity akan memanfaatkan instrumen Tunable Laser Spectometer yang terdapat di tubuhnya untuk menganalisis hasil uji kimia.

Deteksi Curiosity di area sekitar 300 meter persegi permukaan Mars itu menunjukkan peningkatan gas sepuluh kali lipat metana selama 60 hari Mars. Namun ketika Curiosity berjalan satu kilometer lebih jauh, metana itu menghilang.

Temuan ini merupakan kemajuan misi penjelajahan Mars oleh NASA. Belum lama dalam laporan The Telegraph, badan antariksa Amerika Serikat itu menemukan ikatan air di tanah Planet Merah.


Lebih jauh ke belakang tepatnya tanggal 27 Oktober lalu, Curiosity menemukan sebongkah batu antariksa yang terbentuk dari jenis material yang berbeda dengan batuan di Mars.

Misi menggapai dan mengungkap potensi kehidupan di Mars belakangan menjadi semacam kompetisi.

Selain NASA, lembaga antariksa European Space Agency (ESA) dari Eropa bersama Roscosmos dari Rusia sebelumnya baru saja mengutus robot penjelajah bernama Schiaparelli. Walau nasib Schiaparelli setelah menginjakkan kaki di permukaan Mars belum bisa dipastikan, hal itu menjadi pencapaian tersendiri bagi kedua lembaga tadi.

Di tempat lain, pengusaha sekaligus inovator Elon Musk punya ambisi menjadikan perusahaannya SpaceX sebagai yang pertama membawa manusia ke Mars pada tahun 2024.



Credit  CNN Indonesia



Suara Misterius Muncul dari Samudra Arktik


 
Suara Misterius Muncul dari Samudra Arktik Ilustrasi Arktik (Foto: Pixabay/tpsdave)
 
Jakarta, CB -- Suara misterius yang berdengung muncul di Samudra Arktika dekat wilayah Kanada. Bahkan milter Kanada sampai turun tangan untuk memeriksa sumber suara tersebut.

Selama musim panas ini, pemburu dan pelaut telah mendengar suara berdengung misterius yang berasal dari dasar laut di perairan Arktik di selat Fury dan Hecla. Kedua selat ini terletak di Nunavut, provinsi paling utara Kanada dan paling padat penduduknya.

“Bagian (wilayah) itu ada rute migrasi untuk paus kepala busur. Namun entah mengapa mereka kini tidak ada,” ujar politisi lokal George Qulaut, seperti dikutip dari CBC News.

Ada beberapa teori yang mencoba menjelaskan asal suara misterius itu. Rumor yang berkembang menyebutkan, organisasi lingkungan hidup Greenpeace yang telah menempatkan sonar untuk menakuti-nakuti kehidupan laut agar tak diburu. Namun, mereka membantahnya.

Di daerah situ juga ada perusahaan pertambangan bernama Banffinland Iron Mines. Mereka diduga memasang sonar untuk melengkapi pekerjaannya. Walaupun mereka membantah mempunyai peralatan di dalam air.

Paul Quassa, anggota legislatif Kanada lainnya mengatakan tidak ada izin teritorial yang dikeluarkan untuk pekerjaan - seperti konstruksi, peledakan atau hidrografi - di daerah tempat kebisingan itu berasal.

Militer juga menyadari kebisingan dan tengah melakukan penyelidikan untuk mengetahui apakah itu termasuk ancaman yang mungkin saja menyerang Kanada.

"Departemen Pertahanan Nasional telah diberitahu tentang suara-suara aneh yang berasal di daerah Fury dan Selat Hecla, dan Angkatan Bersenjata Kanada mengambil langkah yang tepat untuk secara aktif menyelidiki situasi," tulis juru bicara dalam sebuah pernyataan.

Sayangnya, pihak militer pun masih belum mengetahui dari mana asal mula suara tersebut.

“Sampai saat ini kami masih melakukan penyelidikan,” tegas juru bicara milter.







Credit  CNN Indonesia





Beli 2 Pesawat ke PT DI, Filipina Sedang Modernisasi


Beli 2 Pesawat ke PT DI, Filipina Sedang Modernisasi
Foto: Mukhlis Dinillah

Bandung - Pemerintah Filipina memesan dua unit pesawat terbang NC212i ke PT Dirgantara Indonesia (PTDI) seharga US$ 19 juta. Pemesanan pesawat tersebut merupakan bagian dari program modernisasi oleh Pemerintah Filipina.

"Negara sedang menjalankan program modernisasi. Ini adalah pembelian (pesawat) pertama mereka setelah 20 tahun vakum," kata Direktur Niaga dan Restrukturisasi PT DI, Budiman Saleh, di sela-sela kunjungan perwakilan Pemerintah Filipina, Jumat (4/11/2016).

Budiman mengatakan, Filipina membeli pesawat NC212i karena multifungsi. Fitur-fitur berteknologi canggih yang ada, membuat pesawat karya anak bangsa ini bisa dimanfaatkan juga militer.

Ia menjelaskan pesawat NC212i memiliki daya angkut mencapai 28 orang. Selain itu, pesawat tersebut juga memiliki kabin yang luas serta dilengkapi sistem navigasi dan komunikasi modern. Keunggulan lainnya yaitu biaya operasional yang rendah di kelasnya.

"Pesawat NC212i juga bisa digunakan sebagai pembuat hujan, patroli maritim dan penjaga pantai," jelas Budiman.

Menurutnya saat ini PT DI merupakan satu-satunya industri pesawat terbang yang memproduksi NC212i. Hal itu seiring penyerahan kewenangan sepenuhnya kepada PT DI untuk mengelola fasilitas produksi oleh Airbuss Defence and Space.

"Jadi sepenuhnya pesawat NC212i itu PTDI yang mengerjakan. Saat ini industri pesawat di dunia yang punya kewenangan hanya PT DI setelah mendapat persetujuan Airbuss Defence and Space," ujar Budiman.

Selain Filipina, PTDI saat ini juga sedang membuat pesawat NC212i sebanyak tiga unit pesanan Pemerintah Vietnam.




Credit  detikFinance


Perwakilan Filipina Tengok Pesanan 2 Pesawat NC212i Produksi PT DI


Perwakilan Filipina Tengok Pesanan 2 Pesawat NC212i Produksi PT DI
Foto: Mukhlis Dinillah

Bandung - Perwakilan Pemerintah Filipina menengok pesanan dua unit pesawat terbang NC212i yang diproduksi oleh PT Dirgantara Indonesia (PTDI), Jalan Pajajaran, Kota Bandung. Ini untuk memastikan kesiapan pesawat sebelum menjalani serangkaian uji coba kelayakan.

Dua petinggi militer Filipina yang berkunjung kali ini yaitu Under Secretary Philipines Air Force (USEC PAF), Raymun Elefante dan Mayor Jendral Roz Brigeluez. Kedua unit pesawat militer itu rencananya akan menjalani serangkaian uji coba pada Januari 2017 mendatang.

"Mereka mau melakukan inspeksi, training dan delivery. Insya Allah, training (pengoperasiannya) dapat dilakukan di bulan Januari 2017 sebelum nanti dikirim ke Filipina," kata Direktur Niaga dan Restrukturisasi PT DI, Budiman Saleh, di sela-sela kunjungan, Jumat (4/11/2016).

Budiman mengatakan pihaknya membanderol harga dua pesawat spek militer tersebut senilai US$ 19 juta. Harga tersebut, lanjut dia, juga sudah termasuk suku cadang pesawat yang diproduksi secara mandiri oleh PT DI.

"Sebelum dikirim, training atau uji coba pesawat semuanya dilakukan di sini (PT DI)," ucap dia.

Sementara itu, Raymun Elefante mengaku cukup puas dengan pesawat produksi PT DI tersebut. Menurutnya fitur-fitur yang dimiliki pesawat terbang NC212i sangat sesuai dengan kebutuhan militer Filipina.

Terutama dalam melakukan operasi kemiliteran.

"Pesawat ini juga cocok mengangkut pasukan dan dropping pasukan saat melakukan operasi militer," tutur Elefante.

"Tapi pesawat ini juga cocok untuk melakukan multi roll, meditech dan medical evacuation untuk penyelamatan korban kecelakaan atau korban bencana," Elefante menambahkan

Selain terpikat dengan kemampuan pesawat, Pemerintah Filipina sengaja memesan dua unit pesawat ini sebagai salah satu upaya menjaga hubungan baik antar negara ASEAN. Terutama dalam hubungan kerja sama dalam bidang kedirgantaraan.

"Kami sengaja mengalihkan perhatian ke negara-negara tetangga. Karena harganya juga sangat kompetitif," kata dia.






Credit  detikFinance




Ini Dia N245, Pesawat Komersial Hasil Duet PTDI dan LAPAN



Ini Dia N245, Pesawat Komersial Hasil Duet PTDI dan LAPAN
Foto: Ardan Adhi Chandra

Jakarta - PT Dirgantara Indonesia (Persero) atau PTDI bersama Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) tengah mengembangkan pesawat N245. Pesawat N245 merupakan pengembangan dari pesawat buatan PTDI sebelumnya yaitu N235.

N245 didesain untuk pesawat komersil. Pesawat ini sejenis dengan tipe ATR bermesin ganda.

"Kemungkinan besar ini kerja sama dengan LAPAN. Saat ini masih melakukan pre elementary design, internal test, pemilihan engine, dan yang lainnya," jelas Manajer Pengembangan Bisnis PTDI Krisnan kepada detikFinance dalam pameran Indodefence di JIExpo Kemayoran, Jakarta Utara, Kamis (3/11/2016).

Pesawat ini ditargetkan bisa mulai dibangun tahun 2017 mendatang. Pesawat ini nantinya memiliki panjang 22,40 meter dengan lebar sayap 25,81 meter dan tinggi 8,42 meter.

Ini Dia N245, Pesawat Komersial Hasil Duet PTDI dan LAPANFoto: Ardan Adhi Chandra

"Ini masih tergantung dari LAPAN. Semoga tahun depan bisa mulai dikembangkan," kata Krisnan.

Setelah selesai diproduksi, N245 bisa melesat di udara dengan kecepatan maksimal mencapai 270 knot atau setara 500 km per jam. Dengan sekali pengisian bahan bakar, N 245 bisa menjangkau hingga 800 nano mil laut.

"Kecepatan bisa sampai 270 knot dengan daya jelajah 800 nano mil laut," tutup Krisnan.

Ini Dia N245, Pesawat Komersial Hasil Duet PTDI dan LAPANFoto: Ardan Adhi Chandra





Credit  detikFinance





Dibanderol Rp 78 Miliar, Pesawat N219 Diuji Coba Akhir Tahun Ini



Dibanderol Rp 78 Miliar, Pesawat N219 Diuji Coba Akhir Tahun Ini
Foto: Ardan Adhi Chandra

Jakarta - PT Dirgantara Indonesia (Persero) atau PTDI akan melakukan uji coba penerbangan pesawat N219 akhir tahun ini. Pesawat bermesin ganda ini akan digunakan untuk melintasi daerah-daerah terpencil.

Psawat N219 memiliki tinggi 6,18 meter dengan panjang 16,74 meter dan lebar sayap 19,50 meter. Pesawat buatan Bandung ini mampu menampung 19 penumpang dengan daya jelajah mencapai 880 kilometer (km).

"Akhir tahun ini akan uji coba terbang. Sekali angkut bisa untuk 19 penumpang dan jaraknya bisa 880 kilometer (km)," jelas Manajer Pengembangan Bisnis PTDI, Krisnan, kepada detikFinance dalam pameran Indodefence di JIExpo Kemayoran, Jakarta Utara, Kamis (3/11/2016).

Setelah dilakukan uji coba penerbangan akhir tahun ini, N219 masih akan dilakukan uji sertifikasi dari Ditjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan untuk memastikan kalayakan terbang pesawat.

Dibanderol Rp 78 Miliar, Pesawat N219 Diuji Coba Akhir Tahun IniFoto: Ardan Adhi Chandra

PTDI menargerkan proses sertifikasi N219 bisa selesai di akhir tahun mendatang, sehingga bisa diproduksi secara massal di 2018.

"Abis tahun ini terbang, awal tahun depan flight test dan sampai dapat sertifikasi dari Kementerian Pehubungan. Akhir tahun 2017 target selesai sertifikasi dan 2018 bia produksi massal," ujar Krisnan.

Setelah dilepas ke pasar, pesawat buatan Bandung N219 akan dijual dengan harga US$ 5,5 juta-US$ 6 juta per unit (Rp 7-7,8 miliar). Pesawat ini dalam penjualan awalnya ditargetkan ke pasar domestik.

"Harganya US$ 5,5 juta sampai US$ 6 juta. Mungkin ini di dalam negeri dulu," kata Krisnan.



Credit  detikFinance






Penampakan Model Pesawat Saingan Boeing dan Airbus yang Dirancang China-Rusia



Penampakan Model Pesawat Saingan Boeing dan Airbus yang Dirancang China-Rusia
Foto: Reuters


Jakarta - China dan Rusia berencana menggelontorkan investasi hingga US$ 20 miliar untuk mengembangkan pesawat jet berbadan panjang dan lebar. Pesawat ini dibuat untuk menyaingi Boeing dan Airbus.

Rencana ambisius ini ditandai dengan perjanjian antara Commercial Aircraft Corporation of China (COMAC) dan United Aircraft Corporation (UAC) asal Rusia yang memproduksi banyak pesawat termasu Sukhoi Superjet 100. Perjanjian itu diteken saat Presiden Rusia Vladimir Putin mengunjungi Presiden China, Xi Jinping di Beijing pada Juni 2016 lalu.

Dalam kerja sama yang akan disahkan tahun ini, dikembangkan pesawat jet komersial berkapasitas 280 penumpang, dengan kemampuan terbang hingga 12.000 kilometer (km).

Dilansir dari AFP pekan lalu, pesawat jenis ini berarti akan bersaing langsung dengan Boeing 787 dan Airbus A350.

Nilai proyek ini antara US$ 13 miliar (Rp 169 triliun) sampai US$ 20 miliar (Rp 260 triliun). Kedua pihak akan membagi modalnya 50:50.

Modal pesawat baru ini dipamerkan pada Zhuhai air show di provinsi Guangdong pekan lalu.

Penampakan Model Pesawat Saingan Boeing dan Airbus yang Dirancang China-RusiaFoto: Reuters


Pesawat baru ini, direncanakan akan selesai dalam beberapa tahun ke depan. Namun, pengembangan pesawat komersial menjadi tantangan bagi China. Apalagi proyek pesawat China sebelumnya juga terus mundur.

China memang tengah berencana untuk mengembangkan industri kedirgantaraan domestiknya. Negara ini berencana ada pesawat komersial 'Made in China' di 2025.

Penampakan Model Pesawat Saingan Boeing dan Airbus yang Dirancang China-RusiaFoto: Reuters


Pihak Airbus pernah menyatakan, China akan memerlukan 6.000 pesawat baru bernilai US$ 945 miliar atau Rp 12.285 triliun dalam 2 dekade ke depan. Bahkan menurut Boeing mencapai US$ 1 triliun.

COMAC saat ini sedang mengembangkan pesawat single aisle bernama C919. Pesawat ini telah uji coba diterbangkan, dan menerima pesanan 570 unit dari 23 pemesan.



Credit  detikFinance






Jumat, 04 November 2016

Jet Tempur Buatan RI-Korsel Ini Jadi Saingan Jet AS




 Jet tempur Eurofighter Typhoon bakal hadir di pameran industri pertahanan Indo Defense 2014 di Kemayoran, Jakarta Pusat (Dokumentasi Eurofighter)


CB, Jakarta Indonesia tengah mengembangkan jet tempur generasi 4.5 yang bekerjasama dengan Korea Aerospace Industries (KAI). Program yang dinamakan KFX/IFX ini akan menjadi titik bangkit Indonesia dalam kemandirian industri pertahanan.
Sebagai pihak yang ditugaskan pemerintah Indonesia untuk mengembangkan jet tempur ini, PT Dirgantara Indonesia (Persero) menandatangani perjanjian peningkatan pemasaran dalam Indo Defence 2016 di JIExpo Kemayoran.
Direktur Niaga dan Restrukturisasi PTDI Budiman Saleh menjelaskan‎ kerjasama pemasaran ini menjadi satu bagian dari rencana pemasaran KFX/IFX.
"Ini salah satu bagian untuk KFX/IFX. Kita masih dalam tahapan Enginering Manufacturing Development, masih panjang, tapi kita sudah tau bentuknya," kata Budiman saat berbincang dengan Liputan6.com yang ditulis, Jumat (4/11/2016).
‎Dalam rangka program pengembangan jet tempur tersebut, PTDI saat ini sudah mengirim sebanyak 70 orang engineer ke Korea Aerospace Industries untuk belajar dan menguasai teknologi yang akan digunakan dalam jet tempur tersebut. Jumlah ini akan bertambah setiap tahunnya.
"Jadi tidak hanya mengetahui bagaimana membuat fighter, tetapi juga mempelajari sistem-sistem yang digunakannya," tegas dia.
KFX/IFX ini, dengan teknologi generasi 4.5, menjadi kerja sama yang dilakukan secara jangka panjang dengan total investasi kedua negara mencapai US$ 8 miliar. Proyek ini akan melibatkan APBN masing-masing negara.
Jet tempur ini akan menjadi pesaing jet tempur buatan Amerika Serikat (AS) F-22 dan F-35. Secara generasi, jet tempur buatan Indonesia dengan Korea Selatan ini jelas di atas jet tempur legendaris F-16.
Sebagai tahap awal, Indonesia dan Korea tengah membuat desain dan prototype‎ jet tempur ini. Tahap awal ini ditargetkan kedua perusahaan akan selesai pada tahun 2019. Baru nantinya tahun 2020 masuk dalam proses produksi.
Dalam kesepakatan itu, PT DI dan KAI akan memproduksi 200 unit jet tempur, di mana 150 unit akan menjadi hak milik pemerintah Korea Selatan dan 50 unit akan menjadi hak pemerintah Indonesia. Hal ini karena porsi Indonesia dalam pengembangan jet tempur ini hanya 20 persen.
Pembuatan 200 unit jet tempur itu diperkirakan akan selesai pada tahun 2035-2040. Proyek ini bersifat jangka panjang. Teknologi yang diterapkan dalam pesawat ini diakui cukup canggih.
Seperti diketahui sebelumnya, Direktur Teknologi dan Pengembangan PT DI, Andi Alisjahbana mengungkapkan, jet tempur yang akan dihasilkan dari kerja sama dua negara ini akan memiliki generasi 4.5. Saat ini beberapa produk jet tempur yang ada di dunia masih ‎generasi 4.
"Sukhoi yang kita miliki, yang katanya paling canggih itu masih generasi 4, fighter yang kita produksi nanti sudah 4.5," kata dia.
‎Jet tempur ini nantinya akan memiliki tipe semi siluman (stealth) yang ke depannya mampu dikembangkan ke tipe stealth atau jet tempur generasi 5. Di dunia, saat ini baru Amerika Serikat (AS) yang mampu memproduksi jet tempur generasi 5, yaitu jet tempur siluman F-22 dan F-35.
Andi mengungkapkan kerja sama pengembangan ini menjadi hal yang strategis mengingat dalam sebuah negara pertahanan udara adalah kunci utama dalam sebuah negara.
"Negara itu kalau diserang awal dari udara, kalau udara sudah dikuasi itu mau dilawan lewat darat atau laut, itu sudah susah sekali. Jadi kita sangat perlu kembangkan tipe fighter seperti ini untuk jaga wilayah udara kita," kata Andi.



Credit  Liputan6.com








Ini Kehebatan Sanca, Kendaraan Anti Ranjau Buatan Pindad



 
CB, Jakarta PT Pindad (Persero) kembali meluncurkan produk terbarunya berupa kendaraan militer berjuluk Sanca. Kendaraan ini merupakan hasil transfer teknologi antara Indonesia dengan Thales Australia‎.

Direktur Komersial PT Pindad Widjajanto menjelaskan, kendaraan ini didesain khusus untuk angkutan personil dan pertahanan. Sebagai kendaraan militer, Sanca dianggap mampu menjinakkan ledakan ranjau yang ditanam musuh di tanah.

"Frame nya itu berbentuk V. Dengan model frame seperti itu, bila terjadi ledakan di bawah, hentakannya ke samping. Jadi kendaraan tetap aman, tetap save," kata Widjajanto saat berbincang dengan Liputan6.com, Kamis (3/11/2016).
Widjajanto menambahkan, tidak hanya bodi dasar yang berbentuk V, untuk meredam ledakan dan panas, di dalam plat baja di dasar mobil juga terdapat ruang yang diisi air. Ini yang menjadi spesialisasi Sanca.

Tak cukup dengan sistem pertahanan yang ada, Pindad juga mendesain Sanca dilengkapi senjata yang beroperasi secara digital (remote)‎ dengan kaliber 7,62 mm.
Dalam produksi kendaraan militer ini, Thales Australia sebagai pemegang resmi desain dasar dari Sanca. Sementara Pindad menghasilkan Sanca yang disesuaikan dengan kondisi yang ada di Indonesia.

"Kendaraan ini kan sudah dipakai di perang Irak, Afganistan, tapi karena di kita tidak ada perang, jadi kompleksitasnya bisa kita turunkan levelnya," papar dia.

Dia memaparkan, sampai saat ini di Indonesia terdapat tiga jenis kendaraan dengan tipe yang sama dengan Sanca yang dipakai oleh Kopassus. Hanya saja tiga kendaraan tersebut merupakan hasil impor dari Australia.

"Kita tertarik karena mengantisipasi kebutuhan dari operasional tempur kita, dari TNI terkait anti ranjau itu," tutup Widjajanto.




Credit  Liputan6.com


Sanca, Kendaraan Militer Anti-Ranjau Pertama di Indonesia

 
 
Kendaraan Anti Ranjau
 
 
CB, Jakarta - PT Pindad (Persero) tidak hanya meluncurkan produk terbarunya, tank boat. Pada hari kedua Indo Defence 2016, Pindad kembali meluncurkan produk terbarunya. Hanya saja kali ini digunakan di darat.

Sanca merupakan kendaraan militer terbaru buatan Pindad yang didesain khusus untuk anti ranjau, atau serangan-serangan di dasar tanah.

Direktur Utama PT Pindad (Persero) Abraham Mose mengungkapkan koleksi kendaraan militer yang diproduksi Pindad bertambah dengan peluncuran Sanca. Sebelumnya, Pindad telah mengeluarkan Anoa, Komodo, dan Badak.

‎"Kita awalnya punya komodo, tapi kapasitasnya hanya 12. Ini lebih banyak dari itu. Kemudian dilengkapi sistemnya anti-ranjau," kata Abraham saat berbincang dengan Liputan6.com, Kamis (3/11/2016).
Sanca ini merupakan jenis kendaraan Thales Bushmaster yang sudah teruji keandalannya di dunia. Sebenarnya, beberapa negara sudah memproduksi kendaraan militer layaknya Sanca, sebut saja Australia. Hanya saja ini pertama kalinya Indonesia juga bisa memproduksinya.

Abraham mengungkapkan, Kopassus memiliki beberapa kendaraan tersebut hingga kini, hanya saja bukan produksi dari dalam negeri. Oleh karena itu, Kopasus‎ menjadi salah satu pihak yang menyatakan minatnya untuk membeli Sanca demi meningkatkan kemampuan mereka.

‎Kendaraan seperti ini, kata Abraham, telah terbukti keandalannya saat perang di Irak, Afganistan, dan Afrika. "Hanya saja kita sedikit modifikasi desainnya, kita sesuaikan dengan kondisi di Indonesia yang tidak ada perang," ujar Abraham.

Hingga kini, Sanca masih dalam tahap uji kelayakan. Pindad dan Thales Australia sudah menciptakan prototipe untuk tahap pengujian tersebut. "Kalau tahap pengujian selesai, langsung kita produksi secara komersil. Saya harapkan 2017 sudah bisa produksi," tutur Abraham.

Credit  Liputan6.com


Muncul Pulau Akibat Tsunami, Pemerintah Pantau Garis Pantai



 Muncul Pulau Akibat Tsunami, Pemerintah Pantau Garis Pantai
Ilustrasi tsunami. greenpacks.org
 
CB, Jakarta - Deputi I Kemaritiman Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman Arief Havas mengatakan ada pulau-pulau kecil muncul akibat terjadinya tsunami. Pemerintah, kata Havas, sedang ingin melakukan pengecekan terhadap hal tersebut.

"Ada banyak perkembangan di daerah bekas tsunami, kami cek semua itu," kata Havas saat ditemui di kantor Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, Jakarta Pusat, Kamis 3 November 2016.

Havas menambahkan hal ini sudah lama diketahui, namun pihaknya sedang memantau perkembangan dari riset yang baru saja dilakukan. "Apakah nantinya akan mengubah kondisi pantai, atau garis pantai kita," ujarnya.

 
Lebih lanjut, Havas menjelaskan kalau pulau-pulau kecil itu nantinya akan membuat luas lautan Indonesia akan berubah. Namun hal itu hanya akan terjadi jika pulau itu, berada di luar garis pantai yang ada. "Kalau di luar harus dihitung, ada perhitungan khusus."

Havas mengungkapkan yang sedang diriset berada di wilayah laut di Aceh. Dia menjelaskan sangat Tsunami melanda Aceh, ada kondisi alam yang berubah di sana, begitu pun di Mentawai. "Di Mentawai ada juga, kalau tidak salah, agak ke atas lagi."

Havas menuturkan saat ini pihaknya sedang mengkaji perkembangan di perbatasan Indonesia dengan negara lain. "Membuat kajian perkembangan seperti apa sekarang, kan kita punya perbatasan dengan 10 negara."



Credit  TEMPO.CO




Temuan Artefak Patahkan Asumsi Awal Kedatangan Manusia Purba

 Temuan Artefak Patahkan Asumsi Awal Kedatangan Manusia Purba
Sebuah lukisan manusia purbakala berbentuk telapak tangan di Kawasan Situs sejarah Leang. Diperkirakan lukisan ini telah berusia ribuan tahun, dan dibuat oleh manusia pada peradaban prasejarah. Pangkep, Sulsel, 20 Agutus 2015. TEMPO/Iqbal Lubis
 
CB, Jakarta - Manusia mulai mendiami pedalaman Australia 10.000 tahun lebih awal dari perkiraan sebelumnya. Demikian menurut para ilmuwan Kamis, 3 Vovember 2016, setelah mereka menemukan ribuan artefak dan tulang di batu tempat perlindungan di pedalaman terpencil.

Orang-orang diperkirakan telah tiba di Australia sekitar 50.000 tahun lalu. Namun, waktu mereka menetap di pedalaman yang gersang itu serta menggunakan perkakas mereka dan interaksi mereka dengan binatang purba masih diperdebatkan.

Para peneliti mengatakan temuan di Flinders Ranges Australia Selatan, 450 kilometer dari ibu kota negara bagian Adelaide, menunjukkan bahwa manusia menduduki daerah itu dari 49.000 sampai 46.000 tahun lalu. "Kami menyajikan bukti dari batu tempat perlindungan Warratyi di pedalaman selatan yang menunjukkan bahwa manusia menduduki daerah tandus Australia sekitar (49.000 tahun lalu), (10.000 tahun) lebih awal dibandingkan laporan sebelumnya," kata para peneliti yang dipublikasikan di jurnal Nature.

Beberapa benda yang ditemukan dari lapisan-lapisan sedimen juga menunjukkan penggunaan teknologi di Australia, seperti perkakas tulang (40.000 sampai 38.000 tahun lalu) dan pigmen seperti merah (49.000 sampai 46.000 tahun lalu). "Itu melengkapi pekerjaan yang dilakukan di pesisir Australia. Itu cocok dengan ambang batas tanggal… antara 45.000 sampai 50.000 (tahun lalu)," kata arkeolog dari La Trobe University di Australia Selatan, Giles Hamm, peneliti yang memimpin riset tersebut. "Yang berbeda adalah situs tertuanya di bagian paling selatan benua...itu menunjukkan bahwa orang bergerak sangat cepat di sekitar benua dan bagian dalam benua. Jika orang datang 50.000 (tahun lalu), artinya orang mungkin bergerak ke segala arah. Dan kita sudah mendapat beberapa bukti genetik baru yang mungkin juga menambah data mengenai pertanyaan itu."

Studi yang juga melibatkan University of Adelaide, Flinders University dan Clifford Coulthard dari Adnyamathanha Traditional Lands Association itu menemukan 4.300 artefak, tiga kilogram tulang, oker, dan materi tumbuhan. Temuan bingkah tulang diidentifikasi berasal dari Diprotodon optatum, marsupialia--kelompok mamalia yang betinanya memiliki kantung-- terbesar yang diketahui.

Selain itu ada temuan cangkang telur yang berkaitan dengan burung raksasa yang sudah punah, menunjukkan bahwa manusia berinteraksi dengan binatang kuno, kata ahli megafauna Gavin Prideaux dari Flinders University. "Manusia terbukti hidup berdampingan dengan binatang-binatang ini dan memburu mereka. Jadi ide bahwa tidak ada interaksi antara manusia dengan binatang-binatang ini sekarang bisa ditaruh di tempat tidur," kata Prideaux sebagaimana dikutip kantor berita AFP. *


Credit  TEMPO.CO










Petral Dibubarkan, Pertamina Hemat Rp 21 Triliun

 Petral Dibubarkan, Pertamina Hemat Rp 21 Triliun  
Wakil presiden, Jusuf Kalla (kiri), melihat penandatanganan MOU antara Dirut Pertamina, Dwi Soetjipto (tengah), dan Rektor Unhas, Dr. Dwia Aries, di Kampus II fakultas teknik Universitas Hasanuddin, Gowa, Sulsel, 27 Februari 2015. TEMPO/Iqbal Lubis
 
CB, Jakarta - Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Dwi Soetjipto mengatakan, dengan dibubarkannya Petral, korporasi dapat melakukan efisiensi hingga US$ 1,6 miliar atau sekitar Rp 21 triliun pada Januari-September 2016. "Kalau tahun lalu, kami dapat efisiensi US$ 680 juta," kata Dwi di Hotel Dharmawangsa, Jakarta, Kamis, 3 November 2016.

Dwi berujar, efisiensi yang didapatkan oleh Pertamina itu berasal dari sentralisasi procurement, baik hydro maupun non-hydro. Dari sentralisasi procurement non-hydro mencapai US$ 185 juta sampai September 2016. "Sementara dari hydro US$ 166 juta sampai September," ucapnya.

Biaya kehilangan minyak selama perjalanan dan bongkar muat atau loses, Dwi melanjutkan, juga berkurang. Pada 2014, biaya loses mencapai US$ 530 juta. Tahun lalu, biaya loses mencapai US$ 244 juta. "Tahun ini, sampai September, biaya loses hanya US$ 70 juta."

 

Dwi menambahkan efisiensi tersebut membuat Pertamina mendapatkan laba hingga US$ 2,83 miliar sepanjang tahun ini. Tahun lalu, menurut dia, laba Pertamina hanya sebesar US$ 1,42 miliar. "Ini menjadikan Pertamina sudah bisa memikul tugas negara dan siap mendukung BBM satu harga," tutur dia.

Target Pertamina pada 2017, Dwi melanjutkan, adalah menciptakan BBM satu harga di Tanah Air. Selain sebagai korporasi, Pertamina juga memiliki tugas negara. "Pertamina merupakan alat negara untuk mengelola energi bagi kesejahteraan rakyat," ujarnya.

Dalam kesempatan yang sama, Menteri Badan Usaha Milik Negara Rini Soemarno berterima kasih kepada Dwi atas tercapainya BBM satu harga tersebut. Menurut dia, hal ini tercapai setelah 70 tahun Indonesia merdeka. "Akhirnya, kita bisa memberikan masyarakat Papua dan Kalimantan harga BBM yang sama," katanya.

 

Rini menambahkan, pemerintah tidak berkenan satu rupiah pun terhadap program tersebut. Dia menyebut seluruhnya dana BUMN. Walaupun sedikit rugi, menurutnya tidak masalah karena tahun ini Pertamina meraup untung agak banyak. "Itulah fungsi BUMN. Kita harus untung karena ada saat-saat di mana kita harus rugi demi kepentingan rakyat," tuturnya.






Credit  TEMPO.CO




Tak Punya Sumur Minyak, Mengapa Singapura Bisa Ekspor BBM?

 Tak Punya Sumur Minyak, Mengapa Singapura Bisa Ekspor BBM?  
Fuel Oil Complex 1 di Kilang Minyak Pertamina Refinery Unit (RU) IV, Cilacap, Jawa Tengah. TEMPO/Panca Syurkani
 
CB, Jakarta - Singapura, negara tetangga Indonesia, tak memiliki sumur minyak tapi bisa mengekspor bahan bakar minyak (BBM). Berikut ini alasannya.

Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Dwi Soetjipto mengatakan terdapat dua kondisi yang berbeda antara Indonesia dan Singapura. Menurut dia, Singapura memiliki kapasitas kilang yang melampaui laju pertumbuhan konsumsi BBM nasionalnya.

Bila dibandingkan, Dwi mengungkapkan, Indonesia memiliki kapasitas kilang 800 ribu barel per hari (bph) saat tingkat konsumsi BBM sebesar 1,6 juta barel per hari. Singapura justru memiliki kelebihan pasokan BBM sebesar 800 ribu bph. "Kami butuh 800 ribu bph, Singapura kelebihan 800 ribu bph," ujar Dwi saat memberi paparan pada Forum Badan Usaha Milik Negara (BUMN) 2016 di Jakarta, Kamis, 3 November 2016.

Di sisi lain, Singapura bahkan tak memiliki sumber minyak untuk kemudian diolah menjadi BBM. Sedangkan, ujar Dwi, Indonesia memiliki banyak sumber minyak dengan produksi sekitar 800 ribu bph atau 820 ribu bph bila merujuk pada target produksi siap jual atau lifting pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Perubahan 2016. Namun, tetap saja perlu melakukan impor untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.

Seperti diketahui, Pertamina juga melakukan kerja sama sewa kilang di Singapura untuk mengolah minyak mentah hasil produksi aset perseroan di Irak hingga akhir 2016. "Produksi crude Indonesia 800 ribu dan Singapura tidak punya produksi sama sekali," kata Dwi.

Dwi pun mengakui selama 25 tahun perseroan tak melakukan pembangunan kilang. Oleh karena itu, saat ini perlu dilakukan percepatan guna menyeimbangkan laju pertumbuhan konsumsi BBM dengan penambahan kapasitas kilang dalam negeri.

Adapun, beberapa proyek pembangunan kilang baru dan penambahan kapasitas kilang sedang berjalan seperti Kilang Tuban, Kilang Cilacap, Kilang Balikpapan, Kilang Dumai, dan Kilang Balongan. "25 tahun lebih Pertamina enggak bangun kilang."



Credit  TEMPO.CO






Senjata Rusia di Antara Dua Raksasa Asia: Peluang atau Tantangan?

  Rakesh Krishnan Simha , 

India dan Tiongkok, dua raksasa Asia, memberi tiket masuk bagi senjata Rusia. Sebagai konsekuensi, Moskow harus memastikan bahwa kedua pihak tak merasa terancam atas akuisisi mereka masing-masing.
Indian Army's Arjun MK-I tanks
Tank-tank Arjun (tank tempur utama/MBT) MK-I Tentara India dipamerkan selama parade Hari Republik di New Delhi 26 Januari 2014. Sumber: Reuters
India adalah importir senjata terbesar di dunia, dengan anggaran pengeluaran pertahanan negara diperkirakan akan mencapai 250 miliar dolar AS pada dekade mendatang. Rusia hendak meraup sebagian dari angka tersebut dengan memasok pesawat tempur canggih, kapal selam, misil, serta kapal induknya bagi New Delhi.
Sementara, Tiongkok juga mengincar senjata canggih Rusia untuk menandingi kekuatan militer AS di Asia Pasifik. Seiring dengan tumbuhnya jumlah ekspor senjata tangguh dari Moskow ke New Delhi dan Beijing, Rusia harus menjaga keseimbangan agar tak ada pihak yang merasa terancam atau terlemahkan dari akuisisi tersebut. Kegagalan untuk mengatasi hal ini akan menciptakan kerugian di kedua pasar yang menggiurkan tersebut.
Jelas, menjaga agar para raksasa Asia tetap bahagia tak akan menjadi tugas yang mudah karena keduanya melihat satu sama lain sebagai ancaman. Dalam sebuah survei yang digelar pada 2014 oleh Pew Research Center, 72 persen warga India khawatir jika sengketa wilayah antara Tiongkok dengan negara-negara tetangganya akan memicu konflik militer. Mayoritas opini publik di kedua negara bersifat negatif terhadap satu sama lain.
Dengan latar belakang persaingan di Asia ini, terdapat aspek kompetitif untuk tiket pembelian senjata raksasa dari Rusia. Mengingat India dan Tiongkok sama-sama memiliki pasukan mliter yang besar serta daratan dan ruang udara yang luas untuk dilindungi, kebutuhan pertahanan mereka terbilang mirip.
Selain itu, karena keduanya memiliki kantong tebal maka mereka bisa membeli senjata paling baru dan paling mahal. Akibatnya, New Delhi dan Beijing kadang membeli senjata yang sama, seperti jet tempur Sukhoi-27 (dan variannya), helikopter Mi-17, pesawat angkut militer Il-76 Ilyushin, serta yang terbaru ialah sistem pertahanan misil S-400.
Pembelian senjata canggih yang serupa oleh negara saingan adalah fenomena yang terbilang baru. Pada masa Perang Dingin, Barat dan sekutunya membeli senjata dari negara-negara NATO, sementara negara-negara Eropa Timur dan mereka yang berhubungan baik dengan Moskow membeli senjata Uni Soviet. Penggolongan yang rapi tersebut kini menghilang. Untuk melawan sanksi ekonomi Barat dan melindungi pangsa pasarnya, Moskow bersedia menjual permata berharga dari industri pertahanannya pada Tiongkok.

Faktor Risiko

India dan Tiongkok membeli senjata senilai miliaran dolar dari Rusia, sehingga mereka memiliki kekhawatiran yang lazim mengenai kemungkinan bocornya data rahasia. Hal ini bukanlah skenario yang tak mungkin. Setelah kebocoran informasi rahasia baru-baru ini mengenai Scorpene Prancis, India menangguhkan rencana untuk memesan kapal selam tersebut. Menimbang bahwa secara virtual segala hal mengenai cara kerja kapal selam tersebut kini menjadi rahasia umum, India tak punya opsi lain.
Kedua raksasa Asia kini menangani senjata Rusia yang sama persis, sehingga ketakutan semacam itu semakin tinggi. Sebagai contoh, India tak punya jaminan bahwa kekuatan dan kelemahan Sukhoinya belum bocor ke Angkatan Udara Pakistan.
Kabar mengenai penjualan S-400 untuk India pada Oktober lalu mungkin menciptakan debaran jantung bagi Beijing.
Penjualan Su-35 — jet tempur nonsiluman tercanggih Rusia — pada Tiongkok juga menciptakan ancaman tersendiri bagi India karena pesawat tersebut separuh generasi lebih maju dibanding Sukhoi milik India. Meski Beijing baru memesan 24 pesawat, Su-35, yang memiliki jangkauan lebih luas, kemampuan manuver luar biasa, daya tembak, serta sebagian karakteristik siluman, memiliki potensi untuk memengaruhi pertempuran udara jika terjadi perang antara India dan Tiongkok. Sementara, kabar mengenai penjualan S-400 untuk India pada Oktober lalu mungkin menciptakan debaran jantung bagi Beijing. Dua tahun lalu, Tiongkok adalah pembeli pertama sistem misil pertahanan udara paling tangguh tersebut. Kemungkinan, negeri Tirai Bambu tersebut tak melihat transaksi dengan India sebagai hal yang menyenangkan.

Menciptakan Solusi

Melihat ketertarikan India dan Tiongkok terhadap senjata Rusia, pihak Rusia bisa menawarkan varian modifikasi agar kedua pihak bisa tidur nyenyak. Ambil contoh Su-27 (julukan NATO: Flanker). Pesawat dengan kemampuan manuver super ini mungkin pesawat jet yang paling banyak dimodifikasi sepanjang sejarah. Tiongkok adalah pembeli pertama saat ia memesan varian SK berkursi tunggal pada 1992. Pada 2002, India menjadi pembeli asing terbanyak pesawat ini dengan memesan 272 pesawat Su-30MKI. Versi kursi ganda pesawat ini memiliki jangkauan tempur yang lebih unggul serta daya angkut yang superior.
“Dengan segala hormat, Su-30MKI buatan India adalah versi yang paling mumpuni yang ada, dengan perangkat elektronik Israel dan Eropa, serta pilot-pilot india yang terlatih dengan baik.”
Sukhoi India hanya memiliki sedikit persamaan dengan milik Tiongkok. India membangun kerangka pesawat tempur ini kemudian mempersenjatainya dengan perangkat komunikasi dan sensor dari India, Israel, dan Prancis. Sebagaimana yang disampaikan dalam Strategy Page, “Dengan segala hormat, Su-30MKI buatan India adalah versi yang paling mumpuni yang ada, dengan perangkat elektronik Israel dan Eropa, serta pilot-pilot india yang terlatih dengan baik.” Faktanya, keteguhan India untuk memodifikasi pesawat Rusia ini terbukti sukses, bahkan Angkatan Udara Rusia menciptakan Su-30SM terbaru mereka berdasarkan modifikasi MKI India. Sama halnya dengan pasukan udara Aljazair, Malaysia, dan Vietnam yang menciptakan konfigurasi jet mereka sesuai kebutuhan dan preferensi lokal, sehingga tiap negara memiliki armada Flanker spesial mereka masing-masing.
Rusia awalnya menolak saat India hendak memodifikasi Sukhoi mereka karena artinya subkontraktor Rusia akan kalah. Namun, upaya India malah menggiring sejumlah pesanan asing, yang menciptakan dorongan luar biasa bagi industri pesawat Rusia. Model open source yang menawarkan fleksibilitas bagi modifikasi ini patut dipertahankan.

Tak Ada Alternatif

India memutuskan untuk membeli S-400 setelah mengetahui Tiongkok akan mendapatkan sistem misilnya segera. Jika New Delhi memiliki kekhawatiran yang berlebihan, mereka mungkin memilih membeli misil AS (Patriot) atau Israel.
Faktor kunci yang mungkin memengaruhi India adalah fakta bahwa S-400 merupakan sistem misil pertahanan udara paling bandel di dunia. Bahkan jika pilot musuh mengetahui rahasia mereka, pihak lawan tak akan bisa kabur darinya. Misil S-400 dapat melaju dengan kecepatan 17 ribu kilometer per jam, delapan kali lipat lebih cepat dari kecepatan sebagian besar pesawat tempur, hanya menyisakan waktu yang sangat singkat bagi pilot musuh untuk bereaksi. Aspek inilah yang membuat AS dan Israel mendesak Rusia agar tak mengirim sistem S-300 yang lebih lama ke Suriah dan Iran.
Senjata seperti S-400 tak tersedia di AS atau negara Barat lain. Mereka juga kesulitan untuk meniru senjata ini. Tiongkok sudah memiliki S-300 selama bertahun-tahun dan pada 2010 lalu Rusia mengirim 15 pasokan tambahan dalam kontrak senilai 2,5 miliar dolar AS.
Beijing memang terkenal gemar meniru produk buatan negara lain. Namun, kompleksitas S-300 membuat Tiongkok tak mampu memproduksi tiruan yang layak bahkan setelah tiga dekade memiliki desain lama Rusia. Fakta bahwa Tiongkok membeli enam sistem S-400 seharga tiga miliar dolar AS membuktikan bahwa tiruan HQ-9 tidaklah cukup — perangkat yang kebetulan belum menerima satu pun pesanan ekspor.
Karena itu, Moskow perlu menawarkan senjata yang tak tertandingi atau tak tersedia di tempat lain. Mereka perlu mengincar pasar India dan Tiongkok untuk langkah pertama.

Pilihan Peningkatan Kualitas

Masa penggunaan serta kapabilitas performa senjata bisa ditingkatkan dengan modifikasi. Hal ini merupakan pilihan lain yang disediakan Rusia bagi pembelinya. AU India memiliki setidaknya 272 Sukhoi dan angka tersebut bisa mencapai 300 buah dengan pembuatan Flanker secara domestik sebanyak 12 – 18 buah per tahun untuk menggantikan MiG yang sudah memasuki masa purnabakti.
Angka tersebut sangat besar untuk ukuran pesawat canggih, sedangkan 24 pesawat Su-35 Tiongkok mungkin hanya akan menciptakan dampak marginal dalam keseimbangan kekuatan udara di atas Himalaya. Selain itu, India juga kini hendak meningkatkan kualitas Sukhoi Super yang akan mempertajam kekuatan mematikan jet Su-30MKI mereka. Hal ini seharusnya dapat menetralisasi induksi Su-35 oleh Tiongkok.

Peraturan Keterikatan

Saat senjata sudah dikeluarkan dari kapal atau pesawat kargo Rusia, Moskow tak memiliki kendali sama sekali atas pesawat mereka, atau bagaimana mereka akan digunakan. Alasan kunci mengapa senjata Rusia semakin populer di kancah internasional ialah karena Moskow tak percaya terhadap praktik pengendalian penggunaan. Hal ini merupakan kebijakan yang tepat, berbeda dengan kebijakan AS yang menjual senjata pada pihak tertentu, tapi kemudian akan menghukum mereka saat terjadi konflik.
Namun, Rusia dapat berkomunikasi secara langsung untuk mengingatkan bahwa Rusia kelak tak mau menjual senjata jika India dan Tiongkok menggunakan senjata tersebut terhadap satu sama lain. Sebagai contoh, S-400 jelas ditujukan untuk digunakan melawan pesawat siluman AS di pesisir timur Tiongkok. Mereka tak seharusnya ditempatkan di Himalaya untuk mengancam India. Kedua, senjata S-400 India seharusnya hanya ditempatkan di perbatasan Pakistan.
Tentu, dalam perang peraturan semacam ini tak berlaku. Namun, jika ini diterapkan di masa damai maka peluang meningkatnya ketegangan jauh lebih kecil.

Deeskalasi

Akhirnya, Moskow tak boleh lupa bahwa tanpa dukungan dari kedua negara Asia tersebut, industri pertahanannya mungkin hanya akan menjadi bayangan pucat dari kejayaan masa lalu. Setelah perpecahan Uni Soviet pada 1991 dan jatuhnya ekonomi terencana mereka, Rusia kehilangan sebagian besar pasar senjata internasional mereka, termasuk di negara-negara Eropa Timur. Tiongkok dan kemudian Indialah yang membangkitkan biro pertahanan Rusia dengan pesanan skala besar.
Melihat gambar yang lebih besar, Rusia seharusnya mendorong India dan Tiongkok menyelesaikan sengketa wilayah mereka agar keduanya tak akan menemui bentrokan. Moskow telah memutuskan untuk lepas tangan dari perselisihan di Himalaya — mungkin karena opini publik, khususnya di India — tidaklah kondusif untuk melakukan serah-terima di perbatasan. Namun, ia bisa mengambil langkah-langkah kecil di area ini.
Tantangan jelas besar. India adalah salah satu dari sedikit negara di dunia yang pengeluaran pertahanannya terus meningkat dari tahun ke tahun. Sementara, nafsu Tiongkok untuk memiliki senjata terbaru seakan tak bisa terpuaskan. Oleh karena itu, keputusan untuk bertahan di pasar India dan Tiongkok hanya ada di tangan Rusia sendiri.




Credit  RBTH Indonesia



Segala Hal yang Perlu Anda Ketahui Tentang Kapal Laksamana Kuznetsov

 
Rusia dikabarkan akan merebut Aleppo setelah kapal Laksamana Kuznetsov memasuki perairan Suriah. Berikut kami sajikan informasi mengenai kapal induk Rusia yang akhir-akhir ini menjadi topik hangat di media.
Kapal Induk Rusia Admiral Kuznetsov
Sebuah foto dari pesawat pengintai Norwegia memperlihatkan kapal induk Rusia Admiral Kuznetsov di perairan internasional yang terletak di pesisir Norwegia Utara pada 17 Oktober 2016. Sumber: Reuters
Kapal induk Rusia Laksamana Kuznetsov telah memasuki Laut Tengah. Tujuan dari merapatnya kapal tersebut sesungguhnya adalah untuk menguji kemampuan tempur kapal dan memasang sejumlah perangkat perang dalam pesawat induk.
Selain itu, Laksamana Kuznetsov juga akan bergabung dalam operasi militer di Suriah.

Kapal Induk Laksamana Kuznetsov

Kru: 1.960 orang
Berat benaman: 60 ribu ton
Kecepatan maksimum: 29 knot (53,71 kilometer per jam)
Senjata:
  • 12 rudal antikapal 4K80 Granit
  • 24 sistem peluncur rudal antipesawat Kinzhal (192 rudal)
  • 8 kompleks rudal antipesawat 3M87 Kortik (256 rudal)
  • 2 RBU-12000 Udav (60 peledak)
  • 6 senapan otomatis enam barel 30 mm AK-630
Pasukan udara (sesuai proyek): 26 pesawat tempur Su-27K (Su-33) atau MiG-29K, serta helikopter Ka-27 dan Ka-31

Tugas Pasukan Udara di Suriah

Pengiriman Laksamana Kuznetsov ke Laut Tengah hendak menguji kemampuan tempur kapal Rusia tersebut, terang Pemimpin Redaksi Majalah Arsenal Otechestva (Gudang Senjata Tanah Air) Viktor Murakhovsky kepada RBTH.
"Pengiriman Laksamana Kuznetsov ke Suriah hendak menguji kemampuan penyerangan operasional dan teknis kapal induk yang belum pernah digunakan dalam kondisi tempur sungguhan oleh Rusia," kata Viktor Murakhovsky menjelaskan.
Saat ini, terdapat 15 unit Su-33 dan MiG-29K/KUB, serta lebih dari sepuluh helikopter Ka-52K, Ka-27, dan Ka-31 dalam kapal induk tersebut.
Tugas utama pasukan udara ini ialah memastikan pertahanan udara Rusia dan mendukung pasukan pemerintah Suriah dalam pertempuran melawan kelompok militan.
"Daya serang pasukan udara terhadap target di darat terbatas, sehingga tak perlu berharap akan ada titik balik baru dalam perang melawan militan. Peran utama dalam perang melawan teroris dimainkan oleh pasukan Assad," kata Murakhovsky.

Helikopter Ka-52

Helikopter terbaru Rusia Ka-52K Katran juga berpartisipasi untuk pertama kali dalam pertempuran tersebut. Ka-52K Katran merupakan versi kapal pesawat Ka-52 yang sebelumnya sudah pernah berlaga dalam operasi Suriah.

Versi darat dari helikopter ini juga ikut dalam operasi angkatan udara Rusia untuk pertama kalinya. Klip yang menunjukkan kemampuan tempur helikopter tersebut muncul di internet pada 3 April lalu, ketika pasukan tentara Suriah berhasil membebaskan kota al-Qaryatayn di Provinsi Homs dengan bantuan pasukan udara Rusia. Menurut Murakhovksy, kemampuan tempur versi laut Ka-52 tidak kalah dari helikopter versi darat.
"Helikoper tempur ini juga harus menunjukkan kemampuan terbaiknya dengan dukungan dari pasukan darat. Perbedaan utama helikoper ini terletak pada sistem operasi. Baling-baling Katran dapat dilipat, sehingga dapat disimpan di hanggar helikopter. Selain itu, sistem navigasi helikopter mengalami sedikit modernisasi untuk memastikan keamanan penggunaan di atas laut, serta pada saat pendaratan dan penerbangan helikopter," kata sang pemimpin redaksi.
Katran dirancang khusus untuk kapal induk pengangkut helikopter Mistral yang dipesan Rusia dari Prancis pada 2011 lalu. Namun akibat krisis Ukraina, helikopter ini batal masuk bergabung dengan Angkatan Laut Rusia.
Menurut profesor dari Akademi Ilmu Militer Vadim Kozyulin, Presiden Prancis François Hollande terpaksa mengakhiri kontrak untuk pasokan Mistral di bawah tekanan sekutu NATO. Kapal tersebut kemudian dijual ke Mesir dan segera setelah itu Kairo juga membeli 50 unit Katran dari Rusia.
Menurut pakar militer Izvestia Dmitry Safonov, penggunaan Katran di Suriah akan menjadi langkah untuk mempromosikan unit tersebut di pasar senjata global. "Secara khusus, hal ini dilakukan untuk mendemonstrasikan kemampuan tempur mesin ini kepada Mesir," terang Safonov.
Helikopter ini dapat dipersenjatai dengan rudal udara ke udara P-73 dan Igla-V, peluru kendali udara ke darat, dan peluru kendali antitank Hermes.

Seperti Apa Rudal Hermes dan Apa Tujuan Penggunaannya?

Helikopter tempur Ka-52K dari kapal induk Laksamana Kuznetsov akan menguji rudal kendali jarak jauh terbaru antitank Hermes. Menurut para ahli militer, rudal ini beroperasi dengan prinsip fire-and-forget otomatis terhadap target, sekalipun lawan berada di luar jarak pandang awak helikopter.
"Uji coba di medan tempur akan membantu penyelesaian sistem rudal yang seharusnya menjadi senjata standar helikopter Alligator militer Rusia. Rusia memutuskan menguji Hermes dalam kondisi basis kapal yang jauh lebih sulit," tulis surat kabar Rusia mengacu pada narasumber dari kompleks industri militer.
Menurut media Rusia Izveztia, berkat senjata baru ini, helikopter Ka-52K bisa menghancurkan tank musuh meningkatkan jarak jangkauannya hingga 30 kilometer. Sementara, kemampuan serangan sistem serupa milik Rusia dan negara lain, seperti Attack, Bikhr, Hellfire, dan lain-lain, hanya berjarak kurang dari sepuluh kilometer.
Menurut kolonel purnawirawan sekaligus ahli militer TASS Viktor Litovkin, Hermes akan digunakan untuk menyerang target militan yang dilindungi, seperti pabrik senjata dan bom rakitan, pos komando, serta gardu pertahanan sementara.
"Dari hasil aplikasi tempur, produsen dapat memperbaiki kemampuan rudal atau langsung mengirimkannya pada angkatan bersenjata," terang Litovkin.

Fitur Khusus Hermes

Seperti yang disampaikan para ahli, fitur kunci Hermes ialah rudal ini bisa digunakan secara horizontal. Berkat fitur fire-and-forget yang dikombinasikan dengan sensor inframerah dan saluran laser pemandu, ia bisa secara otomatis menggempur kendaraan lapis baja musuh, sekalipun mereka berada di luar jarak pandang awak helikopter.
"Tugas taktis serupa dapat dilakukan oleh kompleks Spike-NLOS Israel yang dipasang pada sasis roda. Namun, Hermes Rusia bisa digunakan baik pada kendaraan tempur darat maupun helikopter dan kapal. Hermes bisa digunakan secara universal," terang narasumber dari Kementerian Pertahanan Rusia pada RBTH.
Menurut sang narasumber, data resmi mengenai rudal akan dipublikasikan setelah peluncuran resmi. "Saat ini yang bisa kami sampaikan adalah jangkauan rudal ini jauh lebih tinggi dibanding kompleks serupa milik negara lain yang memiliki jarak maksimal sepuluh kilometer," tutur narasumber RBTH.
Ia menambahkan bahwa perangkat tempur rudal bisa memiliki kemampuan ledak kumulatif maupun fragmentatif.

Seperti Apa Helikopter Tempur MiG-29K/KUB dan Su-33?

Menurut Pemimpin Redaksi Majalah Vzlet Andrey Fomin, MiG-29K/KUB merupakan salah satu pesawat tempur generasi ke-4++ yang paling modern.
"Terlepas dari kemiripannya dengan versi darat MiG-29, MiG-29K/KUB sesungguhnya adalah kendaraan yang benar-benar berbeda. MiG-29K/KUB memiliki teknologi siluman, sistem terbaru pengisian bahan bakar di udara, serta sayap dan mekanisasi yang dapat dilipat, yang membuat pesawat ini bisa lepas landas dari landasan yang pendek dan mendarat dengan kecepatan rendah," terang Fomin.
Menurut sang ahli, Su-33 diciptakan sebagai pesawat perang superior di udara, yakni sebagai pesawat tempur-pencegat penuh.
Sementara, MiG-29K/KUB memiliki mesin beragam yang dirancang untuk memecahkan masalah koneksi kapal pertahanan udara, serta menghancurkan target di permukaan air dan darat dengan senjata kendali presisi tinggi, pada siang dan malam hari di segala kondisi cuaca.
Dalam operasi militer di Suriah, Su-33 dengan sistem koreksi tembakan baru akan bertugas menjatuhkan bom gravitasi. MiG-29K/KUB dilengkapi dengan bom dan rudal yang akan diluncurkan pada target sistem GLONASS.
Menurut narasumber dari industri pertahanan, Divisi Udara Angkatan Laut Rusia akan menguji rudal terbaru X-38 di medan tempur pada akhir tahun ini.
"Kami mendukung pasukan udara kami dan akan membawa instrumen penghancur terbaru ke wilayah tersebut. MiG-29K akan menggunakan rudal jenis X-38 terbaru untuk memusnahkan militan," terang narasumber dari kompleks industri militer.

Sistem Koreksi Tembakan Terbaru

Menurut narasumber RBTH, pesawat tempur Su-33 juga pada gilirannya akan menerima sistem pembidik berpresisi tinggi terbaru SVP-24 untuk rudal jelajah mereka.
Sistem ini dapat meningkatkan akurasi serangan udara hingga beberapa kali lipat sehingga bisa menghindari kemungkinan jatuhnya korban sipil.
Sistem ini akan mengoreksi jalur penerbangan berdasarkan posisi pesawat tempur dan parameter penerbangan. Berkat fitur tersebut, penyimpangan dari target tidak akan melebihi beberapa meter.
Menurut narasumber dari kompleks industri militer, 15 unit pesawat tempur MiG-29K/KUB dan Su-33, serta sepuluh helikopter tempur Ka-52k Katran, Ka-27, dan Ka-31 akan ikut berpartisipasi dalam operasi militer ini.





Credit  RBTH Indonesia





Beli 4 Kapal Perang China, Malaysia Menentang Amerika?

 
Beli 4 Kapal Perang China, Malaysia Menentang Amerika?
Perdana Menteri Malaysia Najib Razak (kiri) dan Perdana Menteri China Li Keqiang saat bertemu di Beijing pada 1 November 2016. Foto/REUTERS/Jason Lee
 
KUALA LUMPUR - Pemerintah Malaysia sepakat akan membeli setidaknya empat kepal perang Littora Mission dari China. Langkah Malaysia yang disebut Perdana Menteri Najib Razak sebagai keputusan bersejarah ini muncul setelah hubungan Malaysia dan Amerika Serikat (AS) tegang Juli lalu ketika Departemen Kehakiman AS mengusik skandal dugaan korupsi lembaga keuangan Malaysia (1MDB).

”Sekarang kita telah mencapai kesepakatan pertahanan yang signifikan pertama antara kedua negara kita, dengan Malaysia membeli kapal Littota Mission dari China,” kata Najib, hari Rabu dalam sebuah editorial yang diterbitkan di surat kabar China Daily.

Dua kapal pertama akan dibangun di China dan dua berikutnya di Malaysia. Keputusan Malaysia ini muncul setelah bulan Juli lalu, Departemen Kehakiman AS ikut menyelidiki aliran dana USD1 miliar yang terkait dengan dugaan korupsi dan pencucian uang yang melibatkan 1MDB. Najib merupakan Dewan Panasihat 1MDB.

Meski tidak menyebut AS secara langsung, Najib dalam editorial itu mengkritik negara-negara besar dalam memperlakukan negara-negara lain yang lebih kecil. ”Ini termasuk mantan penguasa kolonial. Hal ini tidak berlaku bagi mereka untuk menguliahi negara yang pernah mereka eksploitasi tentang bagaimana mengurus urusan internal mereka sendiri hari ini,” kata Najib.

“Malaysia dan China bersatu dalam menyepakati kebutuhan untuk mempertahankan kedaulatan negara,” lanjut Najib. Mantan penguasa kolonial di Malaysia adalah Inggris, bukan AS.

Analis industri pertahanan IHS Jane, Jon Grevatt, ragu jika keputusan Malaysia ini sebagai langkah untuk menentang AS. ”Saya tidak berpikir bahwa itu sesuatu yang menentang AS,” katanya.

”Ini murni pada ekonomi dan China mampu menawarkan sesuatu pada Malaysia yang jauh lebih murah daripada yang orang lain (tawarkan),” lanjut dia, seperti dikutip dari Bloomberg, Kamis (3/11/2016).

Menurutnya, China  kemungkinan juga menawarkan kapal dengan pembayaran uang muka yang tidak harus penuh. Grevatt melanjutkan bahwa banyak kapal Angkatan Laut Malaysia buatan China  yang tidak beroperasi secara signifikan.

Menteri Pertahanan Malaysia, Hishammuddin Hussein, mengatakan rincian teknis soal pembelian empat kapal perang dari China itu belum selesai.





Credit  Sindonews






Jepang Hendak Jual Pesawat Amfibi US-2 pada Indonesia


 
Jepang Hendak Jual Pesawat Amfibi US-2 pada Indonesia
Pesawat amfibi US-2 Jepang yang hendak djual kepada Indonesia. Foto/Japanese Maritime Self-Defence Force
 
JAKARTA - Perusahaan pertahanan Jepang, Shinmaywa Industries, akan menjual pesawat amfibi US-2 untuk misi pencarian dan penyelamatan (SAR) kepada Indonesia. Hal itu diungkap pejabat perusahaan itu dalam Indo Defence 2016 di Jakarta.

Penjualan produk pertahanan oleh Jepang ini merupakan yang pertama kalinya sejak Tokyo mencabut larangan ekspor alat-alat militer pada bulan April tahun 2014.

Masayuki Tanaka, manajer divisi ekspor pesawat amfibi Shinmaywa, mengatakan meskipun pesawat amfibi US-2 tidak dilengkapi dengan senjata atau amunisi, pesawat ini dianggap Pemerintah Jepang sebagai produk pertahanan karena dioperasikan oleh Angkatan Pertahanan Diri Jepang.

Dia menambahkan bahwa Shinmaywa berharap bahwa kontrak untuk memasok pesawat US-2 kepada pihak Tentara Nasional Indonesai (TNI) bisa diselesaikan segera.”Pada level Pemerintah Jepang dan Indonesia terus membahas program ekspor US-2 dan kami berharap kesepakatan bisa dicapai pada 2017,” Tanaka, kemarin seperti dikutip dari IHS Jane, Jumat (4/11/2016).

Tanaka mengatakan bahwa Shinmaywa saat ini sedang membahas program kolaborasi tentang pesawat US-2 dengan PT Dirgantara Indonesia.

Selain Indonesia, ujar Tanaka, beberapa negara Asia juga berminat mengakuisisi pesawat US-2. Sebagai contoh, Thailand dan India berminat memiliki pesawat itu untuk misi SAR-nya.



Credit  Sindonews