Rusia dikabarkan akan
merebut Aleppo setelah kapal Laksamana Kuznetsov memasuki perairan
Suriah. Berikut kami sajikan informasi mengenai kapal induk Rusia yang
akhir-akhir ini menjadi topik hangat di media.
Sebuah foto dari pesawat
pengintai Norwegia memperlihatkan kapal induk Rusia Admiral Kuznetsov di
perairan internasional yang terletak di pesisir Norwegia Utara pada 17
Oktober 2016. Sumber: Reuters
Kapal induk Rusia Laksamana Kuznetsov
telah memasuki Laut Tengah. Tujuan dari merapatnya kapal tersebut
sesungguhnya adalah untuk menguji kemampuan tempur kapal dan memasang
sejumlah perangkat perang dalam pesawat induk.
Selain itu, Laksamana Kuznetsov juga akan bergabung dalam operasi militer di Suriah.
Kapal Induk Laksamana Kuznetsov
Kru: 1.960 orang
Berat benaman: 60 ribu ton
Kecepatan maksimum: 29 knot (53,71 kilometer per jam)
Senjata:
- 12 rudal antikapal 4K80 Granit
- 24 sistem peluncur rudal antipesawat Kinzhal (192 rudal)
- 8 kompleks rudal antipesawat 3M87 Kortik (256 rudal)
- 2 RBU-12000 Udav (60 peledak)
- 6 senapan otomatis enam barel 30 mm AK-630
Pasukan udara (sesuai proyek): 26 pesawat tempur Su-27K (Su-33) atau MiG-29K, serta helikopter Ka-27 dan Ka-31
Tugas Pasukan Udara di Suriah
Pengiriman
Laksamana Kuznetsov ke Laut Tengah hendak menguji kemampuan tempur
kapal Rusia tersebut, terang Pemimpin Redaksi Majalah
Arsenal Otechestva (Gudang Senjata Tanah Air) Viktor Murakhovsky kepada
RBTH.
"Pengiriman
Laksamana Kuznetsov ke Suriah hendak menguji kemampuan penyerangan
operasional dan teknis kapal induk yang belum pernah digunakan dalam
kondisi tempur sungguhan oleh Rusia," kata Viktor Murakhovsky
menjelaskan.
Saat ini, terdapat 15 unit Su-33 dan MiG-29K/KUB,
serta lebih dari sepuluh helikopter Ka-52K, Ka-27, dan Ka-31 dalam
kapal induk tersebut.
Tugas utama pasukan udara ini ialah
memastikan pertahanan udara Rusia dan mendukung pasukan pemerintah
Suriah dalam pertempuran melawan kelompok militan.
"Daya
serang pasukan udara terhadap target di darat terbatas, sehingga tak
perlu berharap akan ada titik balik baru dalam perang melawan militan.
Peran utama dalam perang melawan teroris dimainkan oleh pasukan Assad,"
kata Murakhovsky.
Helikopter Ka-52
Helikopter
terbaru Rusia Ka-52K Katran juga berpartisipasi untuk pertama kali dalam
pertempuran tersebut. Ka-52K Katran merupakan versi kapal pesawat Ka-52
yang sebelumnya sudah pernah berlaga dalam operasi Suriah.
Versi
darat dari helikopter ini juga ikut dalam operasi angkatan udara Rusia
untuk pertama kalinya. Klip yang menunjukkan kemampuan tempur helikopter
tersebut muncul di internet pada 3 April lalu, ketika pasukan tentara
Suriah berhasil membebaskan
kota al-Qaryatayn di Provinsi Homs dengan bantuan pasukan udara Rusia.
Menurut Murakhovksy, kemampuan tempur versi laut Ka-52 tidak kalah dari
helikopter versi darat.
"Helikoper tempur ini juga harus
menunjukkan kemampuan terbaiknya dengan dukungan dari pasukan darat.
Perbedaan utama helikoper ini terletak pada sistem operasi.
Baling-baling Katran dapat dilipat, sehingga dapat disimpan di hanggar
helikopter. Selain itu, sistem navigasi helikopter mengalami sedikit
modernisasi untuk memastikan keamanan penggunaan di atas laut, serta
pada saat pendaratan dan penerbangan helikopter," kata sang pemimpin
redaksi.
Katran dirancang khusus untuk kapal induk pengangkut
helikopter Mistral yang dipesan Rusia dari Prancis pada 2011 lalu. Namun
akibat krisis Ukraina, helikopter ini batal masuk bergabung dengan Angkatan Laut Rusia.
Menurut
profesor dari Akademi Ilmu Militer Vadim Kozyulin, Presiden Prancis
François Hollande terpaksa mengakhiri kontrak untuk pasokan Mistral di
bawah tekanan sekutu NATO. Kapal tersebut kemudian dijual ke Mesir dan
segera setelah itu Kairo juga membeli 50 unit Katran dari Rusia.
Menurut pakar militer
Izvestia
Dmitry Safonov, penggunaan Katran di Suriah akan menjadi langkah untuk
mempromosikan unit tersebut di pasar senjata global. "Secara khusus, hal
ini dilakukan untuk mendemonstrasikan kemampuan tempur mesin ini kepada
Mesir," terang Safonov.
Helikopter ini dapat dipersenjatai
dengan rudal udara ke udara P-73 dan Igla-V, peluru kendali udara ke
darat, dan peluru kendali antitank Hermes.
Seperti Apa Rudal Hermes dan Apa Tujuan Penggunaannya?
Helikopter
tempur Ka-52K dari kapal induk Laksamana Kuznetsov akan menguji rudal
kendali jarak jauh terbaru antitank Hermes. Menurut para ahli militer,
rudal ini beroperasi dengan prinsip
fire-and-forget otomatis terhadap target, sekalipun lawan berada di luar jarak pandang awak helikopter.
"Uji
coba di medan tempur akan membantu penyelesaian sistem rudal yang
seharusnya menjadi senjata standar helikopter Alligator militer Rusia.
Rusia memutuskan menguji Hermes dalam kondisi basis kapal yang jauh
lebih sulit," tulis surat kabar Rusia mengacu pada narasumber dari
kompleks industri militer.
Menurut media Rusia
Izveztia,
berkat senjata baru ini, helikopter Ka-52K bisa menghancurkan tank
musuh meningkatkan jarak jangkauannya hingga 30 kilometer. Sementara,
kemampuan serangan sistem serupa milik Rusia dan negara lain, seperti
Attack, Bikhr, Hellfire, dan lain-lain, hanya berjarak kurang dari
sepuluh kilometer.
Menurut kolonel purnawirawan sekaligus ahli militer
TASS
Viktor Litovkin, Hermes akan digunakan untuk menyerang target militan
yang dilindungi, seperti pabrik senjata dan bom rakitan, pos komando,
serta gardu pertahanan sementara.
"Dari hasil aplikasi tempur,
produsen dapat memperbaiki kemampuan rudal atau langsung mengirimkannya
pada angkatan bersenjata," terang Litovkin.
Fitur Khusus Hermes
Seperti yang disampaikan para ahli, fitur kunci Hermes ialah rudal ini bisa digunakan secara horizontal. Berkat fitur
fire-and-forget
yang dikombinasikan dengan sensor inframerah dan saluran laser pemandu,
ia bisa secara otomatis menggempur kendaraan lapis baja musuh,
sekalipun mereka berada di luar jarak pandang awak helikopter.
"Tugas taktis serupa dapat dilakukan oleh kompleks Spike-NLOS Israel
yang dipasang pada sasis roda. Namun, Hermes Rusia bisa digunakan baik
pada kendaraan tempur darat maupun helikopter dan kapal. Hermes bisa
digunakan secara universal," terang narasumber dari Kementerian
Pertahanan Rusia pada
RBTH.
Menurut sang narasumber,
data resmi mengenai rudal akan dipublikasikan setelah peluncuran resmi.
"Saat ini yang bisa kami sampaikan adalah jangkauan rudal ini jauh lebih
tinggi dibanding kompleks serupa milik negara lain yang memiliki jarak
maksimal sepuluh kilometer," tutur narasumber
RBTH.
Ia menambahkan bahwa perangkat tempur rudal bisa memiliki kemampuan ledak kumulatif maupun fragmentatif.
Seperti Apa Helikopter Tempur MiG-29K/KUB dan Su-33?
Menurut Pemimpin Redaksi Majalah
Vzlet Andrey Fomin, MiG-29K/KUB merupakan salah satu pesawat tempur generasi ke-4++ yang paling modern.
"Terlepas
dari kemiripannya dengan versi darat MiG-29, MiG-29K/KUB sesungguhnya
adalah kendaraan yang benar-benar berbeda. MiG-29K/KUB memiliki
teknologi siluman, sistem terbaru pengisian bahan bakar di udara, serta
sayap dan mekanisasi yang dapat dilipat, yang membuat pesawat ini bisa
lepas landas dari landasan yang pendek dan mendarat dengan kecepatan
rendah," terang Fomin.
Menurut sang ahli, Su-33 diciptakan sebagai pesawat perang superior di udara, yakni sebagai pesawat tempur-pencegat penuh.
Sementara,
MiG-29K/KUB memiliki mesin beragam yang dirancang untuk memecahkan
masalah koneksi kapal pertahanan udara, serta menghancurkan target di
permukaan air dan darat dengan senjata kendali presisi tinggi, pada
siang dan malam hari di segala kondisi cuaca.
Dalam operasi
militer di Suriah, Su-33 dengan sistem koreksi tembakan baru akan
bertugas menjatuhkan bom gravitasi. MiG-29K/KUB dilengkapi dengan bom
dan rudal yang akan diluncurkan pada target sistem GLONASS.
Menurut
narasumber dari industri pertahanan, Divisi Udara Angkatan Laut Rusia
akan menguji rudal terbaru X-38 di medan tempur pada akhir tahun ini.
"Kami
mendukung pasukan udara kami dan akan membawa instrumen penghancur
terbaru ke wilayah tersebut. MiG-29K akan menggunakan rudal jenis X-38
terbaru untuk memusnahkan militan," terang narasumber dari kompleks
industri militer.
Sistem Koreksi Tembakan Terbaru
Menurut narasumber
RBTH,
pesawat tempur Su-33 juga pada gilirannya akan menerima sistem pembidik
berpresisi tinggi terbaru SVP-24 untuk rudal jelajah mereka.
Sistem
ini dapat meningkatkan akurasi serangan udara hingga beberapa kali
lipat sehingga bisa menghindari kemungkinan jatuhnya korban sipil.
Sistem
ini akan mengoreksi jalur penerbangan berdasarkan posisi pesawat tempur
dan parameter penerbangan. Berkat fitur tersebut, penyimpangan dari
target tidak akan melebihi beberapa meter.
Menurut narasumber
dari kompleks industri militer, 15 unit pesawat tempur MiG-29K/KUB dan
Su-33, serta sepuluh helikopter tempur Ka-52k Katran, Ka-27, dan Ka-31
akan ikut berpartisipasi dalam operasi militer ini.
Credit
RBTH Indonesia