Pembangunan
gedung di Jakarta, Rabu (21/1). Melambatnya pertumbuhan sektor riil
berpengaruh terhadap bisnis konstruksi yaitu penurunan 20 persen dari
proyek swasta yang melibatkan pihak jasa konstruksi secara nasional.
TEMPO/Puspa Perwitasari
Sekretaris Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Anita Firmati mengungkapkan, undangan ini datang di saat yang tepat. Sebab, Indonesia memang tengah berupaya membuka pasar-pasar baru di luar negeri. Di sektor konstruksi, konsultan dan kontraktor Indonesia sudah bisa bersaing dengan negara maju."Jadi ini kesempatan yang baik untuk membentuk pasar di Tanzania, karena negara tersebut cukup progresif dalam pembangunan infrastruktur di sana," katanya, Senin 17 Oktober 2016.
Ia mengungkapkan, selama ini Indonesia sudah banyak mengekspor produk material ke Tanzania seperti produk lampu, kawat, pintu jadi, baja, kabel listrik, keramik, dan marmer.
Sebagai gambaran, ekspor nonmigas Indonesia ke Tanzania mencapai US$ 214 juta miliar pada tahun 2015. Angka itu naik 5,66 persen dibanding tahun 2014 yakni US$ 202,5 juta.
Bagaimanapun, sejauh ini Indonesia memang belum mengekspor jasa ke negeri di kawasan Afrika Timur ini. Padahal, Tanzania kini tengah gencar mengembangkan infrastruktur.
Besarnya permintaan jasa konstruksi itu, di antaranya disebabkan oleh perpindahan pusat pemerintahan dan bisnis dari Darosalam ke Dodoma. "Ada banyak proyek konstruksi seperti bandara, pelabuhan, jembatan, kereta api, dan perumahan, bahkan menurut laporan 2015 permintaan rumah diperkiraan capai 200.000 unit," kata Duta Besar Indonesia untuk Tanzania Zakaria Anshar.
Credit TEMPO.CO