Rabu, 19 Oktober 2016

AS Khawatir S-300 dan S-400 Rusia di Suriah Picu Konfrontasi

 
AS Khawatir S-300 dan S-400 Rusia di Suriah Picu Konfrontasi
Peta lokasi penyebaran sistem rudal pertahanan S-300 dan S-400 Rusia di Suriah. Jangkauan tembak sistem rudal itu bisa menjangkau banyak negara tetangga Suriah, termasuk Israel. Foto/Washington Post
 
WASHINGTON - Amerika Serikat (AS) mulai mengusik langkah Rusia menyebarkan sistem rudal pertahanan anti-pesawat S-300 dan S-400 di Suriah yang selesai Rusia bulan ini. AS menilai keberadaan sistem rudal pertahanan mutakhir Rusia itu bisa memicu konfrontasi.

Sistem rudal pertahanan S-300, S-400 Rusia di Suriah memiliki kemampuan untuk menembak jatuh pesawat dan rudal jelajah dalam jarak hingga 400 km. Sistem itu bisa menjangkau hampir semua negara di dekat Suriah, seperti Turki, Israel, Yordania dan kawasan Mediterania timur.

Rusia sebelumnya sudah memperingatkan akan menembak jatuh pesawat jet tempur AS atau yang lainnya jika berani menyerang posisi tentara rezim Suriah. Peringatan itu muncul setelah ada bocoran laporan bahwa AS merencanakan serangan terhadap pasukan Presiden Suriah Bashar al-Assad.

“Dengan menempatkan rudal sebagai ancaman terhadap tindakan militer oleh negara-negara lain di Suriah, Rusia telah mengangkat taruhan konfrontasi,” kata Menteri Luar Negeri AS; John F. Kerry, pada hari Minggu, seperti dikutip Washington Post, semalam (18/10/2016).

Kekhawatiran serupa juga diungkap seorang pejabat Pertahanan AS yang berbicara dalam kondisi anonim.”Kenyataannya adalah kami sangat prihatin kapan mereka menempatkannya,” ujarnya.

Pejabat Pertahanan AS ini merasa pesawat jet siluman AS, termasuk F-35 sekalipun sulit untuk melawan sistem pertahanan rudal Rusia. ”Kami tidak yakin jika ada pesawat kami yang dapat mengalahkan S-300 itu,” ujarnya.

Langkah nekat Rusia menyebarkan sistem rudal S-300 dan S-400 di Suriah juga dipicu penembakan pesawat pengebom Rusia oleh pesawat tempur Turki 2015 lalu dan tindakan koalisi AS yang menyerang pasukan rezim Suriah pada 17 September 2016.

AS mengklaim serangan yang menewaskan puluhan tentara Suriah di wilayah Suriah timur itu tidak sengaja. Namun, rezim Suriah menyebut tindakan koalisi AS sudah sebagai bukti agresi terang-terangan terhadap Pemerintah Damaskus.



Credit  Sindonews