Jumat, 12 Februari 2016

Menhan: Investigasi Pesawat Celaka TNI Rahasia Negara


Menhan: Investigasi Pesawat Celaka TNI Rahasia Negara  
Pesawat T-50i Golden Eagle yang jatuh di Yogya. Penyebab jatuhnya sejumlah pesawat TNI AU perlu diinformasikan ke publik meski tak detail. (Dok. Istimewa)
 
Jakarta, CB -- Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu meminta TNI Angkatan Udara membuka hasil investigasi kecelakaan sejumlah pesawat tempur mereka kepada kementeriannya. Meski demikian, kata Ryamizard, hal tersebut tak perlu diinformasikan secara lengkap kepada publik.

"Harus dibuka ke Kemenhan. Kalau ke publik, ada yang dibuka, ada yang rahasia," kata Ryamizard di Kementerian Pertahanan, Jakarta, Jumat (12/2).

“Ada hal-hal yang tidak boleh (dibuka ke publik) karena jadi rahasia negara. Alutsisa (alat utama sistem senjata) untuk pertahanan nasional, rahasia negara,” ujar Ryamizard lagi. Pesawat tempur TNI tergolong ke dalam alutsista itu.

Sebelumnya, Kepala Dinas Penerangan TNI AU Marsekal Pertama Dwi Badarmanto mengisyaratkan tak akan membuka hasil investigasi kecelakaan pesawat-pesawat mereka kepada publik. Alasannya, hasil penyelidikan merupakan rahasia negara dan hanya digunakan untuk kalangan internal.

“(Hasil investigasi) dipublikasikan atau tidak, itu tergantung kebijakan pimpinan. Bisa saja dipublikasikan sebagai pertanggungjawaban, tapi tidak semua. Yang jelas penyelidikan dilakukan dengan tujuan agar kecelakaan serupa tak berulang,” katanya.

Pesawat latih taktis Super Tucano buatan Brasil milik TNI AU jatuh di permukiman padat penduduk di Blimbing, Malang, Jawa Timur, Rabu lalu. Kecelakaan itu menewaskan pilot, kopilot, serta dua warga yang rumahnya tertimpa pesawat.

Sekitar dua bulan sebelumnya, kecelakaan juga terjadi pada jet tempur T50i Golden Eagle buatan Korea Selatan –juga milik TNI AU– jatuh di Yogya. Pesawat itu menewaskan dua prajurit yang mengawakinya. Mereka tak sempat menyelamatkan diri menggunakan kursi pelontar.

Pada 16 April 2015 pun, F-16 Fighting Falcon TNI AU terbakar di Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta. Hingga saat ini, menurut Dwi, investigasi atas F-16 nahas tersebut belum selesai.

“Demi Merah Putih, kalau soal itu (investigasi), percayakan pada kami. Siapa yang mau pesawatnya kecelakaan? Tidak ada. Semua prosedur sudah dijalankan, tapi kadang hal seperti itu terjadi,” kata Dwi.

Gerry Soejatman, pakar penerbangan dan investigator swasta kasus kecelakaan pesawat, menyatakan dipublikasikan atau tidaknya kecelakaan pesawat militer tergantung kebijakan masing-masing negara.

“Ada negara yang memberitahukan hasil investigasinya untuk publik, tapi sekadar memberi tahu, tak merinci. Sementara laporan detailnya untuk internal militer. Ada pula negara yang tak mengungkap sama sekali hasil investigasinya ke publik,” kata Gerry.

Meski demikian, ujar Gerry, informasi umum soal hasil investigasi itu perlu diberikan kepada masyarakat karena pesawat tempur merupakan alutsista yang dibeli dengan anggaran negara yang notabene berasal dari uang rakyat.

“Anggaran itu harus digunakan dengan benar, dan karenanya alutsista harus diperlakukan dengan baik. Beri tahu saja hasil investigasi kecelakaan-kecelakaan itu kepada publik, meski tak detail. Garis besarnya pun cukup,” kata Gerry.

Informasi atas hasil investigasi misalnya diberikan TNI AU saat pesawat Hercules C-130 mereka jatuh di Medan dan menewaskan lebih dari 100 orang. Hercules itu, menurut KSAU Marsekal Agus Supriatna, mengalami satu mesin mati. Akibatnya pilot mesti menambah kecepatan terbang.

Namun ketika pilot hendak bermanuver untuk mengakali mesin mati itu, pesawat menabrak antena radio setinggi 150 kaki sehingga berakibat fatal. Hercules lalu menabrak kubah masjid, menabrak ruko, dan jatuh.


Credit  CNN Indonesia