Russia's President Vladimir Putin
(L) talks with Turkey's Prime Minister Tayyip Erdogan after their news
conference in Istanbul December 3, 2012
Sumber: Reuters
Sejak memburuknya hubungan
Rusia dan Turki, pertanyaan mengenai kemungkinan konflik bersenjata
antara kedua negara kerap menyeruak. RBTH bertanya kepada para pakar
militer Rusia dan Turki terkait potensi terjadinya hal tersebut dan apa
skenario yang mungkin terjadi.
Kementerian Pertahanan Rusia menuduh Turki menyiapkan intervensi militer di Suriah.
“Kami memiliki alasan serius untuk menduga Turki melakukan
persiapan intensif guna melakukan invasi militer terhadap negara yang
berdaulat — Republik Arab Suriah,” kata Kementerian Pertahanan dalam
sebuah pernyataan resmi pada 4 Februari lalu.
Kementerian Pertahanan Rusia juga meluncurkan gambar yang
menunjukkan peningkatan aktivitas angkatan bersenjata Turki di
perbatasan Turki-Suriah.
“Pada masa perang, ini adalah cara untuk mempersiapkan
infrasturktur transportasi sebelum intervensi militer. Lokasi semacam
ini digunakan untuk memastikan gerak cepat konvoi militer yang
mengangkut amunisi dan senjata ke zona perang, serta upaya relokasi dan
evakuasi personel,” kata juru bicara Kementerian Pertahanan.
Ankara membantah tuduhan tersebut, menyatakan
‘Rusia hendak menutupi aksi kriminalnya sendiri di Suriah’ dan ‘Turki
memiliki hak untuk melakukan berbagai langkah guna melindungi diri’.
Sementara, pernyataan Arab Saudi mengenai kemungkinan penempatan pasukan di Suriah ibarat menambahkan bensin pada api.
Semua ini memicu gelombang baru spekulasi terkait topik
ini: Apa yang mungkin terjadi? Mungkinkah Rusia-Turki dapat menghindari
konfrontasi langsung? Atau benarkah perang sungguh tak terhindarkan?
Perang atau Tidak?
Vladimir Avatkov, Direktur Pusat Studi Oriental, menilai
situasi ini sebagai kondisi yang sangat sulit. Menurut pendapatnya,
kemungkinan konflik bersenjata antara Rusia dan Turki sangat tinggi.
“Turki memiliki rencana yang serius terhadap Suriah,” katanya.
“Aksi militer Rusia menjadi tantangan bagi mereka. Ankara
kini memiliki beberapa opsi untuk beraksi. Pertama, mereka mungkin
mengirim pasukan ke Suriah sebagai bagian dari koalisi. Kedua, mereka
mungkin mulai melakukan pendampingan lebih banyak terhadap oposisi
radikal Suriah. Tentu, mereka juga bisa saja diam dan menunggu — tak
melakukan apa-apa, tapi hal ini sepertinya tak mungkin dilakukan. Saya
rasa Ankara akan secara aktif mencari cara untuk mengimplementasikan dua
skenario pertama.”
Kerim Has, seorang ilmuwan politik Turki dari Organisasi
Riset Strategis Internasional (USAK), lebih optimis. Menurut sang pakar,
kemungkinan perang cenderung kecil.
“Terdapat dua alasan: risiko regional bagi kedua negara dan
keanggotan NATO Turki. Rusia tak ingin berperang dengan NATO karena
Suriah,” kata Has.
Suriah Sebagai Tempat Konfrontasi
Namun, pakar yang diwawancarai oleh RBTH sependapat akan
satu hal: jika terjadi konflik militer antara Rusia dan Turki, itu hanya
akan terjadi di wilayah Suriah.
Mayor Jenderal (Purn.) Alexander Kostyukhin, yang lama
bekerja di Turki dan tahu betul realitas militer di negara tersebut,
menilai bahkan dalam kasus provokasi dari pihak Turki, Rusia tak akan
menyerang wilayah Turki, melainkan hanya membatasi diri dengan Suriah.
“Jika Turki menghantam pasukan Rusia di Suriah, Rusia dapat menyerang balik di wilayah Suriah, tapi tidak di Turki,” katanya.
“Namun, dalam merespons aksi Turki, pemerintah Suriah akan
dapat memasuki wilayah Turki. Itu mungkin saja terjadi. Pengembangan
selanjutnya sulit untuk diprediksi, karena itu bergantung pada level
keterlibatan pihak lain. Secara khusus, terkait dukungan NATO terhadap
anggotanya.”
Victor Nadein-Rayevsky, pakar di Institut Ekonomi Dunia dan
Hubungan Internasional (IMEMO) di Akademi Ilmu Pengetahuan Rusia (RAN),
mengeluarkan pertanyaan lain: “Akankah Turki mampu melindungi ruang
udaranya terkait operasi darat Turki di Suriah?”
Menurut sang pakar, sepertinya itu tak mungkin bagi Ankara,
dan sebuah intervensi di Suriah tak mungkin dilakukan tanpa
perlindungan ruang udara.
Analis politik Turki Kerim Has menilai militer Turki tak tertarik melakukan operasi darat di Suriah.
“Ankara takut koridor Kurdi akan tercipta di Suriah utara, yang menciptakan ancaman bagi integritas wilayah Turki,” kata Has.
“Untuk menghindari hal tersebut, dinas rahasia Turki
melakukan operasi darat di wilayah tersebut. Namun, tak ada yang perlu
dipertanyakan mengenai intervensi militer skala besar di Suriah.”
Credit RBTH Indonesia