WASHINGTON
- Juru bicara Gedung Putih, John Earnest mengatakan, Korea Utara
(Korut) berusaha untuk membahas perjanjian perdamaian dengan Amerika
Serikat (AS). Namun, mereka mundur teratur setelah AS bersikeras meminta
program denuklirisasi menjadi bagian dari negosiasi.
"Kami mempertimbangkan proposal mereka, tetapi juga memperjelas bahwa denuklirisasi harus menjadi bagian dari diskusi. Jadi sebenarnya yang terjadi adalah Korut menolak permintaan AS tersebut," jelas Earnest seperti dikutip dari laman NBC News, Selasa (23/2/2016).
AS sebelumnya telah menyatakan terbuka untuk perundingan damai, tetapi menegaskan bahwa pertama-tama Pyongyang harus meninggalkan program nuklirnya. "Kami sepenuhnya konsisten dengan kebijakan yang telah lama diajukan oleh pemerintahan Obama dalam diskusi ini," kata Earnets.
Sebelumnya, juru bicara Departemen Luar Negeri AS, John Kirby menyatakan, AS menolak usulan Korut membahas perjanjian perdamaian untuk secara resmi mengakhiri Perang Korea. AS menolak karena Korut tidak memasukkan program denuklirisasi dalam pembicaraan tersebut.
"Korut mengusulkan pembahasan perjanjian damai. Kami mempelajari secara seksama usulan mereka dan menegaskan bahwa denuklirisasi harus menjadi bagian dari setiap diskusi tersebut. Korut menolak respon kami," tutur Kirby.
Untuk diketahui, Perang Korea yang terjadi medio 1950-1953 diakhiri dengan perjanjian gencatan senjata bukan perjanjian perdamaian. Hal inilah yang menyebabkan AS tetap menempatkan 28.500 tentara di Korea Selatan untuk mencegah invasi Korut.
"Kami mempertimbangkan proposal mereka, tetapi juga memperjelas bahwa denuklirisasi harus menjadi bagian dari diskusi. Jadi sebenarnya yang terjadi adalah Korut menolak permintaan AS tersebut," jelas Earnest seperti dikutip dari laman NBC News, Selasa (23/2/2016).
AS sebelumnya telah menyatakan terbuka untuk perundingan damai, tetapi menegaskan bahwa pertama-tama Pyongyang harus meninggalkan program nuklirnya. "Kami sepenuhnya konsisten dengan kebijakan yang telah lama diajukan oleh pemerintahan Obama dalam diskusi ini," kata Earnets.
Sebelumnya, juru bicara Departemen Luar Negeri AS, John Kirby menyatakan, AS menolak usulan Korut membahas perjanjian perdamaian untuk secara resmi mengakhiri Perang Korea. AS menolak karena Korut tidak memasukkan program denuklirisasi dalam pembicaraan tersebut.
"Korut mengusulkan pembahasan perjanjian damai. Kami mempelajari secara seksama usulan mereka dan menegaskan bahwa denuklirisasi harus menjadi bagian dari setiap diskusi tersebut. Korut menolak respon kami," tutur Kirby.
Untuk diketahui, Perang Korea yang terjadi medio 1950-1953 diakhiri dengan perjanjian gencatan senjata bukan perjanjian perdamaian. Hal inilah yang menyebabkan AS tetap menempatkan 28.500 tentara di Korea Selatan untuk mencegah invasi Korut.
Credit Sindonews