Anggota
polisi federal berjalan di bangunan hancur di distrik Bab al Jadid di
kota tua Mosul, Irak, Kamis (1/6/2017). (REUTERS/Alaa Al-Marjani )
Paris (CB) - Seorang jurnalis Prancis tewas di Mosul
setelah sebuah ranjau darat meledak di kota yang dilanda perang itu,
kata lembaga penyiaran France Televisions, Selasa.
Stephan
Villeneuve dan dua wartawan Prancis lainnya terluka dalam ledakan yang
terjadi Senin itu di kota terbesar kedua Irak tersebut, yang menewaskan
reporter Kurdi Bakhtiyar Addad, lapor France Televisions dan pengawas
hak asasi wartawan Reporters Without Borders.
Villeneuve kemudian meninggal dunia akibat lukanya, imbuh perusahaan penyiaran itu.
"Manajemen
dan staf di France Televisions turut bersimpati atas kesedihan yang
dirasakan pasangannya Sophie, empat anaknya, keluarganya dan semua orang
yang terdekatnya. Mereka mengucapkan belasungkawa yang
sedalam-dalamnya," kata kepala departemen pemberitaan dalam sebuah
pernyataan yang dilansir AFP.
Villeneuve, jurnalis video yang
sudah meliput sejumlah konflik di seluruh dunia, sedang meliput
pertempuran di Mosul bersama dengan Veronique Robert untuk program
berita Prancis Envoye Special yang akan ditayangkan di stasiun televisi
France 2.
Mereka berdua dibawa ke sebuah rumah sakit di sebuah pangkalan militer Amerika Serikat setelah ledakan tersebut.
Reporter
Samuel Forey, yang bekerja untuk sejumlah organisasi media Prancis,
termasuk harian Prancis Le Figaro, juga mengalami luka ringan.
Ilustrasi foto Al Jazeera dalam media sosial Twitter. (twitter.com/@aljazeera)
Doha, Paris (CB) - Qatar tidak akan bernegosiasi dengan
negara-negara tetangga untuk menyelesaikan masalah diplomatik di kawasan
Teluk jika mereka tidak terlebih dahulu mencabut boikot perdagangan dan
perjalanan yang mereka terapkan dua pekan lalu, kata menteri luar
negeri.
Uni Emirat Arab, yang bersama-sama dengan Arab Saudi, Mesir dan
Bahrain mengambil langkah-langkah yang mengucilkan Qatar, mengatakan
sanksi terhadap negara itu bisa berlangsung selama bertahun-tahun,
kecuali jika Doha mengabulkan tuntutan negara-negara kuat Arab.
Tuntutan direncanakan akan diungkapkan dalam beberapa hari mendatang.
Qatar membantah tuduhan-tuduhan yang dilancarkan oleh para negara
tetangganya bahwa pihaknya mendanai terorisme, memicu ketidakstabilan
kawasan atau membangun hubungan yang nyaman dengan musuh mereka, Iran.
Perselisihan itu telah menimbulkan keretakan di antara beberapa
negara sekutu utama Amerika Serikat di Timur Tengah. Presiden AS Donald
Trump mendukung langkah-langkah tegas terhadap Qatar, bahkan ketika
Departemen Luar Negeri dan Departemen Pertahanan AS selalu berupaya
untuk bersikap netral.
Pada Senin, Qatar menggelar latihan perang bersama pasukan Turki,
untuk menunjukkan bahwa negara itu masih memiliki negara-negara sekutu
setelah dua pekan dikucilkan untuk pertama kalinya.
Qatar tidak akan bernegosiasi dengan negara-negara tetangganya
sejauh mereka masih menerapkan "blokade", kata Menteri Luar Negeri Qatar
Sheikh Mohammed bin Abdulrahman al-Thani.
"Mereka harus terlebih dahulu mencabut blokade jika ingin bernegosiasi," tegasnya di depan para wartawan.
"Sampai sekarang, kita tidak melihat ada kemajuan soal pencabutan
blokade, yang merupakan syarat untuk melangkah maju (menuju perundingan,
red)."
Negara-negara yang telah menjatuhkan sanksi membantah bahwa mereka berniat melakukan blokade.
Qatar mendapatkan dukungan dari Turki selama masa perselisihan.
Saluran televisi berita yang didanai pemerintah, Al Jazeera,
memperlihatkan satu baris pesawat antipeluru pengangkut personel
berbendera Turki berada di pangkalan militer Tari bin Ziyad di Doha.
Al Jazeera melaporkan bahwa pasukan tambahan Turki telah tiba di
Qatar pada Minggu untuk melakukan latihan perang. Namun, sejumlah sumber
militer di kawasan mengatakan kepada Reuters bahwa operasi itu
sebenarnya melibatkan pasukan Turki yang memang sudah ada, bukan pasukan
tambahan.
Peta sejumlah negara kawasan Jazirah Arab. (Repro: World Atlas)
Jika mereka ingin diisolasi karena pandangan sesat mereka mengenai peran politik mereka maka biarlah mereka diisolasi
Doha/Paris (ANTARA News) - Qatar tak akan berunding dengan
tetangga-tetangganya untuk mengatasi sengketa diplomatik Teluk, kecuali
mereka mencabut terlebih dahulu boikot perdagangan dan kunjungan yang
mereka kenakan dua pekan lalu, kata Menteri Luar Negeri Qatar Sheikh
Mohammed bin Abdulrahman al-Thani.
Uni Emirat Arab, Arab Saudi
dan Bahrian menerapkan sanksi untuk mengisolasi Qatar, dan menyatakan
sanksi bisa dikenakan bertahun-tahun jika Doha menerima tuntutan
negara-negara Teluk itu.
Qatar membantah tudingan
tetangga-tetangganya bahwa telah mendanai terorisme, mendorong
instabilitas kawasan dan bersekongkol dengan musuh mereka, Iran.
Sheikh
Mohammed bin Abdulrahman al-Thani mengatakan Qatar siap menjawab
keprihatinan negara-negara Arab Teluk lainnya lewat dialog yang pantas
dengan prinsip tak berpraduga. Namun untuk sampai ke sana, Qatar
menuntut tetangga-tetangganya mencabut sanksi terlebih dahulu.
"Sampai
sekarang kami tidak melihat ada kemajuan dalam mencabut blokade yang
adalah syarat untuk memajukan apa pun," kata Sheikh Mohammed seperti
dikutip Reuters. Negara-negara yang mengenakan sanksi kepada Qatar
membantah telah memblokade Qatar.
Sheikh Mohammed menyatakan
berencana mengunjungi Washington pekan depan untuk membahas dampak
ekonomi blokade Teluk itu dan dampaknya terhadap perang global melawan
terorisme.
"Kami memiliki kemitraan yang sangat kuat dengan AS.
Kami adalah mitra bersama dalam koalisi global mencegah terorisme. Kami
sudah berbicara dengan mereka sejak krisis ini mulai," sambung dia.
Menteri
Luar Negeri UEA Anwar Gargash menyatakan negara-negara yang ingin
mengisolasi Qatar tak punya niat menarik tuntutannya sampai tuntutan
mereka dipenuhi.
"Qatar harus tahu bahwa ini adalah bentuk baru
hubungan dan isolasi dapat berlangsung bertahun-tahun," kata Gargash di
Paris. "Jika mereka ingin diisolasi karena pandangan sesat mereka
mengenai peran politik mereka maka biarlah mereka diisolasi. Mereka
masih berada di fase penyangkalan dan amarah."
Qatar mengandalkan
dukungan Turki selama krisis diplomatik ini. Saluran televisi Aljazeera
bahkan menayangkan barisan tentara membawa bendera Turki di pangkalan
militer Tariq bin Ziyad di Doha.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu (REUTERS/Ronen Zvulun)
Jerusalem (CB) - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu
pada Senin (19/6) memperingatkan Iran agar tidak mengancam Israel
setelah Teheran menyatakan negara Persia tersebut menembakkan rudal ke
sasaran ISIS di Suriah.
"Satu buat Iran: Jangan mengancam Israel," kata Netanyahu selama pertemuan mingguan faksi Likud pimpinannya.
Netanyahu, yang telah berkali-kali menyatakan Iran mengancam Israel,
mengatakan Israel mengikuti "tindakan mereka dan kami mengikuti ucapan
mereka".
"Pasukan militer dan keamanan kami terus memantau kegiatan Iran di
wilayah ini," kata Netanyahu, di dalam satu pernyataan yang dikeluarkan
oleh Partai Likud.
"Kegiatan ini juga meliputi upaya mereka untuk mengukuhkan diri
mereka di Suriah dan, tentu saja, mengirim senjata canggih kepada
Hizbullah dan operasi mereka," kata Netanyahu, sebagaimana dikutip
Xinhua.
Netanyahu telah menjadi penentang lantang kesepakatan nuklir 2015
dengan Iran, dan menuduh Teheran "bermaksud memiliki senjata nuklir".
Pada Senin pagi, Korps Pengawal Revolusi Islam Iran (IRGC)
mengumumkan bahwa serangan pada Minggu terhadap "pelaku teror" di
Wilayah Suriah Timur, Deir Az-Zour, telah dikoordinasikan dengan
Pemerintah Suriah.
Jenderal Ramezan Sharif, Kepala Departemen Hubungan Masyarakat IRGC,
mengatakan kepada kantor berita Tasnim bahwa IRGC menembakkan enam
rudal balistik jarak menengah ke beberapa sasaran, dalam jarak 650
sampai 700 kilometer.
Ia mengkonfirmasi semua rudal tersebut mengenai sasaran, yang
meliputi markas besar serta depot logistik dan amunisi kelompok ISIS,
dan mengatakan "banyak pelaku teror" tewas.
"Penembakan rudal ini sebelumnya telah dikoordinasikan dengan Suriah
dan semua rudal itu memasuki wilayah udara Suriah melalui Irak," kata
Sharif.
Serangan tersebut dilancarkan segera setelah dua serangan yang
dilakukan oleh anggota ISIS terhadap Parlemen Iran dan Mausoleum
Ayatollah Ruhollah Khomeini di Ibu Kota Iran, Teheran, pada 7 Juni,
menewaskan 17 orang serta melukai puluhan orang lagi.
Asap
hitam membubung dari bangunan yang terbakar di wilayah komersial di
jalan Osmena, kota Marawi, Filipina, Rabu (14/6/2017). (REUTERS/Romeo
Ranoco)
Marawi City, Filipina (CB) - Pesawat tempur Filipina
membombardir posisi pemberontak, sedangkan pasukan darat melancarkan
tekanan dari darat terhadap kaum militan islamis yang bertahan di bagian
selatan Kota Marawi.
Ofensif terbaru ini ditujukan untuk
mengakhiri perang sebelum Idul Fitri pekan ini, kata juru bicara militer
Filipina Brigjen Restitudo Padilla.
Operasi besar dilancarkan karena Filipina khawatir pemberontak mendapatkan tambahan kekuatan setelah Idul Fitri nanti.
Pertempuran di Marawi sudah memasuki pekan keenam di mana sekitar 350 orang tewas akibat perang ini.
Warga
yang melarikan diri dari kota itu memberikan kesaksian bahwa mayat
bergelimpangan di puing-puing rumah yang hancur karena dibom dan
ditembaki.
"Kami menargetkan pembersihan Marawi sampai akhir Ramadan," kata Restituto Padilla.
Para
komandan tentara dan polisi bertemu di Kota Cagayan de Oro untuk
membahas lagi strategi dan operasi melawan para militan yang telah
menyatakan bersumpah setia kepada ISIS itu.
"Kami belum bisa
memastikan kapan kami dapat mengakhiri ini karena kami sedang bertempur
dari pintu ke pintu dan ada banyak ranjau yang membahayakan tentara
kami," kata Padilla.
Dia mengatakan tujuan militer adalah mencegah konflik bertambah luar sebelum akhir Ramadan.
"Kami mengawasi kelompok-kelompok tertentu dan kami harap mereka tidak ikut bergabung dalam perang," kata Padilla.
Beberapa warga muslim Marawi mengatakan kelompok-kelompok lain bisa bergabung dengan militan setelah Ramadan selesai.
"Sebagai
muslim yang taat, kami dilarang berperang selama Ramadan, jadi setelah
itu mungkin akan ada kelompok-kelompok baru yang bergabung," kata Faisal
Amir yang memilih bertahan di kota itu kendati berkecamuk perang.
Militer
Filipina mengungkapkan 257 militan, 62 tentara dan 26 warga sipil tewas
akibat perang ini. Ratusan orang diyakini bersembunyi di ruang-ruang
bawah tanah di kota ini.
Kecerdasan buatan lebih dahsyat ketimbang senjata pemusnah massal.
Ilustrasi senjata nuklir. (http://www.artileri.org/)
CB – Bom atom
atau termonuklir diprediksi tidak akan menjadi senjata yang mematikan
lagi. Menurut ilmuwan Prancis, Jean-Christophe Bonn, sistem kecerdasan
buatan (artificial intelligence/AI) akan menjadi senjata yang lebih mengerikan di masa depan.
Ia mengatakan, sistem ini sudah dikembangkan untuk menjadi kekuatan
terdepan di dunia. Pernyataan ini diungkapkan Bonn lantaran teringat
oleh tulisan mantan Presiden Afrika Selatan, Nelson Mandela.
"Mandela pernah menulis tahun 1995 bahwa senjata utama abad ke-21
adalah pendidikan. Dia akan menggantikan senjata nuklir dan senjata
pemusnah massal lainnya yang terkenal di abad ke-20. Yang saya tangkap
di sini sistem kecerdasan buatan," katanya, seperti dikutip situs Sputniknews, Selasa, 20 Juni 2017.
Bonn menjelaskan, tidak seperti bom atom yang memerlukan biaya tinggi
untuk membangun pabrik dan pengayaan uranium, AI hanya butuh silikon
dan listrik. Ia juga memaparkan, yang membuat AI menjadi senjata super
adalah karena sistem ini tidak dapat dilacak.
"Badan Energi Atom Internasional (IAEA) bisa melacak keberadaan
uranium, plutonium dan radionuklida lainnya di lokasi rahasia sekali
pun. Tapi mereka tidak dapat melacak AI," paparnya.
Oleh karena itu, kemunculan senjata super semacam ini akan sangat sulit, atau bahkan, tidak mungkin diprediksi.
"Para politisi dan perwakilan badan keamanan dari Prancis, Israel dan
negara lain telah menyangkal kalau mereka sedang mengembangkan sistem
serupa untuk perang siber. Benarkah demikian? Ini tidak bisa dilacak"
ungkap Bonn.
Menurut Wakil Presiden Lab Kaspersky, Anton Shingarev, negara-negara
NATO menganggap serangan siber setara dengan perang terbuka dan berhak
untuk menanggapi ancaman semacam itu dengan cara apapun yang diinginkan.
Selain itu, serangan siber akan membuat si penyerang rentan terkena
serangan serupa, karena fasilitas industri dan militer modern saat ini
menggunakan peralatan serupa.
"Mereka beroperasi sesuai dengan prinsip serupa dan terhubung ke
jaringan global yang sama. Dengan demikian, korban serangan siber bisa
dapat menganalisa dan merespons dengan cara yang sama,” tutur Shingarev.
Teleskop Kepler temukan ratusan planet baru di luar Tata Surya.
Gambar planet Kepler-452b mirip Bumi hasil rekaan artis (REUTERS/NASA/Ames/JPL-Caltech/T. Pyle/Handout)
CB – Badan
Antariksa Amerika Serikat atau NASA mengumumkan hasil temuan dunia luar
Bumi yang dihasilkan dari pengamatan teleskop Kepler. Dalam pengamatan
lebih dari 200 ribu sampel bintang di konstelasi Cygnus. teleskop
tersebut menemukan setidaknya ada 219 kandidat planet baru, yang mana 10
di antaranya punya ukuran dan suhu mirip Bumi.
10 planet baru tersebut terletak pada posisi yang berpotensi memiliki
air. Jika benar ada air di 10 planet tersebut, maka ilmuwan NASA
meyakini bisa menjadi tempat kehidupan di luar Bumi. Temuan itu membuat
peneliti NASA bertanya-tanya tentang eksistensi kehidupan di luar Bumi.
"Sebuah pertanyaan penting bagi kita yaitu apakah kita sendirian (di
alam semesta)?. Mungkin hari ini teleskop Kepler memberitahu kepada kita
secara tak langsung bahwa kita tak sendirian," jelas ilmuwan program
Kepler, Mario Perez dalam pengumuman temuan tersebut dikutip dari The Guardian, Selasa 20 Juni 2017.
Temuan ratusan planet tersebut merupakan pengumuman katalog yang
paling rinci dan komprehensif soal planet di luar Tata Surya dari
teleskop Kepler. Dengan temuan baru tersebut, maka kini jumlah planet
yang telah diidentifikasi teleskop Kepler mencapai 4034 kandidat planet
dalam misi observasi empat tahun. Dari jumlah total tersebut, 2335 telah
diverifikasi sebagai planet luar Tata Surya, sekitar 50 planet pada
zona layak huni ukurannya mirip Bumi, dengan 30 di antaranya telah
diverifikasi.
Sedangkan data teleskop pengamatan antariksa lain, ilmuwan mengonfirmasi setidaknya ada 3500 planet di luar Tata Surya.
NASA meluncurkan teleskop Kepler pada 2009 untuk mempelajari planet
mirip Bumi. Hasil pengamatan Kepler itu bisa menjawab peluang bagaimana
potensi dan peluang adanya kehidupan di luar Bumi.
Data yang diberikan Kepler memberikan cara baru menilai apalah planet
punya permukaan solid seperti Bumi atau mayoritas adalah gas seperti
Neptunus. Perbedaan tersebut akan membantu ilmuwan NASA dalam mendalami
planet mirip Bumi dan peluang kehidupan luar Bumi lainnya.
Tim Kepler menemukan planet yang ukurannya 1,75 kali dari Bumi dan
lebih kecil dari itu cenderung sebagai planet solid, sedangkan planet
berukuran 3,5 kali Bumi cenderung mirip dengan Neptunus yang didominasi
dengan gas.
Kapal ini berdesain pisau belati dan menggunakan teknologi militer.
Kapal narkoba berteknologi siluman. (Guatemalan Ministry of Defense)
CB – Kartel
narkoba Kolombia berhasil menciptakan kapal cepat berteknologi siluman
untuk mengirim narkoba tanpa terendus pantauan aparat keamanan.
Teknologi yang dipakai setara dengan teknologi yang digunakan militer
pada umumnya.
Kapal yang diklaim berkecepatan tinggi ini berdesain VSV (Very Slender Vehicles) memiliki lambung yang sangat sempit menyerupai bentuk pisau belati yang biasa digunakan oleh pasukan khusus.
Menurut pengamat teknologi militer H.I. Sutton, terungkapnya kapal
cepat siluman ini ketika Kepolisian Guatemala menemukan satu unit kapal
tersebut yang tengah bersandar 23 mil dari lepas pantai negara tersebut.
Kapal ini dilaporkan memiliki misi mengirimkan narkoba ke Kolombia
dan Guatemala, dan diduga dibiarkan begitu saja karena tidak lagi
dibutuhkan. Saat ditemukan, sistem navigasi dan mesin motor penggeraknya
telah ‘hilang’.
Mengutip situs IBTimes, Senin, 19 Juni 2017, dari gambar
yang dikeluarkan oleh Kementerian Pertahanan Guatemala menunjukkan
ukuran kapal sebenarnya relatif tidak sempurna.
Kapal ini memiliki panjang sekitar 16 meter dan lebar 1,75 meter,
dengan perkiraan kapasitas muatan maksimal lima ton. Hal ini diyakini
bahwa VSV bisa mencapai kecepatan 20 knot (23 mph), atau dua kali lebih
cepat dari kapal selam narkoba.
Dengan ukurannya yang seperti pisau belati, maka diperkirakan jumlah
muatan narkoba akan sedikit berkurang. "Busur tajam VSV dibuat untuk
menembus gelombang. Bentuk yang datar dan ramping memastikan kapal luwes
bergerak," ungkap Sutton.
"Ini seperti peluru yang menembus ketebalan 'tembok' di laut," kata
dia menambahkan. Kartel narkoba Kolombia telah mencoba menemukan cara
baru untuk menyelundupkan narkotika tanpa deteksi selama bertahun-tahun.
Mereka bereksperimen dengan sejumlah desain perahu, termasuk
menggunakan kapal selam. Dengan VSV tampaknya kartel telah menemukan
cara terbaik untuk menghindari pengawasan dan pengejaran pihak
berwenang.
Jakarta - PT Dirgantara Indonesia (PTDI) baru saja mengirim
helikopter H135 pesanan Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia (STPI)
Curug, Tangerang. Helikopter ini nantinya akan digunakan STPI untuk
melakukan pemantauan mudik Lebaran.
Direktur Produksi PTDI, Arie
Wibowo mengungkapkan sebelum dilakukan pengiriman ke STPI Curug,
helikopter H135 dilakukan uji coba terbang terlebih dahulu sebelum
dilakukan pengiriman akhir pekan lalu.
"Helikopter akan segera beroperasi dengan target menurut STPI untuk pemantauan Hari Raya Idul Fitri," kata Arie kepada detikFinance, Jakarta, Senin (19/6/2017).
Arie
menambahkan, pengadaan helikopter ke STPI Curug merupakan kali pertama
dilajukan PTDI. Sedangkan di tahun 2018 dimungkinkan untuk dilakukan
pengiriman lagi.
"Untuk khususnya H135 ini baru pertama kali kami lakukan reassemble dan delivery," tutur Arie.
Helikopter
ini dijual dengan harga Rp193 miliar kepada STPI. Helikopter H135
pesanan STPI berwarna merah dan putih dengan sentuhan tulisan STPI di
sisi kanannya.
Jakarta - Pesawat CN235 buatan PT Dirgantara Indonesia (PTDI)
mendunia. Salah satunya CN235-220 Military Transport yang dibeli
Angkatan Darat Nepal atau Nepalese Army. Sebelumnya, Senegal dan
Thailand juga pernah membeli pesawat CN235 buatan Bandung ini.
Pesawat
CN235 sendiri terdiri atas tiga jenis, yaitu CN235-220 Civil, CN235-220
Military, serta CN235-220 Mission dengan berbagai kegunaan yang
berbeda-beda.
Contohnya, CN235-220 Military Transport merupakan
pesawat yang digunakan khusus angkutan militer. Pesawat jenis ini
terdiri dari dua jenis yang mampu mengangkut 49 pasukan dan ada yang
mampu mengangkut 34 pasukan.
Mengutip data PTDI, pesawat
CN235-220 Military Transport dapat digunakan untuk berbagai misi, mulai
dari angkutan pasukan bersenjata, evakuasi medis, angkutan penumpang dan
VVIP, hingga angkutan barang.
Pesawat CN235 pesanan Senegal Foto: Dok. PTDI
Pesawat
CN235-220 Military Transport dapat lepas landas dengan jarak yang
pendek dengan kondisi landasan yang belum beraspal. Beban maksimum yang
dapat diangkut saat lepas landas mencapai 16,000 kg dan saat mendarat
mencapai 15.800 kg.
Pesawat CN235 pesanan Thailand Foto: Dok.PTDI
Selain
itu, pesawat angkut militer buatan Bandung ini mampu melesat hingga 237
knots dengan jarak tempuh maksimum 2.098 NM dengan bahan bakar penuh.
Dapur pacu pesawat militer ini dilengkapi dengan dua mesin General
Electric CT7-9C with 1,750 SHP each (1,870 SHP with APR) dengan dua
propeller four-bladed Hamilton Standard HS 14 RF-21 propellers.
Tidak
hanya dapat mengangkut penumpang, pesawat ini juga mampu mengangkut
mobil melalui pintu belakang alias ramp door. Dengan teknologi Multihop
Capability Fuel Tank, juga memungkinkan pesawat terbang tidak perlu
mengisi ulang bahan bakar untuk melanjutkan penerbangan ke rute
berikutnya.
Jakarta - Produk PT Dirgantara Indonesia (PTDI), pesawat
CN235-220 Military Transport, dibeli Angkatan Darat Nepal atau Nepalese
Army. Kontrak pembelian tersebut dengan No. MGO/Fixed Wing/073/74/65
ditandatangani pada tanggal 16 Juni 2017 di Markas Besar Angkatan Darat
Nepal, Kathmandu.
Penandatanganan pembelian pesawat CN235-220
dilakukan Mayor Jenderal Purna B. Silawal, selaku Master General of
Ordnance (Provision) Nepalese Army atau Kepala Badan Sarana Pertahanan
Angkatan Darat Nepal dan Budi Santoso selaku Direktur Utama PTDI.
Penandatanganan
kontrak tersebut turut disaksikan oleh Pilot Mayor Jenderal Sudhir
Shrestha, Chief of Army Aviation atau Kepala Penerbangan Angkatan Darat
dari pihak Nepalese Army dan Isfan Fajar Satriyo selaku Komisaris PTDI.
Demikian dikutip detikFinance dari keterangan resmi PTDI, Jakarta,
Selasa (20/6/2017).
Pesawat
CN235-220 Military Transport yang dipesan Angkatan Darat Nepal
mempunyai konfigurasi untuk dapat mengemban misi sebagai Troop/Paratroop
Transport, Medical Evacuation, Passenger Transport, VVIP Transport, dan
Cargo yang dapat dipasang bergantian sesuai dengan kebutuhan
operasional.
Selain itu, dilengkapi pintu depan yang bisa dipakai
sebagai pintu masuk dan keluar untuk VIP/VVIP. Ramp door atau pintu
belakang yang cukup besar dapat dipakai saat operasi terjun payung dan
keluar masuk barang, bahkan kendaraan kecil dapat masuk ke pesawat.
Polisi memeriksa van putih yang menabrak pejalan kaki usai shalat di Masjid Finsbury Park, London, Inggris.
CB, WASHINGTON -- Presiden AS Donald Trump
tampaknya belum pernah mengecam serangan terhadap jamaah Muslim di
London. Situasi itu jadi contoh terakhir lambannya ia berbicara tentang
kekerasan ketika Muslim yang jadi korbannya.
Tidak seperti
serangan baru-baru ini yang menargetkan warga sipil, tidak ada cicitan
segera yang menyuarakan simpati untuk para korban atau sumpah serapah
melawan ideologi kekerasan. Simpati Gedung Putih yang pertama datang
malah berasal dari anak perempuannya, Ivanka, yang mengunggah cicitan
tentang doa.
"Kita harus berdiri bersatu melawan kebencian dan ekstrimisme dalam segala bentuknya yang jelek," kata Ivanka.
Kelompok advokasi Mulsim melihat perbedaan mencolok dalam
tergesa-gesanya Trump merespons, saat pelaku serangan Muslim atau
mengaku Islam. Mereka melihat itu sebagai bagian dari sebuah pola,
mengingat retorika Trump yang keras atas Islam dan sudah melarang
imigran sejumlah negara mayoritas Muslim.
"Kebisuan atau
penundaan dia benar-benar mengirimkan pesan negatif kepada komunitas
Muslim kalau kehidupan dan keamanan mereka tidak sepenting warga negara
lainm," ujar Ibrahim Hooper dari Council on American-Islamic Relations
(CAIR).
Sebelum serangan di Masjid Finsburry di London, terdapat
dua serangan di Inggris, Maret dekat Parlemen dan Juni di London
Bridge. Trump dengan cepat mengungkapkan solidaritas dan miminta
tanggapan yang kuat. Tapi, ia terima banyak kritikan karena dianggap
remehkan Wali Kota London Sadiq Khan.
Dalam beberapa kasus,
Trump baru menyuarakan dukungan untuk korban serangan Muslim berselang
beberapa hari usai kejadian, semisal tiga hari usai dua wanita di Oregon
mendapat celaan. Tapi, untuk bom bunuh diri di Manchester, Trump
langsung bereaksi dengan kata-kata mengutuk kepada pelaku, dilansir dari
AP.
Ivanka Trump Kecam Serangan ke Jamaah Masjid Finsbury Park
Polisi memeriksa van putih yang menabrak pejalan kaki usai shalat di Masjid Finsbury Park, London, Inggris.
CB, WASHINGTON -- Pemerintah Amerika Serikat
(AS), pada Senin (19/6), mengungkapkan rasa simpati terhadap para korban
serangan di dekat Masjid Finsbury Park, London, Inggris. AS juga
mengecam insiden tersebut.
Seperti diketahui, jamaah Masjid
Finsbury Park menjadi sasaran serangan setelah mereka menunaikan shalat
tarawih. Para jamaah, yang saat itu sedang berjalan di trotoar, ditabrak
oleh sebuah van. Satu orang tewas dan 10 lainnya luka-luka akibat
kejadian itu.
Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS Heather
Nauert mengecam insiden penabrakkan jamaah Masjid Finsbury Park. "AS
mengecan keras serangan semalam yang tampaknya telah menargetkan Muslim
di London," ungkapnya seperti dilaporkan laman Al Araby.
Ia juga menyampaikan simpati kepada mereka yang menjadi korban insiden
penabrakan. "Kami menyampaikan simpati kami kepada keluarga dan
komunitas para korban dan berharap agar yang terluka dapat segera
pulih," ujar Nauert.
Putri Presiden AS Donald Trump, Ivanka
Trump, juga menanggapi insiden penabrakan Masjid Finsbury Park.
"Mengirim cinta dan doa kepada para korban di Finsbury Park, London.
Kita harus bersatu melawan kebencian dan ekstremisme dalam semua
bentuknya yang buruk," kata Ivanka Trump melalui akun Twitter
pribadinya.
Terkait serangan terhadap jamaah Masjid Finsbury
Park, Perdana Menteri Inggris Theresa May menegaskan kembali tekad
negaranya untuk melawan terorisme, ekstremisme, dan kebencian.
Mengingat, dalam tiga bulan terakhir, Inggris telah dilanda setidaknya
empat aksi teror, termasuk insiden penabrakan jamaah Masjid Finsbury
Park.
LONDON
- Kepolisian Metropolitan London, Inggris, akhirnya merilis identitas
tersangka teroris yang menabraki jemaah Muslim usai menjalankan salat
Tarawih di Masjid Finsbury Park. Dia adalah Darren Osborne, 47.
Polisi
resmi memperlakukan serangan mobil yang dilakukan Osborne sebagai
serangan teroris. Dia ditangkap warga di sekitar masjid saat akan
melarikan diri usai melakukan serangan. Dia kemudian diserahkan ke
polisi.
Osborne dengan mobil warna putih menabraki sekitar
sepuluh jemaah masjid usai salat Tarawih pada Minggu tengah malam atau
Senin dini hari kemarin. Selain menabrak para jemaah, dia juga menusuk
satu orang. Satu korban Osborne meninggal dan lebih dari delapan orang
lainnya dibawa ke rumah sakit.
Tersangka teroris ini sebelumnya tidak pernah dikenal polisi maupun Dinas Keamanan MI5.
Menurut
laporan media setempat, Osborne adalah ayah dari empat anak yang sudah
menikah dan tinggal di Glyn Rhosyn di Cardiff's Pentwyn.
Polisi saat ini sedang mencari alamat tempat tinggal di daerah Cardiff sebagai bagian dari penyelidikan atas serangan tersebut.
Osborne
lahir di Singapura pada tahun 1969 dan besar di Weston-super-Mare,
Somerset. Salah seorang mantan teman sekolahnya di Broadoak Mathematics
and Computing College mengaku mengenal Osborne selama lebih dari tiga
dekade.
Salah seorang wanita yang mengaku teman SD Osborne menulis di Facebook
tentang sosok tersangka teroris ini. ”Siapa pun yang dari Barrowby
ingatkah orang sinting ini?,” tulis wanita dengan nama akun Isobel
Taylor. Namun, akun wanita itu kini telah dihapus.
”Saya pergi
jauh-jauh melewati jenjang SD dengan psikopat ini, dia adalah anak gila
yang benar-benar terbelenggu saat itu,” lanjut dia.
Taylor sempat berbicara kepada IBTimes UK sebelum akun Facebook-nya dihapus. ”Orang sinting, cukup banyak yang menyimpulkannya,” ujarnya.
”Semua orang yang di Facebook yang berada di Barrowby pada saat itu mengenalnya,” katanya.”Dia hanya seorang pengganggu yang sempurna.”
Khadijeh Sherizi, warga yang tinggal di sebelah rumah Osborne, mengatakan kepada Press Association; "Sudah pasti saya melihatnya di berita dan saya pikir 'oh Tuhan saya' itu adalah tetangga saya.”
”Dia
sudah begitu normal, dia berada di dapurnya kemarin sore sambil
bernyanyi bersama anak-anaknya, dia adalah ayah dari sebuah keluarga,
memiliki anak, dia tinggal di sebelah, dia tampak sopan dan menyenangkan
bagi saya, saya tidak percaya itu,” ujar Sherizi yang heran tersangka
nekat melakukan serangan.
Kepolisian Metropolitan London mengatakan, meski masih dalam penyelidikan tersangka diyakini beraksi sendirian.
Menurut
saksi mata yang berada di lokasi serangan, Osborne sempat meneriakkan
ancaman terhadap warga Muslim.”Saya ingin membunuh semua Muslim,” teriak
Osborne sebelum diamankan warga untuk diserahkan kepada polisi.
Asisten
Deputi Komisaris Polisi Metropolitan London Neil Basu menyampaikan
belasungkawa kepada para korban dan keluarga mereka. ”Pikiran kami
tertuju pada semua yang terkena dampak kejadian di Seven Sisters Road,
keluarga, teman dan komunitas mereka,” ujarnya.
”Ini sedang
diperlakukan sebagai insiden teroris dan sedang diselidiki oleh Komando
Kontra Terorisme. Penyelidikan sedang berlangsung dan kami bekerja cepat
untuk mengetahui secara lengkap bagaimana dan mengapa hal ini terjadi,”
ujar Basu, yang dikutip Selasa (20/6/2017).
”Semua korban
berasal dari komunitas Muslim dan kami akan mengerahkan patroli polisi
ekstra untuk meyakinkan masyarakat, terutama mereka yang menjalankan
(ibadah) Ramadan,” papar Basu.
”Kami bekerja keras untuk
melindungi semua masyarakat dan masyarakat akan melihat petugas tambahan
berpatroli di kota dan tempat ibadah Muslim. Ini adalah serangan
terhadap London dan semua warga London. Kita semua harus berdiri tegak
melawan ekstremis, apa pun penyebabnya.”
Imam Masjid London Cegah Massa Hakimi Pelaku Teror
LONDON - Imam
Masjid Finsbury Park di London Utara, Mohammed Mahmoud disebut sebagai
sosok yang menghentikan massa untuk menghakimi pelaku serangan jamaah
tawarih. Mahmoud sukses meredam emosi warga dan menghentikan aksi main
hakim sendiri.
Mahmoud mengatakan, saat keluar dari
masjid ia melihat sekumpulan orang sedang memukuli seorang pria, yang
tidak lain adalah pelaku penyerang. Mahmoud kemudian mendekati kerumunan
dan langsung berusaha menghentikan aksi main hakim sendiri tersebut.
"Kami
menemukan sekelompok orang dengan cepat mulai berkumpul di sekitar
penyerang dan beberapa mencoba menghakiminya dengan tendangan atau
pukulan. Dengan rahmat Allah, kami berhasil mengelilingi dia dan
melindunginya dari bahaya," kata Mahmoud.
"Kami berhasil
memadamkan api amarah yang mungkin bisa merasuki para warga. Saya
melakukan tindakan pencegahan itu bersama dengan sekelompok saudara
laki-laki," sambungnya, seperti dilansir Reuters pada Senin (19/6).
Menurut
sejumlah saksi mata, salah satu imbauan yang dipakai Mahmoud untuk
meredam emosi warga adalah dengan mengingatkan bahwa mereka sedang
berada di bulan Ramadan. Menurut saksi mata, Mahmoud meminta agar semua
orang berhenti memukuli tersangka, agar ibadah mereka tidak tercoreng
oleh tindakan tidak terpuji.
Aksi Mahmoud ini sendiri mendapat
pujian dari warga dan juga komunitas Muslim di London. "Imam telah
melakukan hal yang benar, ia harus menghentikan orang-orang untuk
melakukan tindakan tersebut," kata Ibnu Oman, salah seorang warga
setempat.
Yangon, Myanmar (CB) - Chit Tin, pria Muslim berusia 55
tahun, telah beribadah di madrasah yang sama di Yangon timur sepanjang
hidupnya, sebagian besar di bawah junta yang menekan oposisi,
menghancurkan ekonomi Myanmar dan mengubahnya menjadi negara pariah
internasional
Tapi bahkan saat ayah dari empat anak itu menderita kemiskinan dan
isolasi, sekolah agama Islam, yang berfungsi ganda sebagai masjid, itu
tetap menjadi tempat penting komunitasnya - sampai bulan yang lalu,
ketika kelompok nasionalis Buddha menggerebek dan memaksa pihak
berwenang untuk menutupnya dengan alasan tidak memiliki izin untuk
beroperasi sebagai tempat ibadah.
Saat Ramadhan, bulan suci umat Islam, dimulai sekitar tiga pekan
lalu, ratusan warga menerjang hujan musim hujan untuk bergabung dengan
ibadah bersama di suatu jalan di dekatnya.
Pemerintah setempat melarang acara tersebut dan mengancam mereka yang hadir dipenjara.
"Saya merasa sangat sedih, seolah langit telah runtuh," kata Chit
Tin, salah satu dari sedikit umat Islam dari lingkungan sekitar yang
setuju untuk berbicara dengan Reuters. Kebanyakan warga menolak untuk
membicarakan pembatasan, mengatakan bahwa mereka takut akan dampaknya.
Salah satu anggota komunitas pemuda, Moe Zaw, sekarang terancam
denda atau enam bulan penjara karena tidak mendapatkan izin untuk
menyelenggarakan acara ibadah itu, sesuai dengan pemberitahuan yang dia
terima dari pengadilan
Penutupan sekolah agama termasuk di antara rangkaian insiden yang
memicu ketegangan agama di ibu kota komersial negara tersebut dalam
beberapa pekan terakhir.
Meskipun beberapa kelompok garis keras Buddha yang terlibat
ditangkap, pemantau hak asasi manusia mengatakan kejadian tersebut
menunjukkan bagaimana pemerintahan sipil Aung San Suu Kyi yang telah
berumur 14 bulan berjuang untuk mengatasi diskriminasi terhadap umat
Islam.
Partai berkuasa Suu Kyi, Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) tidak
melibatkan kandidat muslim manapun pada pemilihan umum 2015 yang
bersejarah yang mengangkatnya ke kekuasaan atas janji modernisasi negara
dan demokratisasi.
Ketegangan antara kedua komunitas itu telah muncul sejak tewasnya
sejumlah orang dan puluhan ribu orang mengungsi dalam bentrokan antara
umat Buddha dan umat Islam yang menyertai permulaan transisi demokrasi
negara itu pada tahun 2012 dan 2013.
"Masjid dan madrasah yang telah ditutup paksa harus segera dibuka
kembali, dan penganut agama harus tidak terancam atau dikenakan tuduhan
kriminal hanya karena menjalankan hak fundamental mereka untuk mengikuti
dan mempraktekkan agama mereka, " kata Phil Robertson dari pemantau
kelompok hak asasi manusia Human Rights Watch.
Pemerintah lokal menolak permintaan komentar berulang kali. Juru
bicara pemerintah Myanmar tidak bersedia memberikan komentar, dan dua
pejabat pemerintah lainnya yang dihubungi oleh Reuters juga menolak
untuk berkomentar.
Tak Ada Jawaban
Madrasah itu, yang dibuka hampir setengah abad yang lalu, biasanya
menarik sekitar 1.000 orang pada Jumat malam. Sekitar 300 anak-anak
berusia antara lima dan 12 tahun belajar Islam di sana setiap harinya.
Bangunan dua lantai itu sekarang ditutup oleh kawat berduri dan gerbang terkunci.
"Anak-anak hendak mengikuti ujian, jadi kami merasa ini sebuah
kehilangan sangat besar dalam pendidikan mereka, "kata Chit Tin, yang
memiliki dua cucu berusia enam tahun yang mulai bersekolah di madrasah
setahun yang lalu.
Dia sekarang beribadah di masjid lain yang berjarak sekitar 20 menit
berjalan kaki, dimana jumlah jamaah telah membengkak dari 5.000 menjadi
8.000 dalam beberapa pekan terakhir karena penutupan madrasahnya dan
tempat terdekat lainnya yang juga menjadi target oleh kelompok
nasionalis Buddha.
Di kota Meikhtila, 500 km (310 mil) utara Yangon di Myanmar tengah,
tiga rumah pribadi yang telah digunakan oleh sekitar 150 orang untuk
shalat sejak masjid di kota itu hancur dalam aksi kekerasan tahun 2013
juga diperintahkan untuk ditutup oleh pemerintah lokal.
Polisi telah berpatroli di lingkungan tersebut sejak pekan lalu,
memeriksa apakah rumah itu masih ditutup dan apakah jumlah ibadah telah
berkurang selama Ramadhan.
"Oleh karena pihak berwenang tidak lagi mengizinkan kami beribadah,
kami mengatur tempat yang layak untuk kami," kata akademisi Islam dan
sekretaris kelompok lokal antar-agama San Win Shein kepada Reuters.
"Tidak ada jawaban hingga kini."
Anggota
militer memeriksa lokasi serangan bom di sebuah supermarket di kota
Pattani, Thailand, Rabu (10/5/2017). (REUTERS/Surapan Boonthanom)
Pattani (CB) - Bom jalanan, yang diduga ditanam
gerilyawan, membunuh enam tentara Thailand dan melukai empat lagi pada
Senin di propinsi selatan, Pattani, kata polisi setempat.
Gerakan pemberontak, yang telah berlangsung puluhan tahun di daerah
berpenduduk sebagian besar suku Melayu; Yala, Pattani dan Narathiwat,
menewaskan lebih dari 6.500 orang sejak 2004.
Peristiwa terkini itu terjadi ketika bom, yang ditanam di jalan,
meledak saat tentara tersebut melakukan ronda berkala, kata kepala
kepolisian daerah, Kolonel Pruk Liangsukwho.
"Kemungkinan dilakukan kelompok kekerasan di daerah itu, karena
wilayah tersebut masuk dalam daerah merah," kata Pruk kepada wartawan,
mengacu pada daerah dengan tingkat sangat tinggi kekerasan pemberontak.
Juru bicara militer belum memberikan tanggapan.
Seperti kebanyakan kekerasan di Thailand selatan, tidak ada pengakuan tanggung jawab atas serangan yang dilakukan.
Kekerasan memanas di tiga provinsi wilayah selatan dalam beberapa
dasawarsa belakangan dan semakin gencar pada 2004 namun jarang meluas ke
luar wilayah selatan.
Serangan bom mobil bulan lalu melukai puluhan orang di luar sebuah supermarket di kota Pattani.
Kekerasan di wilayah selatan biasanya meningkat saat bulan suci Ramadan, yang tahun ini akan berakhir pada Minggu mendatang.
Pemerintah militer Thailand sejak 2015 mengadakan perundingan dengan
ditengahi Malaysia untuk mengakhiri kekerasan, namun upaya itu sebagian
besar mengalami kendala.
Pasukan
Israel bersiaga saat terjadi bentrokan dengan pengunjuk rasa Palestina
menyusul aksi protes solidaritas terhadap tahanan Palestina yang ditahan
Israel, di kota Betlehem, Tepi Barat, Senin (17/4/2017). (REUTERS/Ammar
Awad)
Jakarta
(CB) - Berita tentang rumah sakit Israel yang merawat
pemberontak Suriah telah beredar, namun laporan Wall Street Journal
mengungkap bahwa Israel mendanai para pemberontak, bahkan para
pemberontak mengatakan mereka "tidak akan bertahan" tanpa bantuan
tersebut.
Menurut
laporan Wall Street Journal, Israel secara diam-diam memberikan bantuan
kepada pemberontak Suriah di Dataran Tinggi Golan selama
bertahun-tahun, dengan tujuan untuk mempertahankan kekuatan persahabatan
di zona penyangga, menjaga ISIS dan pasukan yang selaras dengan Iran di
teluk.
Dukungan
tersebut bersifat substansial dan langsung, di mana menurut laporan
itu, dukungan diberikan berupa dana tunai, makanan, bahan bakar dan
persediaan medis, yang nyatanya beberapa kelompok bersenjata dan
sebagian besar penduduk sipil di wilayah tersebut bergantung pada
bantuan Israel.
Adapun
laporan The Wall Street Journal tersebut berdasarkan temuan dan
informasi yang diberikan oleh setengah lusin pemberontak dan tiga orang
yang akrab dengan pemikiran Israel.
Mereka
mengatakan bahwa transaksi rahasia Israel dengan pemberontak dimulai
pada awal 2013 di bawah mantan Menteri Pertahanan Moshe Ya'alon dan
terus ada sampai hari ini. Tujuannya, untuk menjaga kelompok pro-Iran,
seperti Hizbullah, jauh dari perbatasan.
Sumber-sumber
ini mengatakan kepada Wall Street Journal bahwa sebuah unit khusus
dipahat dari tentara Israel untuk mengawasi operasi bantuan tersebut.
Selain itu, Israel dikatakan telah mempertimbangkan situasi tersebut
cukup jauh sebelumnya sehingga menetapkan sebuah anggaran khusus untuk
diinvestasikan dalam upaya itu.
Pemberontak
di Suriah mengatakan kepada Wall Street Journal bahwa Fursan al-Joulan
(Knights of the Golan) adalah kelompok utama yang berkoordinasi dengan
Israel dan menerima dana sekitar 5.000 dollar per bulan, namun kelompok
ini tidak menerima dukungan dari negara-negara Barat lainnya dan tidak
terafiliasi dengan tentara Suriah.
"Israel
berdiri di pihak kita dengan cara yang heroik. Kami tidak akan bertahan
tanpa bantuan Israel," kata juru bicara kelompok tersebut, Moatasem
al-Golani kepada Wall Street Journal.
Al-Golani
mengatakan bahwa kerja sama dimulai ketika pejuang yang terluka dari
kalangan kelompok tersebut berhasil mencapai perbatasan Israel, di mana
mereka meminta bantuan dari tentara Israel yang berbicara dalam bahasa
Arab. Korban luka-luka tersebut dirawat secara medis di Israel,
sekaligus membuka saluran rahasia tersebut.
Fusan
al-Joulan dikatakan memiliki sekitar 400 pejuang dan mempertahankan
aliansi longgar dengan empat kelompok lain di sisi perbatasan Suriah dan
Israel, yang semuanya dilaporkan menerima sejumlah bantuan dari
Israel.
Tidak
seperti Fursan al-Joulan, beberapa kelompok mendapat keuntungan dari
dukungan Barat dan berafiliasi dengan Tentara Suriah, menurut laporan
itu.
Sementara
bantuan medis Israel kepada orang-orang Suriah yang terluka yang tiba
di perbatasan telah menjadi pengetahuan umum sejak awal perang sipil,
informasi baru yang merinci kedalaman dukungan Israel untuk pemberontak
ini dapat meningkatkan ketegangan dengan pemerintah Suriah dan pasukan
Presiden Bashar Assad.
Informasi tersebut juga menguak dengan siapa Israel telah secara teknis berada dalam keadaan perang selama beberapa dekade.
Serangan
udara Israel telah menargetkan pasukan di Suriah dalam banyak
kesempatan, terutama yang bertujuan pengiriman senjata ke Hizbullah
Libanon.
Seorang
sumber mengkonfirmasi Wall Street Journal bahwa uang melintasi
perbatasan ke Suriah namun digunakan untuk tujuan kemanusiaan. Namun,
pejuang pemberontak menentang klaim ini, dengan mengatakan bahwa dana
tersebut digunakan untuk membayar gaji dan membeli amunisi.
The
Wall Street Journal melaporkan, tentara Israel tidak akan mengomentari
klaim pemberontak tersebut, namun mereka berkomitmen untuk mengamankan
perbatasan Israel.
"Mereka
berkomitmen menjaga perbatasan dan mencegah pembentukan sel teror serta
pasukan yang bermusuhan, selain memberikan bantuan kemanusiaan kepada
Orang-orang Suriah yang tinggal di daerah itu," ungkap laporan itu.
Demikian dilaporkan Haaretz.
RIYADH
- Pasukan angkatan laut Riyadh menangkap dan menahan tiga perwira Garda
Revolusi Iran di dekat ladang minyak Marjan di lepas pantai Arab Saudi.
Penangkapan ini diumumkan Kementerian Informasi Saudi dalam sebuah
pernyataan.
Insiden tersebut terjadi pada hari Jumat, ketika
tiga kapal Teheran memasuki perairan teritorial Saudi dan menuju ke
struktur lepas pantai di ladang minyak. Demikian pengumuman kantor
berita Saudi (SPA) pada hari Senin, mengutip sumber resmi.
”Pada
hari Jumat, 16 Juni, tiga kapal kecil, dengan bendera merah dan putih,
memasuki perairan teritorial Saudi di Teluk Arab. Mereka menuju ke
ladang minyak Saudi di Marjan. Segera, pasukan angkatan laut Saudi
melepaskan tembakan peringatan, tapi kapal tidak merespons,” kata sumber
dikutip SPA.
Salah
satu kapal disergap, sementara dua lainnya berhasil lolos. “Kapal yang
ditangkap berisi setumpuk senjata untuk tujuan subversif dan membawa
tiga orang di kapal. Ketiga orang tersebut ternyata adalah anggota Korps
Garda Revolusi Iran,” kata Kementerian Informasi Saudi dalam sebuah
pernyataan, yang dikutip Selasa (20/6/2017).
”Ini adalah satu
dari tiga kapal yang dicegat oleh pasukan Saudi. (Kapal) ini ditangkap
dengan tiga orang di kapal. Dua lainnya lolos,” lanjut pernyataan
tersebut, seperti dilansir Reuters. ”Tiga anggota Garda Revolusi Iran yang ditangkap sekarang diinterogasi oleh otoritas Saudi,” imbuh pernyataan tersebut.
Sementara
itu, Iran menolak klaim Saudi atas penahanan tiga perwira Garda
Revolusi. Kepala urusan perbatasan di Kementerian Dalam Negeri Iran,
Majid Aghababaie, mengatakan bahwa tiga orang yang ditahan adalah
nelayan asal pelabuhan Bushehr, Iran selatan.
”Tidak ada bukti bahwa mereka adalah personel militer," katanya yang dilansir kantor berita ILNA. Insiden tersebut terjadi di tengah ketegangan antara Riyadh dan Teheran yang semakin memburuk setelah krisis Qatar.
Pada hari Minggu, Iran telah meluncurkan serangan enam rudal balistik ke Suriah, yang menargetkan posisi teroris Islamic State atau ISIS sebagai pembalasan atas serangan kembar di Teheran awal bulan ini.
Serangan
tersebut tidak hanya ditujukan untuk mengirim pesan kepada ISIS, tapi
juga kepda AS dan Arab Saudi. Teheran berulang kali menuduh Riyadh dan
Washington mendukung teroris dan berusaha mengacaukan Iran.
”Orang-orang
Saudi dan Amerika pihak utama penerima pesan ini,” kata Jenderal
Ramazan Sharif dari Garda Revolusi Iran (IRGC) mengatakan pada hari
Senin, mengacu pada serangan enam rudal balistik terhadap target teroris
di Suriah.
Pada hari Sabtu pekan lalu, Iran mengatakan bahwa
penjaga pantai Saudi melepaskan tembakan terhadap dua kapal nelayan Iran
di Teluk Persia. Satu nelayan tewas.
AL Saudi sita kapal pengangkut senjata di dekat ladang minyak
Dubai (CB) - Angkatan laut Arab Saudi menyergap kapal
pengangkut senjata saat mendekati ladang minyak Marjan di lepas pantai
Teluk pada Jumat malam, kata kantor berita resmi Saudi Press Agency pada
Senin.
Dua kapal lain, yang juga mendekati Marjan, berhasil melarikan diri
setelah angkatan laut Saudi melepaskan tembakan peringatan, kata kantor
berita itu seperti dilansir Reuters.
Kapal yang disergap itu membawa senjata untuk disalurkan kepada "gerakan bawah tanah", kata laporan singkat SPA.
SPA tidak merinci registrasi kapal atau kewarganegaraan awak kapal
itu, namun memberikan keterangan tambahan tanpa menguraikannya bahwa
kapal tersebut berbendera putih dan merah.
Tidak ada pertanda langsung apakah penangkapan kapal itu terkait
dengan peristiwa di Teluk pada Jumat, yang dilaporkan media Iran.
Kantor berita Tasnim Iran mengatakan pada Sabtu bahwa penjaga
perbatasan Arab Saudi menembaki kapal nelayan Iran di Teluk, menewaskan
seorang nelayan. Dikatakan bahwa kapal itu adalah satu dari dua kapal
Iran yang sedang memancing di perairan Teluk Persia yang terdorong oleh
gelombang.
Hubungan antara kedua negara berada pada posisi terburuk mereka
dalam beberapa tahun belakangan. Pekan lalu Riyadh, bersama dengan
pemerintah Arab lainnya, memutuskan hubungan dengan Qatar, dengan alasan
dukungan Qatar terhadap Iran.
Beberapa hari kemudian, bom bunuh diri dan penembakan di Teheran
terjadi, menewaskan 17 orang. Muslim Syiah Iran mengulangi tuduhan bahwa
Arab Saudi mendanai petempur Sunni, termasuk kelompok ISIS.
Riyadh membantah terlibat dalam serangan tersebut.
Iran dan Arab Saudi saling menuduh merusak keamanan wilayah dan
mendukung pihak yang berbeda dalam perang di Suriah, Yaman dan Irak.
Pesawat jet tempur F/A-18E Super Hornet Amerika Serikat. Foto/US Navy
WASHINGTON
- Pentagon tidak takut dengan ancaman Rusia yang akan menembak jatuh
pesawat jet tempur Amerika Serikat (AS) dan koalisinya di langit Suriah.
Pentagon tegaskan akan membela diri AS maupun sekutunya diancam.
Ancaman
Rusia muncul setelah pesawat jet tempur F/A-18E Super Hornet Pentagon
menembak jatuh pesawat jet tempur Su-22 Damaskus di wilayah udara atau
langit Raqqa, Suriah pada Minggu malam. Pilot tempur Suriah dilaporkan
tewas dalam insiden itu.
Tak
hanya mengancam, Rusia telah menangguhkan saluran komunikasi dengan
koalisi internasional anti-ISIS yang dipimpin AS. Saluran komunikasi itu
telah menjadi solusi untuk mencegah konflik udara antara Moskow dan
Washington yang sama-sama beroperasi di Suriah.
Pemerintah Presiden Suriah Bashar al-Assad menyatakan, pesawatnya ditembak jatuh saat memerangi basis kelompok Islamic State
atau ISIS. Namun, versi Pentagon, pesawat ditembak jatuh karena
mengebom basis Pasukan Demokratik Suriah (SDF), pasukan oposisi atau
pemberontak Suriah yang didukung Barat, serta pasukan Kurdi.
”Kami
tidak mencari konflik dengan pihak manapun di Suriah selain ISIS, tapi
kami tidak akan ragu membela diri atau mitra kami jika diancam,” kata
juru bicara Pentagon Kapten Jeff Davis kepada Fox News, yang dikutip Selasa (20/6/2017).
Kepala
Staf Gabungan Militer AS Jenderal Joseph Dunford melipatgandakan
retorika tersebut pada pidato hari Senin di National Press Club.
”Saya
yakin bahwa kita masih berkomunikasi antara pusat operasi kami dan
pusat operasi federasi Rusia, dan saya juga yakin bahwa kekuatan kita
memiliki kemampuan untuk menjaga diri sendiri,” ujar Dunford.
Juru
bicara Pentagon lainnya, Mayor Adrian JT Rankine-Galloway mengatakan
bahwa pesawat koalisi akan terus melakukan operasi di seluruh Suriah,
yang menargetkan pasukan ISIS dan memberikan dukungan udara untuk
pasukan mitra koalisi di lapangan.
”Sebagai hasil pertemuan
baru-baru ini yang melibatkan rezim pro-Suriah dan pasukan Rusia, kami
telah mengambil langkah-langkah bijaksana untuk memposisikan ulang
pesawat di Suriah sehingga terus menargetkan pasukan ISIS sambil
memastikan keamanan awak pesawat kami mengingat ancaman yang diketahui
di ruang pertempuran,” ujar Rankine-Galloway dalam sebuah pernyataan.
Ancam Tembak Jatuh Jet Tempur AS di Suriah, Rusia Diledek
WASHINGTON
- Pensiunan jenderal ternama Amerika Serikat (AS) Jack Keane meledek
ancaman Rusia yang akan menembak jatuh pesawat jet tempur AS dan
koalisinya di langit Suriah. Menurutnya, Moskow tidak akan mampu
melakukannya.
Ancaman Rusia muncul setelah pesawat jet tempur
F/A-18E Super Hornet AS menembak jatuh pesawat jet tempur Su-22 Suriah
di wilayah udara atau langit Raqqa, pada Minggu malam. Pilot tempur
Suriah dilaporkan tewas dalam insiden itu.
Pemerintah Damaskus menyatakan, pesawatnya ditembak jatuh saat memerangi basis kelompok Islamic State atau
ISIS. Namun, versi Pentagon pesawat ditembak jatuh karena mengebom
basis Pasukan Demokratik Suriah (SDF), pasukan oposisi atau pemberontak
Suriah yang didukung Barat, serta pasukan Kurdi.
”Itu sampah,
mereka tidak akan menembak pesawat AS. Mereka tidak akan mengambil alih
AS,” kata mantan Kepala Staf Angkatan Darat Washington itu yang dilansir
Fox News, Selasa (20/6/2017).
“Mereka memiliki kemampuan yang sangat terbatas di Suriah dibandingkan dengan kemampuan AS,” lanjut Keane.
Ini
adalah pertama kalinya dalam hampir 20 tahun sebuah pesawat jet tempur
AS menembak jatuh sebuah pesawat tempur dalam pertempuran udara.
Terakhir kali sebuah pesawat jet tempur Serbia jatuh di Kosovo pada
tahun 1999 diduga akibat ditembak.
Pemerintah Presiden Donald
Trump maupun Pentagon belum merespons ancaman Moskow. Ancaman ini
diumumkan Kementerian Pertahanan Rusia, di mana setiap pesawat jet
tempur AS dan koalisinya yang terbang di sebelah barat Sungai Efrat akan
jadi target pasukan Moskow.
Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov mengatakan serangan AS tersebut sama halnya dengan membantu teroris.
“Apa ini, jika bukan tindakan agresi?” tanya Riyabkov mengacu aksi penembakan pesawat Suriah oleh jet tempur AS.
WASHINGTON - Koalisi
pimpinan Amerika Serikat (AS) mengungkapkan alasan mengapa mereka
menembak jatuh jet tempur Suriah. Koalisi mengatakan, jet tempur
tersebut ditembak jatuh karena memberikan ancaman kepada Pasukan
Demokratik Suriah (SDF) yang didukung oleh AS.
SDF adalah
pasukan gabungan yang terdiri dari sejumlah kelompok oposisi Suriah dan
juga Kurdi Suriah. Beberapa anggota SDF masuk dalam daftar serangan
pemerintah Suriah, karena dianggap bersekongkol dengan al-Nusra,
kelompok pecahan al-Qaeda di Suriah.
"Pada pukul 6:43, SU-22
milik rezim Suriah menjatuhkan bom di dekat pejuang SDF di selatan
Tabqah, dan sesuai dengan peraturan pendekatan dan pembelaan diri secara
kolektif terhadap pasukan koalisi, pesawat itu segera ditembak jatuh
oleh F/A AS-18E Super Hornet," kata pihak koalisi, seperti dilansir
Sputnik pada Senin (19/6).
Koalisi kemudian mengatakan, mereka
langsung menghubungi perwakilan Rusia untuk mengurangi ketegangan akibat
serangan tersebut, tidak lama setelah mereka menjatuhkan jet tempur
Suriah.
Sebelumnya, pemerintah Presiden Bashar al-Assad, dalam
sebuah pernyataan mengatakan bahwa pesawat jet tempurnya ditembak jatuh
saat menyerang basis kelompok ISIS.
”Serangan tersebut menekankan
koordinasi antara AS dan ISIS, dan ini mengungkapkan maksud jahat AS
dalam mengadministrasikan terorisme dan menginvestasikannya untuk
menjalankan proyek AS-Zionis di wilayah tersebut,” bunyi pernyataan
pemerintah Suriah.
Tentara Turki disebut telah tiba di Qatar untuk melakukan latihan militer gabungan. (REUTERS/Umit Bektas)
Jakarta, CB --
Kementerian Pertahanan Turki mengatakan pasukannya
telah tiba di Qatar untuk mengikuti latihan militer gabungan, seiring
meningkatnya ketegangan di Teluk.
Latihan gabungan pertama itu
akan berlangsung pada Minggu (25/6) mendatang di kamp militer Tariq bin
Ziyad di Doha, ungkap Kementerian Pertahanan, dalam pernyataan yang
dirilis oleh kantor berita negara, Senin (19/6).
Adapun, latihan
tersebut bertujuan meningkatkan "efisiensi tempur pasukan Qatar dan
Turki di tengah rencana melakukan operasi gabungan guna memberantas
ekstremisme dan terorisme, serta operasi penjaga perdamaian sebelum dan
sesudah operasi militer," menurut pernyataan dalam bahasa Arab itu,
seperti dikutip AFP.
Kemhan Turki menambahkan, kendati latihan gabungan itu berlangsung
saat krisis diplomatik dengan negara-negara Arab, kedua negara ”sudah
merencanakan selama beberapa waktu.”
Arab Saudi, Uni Emirat Arab,
Bahrain, Mesir dan negara-negara lain memutuskan hubungan dengan Qatar
atas tuduhan dukungan terhadap ekstremisme.
Doha menyangkal
tuduhan itu dan mengatakan tindakan yang diberlakukan terhadap Qatar
oleh negara-negara tetangganya di Teluk bisa dikategorikan sebagai
blokade, karena mereka juga sekaligus menutup akses darat, laut, dan
udara, yang mengacaukan lalu lintas ekspor-impor serta bisa memicu
krisis pangan.
Peta negara-negara di Jazirah Arab dan Timur Tengah. (Repro: World Atlas)
Doha (CB) - Pasukan Turki tiba di Doha untuk mengikuti
latihan gabungan, kata Kementerian Pertahanan Qatar pada Senin, seiring
meningkatnya ketegangan di Teluk.
Latihan gabungan pertama itu
berlangsung pada Minggu di kamp militer Tariq bin Ziyad di Doha, ungkap
Kementerian Pertahanan dalam pernyataan yang dirilis oleh kantor berita
negara.
Latihan tersebut bertujuan meningkatkan "efisiensi tempur
pasukan Qatar dan Turki di tengah rencana untuk melakukan operasi
gabungan guna memberantas ekstremisme dan terorisme, serta operasi
penjaga perdamaian sebelum dan sesudah operasi militer," menurut
pernyataan dalam bahasa Arab itu.
Latihan "sudah direncanakan selama beberapa waktu," imbuh pernyataan itu sebagaimana dilansir AFP.
Latihan gabungan berlangsung saat krisis doplomatik di Teluk memasuki pekan ketiga.
Arab
Saudi, Uni Emirat Arab, Bahrain, Mesir dan negara-negara lain
memutuskan hubungan dengan Qatar atas tuduhan bahwa negara emirat
tersebut mendukung ekstremisme.
Doha menyangkal tuduhan itu dan
mengatakan tindakan yang diberlakukan terhadap Qatar oleh negara-negara
tetangganya di Teluk bisa dikategorikan sebagai "blokade."
Rusia mengecam tindakan Amerika Serikat menembak jatuh pesawat tempur Suriah. (Reuters/Kim Hong-Ji)
Jakarta, CB --
Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov
mengecam Amerika Serikat karena menembak jatuh pesawat tempur Suriah,
menyebutnya sebagai aksi agresi.
“Serangan ini mesti dilihat
sebagai kelanjutan tindakan Amerika melanggar norma hukum
internasional,” kata Ryabkov kepada wartawan di Moskow, berdasarkan
laporan TASS yang dikutip AFP, Senin (19/6).
Jet tempur Amerika Serikat dilaporkan menembak jatuh pesawat tempur Suriah di selatan Raqqa, Minggu (18/6).
Washington
menyebut serangan itu dilakukan karena jet tempur Suriah menjatuhkan
bom dekat pasukan koalisi AS, sementara Damaskus mengatakan pesawat
mereka diserang ketika tengah menggempur militan ISIS.
Pernyataan
tentara Suriah yang dirilis melalui televisi nasional mengungkapkan
pesawat tempur tersebut jatuh dan pilotnya dilaporkan hilang. Dikatakan
insiden itu terjadi di dekat Desa Rasafah, pada Minggu petang.
Dalam laporan Interfax yang dikutip Reuters,
Ryabkov juga mengatakan aksi Amerika adalah satu langkah menuju
eskalasi yang berbahaya. Moskow juga memperingatkan agar Washingon tidak
mengerahkan kekuatan terhadap pasukan Suriah.
Dalam kesempatan
yang sama, dia juga mengatakan serangkaian sanksi yang mungkin
dijatuhkan AS ke Rusia akan memicu pembalasan Moskow. Ryabkov juga
menyatakan akan bertemu dengan perwakilan Amerika Serikat pada 23 Juni
di St Peterseburg untuk membicarakan masalah bilateral.
Rusia Akan Tembak Jatuh Setiap Objek Terbang di Suriah
Kementerian Pertahanan Rusia menyatakan, mereka akan menargetkan semua objek terbang di wilayah jet tempur Rusia beroperasi di Suriah. Foto/Istimewa
MOSKOW - Kementerian
Pertahanan Rusia menyatakan, mereka akan menargetkan semua objek
terbang di wilayah jet tempur Rusia beroperasi di Suriah. Pernyataan ini
muncul tidak lama setelah Amerika Serikat (AS) menembak jatuh jet
tempur Suriah.
"Kami juga akan menangguhkan interaksi
dengan AS dalam hal pencegahan insiden di udara Suriah mulai dari 19
Juni. AS tidak menggunakan saluran komunikasi dengan Rusia saat akan
menembak jatuh jet tempur Suriah," kata kementerian itu, seperti
dilansir Reuters pada Senin (19/6).
Sebelumnya, Wakil Menteri
Luar Negeri Rusia, Sergei Ryabkov menyatakan, koalisi pimpinan Amerika
Serikat (AS) telah mendukung teroris dengan menembak jatuh jet tempur
Suriah. "Moskow melihat penembakan jet tempur pemerintah Suriah oleh AS
sebagai tindakan agresi dan dukungan terhadap teroris," kata Ryabkov.
Sementara
itu, dalam sebuah pernyataan pihak koalisi mengatakan, jet tempur
tersebut ditembak jatuh karena memberikan ancaman kepada Pasukan
Demokratik Suriah (SDF) yang didukung oleh AS. Sedangkan pemerintah
Suriah menuturkan, jet tempur mereka ditembak saat hendak menyerang
ISIS.
Ini adalah kali pertama AS menembak jatuh jet tempur milik
pemerintah Suriah. AS sebelumnya memang telah menyatakan mereka akan
merespon dengan keras setiap tindakan yang membahayakan pasukan koalisi
dan mitra mereka di Suriah, yakni SDF.
Donald Trump menyebut rezim Korut
brutal setelah mahasiswa negaranya dipulangkan dari Pyongyang dalam
keadaan koma dan akhirnya meninggal dunia. (REUTERS/Kyodo)
Jakarta, CB --Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengecam
dan menganggap Korea Utara sebagai “rezim brutal” menyusul kematian
mahasiswa asal negaranya, Otto Warmbier, yang baru-baru ini dibebaskan
dari Pyongyang setelah sempat ditahan selama 17 bulan di negara paling
terisolasi itu.
“[Korut] ini adalah rezim yang brutal. Hal buruk
telah terjadi tapi setidaknya kami sempat membawanya [Warmbier] pulang
kepada orang tuanya,” tutur Trump dalam sebuah acara di Gedung Putih,
Selasa (20/6).
“AS sekali lagi mengutuk kebrutalan rezim Korut
menyusul munculnya korban terakhir [dari pemerintah tersebut],” ujarnya
menambahkan.
Dalam pernyataan terpisah, taipan real estate itu juga mengungkapkan bela sungkawa dan duka citanya kepada keluarga atas “kepergian Warmbier yang terlalu cepat.”
“Tidak ada yang lebih tragis bagi orang tua yang kehilangan anaknya.
Pikiran dan doa kami selalu bersama Otto, keluarga, dan kerabat yang
mencintainya,” tutur Trump seperti dikutip AFP.
Dalam
kesempatan itu, Trump juga bersumpah untuk mencegah tragedi semacam ini
kembali menimpa warganya. Dia bahkan menyebut pemerintahan Kim Jong-un
sebagai rezim “yang tidak menghormati peraturan hukum dan
norma kemanusiaan.”
Sebelum meninggal, Otto dipulangkan dari
Korut dalam kondisi koma pada Rabu (14/6). Dokter yang memeriksa
Warmbier di AS menyebut dia menderita kerusakan otak parah dan tidak
responsif terhadap pengobatan.
Otto bahkan disebut sudah berada
dalam kondisi koma selama lebih dari setahun. Ayah Otto, Fred, meyakini
bahwa putranya mendapat perlakuan semena-mena selama menjadi tahanan di
negara itu.
Mahasiswa 22 tahun itu akhirnya meninggal pada Senin sekitar pukul
14.20 waktu setempat. Dia dikelilingi oleh keluarganya di Rumah Sakit
University of Cincinnati, Ohio.
Pemerintah Korut sempat menahan
Warmbier lantaran dirinya diduga mencuri spanduk propaganda ketika
berkunjung ke negara itu sekitar Februari 2016 lalu.
Setelah
diplomasi panjang, Pyongyang akhirnya mau membebaskan Warmbier dari
hukuman penjara dan kerja paksa selama 15 tahun atas dasar “kemanusian.”
Selama
ini Washington menuding Pyongyang memanfaatkan tahanan warga AS sebagai
instrumen politik. Hingga kini, masih ada tiga warga AS yang ditahan di
Korut.
Mahasiswa AS yang Dievakuasi dari Korea Utara Meninggal
Mahasiwa Amerika Serikat yang ditahan selama setahun di Korea Utara, Otto Warmbier, meninggal. (Foto: REUTERS/Kyodo)
Jakarta, CB
--
Mahasiwa Amerika Serikat yang ditahan selama setahun
di Korea Utara, Otto Warmbier, meninggal setelah sebelumnya dipulangkan
dalam kondisi koma. Hal itu dinyatakan oleh pihak keluarganya.
Dokter
yang memeriksa Warmbier sebelumnya menyebut pasiennya itu menderita
kerusakan otak parah dan tidak responsif terhadap pengobatan.
Warmbier
dievakuasi secara medis dari Korea Utara ke negaranya pada Rabu (13/6).
Ia meninggal pada pukul 14.20 waktu setempat, dikelilingi oleh
keluarganya di Rumah Sakit University of Cincinnati, Ohio.
“Menjadi
kewajiban kami untuk melaporkan bahwa putra kami, Otto Warmbier, telah
menuntaskan perjalanannya kembali ke rumah,” ujar pihak keluarga dalam
pernyataan resmi mereka.
“Penganiayaan menyiksa yang diterima
putra kami di tangan para warga Korea Utara meyakinkan bahwa tidak ada
hasil yang memungkinkan,” imbuh mereka.
Pemerintah Korut membebaskan Warmbier dari hukuman penjara dan kerja
paksa selama 15 tahun, setelah pebasket Dennis Rodman mengunjungi negara
paling terisolasi di dunia tersebut.
Warmbier dipulangkan ke
keluarganya di Ohio, namun tidak dalam kondisi sehat. Dia dinyatakan
koma akibat kerusakan otak parah yang dideritanya.
Dokter yang
memeriksa Warmbier, dikutip Guardian, menyebut mahasiswa berusia 22
tahun itu dalam kondisi stabil, namun “tidak menunjukkan tanda-tanda
kesadaran, dia tidak mengerti bahasa ataupun bisa merespon perintah
verbal,” sebut Dokter Daniel Kanter, Direktur Unit Perawatan Saraf
Intensif di Rumah Sakit University of Cincinnati.
“Dia belum
berbicara sama sekali. Dia juga belum bisa merespons keluarganya,” papar
Dokter Kanter, kendati menambahkan Warmbier bisa bernapas sendiri tanpa
bantuan mesin.
Korea Utara menyatakan mereka membebaskan Warmbier atas alasan
kemanusiaan. Media Korut KCNA menyebut Warmbier dihukum kerja paksa,
namun tidak menginformasikan mengenai kondisi medis mahasiswa University
of Virginia tersebut.
Mantan Gubernur New Mexico yang juga duta
besar AS bagi PBB, Bill Richardson, menyerukan penyelidikan mengenai apa
yang sebenarnya terjadi pada Warmbier.
Dia juga mengatakan bahwa
Kementerian Luar Negeri harus memberi pernyataan tegas pada pemerintah
Korut, terlebih jika terdapat “indikasi adanya informasi yang
ditutup-tutupi dan jika Warmbier tidak mendapatkan perawatan yang
seharusnya.”
Warmbier dihukum 15 tahun penjara dan kerja paksa
setelah dia mengaku mencoba mencuri spanduk propaganda Korut dari sebuah
hotel ketika berkunjung ke negara tersebut.
Hal itu menambah ketegangan antara Washington dan Pyongyang. Terlebih, masih ada tiga warga AS yang ditahan di Korut.
AS
menuduh rezim Kim Jong-un mempergunakan tahanan sebagai pion politik,
sementara Korut menuding AS dan Korsel mengirimkan mata-mata guna
menggulingkan pemerintahan mereka.
Menlu AS Rex Tillerson
mengatakan pada Selasa, bahwa kantornya terus melakukan dialog dengan
Pyongyang untuk membebaskan tiga warga AS lainnya.
Ilustrasi: Seorang gadis tewas usai dipukuli setelah salat tarawih di daerah Virginia, AS. (Foto: Unsplash/Pixabay)
Jakarta, CB --
Komunitas Muslim di pinggiran kota Washington
dikejutkan dengan insiden tewasnya seorang gadis berusia 17 tahun pada
Senin (19/6) malam. Remaja itu dilaporkan tewas akibat dipukuli dan
kemudian mayatnya dibuang ke sebuah kolam di dekat masjid setempat.
Kepolisian
wilayah Fairfax County, Virginia, menuduh seorang pria berusia 22
tahun, Darwin Martinez Torres, bertanggung jawab atas kematian gadis
tersebut.
Sementara itu, identitas sang korban hingga kini belum
diketahui secara resmi oleh polisi. Namun, warga dan kerabat
mengidentifikasi korban sebagai Nabra Hassanen yang berasal dari daerah
Reston.
Insiden pembunuhan ini dilaporkan terjadi pada Senin malam sesaat
setelah sekelompok remaja selesai menunaikan salat tarawih di sebuah
masjid lokal yang terletak di Komunitas Area Muslim All Dulles,
Sterling.
“Seorang pria yang terlihat mabuk tiba-tiba keluar dari
mobilnya dengan tongkat pemukul,” ujar Tasneem Khan, seorang saksi
mata, melalui media sosial.
Sekelompok remaja yang melihat pria itu, dikabarkan langsung berlari kembali ke masjid, kecuali sang korban.
Sejak
itu, Hassanen dilaporkan hilang sekitar pukul 04.00 dini hari waktu
setempat, sebelum jenazahnya ditemukan di suatu kolam dekat masjid pada
sore harinya sekitar pukul 15.00.
Pihak berwenang tak melihat dan menyelidiki kasus ini sebagai kejahatan kebencian yang menargetkan kaum minoritas.
“Kasus
ini tampaknya merupakan insiden kekerasan di jalanan yang melibatkan
sang pelaku dan kini [pelaku] telah dituntut atas tindakan pembunuhan,”
tutur juru bicara kepolisian Fairfax County, Don Gotthardt, kepada AFP.
“Tidak terdapat informasi yang bisa mengaitkan agama korban dengan tindakan kekerasan tersebut,” katanya.
Kini,
polisi menuturkan autopsi dan penyelidikan masih dilakukan demi
mengusut tuntas kasus ini. Polisi juga belum memastikan penyebab
kematian Hassanen dan masih menunggu ulasan pemeriksaan utama tim medis.
Sejumlah
warga memprotes penanganan polisi terhadap kasus ini. Mereka tak
percaya bahwa polisi tidak menganggap kasus ini sebagai kejahatan dengan
kebencian.
“Seseorang bisa jelaskan kenapa kasus ini tidak
diselidiki sebagai kejahatan kebencian? Saya merasa sangat sedih dan
jijik dengan [pernyataan polisi] ini,” ujar seorang warga dengan akun
Twitter @MaisieRae.
“Kita butuh pemimpin yang kuat untuk mengecam
kejahatan-kejahatan kebencian atau seorang pemimpin baru yang tegas
akan hal ini,” Twitter @paulshread menambahkan, seperti dikutip AFP.
Belakangan,
kejahatan kebencian yang menargetkan kaum Muslim di AS dilaporkan
meningkat. Bulan lalu, dua orang ditikam saat hendak menghentikan
seorang pria yang ingin melukai dua remaja Muslim di Portland.
Media Inggris menyebut bahwa pelaku
serangan di Masjid Finsbury Park, utara London, Senin (19/6), bernama
Darren Osborne dan berusia 47 tahun. (Foto: REUTERS/Neil Hall)
Jakarta, CB --
Media Inggris mengungkap identitas pelaku serangan di Masjid Finsbury Park, utara London, Senin (19/6).
Pelaku diketahui bernama Darren Osborne. Pria berusia 47 tahun tersebut memiliki empat anak.
Sembilan
korban dilarikan ke rumah sakit setelah sopir berkulit putih berteriak,
“Saya ingin membunuh seluruh Muslim,” kemudian menabraki orang-orang di
dekat masjid yang terletak di Finsbury Park.
Seorang pria tua yang ambruk setelah mobil itu muncul dinyatakan tewas,
meski polisi belum mengonfirmasi apakah dia meninggal akibat dari
serangan tersebut atau tidak.
Warga sekitar menangkap pelaku
sampai pria tersebut ditahan oleh aparat kepolisian dengan tuduhan
“komisi, persiapan atau dorongan terorisme termasuk pembunuhan dan upaya
pembunuhan.”
Pemeriksaan teror menggiring para penyelidik ke ibu
kota Welsh, Cardiff, di mana mereka mencari sebuah properti yang
disebut media sebagai rumah Darren Osborne.
Lima warga membeberkan informasi kepada asosiasi jurnalis setelah
mengidentfikasi gambar pelaku. Kelimanya menyebut Osborne sebagai
tetangga mereka.
“Saya tahu dia. Saya hidup di sini selama tahun, dia sudah tinggal di sini ketika saya pindah ke sini,” ujar Saleem Naema.
“Jika
saya butuh apapun, dia [Osborne] akan datang. Saya hanya tidak percaya
bahwa dia melakukannya. Saya seorang Muslim,” katanya.
Tetangga
lain, Khadijeh Sherizi, mengatakan bahwa Osborne adalah seorang ayah dan
tinggal bersama keluarganya di sebelah rumahnya.
“Saya melihatnya di berita dan saya pikir, ‘Ya Tuhan,’ Dia adalah
tetangga saya. Dia sangat normal. Dia sempat berada di dapurnya kemarin
sore bernanyi bersama anak-anaknya,” ujarnya kepada AFP.
Seorang tetangga lainnya mengungkapkan bahwa Osborne sering terlihat tengah beradu mulut dengan istrinya di jalan.