Minggu, 15 April 2018

AS Akui Kewalahan Hadapi Sistem Pertahanan Udara Suriah


AS Akui Kewalahan Hadapi Sistem Pertahanan Udara Suriah
Sistem pertahanan udara Suriah membuat AS kewalahan. Foto/Istimewa

WASHINGTON - Amerika Serikat (AS) mengaku kewalahan dan menghindari sistem pertahan udara Suriah untuk menyerang setiap target di jantung program senjata kimia negara itu. Seperti diketahui, AS bersama Inggris dan Prancis meluncurkan serangan multi cabang dari udara dan laut ke Suriah sebagai respon atas serangan senjata kimia di Douma seminggu lalu.

Operasi itu membutuhkan waktu berjam-jam sebelum mempunyai dampak nyata. Setelah itu, hanya butuh beberapa menit dari ledakan pertama hingga terakhir dari 105 serangan peluru kendali presisi terhadap tiga sasaran senjata kimia Suriah, kata para pejabat AS.

Direktur Staf Gabungan, Kenneth McKenzie, mementahkan pernyataan dari Rusia dan Suriah bahwa sejumlah rudal Barat berhasil ditembak jatuh.

Ia mengatakan pertahanan udara Rusia tidak menyala, sementara pertahanan udara Suriah benar-benar tidak efektif. Serangan bergelombang datang dari berbagai arah yang melibatkan tidak hanya pesawat AS, Inggris dan Perancis tetapi juga kapal perusak angkatan laut AS, kapal penjelajah serta kapal fregat Prancis dan bahkan kapal selam AS.

McKenzie mengatakan pertahanan udara Suriah tidak hanya kecolongan rudal yang berhasil menembus pertahanan, tetapi mereka juga terus menembak bahkan setelah serangan trio AS, Inggris, Prancis selesai.

Beberapa dari lebih 40 pencegat rudal Suriah, katanya, mungkin telah mencapai sasaran sipil.

"Ketika Anda menembak besi ke langit tanpa petunjuk, itu pasti akan jatuh ke bumi," kata McKenzie seperti dikutip dari Reuters, Minggu (15/4/2018).

AS, Inggris, dan Prancis meluncurkan serangan udara terhadap Suriah pada Sabtu (14/4/2018) pagi sebagai tanggapan atas dugaan serangan kimia di Douma pada akhir pekan lalu. Sekitar 110 rudal menghantam sasaran di ibu kota Suriah, Damaskus dan wilayah lainnya.

Meski begitu banyak rudal ditembak jatuh oleh sistem pertahanan udara buatan Soviet. Sistem pertahanan udara S-125, sistem pertahanan udara S-200, Buk dan Kvadrat digunakan dalam menangkis serangan rudal yang diluncurkan AS dan sekutunya.



Namun laporan ini dengan tegas dibantah oleh Pentagon. Juru bicara Pentagon Dana White memperingatkan bahwa Rusia secara aktif berusaha menabur kebingungan tentang serangan itu.

“Kampanye disinformasi Rusia sudah dimulai. Ada peningkatan 2.000 persen troll Rusia dalam 24 jam terakhir,” kata White.




Credit  sindonews.com




Rusia Klaim Pertahanan Udara Suriah Tembak Jatuh 71 Rudal


Rusia Klaim Pertahanan Udara Suriah Tembak Jatuh 71 Rudal
Suriah mengerahkan rudal permukaan-ke-udara buatan Rusia, termasuk S-200 untuk menghalau serangan rudal trio AS, Inggris, dan Prancis. Foto/Istimewa

MOSKOW - Pejabat senior militer Rusia mengatakan pertahanan udara Suriah telah mencegat sedikitnya 71 rudal jelajah yang ditembakkan pasukan Amerika Serikat (AS), Inggris, dan Prancis.

Pada konferensi pers di Moskow pada hari Sabtu, Letnan Jenderal Sergey Rudskoy mengatakan sedikitnya 103 rudal jelajah, termasuk Tomahawk, ditembakkan ke sejumlah sasaran di Suriah.

"Rusia telah sepenuhnya memulihkan sistem pertahanan udara Suriah, dan terus memperbaikinya selama enam bulan terakhir," kata Rudskoy seperti disitir dari Al Jazeera, Minggu (15/4/2018).

Kementerian pertahanan Rusia mengatakan bahwa Suriah mengerahkan rudal permukaan-ke-udara buatan Rusia, termasuk S-125, S-200, 2K12 Kub dan Buk untuk menghalau serangan.

Di antara mereka yang ditargetkan oleh operasi yang dipimpin AS adalah bandara militer Al-Dumayr di luar Damaskus. Rusia mengatakan semua 12 rudal yang diarahkan ke bandara berhasil dicegat.

Dalam pernyataannya, Rudskoy mengkonfirmasi setidaknya satu kapal perang Angkatan Laut AS di Mediterania dan pembom B-1 AS terlibat dalam operasi itu, serta jet tempur Tornado Inggris.

Serangan yang dipimpin AS pada Sabtu pagi terjadi setelah dugaan serangan senjata kimia oleh rezim Suriah di bekas markas pemberontak Douma pada pekan lalu.

Pernyataan dari Pentagon mengatakan bahwa setidaknya 58 rudal menghantam pangkalan udara Shayrat Suriah. Reuters mengutip seorang pejabat AS yang mengatakan bahwa rudal Tomahawk digunakan dalam serangan itu.

Sementara Angkatan Udara Kerajaan Inggris mengatakan empat jet tempur Tornado GR4 bergabung dalam operasi itu, sementara Perancis mengatakan telah mengerahkan jet tempur Mirage dan Rafale.

Para pejabat Prancis mengatakan militernya telah menembakkan setidaknya 12 rudal ke Suriah, dan mereka percaya tidak ada rudal mereka yang berhasil dicegat.

Sebelumnya, kantor Presiden Prancis Emanuel Macron mengatakan angkatan udara negara itu menembakkan rudal dari jet tempur Mirage dan Rafale-nya.

Pada hari Jumat, Angkatan Laut AS mengatakan mereka memindahkan kapal rudal Tomahawk tambahan dalam jarak tembak Suriah.

Tomahawks dapat membawa hulu ledak seberat 1.000 pon di kisaran 900 mil laut (1.667km). Dipandu oleh GPS memungkinkan serangan presisi yang sangat akurat, menurut laporan Pentagon pada 2016 lalu.

Sebuah pernyataan dari Kementerian Pertahanan Inggris mengatakan telah mengerahkan setidaknya empat Royal Air Force Tornado GR4 dalam serangan itu.

Jet tempur RAF Tornado lepas landas dari pangkalan udara Inggris di Akrotiri, Siprus.

Pesawat tempur Tornado mampu membawa bom yang dipandu GPS, rudal-rudal Brimstone dari udara ke darat, dan rudal jelajah Storm Shadow 2.860 pon, serta rudal udara-ke-udara.

Pada April 2017, AS menargetkan pangkalan udara Suriah yang diduga menjadi asal serangan senjata kimia mematikan rezim Assad terhadap warga sipil di kota Khan Sheikhoun. Setidaknya 85 orang, termasuk anak-anak, tewas dalam serangan senjata kimia itu.

Pemerintah Assad dan sekutunya, Rusia, telah menyebut tuduhan itu "palsu"



Credit  sindonews.com


Serangan AS Lumpuhkan Kemampuan Senjata Kimia Suriah


Serangan AS Lumpuhkan Kemampuan Senjata Kimia Suriah
Sebanyak 105 peluru kendali berpresisi diluncurkan oleh Amerika Serikat (AS) dalam serangan ke Suriah. Foto/Ilustrasi/Istimewa

WASHINGTON - Sebanyak 105 peluru kendali berpresisi diluncurkan oleh Amerika Serikat (AS) dalam serangan ke Suriah. Peluru-peluru kendali itu menyasar ke tiga sasaran senjata kimia Suriah.

Direktur Staf Gabungan Amerika Serikat (AS), Kenneth McKenzie mengatakan, target utama dari operasi itu adalah Pusat Penelitian dan Pengembangan Barza di wilayah Damaskus. Wilayah udara daerah itu disebut McKenzie sebagai salah satu wilayah udara dengan sistem pertahanan paling banyak di dunia.

Barza menjadi wilayah yang mendapatkan serangan paling berat. Sebanyak 57 rudal jelajah Tomahawk dan 19 rudal jelajah Joint Air to Surface Stand-off (JASSM) menghantam wilayah tersebut.

"Saya pikir kami telah memberi mereka pukulan yang keras," kata McKenzie, menambahkan butuh bertahun-tahun untuk mengatur kembali program senjata kimia itu.

Meskipun begitu, McKenzie mengakui beberapa infrastruktur senjata kimia Suriah masih tersisa. McKenzie pun tidak mengesampingkan bahwa pemerintah Bashar al-Assad masih memiliki kemampuan untuk menggunakan senjata kimia lagi meski infrastrukturnya telah hancur akibat serangan itu.

"Masih ada elemen sisa dari program Suriah yang ada di luar sana," katanya seperti dikutip dari Reuters, Minggu (15/4/2018).

“Saya tidak akan mengatakan bahwa mereka tidak akan dapat terus melakukan serangan kimia di masa depan. Saya kira, bagaimanapun, mereka akan berpikir panjang dan keras tentang itu,” tukasnya.




Credit  sindonews.com







Prancis Sebut Serangan Udara ke Suriah Berjalan Sukses


Prancis Sebut Serangan Udara ke Suriah Berjalan Sukses
Foto/Ilustrasi/SINDOnews/Ian

PARIS - Kapasitas rezim Suriah untuk memproduksi dan menyimpan senjata kimia telah sangat lemah setelah serangan udara yang dilakukan oleh Prancis, Amerika Serikat (AS), dan Inggris. Begitu yang dinyatakan Menteri Pertahanan Prancis Florence Parly.

Parly mengatakan beberapa serangan telah menargetkan dua tempat yang digunakan oleh rezim Bashar al-Assad untuk menyimpan dan merakit senjata kimia dekat kota Suriah, Homs.

“Misi ini sukses. Tujuannya telah dipilih dengan cermat dan saya mengamati bahwa tidak ada insiden yang harus dilaporkan antara pasukan kami dan kekuatan lain yang aktif di wilayah ini,” kata Parly pada konferensi pers seperti dikutip dari Reuters, Minggu (15/4/2018).

Kepala militer Prancis Francois Lecointre menambahkan sistem pertahanan darat ke udara Suriah sangat efektif, tetapi daya gunanya sangat terbatas.

"Aset-aset Rusia yang ditempatkan di Suriah tidak aktif atau proaktif," katanya sembari menambahkan bahwa tidak ada alasan untuk berpikir bisa ada korban tambahan.

Serangan gabungan AS, Prancis, dan Inggris berdalih sebagai respons atas serangan senjata kimia di Douma, Ghouta timur pada 7 April 2018 yang dilaporkan menewaskan puluhan orang. Pejabat pertahanan AS yang berbicara dalam kondisi anonim mengatakan, sekitar 100 rudal jelajah Tomahawk ditembakkan kapal-kapal perang AS dan sekutunya.

Serangan berlangsung bertepatan dengan pengumuman Presiden Donald Trump yang memerintahkan serangan operasi militer terhadap rezim Presiden Bashar al-Assad. Serangan terjadi sebelum tim inspektur Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW) bekerja di Douma untuk melakukan penyelidikan.

Tindakan Washington dan sekutunya ini menggagalkan upaya penyelidikan independen OPCW untuk memastikan benar tidaknya serangan kimia di Douma yang dituduhkan terhadap rezim Asssad.





Credit  sindonews.com






Sabtu, 14 April 2018

Arab Saudi hancurkan rudal yang ditembakkan ke Jazan dari Yaman


Arab Saudi hancurkan rudal yang ditembakkan ke Jazan dari Yaman
Gambar diambil dari video yang dibagikan oleh stasiun televisi Yaman pro-Houthi Al Masirah, Minggu (5/11/2017), memperlihatkan apa yang dikatakan sebagai peluncuran rudal balistik oleh pasukan Houthi yang ditujukan ke Bandara King Khaled di Riyadh pada hari Sabtu. (Houthi Military Media Unit via)



Riyadh, Arab Saudi (CB) - Pasukan Udara Arab Saudi pada Jumat (13/4) menghancurkan satu rudal yang ditembakkan oleh gerilyawan Al-Houthi di Yaman ke arah Kota Jazan di perbatasan Arab Saudi, demikian laporan media lokal Al-Arabiya.

Juru Bicra koalisi pimpinan Arab Saudi Kol. Turki Al-Maliki mengumumkan satu rudal lagi dicegat pada Kamis, sebelum menghantam Jazan, sementara pada Rabu tiga rudal yang ditujukan ke tiga kota besar Arab Saudi dihancurkan.

Arab Saudi pada Jumat mengajukan permintaan ke Dewan Keamanan PBB untuk menyatakan Iran bertanggung-jawab atas serangan rudal gerilyawan Syiah Al-Houthi terhadap wilayahnya.

Pernyataan tersebut, sebagaimana diberitakan Xinhua, Sabtu siang, mengatakan jurang pemisah di dalam sistem pemeriksaan di Yaman telah memungkinkan Iran memasok anggota milisi Al-Houthi dengan rudal.

Pernyataan Kerajaan itu mengatakan ketidak-mampuan Dewan Keamanan untuk bertindak memberi lampu hijau kepaa Iran dan gerilyawan Al-Houthi.

Tindakan sistematis pasukan pertahanan udara Arab Saudi untuk menghalangi gerilyawan Al-Houthi memperoleh rudal membuktikan keterlibatan berlanjut Iran dalam mempersenjatai anggota milisi dalam kapasitas kualitatif, katanya.

Merupakan pembangkangan nyata dan jelas dan pelanggaran terhadap Resolusi 2216 dan Resolusi 2231 Dewan Keamanan untuk mengancam keamanan Arab Saudi dan keamanan yang lebih luas regional serta internasional.

Arab Saudi telah memimpin koalisi militrer Arab untuk ikut-campur di Yaman sejak 2015 guna mendukung Pemerintah Presiden Abd-Rabbu Mansour hadi setelah gerilyawan Al-Houthi memaksa dia hidup di pengasingan.


Credit  antaranews.com







Perempuan Palestina berada di garis depan protes anti-Israel


Perempuan Palestina berada di garis depan protes anti-Israel
Arsip - Pasukan Israel menangkap seorang perempuan Palestina pengunjuk rasa dalam sebuah protes menuntut Israel membebaskan remaja Palestina bernama Ahed Tamimi, dekat Penjara Ofer Israel dekat kota Ramallah Tepi Barat, Kamis (28/12/2017). (REUTERS/Mohamad Torokman)


Kota Gaza (CB) - Dalam pemandangan langka, perempuan Palestina berada di garis depan selama bentrokan Jumat (13/4) dengan tentara Israel di sepanjang perbatasan Jalur Gaza-Israel.

Tembakan gencar peluru dan gas air mata oleh tentara Israel tidak menghalangi perempuan demonstran untuk bergabung dalam protes mingguan di daerah perbatasan Jalur Gaza.

Ribuan orang Palestina berkumpul di bagian timur Jalur Gaza untuk menggelar protes mereka dalam pertemuan terbuka Jumat ketiga berturut-turut guna menentang Israel.

Sebagai bagian dari pertemuan terbuka enam-pekan yang diberi nama "Pawai Akbar Kepulangan", yang dimulai pada 30 Maret, rakyat Palestina menggelar lima pertemuan terbuka di bagian timur Jalur Gaza di sepanjang perbatasan dengan Israel untuk berdemonstrasi.

Pawai tersebut direncanakan mencapai puncaknya pada 15 Mei, hari setelah peringatan ke-70 kemerdekaan Israel tapi diperingati oleh rakyat Palestina sebagai Hari Nakba, atau "Hari Bencana".

Pada Jumat ketiga pawai itu, perempuan melemparkan batu ke arah tentara Israel sementara yang lain mengibarkan bendera Palestina di sepanjang pagar pembatas.

Perempuan lain membawa ban karet dan mengangkutnya buat demonstran yang membakar ban itu untuk menghalangi daya pandang tentara Israel guna menghindari jatuhnya korban jiwa di kalangan pemrotes.


"Kehadiran saya pada pertemuan terbuka ini ialah untuk membantu kaum pria dalam perjuangan nasional," kata Salsabil, seorang perempuan berusia 23 tahun, selama protes di Kota Gaza kepada Xinhua, Sabtu siang.

Salsabil, yang berasal dari pengungsi dari Kota Jaffa di Israel, mengatakan demonstrasi damai itu memerlukan keikut-sertaan semua unsur masyarakat.

"Bergabung dalam protes semacam ini membawa kami lebih dekat dengan kembali ke rumah kami. Kami dipaksa meninggalkannya," kata wanita itu, sambil memegang batu di tangannya.

Perempuan muda tersebut mengatakan ia tahu berbahaya buat dia untuk berada di tempat semacam itu, tapi ia menegaskan bahwa penting buat semua perempuan untuk terlibat dalam masalah nasional mereka.

Di dekat Salsabil, Sarah (20) membawa ban mobil buat demonstran dan membantu para pemuda menarik kawat berduri yang dipasang oleh tentara Israel di luar pagar perbatasan.

"Perempuan Palestina adalah bagian yang menyatu dalam masyarakat ... hari ini mereka membuktikan ini," kata Sarah setelah ia memberikan satu ban mobil kepada pemrotes bertopeng.

"Perjuangan nasional dan mempertahankan hak pengungsi untuk pulang tak terbatas pada kaum pria. Perempuan Palestina selalu berada di garis depan," kata perempuan itu dengan bangga.

Selama protes Jumat, satu orang Palestina tewas dan sedikitnya 968 orang lagi cedera dalam bentrokan antara demonstran Palestina dan tentara Israel di bagian timur Jalur Gaza.




Credit  antaranews.com






Satu orang Palestina tewas dalam bentrokan di Gaza Timur




Satu orang Palestina tewas dalam bentrokan di Gaza Timur
Warga Palestina kerabat pria bersenjata Hamas Mohammed Hejelah, yang tewas dalam serangan udara Israel, menangis saat upacara pemakaman di Kota Gaza, Kamis (12/4/2018). (REUTERS/Mohammed Salem)


Kota Gaza (CB) - Satu orang Palestina tewas dan sedikitnya 968 lagi cedera pada Jumat (13/4), dalam bentrokan sepanjang hari antara demonstran Palestina dan tentara Israel yang ditempatkan di perbatasan antara Israel dan Jalur Gaza, kata petugas medis.

Ashraf Al-Qedra, Juru Bicara Kementerian Kesehatan di Jalur Gaza, mengatakan kepada wartawan bahwa Islam Herzallah (28), dari Jalur Gaza, tewas akibat tembakan tentara Israel di perutnya dalam protes tersebut.

Ia menambahkan bahwa di antara 968 orang yang cedera, 170 disebabkan oleh peluru aktif, termasuk petugas paramedis dan tujuh juru kamera serta wartawan lokal.

Ribuan orang Palestina ikut dalam protes dan bentrok dengan tentara Israel di dekat perbatasan bagian timur Jalur Gaza dengan Israel, kata Xinhua, Sabtu siang. Mereka membakar ban untuk menciptakan asap sebagai tameng guna menghalangi daya pandang penembak gelap Israel.

Mereka juga membakar bendera Israel dan mengibarkan bendera Palestina.

Fawzi Barhoum, Juru Bicara HAMAS, mengatakan pembakaran bendera Israel adalah pesan buat mereka "yang percaya pada normalisasi dengan kaum pendudukan dan pesan kepada dunia bahwa kehadirian pendudukan ini di tanah Palestina tidak sah".

Beberapa saksi mata mengatakan puluhan demonstran Palestina berhasil memotong sebagain kawat berduri perbatasan.

Kementerian Kesehatan mengatakan di dalam siaran pers resmi bahwa tentara Israel menembak dengan menggunakan amunisi aktif dan gas air mata terhadap petugas medis serta klinik medis yang dibangun di tenda di dekat perbatasan.

HAMAS dan faksi lain Palestina di Jalur Gaza pada 30 Maret memulai enam pekan pertemuan terbuka yang mereka beri nama "Pawai Akbar Kepulangan".

Pawai itu direncanakan mencapai puncaknya pada 15 Mei, hari setelah peringatan ke 70 kemerdekaan Israel tapi diperingati oleh rakyat Palestina sebagai Hari Nakba, atau "Hari Bencana".

Kementerian Kesehatan di Jalur Gaza mengatakan di dalam keterangan resmi bahwa 34 orang Palestina tewas, termasuk dua petempur HAMAS, dan lebih dari 2.800 orang cedera sejak dimulainya pawai rakyat tersebut.




Credit  antaranews.com


Diam-diam, Putin Uji Coba Rudal Anti Satelit



Diam-diam, Putin Uji Coba Rudal Anti Satelit
Foto/Ilustrasi/SINDOnews/Ian


LONDON - Rusia telah menyelesaikan uji coba terbaru dari rudal anti satelit baru. Senjata ini diyakini mampu memusnahkan teknologi navigasi, komunikasi, dan intelijen Amerika Serikat (AS) yang penting di orbit.

Uji coba keenam dari 'Nudol' diyakini dilakukan di Plesetsk Cosmodrome, 500 mil sebelah utara Ibu Kota Rusia, Moskow, pada 26 Maret lalu.

Pada kesempatan itu, senjata, yang juga dikenal sebagai PL19, dikatakan telah diluncurkan dari transporter akhirnya untuk pertama kalinya menunjukkan langkah besar ke depan dalam perkembangannya.

Di masa lalu, proyek ini telah diselimuti secara rahasia. Rusia bersikeras bahwa Nudol ditujukan untuk pertahanan, menggambarkannya sebagai pertahanan rudal jarak jauh Rusia yang baru.

Namun para ahli mengatakan pekerjaan utama rudal pencegat adalah untuk mempercepat keluar dari atmosfer Bumi dan menyerang benda-benda besar, menggunakan energi kinetik.

Persenjataan ini muncul saat Rusia terus memodernisasi senjata strategisnya di bawah Presiden Vladimir Putin.

Laporan Badan Intelijen Pertahanan kepada Kongres pada Februari 2015 menyatakan: "Doktrin militer Rusia menekankan pertahanan ruang angkasa sebagai komponen vital pertahanan nasionalnya."

"Para pemimpin Rusia secara terbuka menegaskan bahwa angkatan bersenjata Rusia memiliki senjata anti-satelit dan melakukan penelitian anti-satelit," bunyi laporan tersebut.

Menurut The Diplomat, peluncuran uji pertama yang berhasil dari Nudol adalah pada akhir 2015 sebagai bagian dari gelombang sistem pencegat kinetik generasi mendatang yang saat ini sedang dikembangkan oleh Rusia.

Setelah tes sebelumnya pada tahun 2016, mantan pejabat Pentagon Mark Schneider memperingatkan bahwa konsekuensi dari serangan anti-satelit di AS bisa sangat merusak.

"Hilangnya petunjuk dari GPS karena serangan (anti-satelit) akan mencabut bagian substansial dari kemampuan senjata presisi kami dan pada dasarnya semua kemampuan menghindar kami," katanya kepada The Washington Free Beacon yang dikutip Daily Mail, Sabtu (14/4/2018).

Letnan Jenderal Angkatan Udara David J. Buck, komandan Komando Komponen Fungsional Gabungan untuk Ruang Angkasa, mengatakan pada tahun yang sama bahwa Rusia memandang ketergantungan AS pada ruang angkasa sebagai kerentanan yang bisa dieksploitasi, dan mereka mengambil tindakan yang disengaja untuk memperkuat kontra kemampuan ruang angkasanya.

Pernyataan itu datang ketika Rusia menguji coba roket P-500 Bazalt baru - sebuah senjata supersonik turbo-jet yang mampu terbang dengan kecepatan lebih dari 1.800 mil per jam.

Sebuah video juga menunjukkan rudal yang ditembakkan dari kapal penjelajah rudal Marshal Ustinov di laut.



Credit  sindonews.com





Rusia: Tak Ada Rudal AS Cs Tembus Zona Suriah yang Dilindungi S-400



Rusia: Tak Ada Rudal AS Cs Tembus Zona Suriah yang Dilindungi S-400
Sistem rudal pertahanan udara S-400 Rusia. Foto/Sputnik/Alexey Malgavko

MOSKOW - Tak satu pun dari rudal yang diluncurkan oleh Amerika Serikat (AS), Inggris dan Prancis menembus zona pertahanan udara Rusia di Suriah yang dilindungi sistem anti-rudal S-400. Demikian disampaikan Kementerian Pertahanan Rusia, Sabtu (14/4/2018).

Zona di Suriah yang dilindungi sistem anti-rudal S-400 adalah pangkalan militer Khmeimim dan Tartus.

Menurut kementerian terseubut, pesawat tempur dan kapal Angkatan Udara AS bersama sekutunya meluncurkan serangan rudal terhadap fasilitas sipil dan militer Suriah.

Namuhn, tak satu pun dari rudal jelajah yang diluncurkan oleh AS dan sekutunya mencapai zona pertahanan udara Rusia di Tartus dan Khemimim.

Serangan gabungan AS, Prancis, dan Inggris hari ini berdalih sebagai respons atas serangan senjata kimia di Douma, Ghouta timur pada 7 April 2018 yang dilaporkan menewaskan puluhan orang. Pejabat pertahanan AS yang berbicara dalam kondisi anonim mengatakan, sekitar 100 rudal jelajah Tomahawk ditembakkan kapal-kapal perang AS dan sekutunya.

Serangan berlangsung bertepatan dengan pengumuman Presiden Donald Trump yang memerintahkan serangan operasi militer terhadap rezim Presiden Bashar al-Assad. Serangan terjadi sebelum tim inspektur Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW) bekerja di Douma untuk melakukan penyelidikan.

Tindakan Washingtond dan sekutunya ini menggagalkan upaya penyelidikan independen OPCW untuk memastikan benar tidaknya serangan kimia di Douma yang dituduhkan terhadap rezim Asssad.

Moskow mengecam keras serbuan AS dan sekutunya hari ini."Sebuah serangan dilakukan di ibu kota negara yang berdaulat, yang selama bertahun-tahun telah berusaha bertahan hidup di bawah ancaman teror," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, seperti dikutip Russia Today.

Duta Besar Rusia untuk AS, Anatoly Antonov, memperingatkan konsekuensi yang akan diterima ketiga negara penyerang Suriah hari ini."Semua tanggung jawab untuk itu ada di Washington, London dan Paris," kata diplomat Moskow tersebut.



Credit  sindonews.com




Rusia: Serangan AS ke Suriah Takkan Dibiarkan Tanpa Konsekuensi!


Rusia: Serangan AS ke Suriah Takkan Dibiarkan Tanpa Konsekuensi!
Duta Besar Rusia untuk Amerika Serikat Anatoly Antonov. Foto/Sputnik/Grigory Sysoyev

WASHINGTON - Duta Besar Rusia untuk Amerika Serikat (AS) Anatoly Antonov memperingatkan konsekuensi yang harus diterima AS, Inggris dan Prancis setelah hari ini (14/4/2018) menyerang Suriah.

Moskow yang memiliki pasukan di negara tersebut merasa terancam oleh keputusan Washington yang menggempur beberapa wilayah di Suriah. Serangan Washington dan sekutunya ini berdalih untuk membalas serangan kimia di Douma pada 7 April 2018, yang dituduhkan terhadap rezim Presiden Bashar al-Assad.

"Skenario yang dirancang sebelumnya sedang dilaksanakan. Sekali lagi, kami sedang diancam. Kami memperingatkan bahwa tindakan seperti itu tidak akan dibiarkan tanpa konsekuensi!," kata Antonov dalam sebuah pernyataan pada Jumat malam waktu Washington atau hari ini (14/4/2018) WIB, seperti dikutip Russia Today.

"Semua tanggung jawab untuk ini ada di Washington, London, dan Paris," lanjut diplomat Moskow tersebut.

Militer Rusia yang beroperasi di Suriah tidak diberitahu tentang target Amerika di Suriah. Hal itu ditegaskan Jenderal Joseph Dunford, Ketua Kepala Staf Gabungan AS kepada wartawan.

Serangan terhadap Suriah terjadi hanya beberapa jam sebelum para ahli dari Organisasi PBB untuk Larangan Senjata Kimia (OPCW) dijadwalkan mengunjungi Douma pada hari Sabtu untuk menentukan apakah senjata kimia memang digunakan di sana atau tidak.

Pasukan Presien Assad tak tinggal diam digempur AS dan sekutunya. Media pemerintah Damaskus melaporkan sekitar 20 rudal musuh ditembak jatuh oleh sistem anti-rudal Suriah di Damaskus.

Laporan korban jiwa, korban luka maupun kerusakan akibat serangan AS, Inggris dan Prancis hari ini belum diketahui.



Credit  sindonews.com


Digempur AS, Rusia Bela Suriah


Tembakan anti-pesawat tempur terlihat di langit Damaskus setelah AS meluncurkan serangan di Suriah, pada Sabtu dini hari (14/4). Donald Trump mengumumkan serangan udara ke Suriah sebagai tanggapan atas dugaan serangan senjata kimia.
Tembakan anti-pesawat tempur terlihat di langit Damaskus setelah AS meluncurkan serangan di Suriah, pada Sabtu dini hari (14/4). Donald Trump mengumumkan serangan udara ke Suriah sebagai tanggapan atas dugaan serangan senjata kimia.
Foto: AP Photo/Hassan Ammar 
 
AS bersama Prancis dan Inggis meluncurkan serangan udara ke Suriah.
 
 
 
CB, DAMASKUS -- Militer Rusia, pada Jumat (13/4), mengatakan pihaknya belum menemukan bukti tentang adanya serangan senjata kimia di Douma, Suriah.
"Menurut hasil survei saksi, mempelajari sampel, dan menyelidiki lokasi (kejadian) yang dilakukan oleh ahli Rusia serta tenaga medis di kota Douma, di mana senjata kimia diduga digunakan, penggunaan zat kimia tidak tampak," ungkap Kepala Pusat Perdamaian dan Rekonsiliasi Rusia di Suriah Mayor Jenderal Yuri Yevtushenko.
Kendati belum menemukan bukti, Rusia, kata Yevtushenko, tak akan menghalang-halangi upaya penyelidikan yang dilakukan Organisasi Larangan Senjata Kimia (OPCW) di Douma. Sebaliknya, Rusia akan melindungi tim penyelidik OPCW karena mereka yang akan membuktikan apakah senjata kimia benar-benar digunakan di Douma.
Kendati demikian, juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Heather Nauert telah mengatakan negaranya memiliki bukti bahwa pemerintah Suriah bertanggung jawab atas serangan gas beracun di Douma. "Suriah bertanggung jawab. Kami semua sepakat," ujarnya.
Namun sama seperti Rusia, AS, kata Nauert akan menunggu hasil penyelidikan OPCW terlebih dulu. Namun ia menegaskan hasil penyelidikan OPCW hanya untuk merumuskan fakta dan temuan, bukan siapa pihak yang bertanggung jawab.
Duta Besar Rusia untuk PBB Vassily Nebenzia, dalam sebuah pertemuan darurat Dewan Keamanan PBB pada Jumat kemarin, menuduh AS mengadopsi kebijakan untuk melancarkan skenario militer terhadap Suriah. Ia menilai retorika AS terkait Suriah tak dapat ditoleransi dan memiliki dampak besar bagi keamanan global.
Pekan lalu, serangan gas beracun terjadi di Douma, Suriah. Serangan yang diduga menggunakan senjata kimia itu dilaporkan menewaskan sedikitnya 70 orang. Pemerintah Suriah dituduh bertanggung jawab atas terjadinya serangan tersebut. Namun tuduhan segera dibantah, termasuk oleh sekutunya, Rusia.
Sementara itu, Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada Jumat (14/4), memerintahkan pelaksanaan serangan dengan menargetkan fasilitas senjata kimia Presiden Suriah Bashar al-Assad sebagai tanggapan atas terjadinya serangan gas beracun pekan lalu. Trump mengatakan operasi gabungan dengan Prancis dan Inggris sedang bergerak menuju sasaran. Mereka siap melanjutkan tindakan itu sampai Suriah menghentikan penggunaan senjata kimia.



Credit  republika.co.id



Uni Eropa Rancang Sanksi Baru Bagi Suriah


Kelompok Syrian Civil Defense menolong seorang warga yang terluka setelah serangan udara terjadi di Ghouta, Damaskus, Suriah, Kamis (1/3).
Kelompok Syrian Civil Defense menolong seorang warga yang terluka setelah serangan udara terjadi di Ghouta, Damaskus, Suriah, Kamis (1/3).
Foto: Syrian Civil Defense White Helmets via AP 
Uni Eropa menyiapkan daftar hitam pihak yang terlibat dalam serangan di Suriah.
CB, LONDON -- Uni Eropa akan menelaah kemungkinan untuk menjatuhkan sanksi baru terhadap Suriah. Rencana sanksi itu dirumuskan dalam rancangan pernyataan yang disiapkan oleh para menteri luar negeri kelompok negara-negara Eropa tersebut.
Sanksi-sanksi baru akan mencakup langkah untuk memasukkan lebih banyak orang ke dalam daftar hitam terkait perkembangan dan penggunaan senjata kimia. Para menteri akan bertemu pada Senin (16/4) untuk membahas masalah Suriah di tengah kemungkinan bahwa negara-negara Barat akan melancarkan serangan militer setelah dugaan serangan senjata kimia oleh pemerintah Suriah pada 7 April.
Para pejabat tinggi Uni Eropa pada Jumat mengatakan bukti yang ada jelas menunjuk pada rezim Suriah dalam penyelidikan menyangkut serangan gas di kota Douma. Serangan itu menewaskan puluhan orang.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump memperingatkan bahwa serangan militer kemungkinan akan dilakukan sebagai tanggapan atas penggunaan senjata kimia itu. Anggota Uni Eropa, Prancis, mengatakan pihaknya memiliki bukti bahwa pemerintah Suriah melancarkan serangan gas.
Perdana Menteri Inggris Theresa May mendapatkan dukungan dari menteri-menterinya untuk mengambil tindakan bersama Amerika Serikat dan Prancis guna mencegah Suriah menggunakan senjata kimia di masa depan. Jerman, Italia, dan Belanda mengatakan mereka tidak akan berpartisipasi dalam aksi militer apa pun. Sebagian besar dari negara-negara anggota Uni Eropa sisanya menolak membicarakan sikap mereka dalam mempersiapkan pertemuan para menteri pada Senin.
Para diplomat dan pejabat di Brussel menekankan bahwa rancangan pernyataan para menteri bisa berubah pada akhir pekan, tergantung perkembangan. Saat ini, rancangan pernyataan itu mengacu pada sanksi-sanksi Uni Eropa yang telah diterapkan terhadap Suriah. Sanksi itu berupa daftar hitam yang berisi 257 orang karena "kekerasan yang brutal" terhadap warga sipil, juga karena mendapat keuntungan dari atau mendukung rezim Suriah. Uni Eropa juga membekukan aset-aset milik hampir 70 pihak.
Untuk saat ini, rancangan pernyataan itu tidak menyebut soal langkah militer. "Uni Eropa akan terus mempertimbangkan untuk menerapkan langkah pengekangan lebih lanjut terhadap Suriah sejauh penindasan masih berlangsung," menurut rancangan pernyataan yang akan disampaikan para menteri itu pada Senin.


Credit  republika.co.






Suriah Alihkan Rudal AS, 3 Warga Sipil Terluka


Suriah Alihkan Rudal AS, 3 Warga Sipil Terluka 
 Pasukan militer gabungan AS, Perancis, dan Inggris melontarkan lebih dari 100 rudal ke sejumlah titik di Suriah pada Sabtu (14/4). (SANA/Handout via Reuters
 
 
Jakarta, CB -- Setidaknya tiga warga sipil terluka karena Suriah mengalihkan sejumlah rudal Amerika Serikat, Inggris, dan Perancis yang menargetkan pangkalan militer dan pusat riset kimia pada Sabtu (14/4).

"Rudal yang menargetkan posisi militer di Homs berhasil digagalkan dan dialihkan dari jalurnya, dan melukai tiga warga sipil," demikian laporan kantor berita Suriah, SANA, Sabtu (14/4).

Menteri Pertahanan AS, Jim Mattis, menyatakan bahwa pasukan militer gabungan tersebut melontarkan lebih dari 100 rudal ke sejumlah titik di Suriah.

Namun, Kementerian Pertahanan Rusia menyatakan bahwa kebanyakan rudal itu berhasil diintersepsi oleh pasukan Suriah dan Moskow.


Intersepsi ini membuat rudal-rudal tersebut keluar dari jalur yang sebelumnya sudah ditentukan oleh AS, Inggris, dan Perancis.

Sebelumnya, Mattis menyatakan bahwa target serangan rudal ini hanya sejumlah situs yang digunakan Suriah untuk mengembangkan senjata kimia.

"Target malam ini spesifik didesain untuk menghancurkan kemampuan mesin perang Suriah untuk menciptakan senjata kimia, dan memusnahkannya," ujar Mattis.

Perancis juga memastikan bahwa mereka sudah melakukan analisis untuk menentukan titik target yang tepat agar memaksimalkan kekuatan serangan dan mengurangi risiko kontaminasi kimia ke area sekitar.

"Fasilitas yang diserang berlokasi cukup jauh dari konsentrasi habitat sipil, mengurangi risiko apa pun," tulis Kemenhan Perancis, sebagaimana dikutip Reuters.

Mattis mengatakan bahwa serangan ini berlangsung selama satu jam dan memastikan tidak akan ada tindakan lanjutan.

"Tak ada upaya untuk memperluas target yang sudah dirancang," katanya.

Menurut Mattis, serangan ini dirancang hanya untuk memberikan pesan tegas kepada Suriah mengenai sikap AS yang menentang penggunaan senjata kimia, seperti kasus di Douma pada pekan lalu.

Serangan senjata kimia di daerah pemberontak di Douma, Ghouta Timur, itu merenggut 60 nyawa dan melukai sekitar 1.000 orang lainnya.



Credit  cnnindonesia.com







Damaskus Dihantam, Suriah Sebut Serangan AS Ditakdirkan Gagal


Damaskus Dihantam, Suriah Sebut Serangan AS Ditakdirkan Gagal 
 Ilustrasi serangan pada Suriah. (AFP PHOTO / Hamza Al-Ajweh)
 
 
Jakarta, CB -- Media pemerintah Suriah menyebut serangan gabungan militer Amerika Serikat, Perancis, dan Inggris ke ibu kota Damaskus pada Sabtu (14/3) sebagai ilegal dan "ditakdirkan akan gagal".

"Agresi ini adalah pelanggaran terhadap hukum internasional, dan melawan keinginan komunitas internasional, serta ditakdirkan gagal," demikian pernyataan kantor berita SANA.

Ledakan keras dilaporkan terjadi di Damaskus pada Sabtu dini hari, hanya beberapa saat setelah AS, Perancis, dan Inggris mengumumkan akan menyerang pusat senjata kimia Suriah.


Koresponden AFP di Damaskus menyatakan ledakan beruntun terdengar pada pukul empat pagi waktu setempat, dan diikuti suara mesin pesawat di udara.

Asap terlihat muncul dari tepi utara dan timur dari ibu kota Suriah tersebut.

Kantor berita Suriah juga merilis foto-foto awan berwarna merah yang menggantung di atas langit Damaskus dan mengatakan pasukan udara segera diaktifkan untuk menahan serangan tersebut.

SANA melaporkan operasi gabungan Barat tersebut mengenai pusat penelitian yang terletak di bagian Timur Laut ibu kota dan juga mengenai pusat-pusat militer lain di sekitar Damaskus, tapi peluru kendali yang mengarah pada tempat penyimpanan senjata berhasil digagalkan.

Laporan itu menyatakan langit Aleppo di bagian utara terlihat cerah, demikian pula di Hasakeh (Timur LAut), serta Latakia dan Tartus di tepian barat, tempat penyimpanan senjata militer Suriah dan Rusi.

Operasi gabungan AS, Perancis, dan Inggris itu dilaksanakan satu pekan setelah serangan senjata kimia di luar kota Damaskus menyebabkan 40 tewas.


Credit cnnindonesia.com




Melawan, Suriah Tembak Jatuh 20 Rudal AS Cs


Melawan, Suriah Tembak Jatuh 20 Rudal AS Cs
Sistem pertahanan udara Suriah diaktifkan untuk melawan serangan rudal AS, Inggris dan Prancis di Damaskus. Foto/Screenshoot video Russia Today

DAMASKUS - Militer Suriah melakukan perlawanan atas serangan rudal yang diluncurkan Amerika Serikat (AS), Inggris dan Prancis pada hari ini (14/4/2018). Media pemerintah Suriah melaporkan, sebanyak 20 rudal AS dan sekutunya ditembak jatuh oleh sistem anti-rudal Suriah.

Ledakan terdengar di wilayah Damaskus dan sekitarnya tepat saat Presiden AS Donald Trump mengumumkan bahwa dia sudah memerintahkan serangan presisi terhadap Suriah. Belum jelas, serangan AS dan sekutunya ini diluncurkan dari pesawat tempur atau kapal perang.

Beberapa laporan menyebut sebuah pangkalan militer Suriah terkena serangan udara AS dan sekutunya. Namun, laporan ini belum bisa dikonfirmasi termasuk lokasi pangkalan yang diserang.

Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia seperti dikutip Reuters, menyatakan bahwa pusat penelitian ilmiah Suriah terkena serangan.

Para pejabat AS mengatakan kepada wartawan bahwa serangan AS dan sekutunya kali ini melibatkan rudal jelajah Tomahawk, rudal yang digunakan AS saat menyerang rezim Suriah sebagai respons serangan kimia di Khan Sheikhoun pada 7 April 2017.

Sebauh rekaman video yang diambil dari Suriah menunjukkan sistem anti-rudal Suriah diaktifkan untuk menghalau serangan udara AS dan sekutunya. Sistem itu, seperti dilaporkan stasiun televisi pemerintah Suriah berhasil menembak jatuh 20 rudal musuh.

"Tuhan memberkati Anda, Tuhan memberkati Anda," teriak seseorang dalam video, tak lama setelah rudal yang dilesatkan sistem pertahanan Suriah bertabrakan dengan rudal musuh dan membuat ledakan besar di wilayah udara Damaskus.

"Sialan para bajingan Amerika itu," lanjut teriakan pria dalam video tersebut.

Laporan media lokal mengatakan, sejumlah wilayah yang digempur AS dan sekutunya antara lain Damaskus, Homs, sebuah fasilitas penelitian di Barzeh, dan pangkalan Korps Garda Revolusi Iran (IRGC) di Gunung Qasioun.




Credit  sindonews.com





AS Bakal Riview Kerja Sama dengan Indonesia


AS Bakal Riview Kerja Sama dengan Indonesia
Foto/Ilustrasi/SINDOnews/Ian

JAKARTA - Duta Besar Amerika Serikat (AS) untuk Indonesia, Joseph Donovan, diketahui melakukan pertemuan Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi. Pertemuan itu dilakukan di kantor Kementerian Luar Negeri Indonesia.

Ditemui pasca pertemuan tersebut, Donovan menyatakan dalam pertemuan itu dia menginformasikan bahwa dirinya akan kembali ke Washington dalam waktu dekat. Donovan menuturkan ia akan melakukan review mengenai hubungan AS-Indonesia dengan Washington.

"Saya menyampaikan bahwa saya akan kembali ke Washington untuk melakukan konsultasi dalam waktu dua pekan ke depan, dan akan ada sejumlah review mengenai sejumlah kerja sama dalam hubungan bilateral," kata Donovan.

"Ini pertemuan yang sangat baik dan saya menghargai Menlu karena telah menyempatkan waktu di sela-sela kesibukanya," imbuhnya.

"Kami berbicara mengenai sejumlah hal terkait situasi global, mengenai posisi kami, tapi saya tidak bisa menjelaskan secara rinci," tukasnya, Jakarta, Jumat (13/4/2018).

Ketika disinggung mengenai kerja sama apakah yang akan di riview oleh AS, Donovan menuturkan hampir semua kerja sama dengan Indonesia akan di riview, termasuk mengenai kerja sama keamanan.

"Ini adalah kerja sama dalam skala luas mengenai keamanan, kerja sama, dan sejumlah hal lainnya terkait kerja sama yang kita miliki dan satu hal yang pasti saya sangat menghargai posisi Indonesia sebagai mitra strategis kami," ujarnya mengakhiri.



Credit  sindonews.com






Indonesia Tolak Ancaman Trump Serang Suriah


Indonesia Tolak Ancaman Trump Serang Suriah 
 Menlu RI Retno Marsudi meminta klarifikasi AS soal ancaman Trump menyerang Suriah. (CNN Indonesia/Safir Makki)
 
 
Jakarta, CB -- Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri menyatakan menentang ancaman Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyerang Suriah.

"Tentu pemerintah RI berharap AS tidak akan benar-benar melakukan serangan tersebut," kata Direktur Amerika I Kemlu RI Zelda Wulan Kartika di kantornya, Jakarta, Jumat (13/4).

Ancaman "Trump yang menjanjikan adanya serangan di Suriah itu sangat menjadi perhatian pemerintah RI karena terkait dengan keselamatan WNI juga," kata Zelda.


Ancaman diutarakan Trump sebagai respons atas serangan senjata kimia di Douma, Ghouta, pada akhir pekan lalu. Serangan itu diduga dilakukan pemerintah Suriah demi menumpas sisa-sia pemberontak di kota yang tak jauh dari Damaskus itu.

Zelda mengatakan Menlu RI Retno Marsudi sudah meminta penjelasan Amerika Serikat terkait ancaman Trump menyerang Suriah dengan peluru kendali.

Hal itu diutarakan Retno kepada Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia Joseph Donovan saat bertemu di kantor Kemlu, di hari yang sama.

"Menlu sangat prihatin dengan kondisi saat ini di Suriah. Karena itu beliau minta klarifikasi atas pernyataan Presiden Trump," kata Zelda.

Dalam pertemuan itu, kata Zelda, Retno juga menegaskan Indonesia mengutuk segala bentuk serangan senjata kimia yang dilakukan oleh pihak mana pun dan di mana pun, termasuk di Suriah.

Zelda mengatakan Donovan belum mengetahui tindak lanjut dari kicauan presidennya itu. Dia mengatakan Donovan akan kembali ke Washington pada 23 Mei mendatang dan menjanjikan akan memberikan jawaban setelah kembali ke Jakarta.

"Menjawab pertanyaan Menlu, Dubes AS sampaikan dirinya belum ketahui sama sekali tindak lanjut dari pernyataan Trump dan akan menanyakan hal itu ke Washington. Kebetulan beliau akan ke AS sekitar 23 Mei nanti," kata Zelda.

Pada Rabu, Trump memperingatkan agar Rusia--sekutu terbesar Suriah--bersiap menghadapi rudal AS. Meski mengisyaratkan serangan itu segera dilakukan, sehari setelahnya Presiden Amerika enggan menyebutkan waktu pelaksanaan langkah militer yang ia rencanakan.


Credit  cnnindonesia.com




Belanda Ogah Terlibat Perang Bersama AS di Suriah


Tembakan anti-pesawat tempur terlihat di langit Damaskus setelah AS meluncurkan serangan di Suriah, pada Sabtu dini hari (14/4). Donald Trump mengumumkan serangan udara ke Suriah sebagai tanggapan atas dugaan serangan senjata kimia.

Tembakan anti-pesawat tempur terlihat di langit Damaskus setelah AS meluncurkan serangan di Suriah, pada Sabtu dini hari (14/4). Donald Trump mengumumkan serangan udara ke Suriah sebagai tanggapan atas dugaan serangan senjata kimia.
Foto: AP Photo/Hassan Ammar 
 
AS luncurkan serangan militer ke Suriah.
 
 
CB, Perdana Menteri Belanda Mark Rutte pada Jumat (13/4) mengatakan negaranya tidak akan ikut dalam serangan militer di Suriah.
"Saat ini tak ada alasan bahwa Belanda akan ikut secara militer", kata Rutte.
Menteri Pertahanan Belanda Ank Bijleveld mengeluarkan pernyataan serupa pada Kamis di Washington, AS, saat bertemu Menteri Pertahanan AS James Mattis.
"Belanda akan mengerti jika Amerika Serikat melakukan aksi militer proporsional di Suriah, jika langkah diplomatik, ekonomi dan politik tidak cukup," kata Bijleveld kepada stasiun televisi Belanda, Nieuwsuur.
"Semuanya masih terbuka. Itu berarti bahwa langkah diplomatik, ekonomi dan politik akan dibahas lebih dulu," katanya.
Ia, sebagaiman dikutip oleh harian Belanda, De Telegraaf, juga mengatakan bahwa Washington tidak meminta bantuan militer Belanda. Presiden AS Donald Trump dilaporkan telah memerintahkan serangan ke Suriah, meskipun Suriah telah membantah tuduhan bahwa militernya menggunakan senjata kimia dalam serangan ke Douma di pinggir Ibu Kota Suriah, Damaskus.
Seorang utusan Rusia pada Jumat mengatakan serangan terhadap satu negara berdaulat akan menjadi pelanggaran terhadap hukum internasional dan bertolak-belakang dengan Piagam PBB dan "tak bisa dibiarkan terjadi".
"Harus ada pertanggung-jawaban bagi campur-tangan semacam itu, yang direncanakan," katanya.
Duta Besar Rusia di PBB Vassily Nebenzia yang sepakat dengan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan bahwa Timur Tengah saat ini adalah wilayah yang cedera dan luka terbesarnya berada di Suriah.
"Setiap negara yang berani menggerogoti prinsip kedaulatan dan keutuhan wilayah tidak berharga untuk memiliki status anggota tetap Dewan Keamanan, namun anggota semacam itu terus berkeras untuk menjerumuskan Timur Tengah ke dalam konflik demi konflik," katanya.
Angkatan Bersenjata Suriah sudah menerima instruksi mengenai cara menghadapi serangan semacam itu, katanya. Ia menambahkan tak ada bukti yang mendukung pembenaran yang dipaksakan oleh neara Barat, yaitu tuduhan mengenai penggunaan senjata kimia di Kota Kecil Douma.
Pemerintah Suriah dengan keras telah membantah tuduhan itu, dan menyeru Organisasi bagi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW) agar segera melakukan penyelidikan.Belanda takkan ikut dalam aksi militer di Suriah, kata Perdana Menteir Belanda Mark Rutte pada Jumat, dalam taklimat mingguannya setelah pertemuan Dewan Menteri.
Ketika ditanya apakah Belanda siap untuk ikut dalam serangan, Rutte menjawab, "Tidak, bukan itu masalahnya saat ini."
Pemerinta Belanda memahaminya, "asalkan tindakan tersebut proporsional". Tapi "saat ini tak ada alasan bahwa Belanda akan ikut secara militer", kata Rutte.
Menteri Pertahanan Belanda Ank Bijleveld mengeluarkan pernyataan serupa pada Kamis di Washington, AS, tempat wanita menteri itu telah mengadakan pembicaraan dengan timpalannya dari AS James Mattis.
Belanda akan mengerti jika Amerika Serikat melakukan aksi militer proporsional di Suriah, jika "langkah diplomatik, ekonomi dan politik tidak cukup", kata Bijleveld kepada stasiun televisi Belanda, Nieuwsuur.
"Semuanya masih terbuka. Itu berarti bahwa langkah diplomatik, ekonomi dan politik akan dibahas lebih dulu," kata wanita menteri tersebut, sebagaimana dikutip Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Sabtu pagi.
Ia, sebagaiman dikutip oleh harian Belanda, De Telegraaf, juga
mengatakan bahwa Washington tidak meminta bantau militer Belanda.
Presiden AS Donald Trump dilaporkan telah memerintahkan serangan ke Suriah, meskipun Suriah telah membantah tuduhan bahwa militernya menggunakan senjata kimia dalam serangan ke Douma di pinggir Ibu Kota Suriah, Damaskus.
Seorang utusan Rusia pada Jumat mengatakan serangan terhadap satu negara berdaulat akan menjadi pelanggaran terhadap hukum internasional dan bertolak-belakang dengan Piagam PBB dan "tak bisa dibiarkan terjadi".
"Harus ada pertanggung-jawaban bagi campur-tangan semacam itu, yang direncanakan," katanya. Duta Besar Rusia di PBB Vassily Nebenzia mengatakan dalam satu pertemuan Dewan Keamanan mengenai Suriah bahwa pengalaman baru-baru ini di Irak dan Suriah masih segar di dalam ingatan semua orang di seluruh wilayah tersebut.
Nebenzia, yang sepakat dengan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres bahwa Timur Tengah saat ini adalah wilayah yang cedera, mengatakan luka terbesarnya berada di Suriah, tempat situasi "sarat dengan dampak global".
"Setiap negara yang berani menggerogoti prinsip kedaulatan dan keutuhan wilayah tidak berharga untuk memiliki status anggota tetap Dewan Keamanan, namun anggota semacam itu terus berkeras untuk menjerumuskan Timur Tengah ke dalam konflik demi konflik," katanya.
Angkatan Bersenjata Suriah sudah menerima instruksi mengenai cara menghadapi serangan semacam itu, katanya. Ia menambahkan tak ada bukti yang mendukung pembenaran yang dipaksakan oleh neara Barat, yaitu tuduhan mengenai penggunaan senjata kimia di Kota Kecil Douma.
Pemerintah Suriah dengan keras telah membantah tuduhan itu, dan menyeru Organisasi bagi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW) agar segera melakukan penyelidikan.




Credit  REPUBLIKA.CO.ID






Ikut Aksi Militer AS di Suriah, Putin Peringatkan Macron



Ikut Aksi Militer AS di Suriah, Putin Peringatkan Macron
Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Presiden Rusia Vladimir Putin. Foto/Istimewa

MOSKOW - Presiden Rusia, Vladimir Putin, memperingatkan mitranya dari Prancis Emmanuel Macron atas tindakan yang dianggap buruk dan berbahaya di Suriah.

Dalam panggilan telepon melalui situasi yang meningkat, Macron menyatakan "keprihatinan mendalam" dengan pemimpin Rusia atas meningkatnya eskalasi di Suriah.

Menurut pernyataan oleh kepresidenan Prancis, Macron menyerukan dialog antara Prancis dan Rusia secara berkelanjutan dan intensif untuk membawa perdamaian dan stabilitas ke Suriah.

Rekaman Kremlin mengatakan bahwa Putin memperingatkan agar tidak terburu-buru menyalahkan pemerintah Suriah sebelum melakukan penyelidikan menyeluruh dan obyektif.

Pemimpin Rusia memperingatkan terhadap tindakan yang dianggap buruk dan berbahaya yang akan memiliki konsekuensi di luar dugaan.

"Putin dan Macron menginstruksikan Menteri Luar Negeri dan Pertahanan mereka untuk mempertahankan hubungan dekat untuk deeskalasi situasi", kata Kremlin seperti dikutip dari Independent, Sabtu (14/4/2018).

Para pejabat Rusia - keduanya di Moskow dan berbicara di PBB - dengan cepat membantah serangan kimia di Douma pasca munculnya sejumlah gambar para korban.

Sebuah serangan gas beracun yang dicurigai di pinggiran Ibu Kota Suriah, yang menewaskan lebih dari 40 orang, telah membuat kemarahan internasional.

Amerika Serikat (AS), Prancis, dan Inggris telah berkonsultasi tentang peluncuran serangan militer di Suriah.

Prancis dilaporkan menjadi salah satu pendukung terkuat dari kemungkinan serangan, yang sangat ditentang Rusia.

Berbicara di televisi nasional Prancis pada hari Kamis, Macron mengatakan Prancis memiliki bukti bahwa pemerintah Suriah meluncurkan serangan gas klorin dan telah melewati batas yang dapat memicu serangan udara Prancis.


Pada hari Jumat, menteri luar negeri Rusia mengatakan, dugaan serangan kimia di Douma dibuat dengan bantuan agen intelijen asing yang tidak diketahui. Sergei Lavrov mengatakan para ahli Rusia telah memeriksa lokasi serangan yang diduga dan tidak menemukan jejak senjata kimia.

Lavrov mengatakan Moskow memiliki informasi tak terbantahkan bahwa itu adalah buatan pihak lain. "Badan-badan intelijen dari sebuah negara yang sekarang berusaha untuk mempelopori kampanye Rusia-fobia terlibat dalam pembuatan serangan itu," katanya.


Credit  sindonews.com




Rusia Tuduh Inggris Manipulasi Laporan Serangan Kimia Suriah





Tembakan anti-pesawat tempur terlihat di langit Damaskus setelah AS meluncurkan serangan di Suriah, pada Sabtu dini hari (14/4). Donald Trump mengumumkan serangan udara ke Suriah sebagai tanggapan atas dugaan serangan senjata kimia.

Tembakan anti-pesawat tempur terlihat di langit Damaskus setelah AS meluncurkan serangan di Suriah, pada Sabtu dini hari (14/4). Donald Trump mengumumkan serangan udara ke Suriah sebagai tanggapan atas dugaan serangan senjata kimia.
Foto: AP Photo/Hassan Ammar 
 
Rusia membantah ada serangan senjata kimia di Suriah.
 
 
CB, MOSKOW -- Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan Inggris ikut mengarang laporan soal serangan senjata kimia di kota Douma, Suriah. Inggris serta sekutu-sekutunya menuduh Damaskus melakukan serangan itu ke Douma dan saat ini sedang mempertimbangkan untuk melancarkan aksi militer terhadap Suriah sebagai tanggapan.
Suriah dan sekutu utamanya, Rusia, membantah ada serangan kimia. Kremlin pada Rabu mengatakan bahwa Amerika Serikat telah mengada-ada soal serangan kimia di wilayah itu. Rusia memperingatkan agar karangan cerita itu tak sampai dijadikan pembenaran untuk melakukan aksi militer.
Dalam suatu pertemuan yang disiarkan televisi pada Jumat (13/4), Kementerian Pertahanan Rusia mengulang sikap pemerintah bahwa serangan itu palsu. Kementerian tersebut menambahkan bahwa pihaknya memiliki bukti bahwa Inggris telah berpartisipasi dalam membuat karangan itu.
"Kami memiliki... bukti yang menunjukkan bahwa Inggris secara langsung terlibat dalam pengaturan provokasi ini," kata juru bicara kementerian pertahanan Igor Konashenkov.
Konashenkov mengatakan Rusia tahu dengan pasti bahwa antara 3-6 April, Helm Putih berada "di bawah tekanan keras terutama dari London untuk sesegera mungkin membuat provokasi yang telah direncanakan ini." Helm Putih yang dimaksudnya adalah kelompok yang menolong para warga sipil di wilayah yang dikuasai oposisi di Suriah. Duta Besar Inggris untuk Perserikatan Bangsa-bangsa, Karen Pierce, membantah Inggris terlibat.



Credit  REPUBLIKA.CO.ID