Petugas
menyiapkan Pesawat Terbang Tanpa Awak (PTTA) Wulung saat uji coba
kemampuan terbang di Pangkalan Udara Halim Perdanakusumah, Jakarta
Timur. Foto/Ilustrasi/SINDOphoto
JAKARTA - Komando Pertahanan Udara Nasional (Kohanudnas) tengah mengembangkan pertahanan anti pesawat nirawak atau Unmanned Aerial Vehicle (UAV). Kebijakan ini sebagai langkah antisipasi munculnya ancaman dari pesatnya teknologi.
Panglima
Komando Pertahanan Udara Nasional (Pangkohanudnas) Marsekal Madya Yuyu
Sutisna mengaku, selama ini tidak ada pesawat nirawak milik
negara-negara lain yang melintas masuk ke wilayah udara Indonesia secara
ilegal.
"Selama saya jadi Panglima, tidak ada UAV yang melintas
ke wilayah kita," ujarnya di Makohanudnas, Jakarta Timur, Sabtu 23
Desember 2017.
Meski begitu, sebagai penjaga kedaulatan wilayah udara Kohanudnas tengah mempersiapkan pertahanan menghadapi ancaman tersebut.
"Kita
mau mengadakan anti drone. Ada pertahanan burupa buble, sehingga dia
(UAV) tidak bisa masuk karena frekuensinya diganggu. Ada juga dibelokkan
ke tempat pesawat mengontrol," ujarnya.
Pria yang menjabat
sebagai Wakil Kepala Staf Angkatan Udara (Wakasau) ini menambahkan, saat
ini pertahanan yang dimiliki masih bersifat taktis. "Kalau yang taktis
sudah ada di Paspampres. Yang besar sedang dalam proses," tegasnya.
Yuyu
menjelaskan, pesawat UAV biasanya menggunakan transponder atau
perangkat otomatis yang menerima, memperkuat dan mengirimkan sinyal
dalam frekuensi tertentu.
"Biasanya menggunakan transponder. Kita
tahu dia kemana, Yang beroperasi ini pesawat nirawak yang hanya sampai
200 kilo dengan radio frekuensi. Sehingga tidak masuk wilayah kita,"
kata Yuyu.
TNI Angkatan Laut
melaksanakan uji kelaikan kapal yang akan digunakan oleh Badan Keamanan Laut
(Bakamla), yaitu KN Tanjung Datu-1101 pada 16 sampai dengan 22 Desember 2017,
di wilayah perairan sekitar Batam. KN Tanjung Datu 1101 merupakan kapal
produksi dalam negeri yaitu PT Palindo Marine Shipyard.
Dalam kegiatan ini, TNI
AL menerjunkan Tim Kelaikan Materiel dari Dinas Kelaikan Materiel Angkatan Laut
(Dislaikmatal) yang dipimpin oleh Letkol Laut (T) Hilman Panungkuran, beserta
tiga orang personel tim lainnya yaitu, Mayor Laut (T) Ir. Dwi Suprihantono
Putro spesialis bidang platform, Mayor Laut (E) Richard Martin, S.T., M.T.,
dibantu oleh Serka MES Wiwit Sudiatmoko yang menangani bidang navigasi dan
SEWACO (Sensor, Weapon and Command).
Uji kelaikan yang
dilaksanakan oleh TNI AL dari tim Dislaikmatal ini, merupakan permintaan
langsung Bakamla RI guna memberikan rasa aman atas keselamatan baik personel,
materiel, maupun lingkungan selama kapal tersebut dioperasionalkan.
KN Tanjung Datu - 1101
merupakan kapal jenis patroli terbesar yang pernah dibangun di Indonesia. Kapal
ini memiliki kecepatan maksimum 18 knot, dengan Panjang 110 M, Lebar 15.5 M dan
Tinggi main deck 6.90 M. Kapal ini memiliki kecepatan jelajah 15 knot, dengan
kecepatan ekonomis 10 knot. Lambung kapal terbuat dari steel marine grade A,
dan Kapal ini akan diawaki sejumlah 76 personel.
Nama KN Tanjung Datu
sendiri diambil dari nama daerah perbatasan Indonesia dengan Malaysia, tepatnya
di Kelurahan Temajuk Kecamatan Paloh, Kab. Sambas, Prov. Kalbar, dimana
terdapat mercusuar setinggi 43 meter di kawasan hutan lindung lereng Gunung
Datu sebagai penanda batas kepemilikan wilayah RI.
Jakarta, CB - Dalam memaksimalkan
tugas utama Bakamla RI yaitu melaksanakan patroli keamanan dan
keselamatan laut, Bakamla RI memproduksi patroli terbesar yang dimiliki
saat ini dengan ukuran 110 meter.
Sesuai dengan tahapan proses pembuatannya, Bakamla RI dan PT. Palindo
Marine Shipyard bersama-sama melaksanakan pengawasan dan pengamatan
manajemen muti terhadap pembangunan kapal 110 meter tersebut. Hal yang
paling menentukan adalah hasil dari serangkaian uji kapal yang
dilangsungkan di galangan kapal PT. Palindo Marine Shipyard, Batam,
Sabtu (23/12/2017).
Terdapat beberapa hal yang menjadi tolak ukur dalam penjaminan mutu
suatu kapal, antara lain penggunaan material, peralatan, dan
perlengkapan kapal yang sesuai dengan Standar Nasional Indonesia atau
bahkan berstandar internasional.
Selain itu, proses pengerjaan pemasangan peralatan dan perlengkapan
kapal juga harus dilakukan oleh tenaga yang kompeten sehingga kapal yang
dibangun memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh Bakamla RI.
Pelaksanaan pengawasan dan pengamatan itu sendiri melalui beberapa
tahapan, yaitu tahap pembangunan dan pengujian kapal. Tahap pembangunan
kapal sudah selesai dengan sangat baik, ditandai dengan launching kapal
dimana pertama kalinya kapal diapungkan di air.
Tahap pengujian kapal dilaksanakan dalam tiga tahap.
Adalah tahap Factory Acceptance Test (FAT/Uji Kelaikan Pabrik) yang
dilaksanakan oleh galangan dalam rangka uji seluruh peralatan dan
kesiapan kapal setelah selesai pembangunan.
Yaitu uji Harbour Accepted Test (HAT/Uji Kelaikan Dermaga), adalah
pelaksanaan uji fungsi seluruh peralatan pokok kapal meliputi peralatan
keselamatan dan peralatan kapal yang tergabung pada kondisi teknis dan
kelaikan material dalam melaksanakan fungsi kemampuan keselamatan,
kemampuan apung, kemampuan gerak, kemampuan layar dan kemampuan fungsi
asasi.
Tahap terakhir yaitu pelaksanaan pengujian Sea Accepted Test
(SAT/Uji Kelaikan Laut), yang merupakan pengujian puncak meliputi
pengujian keseluruhan materi HAT di laut dengan ditambahkan dengan
materi–materi olah gerak kapal/manuver.
Pelaksanaan uji HAT dan SAT pada kapal 110 meter menggunakan jasa
dari Dinas kelaikan TNI AL (Dislaikmatal) dengan pertimbangan fungsi
dari kapal 110 meter adalah melaksanakan patroli keamanan dan
keselamatan di laut.
Pelaksanaan uji HAT dan SAT ini dihadiri dan diawasi oleh beberapa
pejabat Bakamla RI diantaranya Kepala Biro Sarana dan Prasarana Laksma
TNI Tugas Eko, Staf Ahli Bidang Operasi Laksda TNI (Purn) Busran Kadri,
Kasubdit Operasi Laut Kolonel Laut (P) Imam hidayat, dan Tim Pejabat
Penerima Hasil Pekerjaan (PPHP) Ujang Rusmana, S.Si. Selain itu,
terdapat pula Tim Uji Kelaikan Kapal dari Dislaikmatal yang dipimpin
oleh Letkol Laut (T) Hilman.
Selanjutnya, kapal 110 meter akan memasuki tahap pemasangan senjata dan peralatan khusus.
Pemilihan nama KN. Tanjung Datu merupakan representasi tugas yang
diemban oleh Bakamla RI yang turut menjangkau pulau-pulau terluar di
wilayah Indonesia. Sebagaimana diketahui, Tanjung Datu merupakan daerah
perbatasan Indonesia dengan Malaysia. Di kawasan hutan lindung lereng
Gunung Datu terdapat menara mercusuar setinggi 43 meter, yang sekaligus
menandakan batas kepemilikan wilayah NKRI.
Dengan segala daya dan upaya yang dimiliki, Bakamla RI akan berjuang
untuk mengamankan lautan nusantara. Raksamahiva Camudresu Nusantarasya -
Kami Penjaga Lautan Nusantara
Duta
Besar Amerika Serikat (AS) untuk PBB Nikki Haley kembali menyatakan
pihaknya tidak akan lagi bermurah hati di PBB. Foto/Reuters
WASHINGTON
- Duta Besar Amerika Serikat (AS) untuk PBB Nikki Haley kembali
menyatakan pihaknya tidak akan lagi bermurah hati di PBB. AS kemarin
baru saja mengumumkan pemotongan dana bantuan untuk PBB.
Haley
menuturkan bahwa AS kecewa dengan keputusan yang diambil PBB mengenai
Yerusalem, dan menegaskan AS tidak akan lagi membiarkan kemurahan hati
mereka dimanfaatkan oleh pihak lain.
"Washington mengurangi
fungsi manajemen dan dukungan PBB yang membengkak, meningkatkan dukungan
untuk prioritas utama AS di seluruh dunia, dan menanamkan lebih banyak
disiplin dan akuntabilitas di seluruh sistem PBB," kata Haley, seperti
dilansir Russia Today pada Selasa (26/12).
"inefisiensi dan
pengeluaran berlebihan PBB sudah terkenal. Washington tidak akan lagi
membiarkan kemurahan hati rakyat Amerika dimanfaatkan atau tetap tidak
terkendali. Pengurangan historis ini, adalah langkah awal dari banyak
langkah lain menuju PBB yang lebih efisien dan akuntabel, yang merupakan
langkah besar menuju arah yang benar," sambungnya.
Seperti
diketahui, Haley kemarin mengumumkan keputusan pemerintah Presiden
Donald Trump yang memotong dana bantuan untuk badan dunia itu sebesar
USD285 juta atau sekitar Rp3,8 triliun.
Keputusan Washington soal
pemangkasan bantuan dana PBB periode anggaran 2018-2019 ini sebagai
konsekuensi kekalahan AS dan Israel dalam voting soal resolusi terkait
status Yerusalem di Majelis Umum PBB.
128 negara anggota PBB
telah memilih mendukung resolusi pembatalan pengakuan sepihak Presiden
Trump atas Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel. Sebanyak sembilan
negara—termasuk AS dan Israel—memilih menolak resolusi. Sedangkan 35
negara lainnya memilih abstain. Dengan perbadingan suara 128-9, pihak AS
dan Israel kalah telak.
Amerika Serikat Pangkas Bantuan untuk Anggaran PBB
Duta Besar Amerika Serikat untuk Perserikatan
Bangsa-bangsa, Nikki Haley menyatakan pihaknya berhasil memangkas
bantuan untuk anggaran PBB sebesar US$285 juta pada tahun anggaran
2018-2019. (AFP PHOTO / JIM WATSON)
Jakarta, CB -- Amerika Serikat mengurangi
bantuan untuk Perserikatan Bangsa-bangsa tahun anggaran 2018-2019.
Langkah itu diambil pasca ancaman Presiden Donald Trump untuk menghentikan bantuan bagi negara-negara yang mendukung Resolusi Majelis Umum PBB soal Yerusalem pekan lalu.
Menurut
pernyataan Kantor Perwakilan AS di PBB, Amerika Serikat berhasil
menawar pengurangan sumbangan ke PBB sebesar US$285 juta (sekitar Rp3,8
triliun) dibandingkan anggaran 2016-2017 pada anggaran final 2018-2019.
"Selain
penghematan biaya yang signifikan, kami mengurangi fungsi manajemen dan
pendukung PBB, meningkatkan dukungan bagi prioritas utama AS di seluruh
dunia, dan menanamkan lebih banyak disiplin dan akuntabilitas dalam
sistem PBB," kata Duta Besar AS untuk PBB, Nikki Haley seperti dilansir
Perwakilan AS di PBB, Minggu (24/12).
"Inefisiensi
dan pemborosan PBB sudah terkenal. Kami tidak akan lagi membiarkan
kemurahan hati rakyat Amerika dimanfaatkan atau tidak terkendali.
Pengurangan pengeluaran bersejarah ini, juga langkah lain untuk membuat
PBB lebih efisien dan akuntabel, merupakan langkah besar menuju arah
yang benar. Meskipun kami senang dengan hasil negosiasi anggaran tahun
ini, Anda dapat pastikan kami akan terus mencari cara untuk meningkatkan
efisiensi PBB sekaligus melindungi kepentingan kami," kata Haley.
Salah
satu tujuan pemerintah Trump adalah mengurangi jumlah kontribusi AS ke
PBB. Amerika Serikat saat ini menyumbang 22 persen dari anggaran tahunan
PBB, atau sekitar US$3,3 miliar per tahun, menurut PolitiFact.
Majelis
Umum PBB sebelumnya telah menyetujui anggaran operasional sekitar
US$5,4 miliar untuk tahun 2016 dan 2017. Anggaran rutinnya saja,
terpisah dari anggaran PBB, untuk mencakup operasi pasukan perdamaian di
seluruh dunia mencapai US$7,8 untuk tahun 2017 saja.
Kalangan konservatif AS mengkritik PBB karena tidak lagi mengedepankan
kepentingan AS. Kritikan itu makin menguat setelah PBB meloloskan
resolusi yang menentang keputusan Trump mengakui Yerusalem sebagai Ibu
Kota Israel.
Sebelum pemungutan suara, Trump menyatakan bahwa AS
akan mengurangi bantuan luar negeri ke negara-negara yang mendukung
resolusi PBB itu. Haley menyatakan AS akan mencatat negara-negara yang
turut menyokong lolosnya Resolusi Majelis Umum PBB pro-Palestina, yang
mengecam pengakuan Trump atas Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel itu.
Resolusi Majelis Umum PBB itu menuai dukungan dari 128 negara anggota PBB, Kamis (21/12), dengan sembilan menolak, 35 abstain.
"Mereka mengambil ratusan juta dolar bahkan miliaran dolar, dan
mereka memilih untuk menentang kami. Kami mengamati pemungutan suara.
Biarkan mereka memilih untuk menentang kita. Kita akan berhemat banyak.
Kami tak peduli," kata Trump sebelum pemungutan suara di Sidang Darurat
Khusus Majelis Umum PBB, Kamis (21/12).
Status Yerusalem telah
lama ditentukan bahwa hal itu harus diambil melalui negosiasi perdamaian
Israel-Palestina. Keputusan Trump memutarbalikkan kebijakan luar negeri
Amerika Serikat, melanggar sejumlah resolusi dan hukum internasional.
Yerusalem Timur, yang didambakan Palestina untuk menjadi ibu kotanya
jika merdeka, dijajah Israel sejak 1967.
Pangeran Turki al-Faisal, mantan kepala intelijen Arab Saudi. Foto/BBC
RIYADH
- Arab Saudi menyampaikan keinginannya untuk memperkaya uraniaum, bahan
utama senjata nuklir. Keinginan itu muncul, saingan utamanya, Iran,
juga memperkaya uranium melalui program nuklirnya.
Ambisi Riyadh
untuk memiliki program nuklir seperti Teheran disampaikan Pangeran Turki
al-Faisal, mantan kepala intelijen Arab Saudi, kepada Reuters.
Dia mengatakan bahwa negaranya tidak akan melepaskan hak ”berdaulat”-nya untuk memiliki sebuah program nuklir sipil.
Pangeran
Turki menunjuk Iran sebagai contoh argumennya, di mana Teheran membuat
kesepekatan dengan Amerika Serikat (AS) dan kekuatan dunia lainnya pada
2015 yang memberikan hak Teheran untuk menjalankan program nuklir sipil.
Hak itu diberikan sebagai pembenaran jika Iran melepaskan ambisi untuk
memiliki senjata nuklir.
Dalam beberapa pekan mendatang, Riyadh
dijadwalkan mengadakan pembicaraan dengan Washington mengenai kerja sama
nuklir. Pembicaraan itu akan memungkinkan perusahaan AS mengajukan
penawaran kontrak multi-miliar dolar untuk membangun dua reaktor nuklir
pertama di kerajaan Teluk tersebut.
Arab Saudi sejatinya sudah
lama menginginkan pembangunan reaktor nuklir untuk tujuan damai dan
sipil. Program ini bisa menjadi jalan bagi Riyadh untuk memperkaya
uranium, bahan untuk pembuatan senjata nuklir.
Menurut Pangeran
Turki, Saudi harus diizinkan melakukan hal yang sama seperti yang
dikerjakan Iran, sesuai perjanjian nonproliferasi global. ”Jadi,
kerajaan, dari sudut pandang itu, akan memiliki hak yang sama dengan
anggota lain (dari perjanjian nonproliferasi), termasuk Iran,” katanya,
yang dilansir Sabtu (23/12/2017).
Riyadh berencana membangun
fasilitas nuklir yang menghasilkan listrik 17,6 gigawatt (GW) pada 2032.
Fasilitas itu akan setara dengan sekitar 16 reaktor nuklir.
Pangeran
Turki menambahkan, satu-satunya cara untuk menghentikan pengayaan
uranium adalah dengan mendirikan zona bebas senjata nuklir di Timur
Tengah. Ini merupakan gagasan lama yang telah didukung oleh majelis
nuklir PBB.
”Ini tidak akan terjadi dalam semalam. Anda harus
menetapkan skala waktu untuk negosiasi guna memasukkan diskusi regional
antara calon anggota zona tersebut pada isu-isu yang bukan hanya nuklir,
namun juga untuk mencapai perdamaian di Timur Tengah antara Israel dan
Palestina,” katanya.
Citra satelit yang menunjukkan lokasi reaktor nuklir Korea Utara (Korut) Yongbyon.
CB, WASHINGTON -- Amerika Serikat (AS),
mengumumkan sanksi kepada dua pejabat Korea Utara, Selasa (26/12).
Keduanya dianggap berperan dalam mengembangkan rudal balistik di negara
tersebut.
Pemberian sanksi ini merupakan langkah terakhir dalam sebuah
kampanye menekan Korut untuk melepaskan program nuklir dan misilnya.
Departemen Keuangan AS menyebut dua pejabat tersebut sebagai Kim Jong
Sik dan Ri Pyong Chol.
Kim dilaporkan merupakan tokoh kunci dalam upaya Korea Utara untuk
mengalihkan program misilnya dari bahan cair ke bahan bakar padat.
Sementara Ri dilaporkan menjadi pejabat kunci yang terlibat dalam
pengembangan rudal balistik antar benua (ICBM) di negara tersebut.
"Kami menargetkan para pemimpin program rudal balistik Korea Utara,
sebagai bagian dari kampanye tekanan maksimum kami untuk mengisolasi
(Korea Utara) dan mencapai Semenanjung Korea yang sepenuhnya
denuklirisasi," kata Menteri Keuangan Steven Mnuchin dalam sebuah
pernyataan, sebagaimana dilansir dari Reuters, Rabu (27/12).
"Tindakan ini mengikuti Resolusi Dewan Keamanan PBB hari Jumat
(22/12), yang memberlakukan sanksi baru dan kuat terhadap Korea Utara
yang selanjutnya menutup kemampuannya untuk mengumpulkan dana
terlarang," lanjut Steven.
Dewan Keamanan PBB memberlakukan sanksi baru terhadap Korea Utara
pekan lalu atas sebuah uji ICBM baru-baru ini. Sanksi tersebut berusaha
membatasi akses negara tersebut ke produk minyak bumi dan minyak mentah
dan pendapatannya dari pekerja di luar negeri.
Korea Utara, yang telah bekerja untuk mengembangkan rudal
bertingkat nuklir yang mampu menyerang AS, menyatakan langkah-langkah
tersebut untuk menjadi tindakan perang dan setara dengan blokade ekonomi
yang menyeluruh terhadap mereka.
Ilustrasi - Pemandangan percobaan roket
balistik antarbenua yang baru dikembangkan Hwasong-15 yang sukses
diluncurkan, dalam foto tidak bertanggal yang disiarkan oleh Pusat
Agensi Berita Korea Utara (KCNA) di Pyongyang, Kamis (30/11/2017).
(REUTERS/KCNA/cfo)
Seoul (CB) - Korea Utara sedang mempersiapkan untuk
meluncurkan sebuah satelit, ungkap sebuah surat kabar Seoul pada Selasa
(26/12), saat pengamat dari luar memperingatkan bahwa program luar
angkasa rezim itu adalah upaya menutupi sebuah uji coba senjata.
Pyongyang
berada di bawah beberapa sanksi PBB atas uji coba nuklir dan misilnya
serta dilarang melakukan peluncuran dengan menggunakan teknologi rudal
balistik termasuk satelit.
"Melalui berbagai jaringan, baru-baru
ini kami mengetahui bahwa Korea Utara telah menyelesaikan sebuah satelit
baru dan menamainya Kwangmyongsong-5," lapor harian Joongang Ilbo,
mengutip seorang narasumber pemerintah Korea Selatan.
"Rencana mereka adalah memasang satelit yang dilengkapi kamera dan perangkat telekomunikasi ke orbit," katanya.
AFP
melaporkan, Pyongyang meluncurkan satelit Kwangmyongsong-4 mereka pada
Februari 2016, yang sebagian besar masyarakat internasional anggap
sebagai uji coba rudal balistik yang disamarkan.
Pada sebuah
pertemuan dewan Majelis Umum PBB pada Oktober, wakil kedutaan PBB Korea
Utara Kim In-Ryong mengatakan bahwa negaranya memiliki sebuah rencana
2016-2020 untuk mengembangkan "satelit praktis yang dapat berkontribusi
pada pembangunan ekonomi dan peningkatan kehidupan masyarakat."
Dia
menekankan hak Korea Utara untuk memproduksi dan meluncurkan satelit
"tidak akan berubah hanya karena Amerika Serikat (AS) menolaknya."
Brasil mengusir diplomat senior Venezuela
sebagai langkah balasan atas pengusiran duta besarnya di Caracas.
Presiden Venezuela Nicolas Maduro mengusir para diplomat Brasil dan
Kanada yang dianggap campur tangan dalam urusan dalam negeri karena
mengkritik pemerintahannya. (Miraflores Palace/Handout via REUTERS)
Jakarta, cb -- Brasil mengusir kuasa
usaha Venezuela, sebagai pembalasan atas pengusiran diplomat Brasil dari
Caracas. Langkah serupa juga telah diambil Kanada.
Kuasa Usaha Venezuela di Brasil, Gerardo Antonio Delgado Maldonado diperintahkan untuk meninggalkan negeri itu, Selasa (26/12).
"Brasil
memutuskan untuk menyatakan kuasa usaha Venezuela persona non grata,"
kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Brasil seperti dilansir kantor
berita Jerman Deutsche Welle, Rabu (27/12). "Dalam prakteknya, ini berarti dia harus meninggalkan negeri ini secepatnya."
Langkah tersebut diambil Brasil sebagai balasan atas keputusan Caracas mengusir Duta Besar Brasil untuk Venezuela Ruy Pereira.
Foto: REUTERS/Carlos Garcia Rawlins Kerusuhan dalam aksi demonstrasi anti-pemerintah di Caracas, Venezuela.
Presiden Venezuela Nicolas Maduro tidak mengakui pemerintahan Brasil di
bawah Presiden Michel Temer yang konservatif, setelah mantan Presiden
Dilma Rousseff yang berhaluan kiri dimakzulkan tahun lalu.
Sebelumnya,
Kanada juga mengusir kuasa usaha Venezuela dari Ottawa. Keputusan itu
diambil setelah rezim Maduro mengusir kuasa usaha Kanada dari Caracas.
Dalam
pernyataan yang dikeluarkan pada Hari Natal, Menteri Luar Negeri
Kanada, Chrystia Freeland menyatakan selain resiprokal, pemerintahnya
juga tidak akan membiarkan pemerintah Venezuela merampok hak demokrasi
dan hak asasi manusia rakyatnya sendiri.
"Sebagai respons atas langkah rezim Maduro, saya mengumumkan
bahwa duta besar Venezuela untuk Kanada, yang telah ditarik oleh
pemerintah Venezuela untuk memprotes sanksi Kanada melawan pejabat
Venezuela yang terimplikasi korupsi dan pelanggaran ham, tidak lagi
diterima di Kanada. Saya juga menyatakan persona non grata pada kuasa
usaha Venezuela," kata Freeland, seperti dilansir situs berita TeleSur.
Rezim Maduro menuding para diplomat Brazil dan Kanada campur tangan
dalam urusan dalam negeri Venezuela. Keputusan Maduro mengusir diplomat
kedua negara didukung oleh Parlemen negeri yang terpuruk akibat krisis
ekonomi dan politik tersebut.
Brazil adalah satu dari beberapa
negara tetangga Venezuela di Amerika Latin yang mengecam cengkeraman
Maduro, serta tindakannya yang menginjak-injak demokrasi serta HAM.
Venezuela,
negeri kaya minyak itu menderita hiperinflasi dan kekurangan bahan
pangan dan obat-obatan. Di beberapa kota besar Venezuela, rakyat
menggelar aksi protes besar-besaran hingga melumpuhkan kota. Lebih dari
160 orang diyakini tewas dalam aksi demonstrasi tersebut.
serangan di wilayah perbatasan pegunungan yang
memisahkan Badan Kurram Wilayah Kesukuan Federal (FATA) Pakistan dari
Afghanistan sejak Presiden AS Donald Trump mulai menjabat pada Januari.
s(U.S. Air Force photo)
Jakarta, CB -- Sebuah serangan pesawat
tanpa awak (drone) milik Amerika Serikat (AS) menyerang sepanjang
perbatasan Pakistan dan Afghanistan. Serangan tersebut menewaskan
seorang komandan militan Taliban yang bersekutu dengan jaringan Haqani.
Pejabat
Pakisttan mengatakan, belum jelas, apakah rudal tersebut menyerang
wilayah perbatasan Afghanistan atau Paistan. Namun, anggota jaringan dan
saksi mata menyebut, insiden tersebut terjadi di dalam wilayah
Pakistan.
Dikutip dari Reuters, diduga
terdapat beberapa serangan di wilayah perbatasan pegunungan yang
memisahkan Badan Kurram Wilayah Kesukuan Federal (FATA) Pakistan dari
Afghanistan sejak Presiden AS Donald Trump mulai menjabat pada Januari.
Trump telah mengambil sikap keras terhadap Pakistan, yang menurutnya
memberikan tempat aman bagi teroris, termasuk Taliban Afghanistan dan
Jaringan Haqqani yang melakukan serangan di Afghanistan.
Pejabat
Pakistan yang berbasis di wilayah tersebut dan tak mau disebutkan
namanya menyebut, serangan pesawat tanpa awal yang diduga terjadi pada
Selasa (26/12) tersebut menargetkan kendaraan seorang komandan militan
bernama Jamiuddin. Ia menambahkan, serangan tersebut juga membunuh
seorang rekan komandan tersebut.
"Maulvi Jamiuddin adalah orang
yang kami percaya. Dia adalah bagian dari organisasi kami dan digunakan
untuk memfasilitasi pejuang kami selama gerakan mereka di Afghanistan,"
terang seorang anggota senior Jaringan Haqqani.
Dia menambahkan bahwa Jamiuddin bepergian dengan mobilnya di wilayah
Kurram Pakistan dan tidak ada rekannya yang terbunuh dalam serangan
tersebut.
"Jamiuddin menghentikan mobilnya untuk percakapan di
telepon selulernya saat pesawat tak berawak menembakkan dua rudal dan
membunuhnya di tempat kejadian," kata anggota Haqqani yang lain.
Seorang
penduduk di daerah tersebut bernama Rehmanullah mengaku melihat
serangan di dekat area Mata Sanghar di wilayah Kurram, seberang provinsi
Paktia di Afghanistan.
"Saya melihat dua rudal menabrak kendaraan dan orang-orang di dalamnya terbunuh," terangnya.
Peningkatan serangan pesawat tak berawak di wilayah Pakistan
merupakan salah satu langkah yang bisa dilakukan AS sepanjang Islamabad
tetap menjadi tempat yang aman bagi para militan.
Pada bulan
Oktober, tiga serangan yang diduga terjadi dalam dua hari menewaskan 31
orang, yang menurut pejabat Pakistan, termasuk anggota Taliban
Afghanistan dan Jaringan Haqqani, yang bersekutu dengan Taliban.
Serangan
tersebut terjadi beberapa hari setelah pasangan Kanada-Amerika
disandera oleh Taliban dibebaskan dari daerah di barat laut Pakistan.
Ini menjadi catatan positif langka dalam hubungan negara-negara yang
sering dilanda hubungan negatif dengan Amerika Serikat.
Arab Saudi Bebaskan 23 Tahanan Kasus Korupsi. (Reuters).
RIYADH
- Arab Saudi membebaskan 23 orang dari sedikitnya 200 tokoh penting
yang ditahan sejak November dalam kasus korupsi. Pembebasan dilakukan
setelah mereka mencapai kesepakatan dengan pemerintah.
Laporan
tersebut itu dirilis surat kabar Okaz, kemarin. Laporan itu tidak
menyebut nama-nama tokoh yang dibebaskan pada gelombang pertama ini.
Sebelumnya, para anggota keluarga kerajaan, pebisnis dan pejabat
pemerintah ditahan dalam pemberantasan korupsi oleh Putra Mahkota Arab
Saudi Mohammed bin Salman.
Para tersangka yang sangat penting dan
berpengaruh itu ditahan di hotel mewah Ritz Calton, Riyadh, sejak awal
November. Mereka diminta menyerahkan aset-aset dan uang tunai sebagai
ganti atas kebebasan mereka.
“Lebih banyak tahanan akan
dibebaskan dalam beberapa hari mendatang dan proses pengadilan akan
segera dimulai untuk mereka yang terus menyangkal tuduhan terhadap
mereka,” ungkap laporan Okaz, dikutip kantor berita Reuters.
Otoritas
Saudi melihat kesepakatan dengan para tokoh itu bukan pemerasan tapi
kewajiban untuk mengembalikan uang yang diambil secara ilegal dari
kerajaan selama beberapa dekade. Video yang diunggap di media sosial
menunjukkan mantan Chief Executive Officer (CEO) Saudi Telecom Saoud
al-Daweesh sedang tersenyum sambil mengatakan bahwa dia telah
diperlakukan dengan baik.
“Unit Pengadilan Kerajaan memberika
nkami makanan penuh domba siang dan malam. Mereka memperlakukan kami
dengan baik dan melakukan pekerjaan bagus,” papar Saoud.
Pejabat Saudi tidak merespon permintaan untuk memberi komentar tentang laporan terbaru itu.
Pertengahan
bulan ini, Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz menyatakan
pemerintahannya bertekad memberantas korupsi dengan keadilan dan tegas.
Pernyataan Raja Salman muncul saat kerajaan itu mendorong visi untuk
meninggalkan ketergantungan dari minyak.
Saat berpidato di depan
Dewan Shura yang ditayangkan televisi, Raja Salman menegaskan, Saudi
akan bekerja untuk menjadikan sektor swasta sebagai mitra dalam
pembangunan.
Aparat keamanan telah menangkap sejumlah tokoh
politik dan elit bisnis, termasuk para pangeran dan pengusaha pada awal
November lalu dalam pemberantasan korupsi. Beberapa pengamat melihat
penangkapan itu juga dalam upaya membantu memperkuat pengaruh Putra
Mahkota Saudi.
Saat pidato tentang isu ekonomi, Salman
menjelaskan, kerajaan itu mendorong reformasi ekonomi dalam Visi 2030
untuk menemukan sumber pendapatan baru bagi Saudi. Meski demikian, dia
menegaskan, korupsi menjadi ancaman utama untuk pembangunan ekonomi.
“Kami
telah putuskan, dengan izin Tuhan, untuk memberantas korupsi dengan
keadila ndan ketegasan sehingga negeri kita dapat menikmati kebangkitan
dan pembangunan yang diinginkan seluruh rakyat,” ungkap Raja Salman,
dikutip kantor berita Reuters.
"Jadi, perintah kami
untuk membentuk komite tertinggi bagi isu korupsi publik yang dipimpin
putra mahkota dan syukur pada Tuhan bahwa itu sedikit orang,” ujar Raja
Salman.
Saat ini Arab Saudi mencanangkan reformasi ekonomi, sosial dan budaya di
negara tersebut. Langkah reformasi itu dipimpin langsung oleh putra
mahkota. Beberapa langkah yang telah diambil antara lain mengembangkan
berbagai proyek pembangunan di penjuru Saudi.
Kerajaan itu juga
melakukan perubahan kebijakan secara radikal, seperti mulai mengizinkan
wanita mengemudi mobil, dan bioskop boleh beroperasi di Saudi. Kedua
kebijakan ini sempat ditentang oleh kelompok konservatif di Saudi. Meski
demikian, pemerintah tetap melanjutkan kebijakan itu.
Raja Arab Saudi, Salman bin Abdulaziz Al Saud berbincang dengan putranya, Pangeran Mohammed bin Salman. REUTERS
CB, Jakarta - Sejumlah sumber dekat dengan penentang Arab Saudi mempertayakan kematian anggota Kerajaan, Brigadir Jenderal Ali bin Abdullah al-Jarasah al-Qahtani.
Kematian
pejabat Kerajaan itu diyakini oleh beberapa pihak akibat disiksa oleh
para algojo yang mengintrograsinya di Hotel Ritz-Carlton, Riyadh.
Penangkapan 11 pangeran termasuk Alwaleed bin Talal terjadi setelah terbentuknya sebuah komisi anti-korupsi.
Menurut laporan Middle East Monitor, dia ditahan di hotel supermewah tersebut karena tuduhan korupsi yang dialamatkan oleh Komite Antikorupsi bulan lalu.
"Kondisi
kesehatan Al-Qahtani bagus dan dia tidak menderita sakit apapun selama
dalam tahanan," kata sumber yang tak bersedia disebutkan namanya.
Laporan resmi yang dikeluarkan oleh Kerajaan menyebutkan, dia meninggal akibat stroke mendadak.
Pangeran
Miteb bin Abdul Aziz saat berada di Janadriyah di pinggiran Riyadh,
Arab Saudi, 15 Februari 2008. Putra Raja Abdullah bin Abdul Aziz
tersebut ditangkap Komite Anti-Korupsi Arab Saudi atas dugaan korupsi
pengadaan Walkie-Talkie. AFP PHOTO/HASSAN AMMAR
Namun
keterangan tersebut ditolak oleh pihak keluarga, khususnya putra-putra
Al-Qahtani. Mereka juga tidak menampik laporan bila kematian ayahnya
akibat siksaan.
Kelompok
hak asasi manusia internasional dan organisasi kemanusiaan mengutuk
pemerintahan Arab Saudi karena melarang keluarga menemui para tahanan.
Al-Qahtani ditahan bulan lalu setelah rekannya, Pangeran Turki bin Abdullah ditahan oleh otoritas Kerajaan Arab Saudi karena tuduhan korupsi terkait proyek pembangunan metro Riyadh.
Guatemala, dulu bangsa besar, kini diterpa kriminalitas dan kemiskinan.
CB - Nama Guatemala menyita perhatian dunia ketika negara anggota PBB mengambil voting soal Yerusalem, beberapa waktu lalu.
Guatemala, menjadi satu dari sedikit negara yang menyetujui klaim Amerika Serikat, soal Yerusalem sebagai ibukota Israel.
Guatemala pun menegaskan keputusan itu, setelah Presiden
mereka, Jimmy Morales mengeluarkan perintah untuk memindahkan kedutaan
negaranya di Israel, dari Tel Aviv ke Yerusalem.
Morales pun mengakui, bahwa Israel adalah negara sahabat sejati mereka, dan berharap hubungan kerjasama bisa berlanjut.
Keputusan Guatemala mendukung suara Trump, memang sangat wajar.
Selama ini, Amerika Serikat adalah donor terpenting bagi bantuan ke Guatemala, sebuah negara miskin di Amerika Tengah.
Dikutip dari listverse.com, berikut 8 fakta soal Guatemala yang mungkin belum anda ketahui : 1. Kartel Narkoba Berkuasa
Negara ini bisa dibilang menjadi surga kartel narkoba.
Otoritas Guatemala memang telah menggulung sejumlah gang narkoba kelas kakap, tapi kartel-kartel besar lainnya masih beroperasi. Polisi menyita narkoba temuan. (Business Insider)
Masih ada gang narkoba keji seperti MS-13 atau Sinaloa asal Meksiko.
Penjual kokain dan mariyuana masih berkeliaran di jalanan. 2. Korupsi Tinggi
Sebagai negara miskin, angka korupsi di Guatemala sangat tinggi.
Bekas presiden Guatemala, Otto Perez Molina, terlibat dalam skandal suap dan korupsi.
Dia juga dituding tak segan membunuh lawan politik, bahkan pendeta-pendeta gereja.
3. Pembantaian
Kasus pembantaian etnis besar-besaran pernah terjadi di Guatemala.
Antara tahun 1981-1983, sebanyak 200.000 anggota suku Maya
asli diburu, lantaran dicap melakukan tindakan kriminal dan dianggap
ikut paham komunis.
Sebuah pasukan pemburu berkeliaran memburu mereka, dan tak segan langsung membunuh.
Pasukan ini ditengarai mendapat pasokan senjata dari pemerintah Amerika Serikat.
4. Diobok-obok Amerika
Amerika sempat mengintervensi Guatemala di tahun 1980-an dengan alasan melawan paham komunis.
Amerika pun mempersenjatai sejumlah orang yang ingin mengkudeta pemerintah resmi.
Negara pun akhirnya kisruh, dan terjadi perang saudara.
5. Negara Tua
Bangsa Guatemala sesungguhnya merupakan bangsa tua.
Daerah yang bernama Guatemala ini telah dihuni sejak 20.000 tahun yang lampau.
Banyaknya artefak dan peninggalan prasejarah Suku Maya jadi bukti.
Mereka sudah mengenal kalender dan waktu jauh di masa prasejarah.
Sayang, bangsa yang dulu besar ini kini mengalami kemunduran. Suku Maya di masa pra sejarah. (pinterest)
Setelah pelaut Spanyol datang, bangsa ini selalu berperang satu sama lain.
Orang Spanyol menganggap suku Maya asli sebagai budak.
Hal ini pun sampai sekarang masih terjadi.
Orang keturunan Spanyol ada di kasta hidup tinggi, sementara suku primitif malah di kasta rendah. 6. Perang Saudara
Guatemala adalah nama lain untuk perang saudara.
Konflik seakan tak pernah ada habisnya.
Sebanyak 200.000 orang Guatemala disebut tewas, sejak perang saudara berkecamuk dari tahun 1960 sampai 1996.
Isu terbesar perang saudara adalah perang antara pro dan anti paham komunis. 7. Lubang Raksasa
Salah satu fenomena alam dahsyat yang terjadi adalah munculnya petaka lubang raksasa di tengah kota Guatemala City.
Peristiwa ini terjadi pada 30 Mei 2010.
Lubang ini berdiameter 18 meter. Lubang raksasa di Guatemala (listverse.com)
Dalamnya, kira-kira sama dengan bangunan 30 lantai.
Sebuah gedung 3 lantai dan sebuah rumah lenyap ditelan lubang ini.
Satu orang meninggal dunia. 8. Negara Paling Menakutkan di Benua Amerika
Pencurian mobil, pemerkosa di siang hari, perampokan bersenjata api, atau polisi palsu yang tiba-tiba berjualan narkoba.
Sebut saja, semua kejahatan ada di siang bolongnya Guatemala. Anggota Geng di Guatemala. (The Gilded Passport)
Negara ini memang dikenal sebagai salah satu negara paling menakutkan di dunia.
Sebanyak 5.000 orang tewas karena kekerasan setiap tahunnya.
Indonesia mengecam keputusan Presiden
Guatemala Jimmy Morales untuk memindahkan kedutaan di Israel dari Tel
Aviv ke Yerusalem. (AFP PHOTO / Jewel SAMAD)
Jakarta, CB -- Pemerintah Indonesia
mengecam keputusan Guatemala yang berencana memindahkan kedutaannya dari
Tel Aviv ke Yerusalem mengikuti langkah Presiden AS Donald Trump mengakui kota suci tersebut sebagai ibu kota Israel.
"Indonesia
mengecam keputusan Guatemala yang berencana memindahkan kedutaannya di
Israel ke Yerusalem," demikian Kementerian Luar Negeri RI pada Selasa
Malam lewat akun resmi Twitternya.
Keputusan tersebut dianggap tidak sesuai dengan hukum internasional mengenai status Yerusalem.
Kemlu RI menyatakan bahwa mempertahankan kesepakatan internasional
terkait status quo Yerusalem adalah penting bagi tercapainya solusi dua
negara dalam konflik Palestina-Israel.
Foto: REUTERS/Ronen Zvulun
Kota Yerusalem
Pada Minggu (24/12), Presiden Guatemala Jimmy Morales
mengumumkan bahwa dia telah memberikan instruksi untuk memindahkan
kedutaannya di Israel ke Yerusalem, beberapa hari setelah pemerintahnya
mendukung Amerika Serikat mengenai status kota tersebut.
Reuters
melaporkan bahwa dalam sebuah kiriman singkat di akun Facebook
resminya, Morales mengatakan bahwa dia memutuskan memindahkan
kedutaannya tersebut dari Tel Aviv ke Yerusalem setelah berbicara dengan
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Minggu (24/12).
Pada 6
Desember 2017, Trump mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel,
bertolak belakang dengan kebijakan luar negeri AS selama beberapa
dekade. Keputusan tersebut membuat kemarahan dunia Arab serta
sekutu-sekutunya di Barat.
Status
Yerusalem merupakan salah satu halangan paling sulit untuk mencapai
kesepakatan damai antara Israel dan Palestina, yang menginginkan
Yerusalem Timur sebagai ibu kota mereka. Sejak Perang Enam Hari pada
1967, Yerusalem Timur berada dalam jajahan Israel.
Masyarakat
internasional tidak mengakui kedaulatan Israel atas seluruh kota
tersebut, yang merupakan tempat suci bagi umat Islam, Yahudi dan
Kristen. Resolusi Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) No. 478 tahun 1980
mengecam klaim sepihak Israel atas Yerusalem sebagai ibu kotanya dan
melarang negara-negara untuk membangun kedutaan di Yerusalem.
Pada
Kamis, 128 negara menentang Trump dengan mendukung resolusi Majelis
Umum PBB. Meski tidak mengikat, pengesahan Resolusi Majelis Umum itu
menandakan penolakan terhadap langkah AS soal Yerusalem.
Guatemala dan negara tetangganya, Honduras, adalah dua dari
sembilan negara yang bergabung dengan AS dan Israel yang menolak
pengesahan resolusi tersebut. Lima lainnya, selain AS, Israel, Guatemala
dan Honduras adalah Kepulauan Marshall, Mikronesia, Nauru, Palau, dan
Togo.
AS merupakan sumber bantuan penting bagi Guatemala dan
Honduras, dan Trump telah mengancam akan memotong bantuan keuangan ke
negara-negara yang mendukung resolusi PBB.
Issa Kassissieh, menggunakan kostum Santa Claus menunggangi
unta saat membagikan pohon Natal pada warga di Kota Tua Yerusalem, 21
Desember 2017. Kassissieh melakukan ini bertujuan untuk menghilangkan
beberapa ketegangan setelah Trump menjadikan Yerusalem jadi ibukota
Israel. REUTERS
CB, Palestina --
Kementerian Luar Negeri Palestina mengecam keputusan pemerintah
Guatemala, yang mengumumkan bakal memindahkan kantor kedutaan-besarnya
ke Kota Yerusalem mengikuti langkah Amerika Serikat.
Langkah
Guatemala ini menyusul pengumuman Presiden AS, Donald Trump, pada Rabu,
6 Desember 2017, untuk memindahkan kantor kedubes AS dari Tel Aviv ke
Kota Yerusalem. Trump juga menyebut status kota ini sebagai ibu kota
Israel.
"Itu
merupakan tindakan ilegal dan memalukan yang melanggar keinginan para
pemimpin gereja di Yerusalem dan melanggar resolusi PBB yang mengutuk
langkah itu," begitu pernyataan Kementerian Luar Negeri Palestina
seperti dilansir Asharq Al Awsat, Senin, 25 Desember 2017.
Kementerian
menyatakan tindakan Guatemala ini sebagai pelanggaran nyata dan sikap
bermusuhan terhadap hak-hak bangsa Palestina dan hukum internasional.
"Negara Palestina akan bertindak dengan mitra regional dan internasional
untuk menolak keputusan ilegal ini," begitu pernyataan dari Kementerian
Luar Negeri Palestina.
Pengumuman Guatemala ini disampaikan
beberapa hari setelah negara itu mendukung Amerika Serikat dalam
pemungutan suara tidak mengikat di PBB mengenai status Kota Yerusalem,
Kamis 21 Desember 2017. Resolusi PBB itu menganulir keputusan AS untuk
mengubah status Kota Yerusalem menjadi ibu kota Israel. Resolusi juga
melarang pemindahan misi diplomatik ke Kota Yerusalem.
Dalam
proses voting, resolusi ini mendapat dukungan 128 negara dengan empat
diantaranya merupakan anggota Dewan Keamanan PBB seperti Cina, Rusia,
Inggris dan Perancis. Amerika Serikat, Guatemala dan tujuh negara
lainnya menolak resolusi ini. 35 negara memilih abstain seperti Kanada
dan Meksiko. Lalu 21 negara absen dalam proses voting.
Presiden
Guatemala, Jimmy Morales, mengatakan,"Hari ini, saya berbicara dengan
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dalam suasana hubungan yang
sangat baik. Kami mendukung berdirinya negara Israel." Pernyataan ini
diunggah di akun Facebook dan dilansir media Al Jazeera. Sebelumnya,
Morales mengatakan kepada media di Guatemala bahwa negaranya secara
historis adalah pendukung Israel.
"Kami adalah sekutu setia Israel sejak 70 tahun silam," ucapnya. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Israel, Emmanuel Nahshon, menyambut baik niat pemindahan kedutan besar Guatemala ke Yerussalem. "Itu sebuah keputusan yang sangat penting," tulis Nahshon di akun Twitternya.
Qatar Desak Guatemala Batalkan Pemindahan Kedutaan ke Yerusalem
Qatar
melemparkan kecaman keras atas keputusan Guatemala untuk mengakui
Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel, dan memindahkan kedutaannya ke
Yerusalem. Foto/Istimewa
DOHA
- Qatar melemparkan kecaman keras atas keputusan Guatemala untuk
mengikuti langkah Amerika Serikat (AS) mengakui Yerusalem sebagai Ibu
Kota Israel, dan memindahkan Kedutaan Besarnya ke Yerusalem. Doha
kemudian mendesak Guatemala untuk segera membatalkan keputusan tersebut.
Kementerian
Luar Negrei Qatar menuturkan, keputusan Guatemala tersebut tidak sesuai
dengan resolusi yang disetujui oleh Majelis Umum PBB. Karenanya, Qatar
meminta Guatemala segera menarik keputusan itu.
"Keputusan
Guatemala bertentangan dengan konsensus internasional yang diwujudkan
oleh penolakan Majelis Umum PBB untuk menolak pengakuan Yerusalem
sebagai Ibu Kota Israel dan seruan majelis tersebut untuk menahan diri
untuk tidak mendirikan misi diplomatik di sana," kata Kemlu Qatar.
"Kami
menganggap keputusan oleh Guatemala ini batal demi hukum dan tidak
memiliki makna hukum. Kami berharap bahwa Guatemala akan
mempertimbangkan kembali langkah tersebut," sambungnya dalam sebuah
pernyataan, seperti dilansir Anadolu Agency pada Selasa (26/12).
Kecaman
dan desakan serupa juga disampaikan oleh Yordania, dengan menggambarkan
keputusan Guatemala sebagai tindakan provokatif, dan pelanggaran
terhadap resolusi Majelis Umum PBB.
"Kami menolak keputusan
Guatemala untuk memindahkan kedutaannya ke Yerusalem. Wilayah yang
diduduki Israel, yakni Yerusalem adalah ibu kota negara Palestina,
sesuai dengan pada perbatasan pra-1967, tetap merupakan prasyarat untuk
mencapai perdamaian di wilayah ini," kata Menteri Luar Negeri Yordania
Ayman al-Safad.
Qatar dan Yordania Minta Guatemala Tarik Keputusannya
Jerusalem
CB, DOHA - Qatar dan Yordania mengecam keputusan
Guatemala untuk memindahkan Kedutaan Besarnya untuk Israel dari Tel
Aviv ke Yerusalem. Mereka meminta Guatemala segera menarik keputusan itu
karena bertentangan dengan seruan Majelis Umum PBB.
"Keputusan Guatemala bertentangan dengan konsensus
internasional yang diwujudkan dalam keputusan Majelis Umum PBB yang
menolak pengakuan Yerusalem sebagai ibu kota Israel [oleh AS] dan seruan
majelis tersebut untuk menahan diri untuk tidak mendirikan misi
diplomatik di sana," ujar Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Qatar dalam
sebuah pernyataan, Selasa (26/12).
"Kami menganggap keputusan [Guatemala] ini batal demi
hukum dan tidak memiliki makna hukum," tambahnya. Kemenlu Qatar berharap
Guatemala dapat mempertimbangkan keputusan tersebut.
Sementara Yordania menggambarkan keputusan Guatemala itu
sebagai tindakan provokatif dan pelanggaran terhadap resolusi
internasional. "Kami menolak keputusan Guatemala untuk memindahkan
kedutaannya ke Yerusalem," ujar Menteri Luar Negeri Yordania, Ayman
al-Safadi, pada Senin (25/12) malam, dikutip Anadolu.
"Yerusalem yang diduduki [Israel] adalah ibu kota negara
Palestina, yang pendiriannya, pada perbatasan 1967, tetap merupakan
prasyarat untuk mencapai perdamaian di wilayah ini," tambah Safadi.
Pada Ahad (25/12), setelah berbicara dengan Perdana
Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Presiden Guatemala Jimmy Morales
mengumumkan negaranya akan memindahkan Kedutaan Besar untuk Israel dari
Tel Aviv ke Yerusalem. Keesokan harinya, Kemenlu Palestina mengecam
tindakan tersebut dan menganggapnya sebagai tindakan yang tidak
terhormat.
Pernyataan Morales disampaikan sekitar tiga pekan
setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan keputusannya untuk mengakui
Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Pekan lalu, Majelis Umum PBB telah
mengadopsi sebuah resolusi yang meminta AS untuk menarik pengakuannya
atas kota tersebut sebagai ibu kota Israel.
Sebanyak 128 negara anggota PBB memilih untuk mendukung
resolusi tersebut. Namun ada sembilan negara yang menentangnya, termasuk
Guatemala, dan 35 negara yang abstain. Sementara 21 negara anggota
tidak memberikan surat suara.
Tidak seperti resolusi yang diadopsi oleh 15 anggota Dewan Keamanan PBB, resolusi Majelis Umum PBB dianggap tidak mengikat.
Foto bertanggal 28 November 2016 memperlihatkan Presiden Guatemala Jimmy
Morales (kiri) berjabat tangan dengan Perdana Menteri Israel Benjamin
Netanyahu (kanan) dalam sebuah perjanjian bilateral.(ABIR SULTAN/POOL/AFP)
GUATEMALA CITY, CB - Guatemala mengikuti jejak Amerika Serikat (AS) yang mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.
Presiden
Guatemela, Jimmy Morales, dalam postingan di Facebook Minggu
(24/12/2017) menyatakan bakal memindahkan kedutaan besarnya dari Tel
Aviv ke Yerusalem.
Dikutip dari Al Jazeera Senin (25/12/2017), Morales berujar dia telah menjalin percakapan dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.
Dalam perbincangan tersebut, topik yang paling hangat adalah rencana Morales memindahkan kedutaan besarnya ke Yerusalem.
"Jadi,
saya memberi tahu Anda sekalian, saya telah menginstruksikan jajaran
menteri saya untuk berkoordinasi agar (pemindahan) cepat terjadi," kata
Morales.
Ucapan Morales mendapat tanggapan dari Menteri Luar Negeri Emmanuel Nahshon.
Dalam kicauannya di Twitter, Nahshon menyatakan bahwa pernyataan Morales dianggap sebagai "keputusan penting".
"Kabar yang sangat indah! Viva la amistad Guatemala y Israel (Panjang umur persahabatan Guatemala dan Israel)," ujar Nahson.
Thank you Guatemala ???????? for your important decision to move your Embassy to #Jerusalem! Wonderful news and true friendship!!Viva la amistad entre Guatemala y Israel ????????????????. @IsraelMFA @Israel
— Emmanuel Nahshon (@EmmanuelNahshon) December 25, 2017
Kamis (21/12/2017), Guatemala termasuk di antara sembilan
negara termasuk AS dan Israel yang menolak rancangan resolusi terhadap
Yerusalem dalam pertemuan Dewan Umum PBB.
Sejak awal, Morales menegaskan bahwa pemerintahannya sangat mendukung Israel.
"Selama
70 tahun kami selalu menjaga persahabatan kami dengan Israel, yang kami
anggap sebagai sekutu terdekat kami," kata Morales.
Pindah ke Yerusalem, Guatemala Merasa Sekutu Israel
Presiden Guatemala, Jimmy Morales. REUTERS/Jose Cabezas
CB, Jakarta - Guatemala
mengumumkan rencana pemindahan kantor kedutaan besarnya ke Yerusalem
sebagaimana dilakukan Amerika Serikat. Negeri itu merasa menjadi sekutu
dan pendukung Israel.
Presiden
Guatemala Jimmy Morales membenarkan bahwa negaranya segera merelokasi
kedutaan besarnya dari Tel Aviv ke Yerusalem, Ahad, 24 Desember 2017.
Pengumuman ini disampaikan beberapa hari setelah Guatemala mendukung
Amerika Serikat dalam pemungutan suara not-binding di PBB mengenai Yerusalem, Kamis 21 Desember 2017.
PM Israel, Benjamin Netanyahu dan Presiden Guatemala, Jimmy Morales. timesofisrael.com
"Hari
ini, saya berbicara dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu
dalam suasana hubungan yang sangat baik. Kami mendukung berdirinya
negara israel," kata Morales yang menulis pernyataannya di laman
Facebook, Ahad, seperti dikutip Al Jazeera.
Dia melanjutkan, "Salah satu pembicaraan saya yang paling penting adalah mengembalikan kedutaan besar Guatemala ke Yerusalem."
Juru
bicara Kementerian Luar Negeri Israel, Emmanuel Nahshon, menyambut baik
niat pemindahan kedutan besar Guatemala ke Yerussalem. "Itu sebuah
keputusan yang sangat penting," tulis Nahshon di akun Twitter.
Warga
Palestina penyandang disabilitas, Ibraheem Abu Thuraya, mengikuti demo
menentang Yerusalem ibu kota Israel dari atas kursi roda. Ia kehilangan
kakinya akibat serangan udara Israel ke Jalur Gaza, Palestina, pada
2008. REUTERS
Pada Kamis, 21 Desember 2017, Guatemala
bersama Amerika Serikat, Israel, dan enam negara lainnya menentang
resolusi dalam Sidang Umum PBB atas keputusan Washington yang memutuskan
pengakuan Amerika Serikat atas Yerusalem "batal demi hukum".
Sebelumnya, Morales mengatakan kepada media di Guatemala bahwa negaranya secara historis adalah pendukung Israel. "Kami adalah sekutu setia Israel sejak 70 tahun silam," ucapnya.
Menteri
Luar Negeri Filipina Alan Peter Cayetano membantah kabar bahwa Filipina
akan memindahkan Kedutaan Besarnya di Israel dari Tel Aviv ke
Yerusalem. Foto/Istimewa
MANILA
- Menteri Luar Negeri Filipina Alan Peter Cayetano membantah kabar
bahwa Filipina akan memindahkan Kedutaan Besarnya di Tel Aviv ke
Yerusalem, dengan mengatakan bahwa Israel tidak pernah meminta
pemerintah Filipina untuk mempertimbangkan tindakan tersebut.
Kabar
ini muncul setelah Wakil Menteri Luar Negeri Israel, Tzipi Hotovely
mengatakan, lebih dari 10 negara tengah mempertimbangkan untuk mengakui
Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel. Mereka akan mengikuti jejak Amerika
Serikat (AS) dan Guatemala yang sebelumnya telah melakukan hal itu.
Hotodely
tidak menyebutkan salah satu dari 10 negara tersebut, namun mengatakan
negara itu memiliki tradisi Kristen yang kuat. Filipina, Republik Ceko
dan Rumania disebut adalah beberapa negara yang akan melakukan hal itu,
setelah mereka tidak hadir saat voting pekan lalu di PBB mengenai
Yerusalem.
"Agar adil terhadap Israel, mereka belum memberi tahu
atau meminta kami untuk memindahkan Kedutaan Besar kami di sana," kata
Cayetano dalam sebuah wawancara dengan media setenpat.
"Sebenarnya,
mereka mengklarifikasi laporan yang ada kepada rekan-rekan mereka bahwa
Filipina tidak berkomunikasi dengan mereka bahwa kami akan memindahkan
kedutaan kami atau tidak," sambungnya, seperti dilansir GMA pada Selasa
(26/12).
Dia kemudian menuturkan bahwa Filipina juga sudah
melakukan komunikasi dengan negara-negara Timur Tengah dan menjelaskan
sampai saat ini Manila tidak memiliki rencanan, atau sudah melakukan
komunikasi dengan Israel mengenai kemungkinan pemindahaan kedubes ke
Yerusalem.
"Kami telah berkomunikasi dengan jelas kepada semua
teman kami di Timur Tengah bahwa tidak ada diskusi atau perpindahan
untuk memindahkan kedutaan kami dari Tel Aviv," ucapnya.
Cayetano
menambahkan Filipina mendukung solusi dua negara, dan menyampaikan
bahwa Filipina bahkan bersedia berperan sebagai penengah, jika memang
diminta.
CB, TEL AVIV -- Pemerintah Israel mengklaim
tengah menjalin hubungan dengan 10 negara yang berencana memindahkan
kedutaan besarnya untuk Israel ke Yerusalem. Hal ini disampaikan sehari
setelah Presiden Guatemala Jimmy Morales mengumumkan akan memindahkan
kedutaan besar negaranya dari Tel Aviv ke Yerusalem.
"Kami
berhubungan dengan setidaknya 10 negara, beberapa di antaranya di Eropa
untuk membahas langkah ini (pemindahan kedutaan besar ke Yerusalem),"
ungkap Wakil Menteri Luar Negeri Israel TzipiHotovely, seperti
dilaporkan laman Al Arabiya, Selasa (26/12).
Kendati
demikian Hotovely enggan menyingkap negara-negara mana saja yang sedang
berencana memindahkan kedutaan besarnya ke Yerusalem. Namun, berdasarkan
beberapa sumber diplomatik Israel, empat negara di antaranya adalah
Filipina, Rumania, Sudan, dan Honduras.
Majelis Umum PBB, pada
Kamis (21/12), telah menyetujui resolusi yang dengan tegas meminta
Amerika Serikat (AS) menarik pengakuannya atas Yerusalem sebagai ibu
kota Israel. Resolusi ini disepakati 128 negara dan ditolak sembilan
negara lainnya. Sedangkan 35 negara memilih abstain.
Namun Duta
Besar AS untuk PBB Nikki Haley mengatakan resolusi yang diadopsi Majelis
Umum PBB tak akan menyurutkan rencana negaranya untuk memindahkan
kedutaan besarnya dari Tel Aviv ke Yerusalem. "AS akan menempatkan
kedutaannya di Yerusalem. Inilah yang rakyat Amerika inginkan dan ini
adalah hal yang benar untuk dilakukan. Tidak akan ada pemungutan suara
di PBB yang akan membuat perbedaan mengenai hal itu," ujar Haley.
Pada
6 Desember lalu, Presiden AS Donald Trump mengakui Yerusalem sebagai
ibu kota Israel. Keputusan Trump dikecam dan diprotes negara-negara Arab
dan Muslim karena dinilai telah melanggar kesepakatan serta resolusi
internasional terkait Yerusalem.
Israel Lobi 10 Negara Agar Pindahkan Kedutaan ke Yerusalem
Wakil Menteri Luar Negeri Israel Tzipi Hotoveli.
CB, YERUSALEM -- Israel telah mendekati
sedikitnya 10 negara agar mau memindahkan Kedutaan Besar mereka untuk
Israel dari Tel Aviv ke Yerusalem. Hal ini dilakukan setelah Amerika
Serikat (AS) mengakui kota tersebut sebagai ibu kota Israel.
"Kami
berhubungan dengan sedikitnya 10 negara, beberapa di antaranya di
Eropa, untuk membahas langkah tersebut," kata Wakil Menteri Luar Negeri
Israel Tzipi Hotovely kepada radio publik, dikutip Arab News.
Hotovely
berbicara sehari setelah Guatemala mengatakan akan memindahkan kedutaan
besarnya ke Yerusalem. Langkah Guatemala ini dikecam oleh Otoritas
Palestina dan dianggap sebagai keputusan yang memalukan.
Menurut
Hotovely, pengakuan Presiden AS Donald Trump akan memicu pengakuan yang
sama dari negara-negara lainnya. "Sejauh ini kita baru melihat awalnya,"
kata dia.
Ia tidak menyebutkan nama-nama negara yang didekati.
Namun radio publik mengutip sumber diplomatik Israel mengatakan
Honduras, Filipina, Rumania, dan Sudan Selatan termasuk di antara
negara-negara yang diminta untuk mempertimbangkan langkah pemindahan
kedutaan.
Beberapa negara, terutama di Amerika Latin, telah
memiliki misi diplomatik di Yerusalem. Namun resolusi Dewan Keamanan PBB
pada 1980 telah mengecam upaya Israel untuk mengubah karakter dan
status kota tersebut, dengan mengatakan hal ini adalah penghalang bagi
perdamaian.
Tidak ada negara yang saat ini memiliki kedutaan
besarnya di Yerusalem. Mereka tetap mempertahankan kedutaannya di ibu
kota komersial Israel, Tel Aviv.
CB, MOSKOW -- Pemerintah Rusia memulai
pembangunan basis militer permanen di Suriah. Basis militer permanen ini
akan mencakup pangkalan angkatan laut dan angkatan udara di Tartus dan
Hmeimim.
"Pekan lalu Panglima Tertinggi (Presiden Vladimir Putin)
menyetujui struktur dan basis di Tartus dan Hmeimim (pangkalan udara).
Kami telah mulai membentuk kehadiran permanen di sana," ungkap Menteri
Pertahanan Rusia Sergei Shoigu pada Selasa (26/12).
Pernyataan
Shoigu ini muncul setelah Dewan Federasi Rusia, pada Selasa,
meratifikasi sebuah kesepakatan antara Rusia dan Suriah. Adapun
kesepakatan tersebut yakni tentang memperluas fasilitas angkatan laut di
dekat kota pelabuhan Tartus dan menjadikannya sebuah pangkalan angkatan
laut penuh.
Menurut dokumen kesepakatan yang diratifikasi
tersebut, kapal-kapal Rusia, termasuk kapal penjelajah bertenaga nuklir,
akan diizinkan memasuki perairan dan pelabuhan Suriah. Lebih terperinci
lagi, kesepakatan yang baru saja disahkan Dewan Federasi Rusia
memungkinkan negara tersebut menempatkan 11 kapal perangnya di Tartus.
Hal
ini pun telah dikonfirmasi oleh kepala komite keamanan dan pertahanan
majelis tinggi Rusia Viktor Bondarev. "Kesepakatan ini akan memperluas
fasilitas angkatanlaut di Tartus, satu-satunya pangkalan angkatan laut
Rusia di Laut Tengah danmemberikan kapal perang Rusia akses ke perairan
dan pelabuhan Suriah," ujar Bondarev.
Kesepakatan terkait
pembangunan dan pemanfaatan fasilitas angkatan laut di Tartus ini akan
berlangsung selama 49 tahun. Kendati demikian, kesepakatan ini dapat
diteruskan kembali bila kedua negara menghendaki.
Sementara
pangkalan udara di Hmeimim memang telah digunakan Rusia untuk
melancarkan serangan udara terhadap kelompok pemberontak dan teroris di
Suriah. Serangan tersebut dilakukan sebagai bentuk dukungan Rusia
terhadap pemerintahan Presiden Suriah Bashar al-Assad. Berdasarkan
kesepakatan, Rusia dapat menggunakanpangkalan udara Hmeimim tanpa batas
waktu.
Rusia mulai menggelar operasi militernya di Suriah pada
September 2015. Operasi militer ini dilakukan berdasarkan permintaan
langsung pemerintah Suriah yang dipimpin Assad. Kala itu, Pemerintah
Suriah mengalami kesulitan dan cukup kewalahan menghadapi perlawanan
kelompok milisi.
Sejak saat itu, militer Rusia mulai melakukan
serangan-serangan udara menargetkankelompok-kelompok yang menentang
pemerintah atau rezim Presiden Assad. Kelompoktersebut antara lain
Koalisi Nasional Suriah, Front al-Nusra, serta milisiISIS.
Kemudian
pada 11 Desember lalu, Putin meminta Kementerian Pertahanan Rusia untuk
mulai menarik pasukan militernya dari Suriah. Menurut Putin,selama dua
tahun menggelar operasi militer di Suriah, pasukan Rusia bersama tentara
Suriah telah berhasil memukul perlawanan kelompok teroris di negara
tersebut. "Mengingat hal ini, saya telah mengambil keputusan,
sebagianbesar kontingen militer Rusia yang tinggal di Suriah untuk
kembali ke rumah, keRusia," ujarnya.
Kendati telah memutuskan
untuk menarik pasukannya, Putin menegaskan negaranya siap untuk kembali
menggelar operasi militer bila kelompokmilisi dan teroris di Suriah
bangkit kembali. "Rusia siap menghadapi pukulanbaru bagi teroris jika
mereka kembali dan mencoba untuk mendobrak perdamaianSuriah," ujarnya.
Berkat
bantuan militer Rusia, pemerintah Suriah pun mulai menggenggam
kembalikekuasaannya. Hal ini disebabkan banyaknya daerah di Suriah yang
sebelumnyadikuasai kelompok milisi berhasil direbut kembali.
Penduduk sipil yang menyelamatkan diri
dari garis depan Kota Raqqa beristirahat di sebuah masjid di Raqqa,
Suriah, Kamis (12/10/2017). (REUTERS/Erik De Castro)
"Rusia tak menyumbang satu langkah pun untuk meredakan penderitaan rakyat Suriah ..."
Amman (CB) - Sekira 40 kelompok pemberontak Suriah menolak
konferensi di Sochi, Rusia, yang direncanakan Negeri Beruang Merah itu,
dengan menyatakan pihak Moskow berusaha melangkahi proses perdamaian
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Jenewa dan menyalahkan Rusia
melakukan kejahatan perang.
"Rusia tak menyumbang satu langkah
pun untuk meredakan penderitaan rakyat Suriah dan tidak menekan rezim
itu yang diklaimnya sebagai penjamin langkah nyata menuju sebuah
solusi," demikian pernyataan sekira 40 kelompok pemberontak terhadap
Pemerintahan Suriah di bawah Presiden Bashar al-Assad, Senin (25/12).
Kalangan pemberontak itu menyebut Rusia selama ini tidak menekan
Pemerintah Suriah untuk mencapai penyelesaian politik. Di dalam kelompok
pemberontak tersebut terdapat beberapa faksi militer yang
berpartisipasi dalam babak-babak awal pembicaraan perdamaian di bawah
payung PBB di markas badan dunia itu di Jenewa.
Rusia, yang
muncul sebagai pemain dominan di Suriah setelah intervensi militer besar
selama lebih dua tahun lalu, menerima dukungan dari Turki dan Iran
untuk menyelenggarakan kongres dialog nasional Suriah di Kota Sochi pada
29--30 Januari 2018.
"Rusia merupakan negara agresor yang melakukan kejahatan perang
terhadap rakyat Suriah. Negara itu mendukung rezim tersebut secara
militer dan membela secara politik dan lebih tujuh tahun mencegah
kecaman PBB terhadap rezim Assad," catat kalangan pemberontak Suriah,
layaknya dikutip Reuters.
Sebelumnya, pihak Moskow mengatakan bahwa menyasar para militan,
tetapi para pemberontak dan warga menyatakan serangan-serangan udara
Rusia yang dilakukan sejak kampanye udara dua tahun lalu telah merenggut
ratusan nyawa warga sipil dalam pengeboman kawasan-kawasan sipil jauh
dari garis depan.
Beberapa pemberontak mengatakan mereka belum membuat keputusan.
Utusan PBB untuk Suriah Staffan de Mistura mengatakan bahwa rencana
Rusia untuk menyelenggarakan kongres tersebut sebaiknya dinilai oleh
kemampuannya menyumbang bagi perdamaian, dan mendukung pembicaraan yang
dipimpin PBB di Jenewa untuk mengakhiri perang di Suriah.
CB, INGGRIS -- Angkatan Laut Kerajaan
mengungkapkan sebuah kapal frigate Inggris membayangi sebuah kapal
perang Rusia melewati Laut Utara di dekat perairan Inggris pada hari
Natal. HMS St Albans memonitor gerakan kapal Admiral Gorshkov yang
berada di area kepentingan nasional.
Dilansir dari BBC,
sebuah media Rusia menyatakan Admiral Gorshkov yaitu sebuah kapal
frigate peluru kendali ini masih dalam tahap uji coba. Angkatan Laut
Kerajaan juga melaporkan akhir-akhir ini terjadi kenaikan kunjungan unit
Rusia yang melewati perairan Inggris.
Inggris baru-baru ini
memperingatkan akan adanya ancaman baru oleh Rusia terhadap kabel
internet bawah laut. "HMS St Albans dikirim pada hari Sabtu untuk terus
mengawasi kapal perang baru milik Rusia yaitu Admiral Gorshkov saat
kapal tersebut melintasi perairan teritorial Inggris," ujar Angkatan
Laut Kerajaan.
Frigate Inggris akan tetap berada di laut pada hari Senin dan
memantau kapal Rusia tersebut dan akan kembali ke Portsmouth pada hari
Selasa. "Saya tidak akan ragu dalam mempertahankan perairan kita atau
menoleransi segala bentuk agresi. Inggris tidak akan pernah
terintimidasi ketika harus melindungi negara kita, rakyat kita, dan
kepentingan nasional kita," ujar Sekretaris Pertahanan Gavin Williamson.
Dalam
aktivitas terakhir yang terjadi melibatkan dua angkatan laut. HMS Tyne
sebuah kapal patroli juga diluncurkan untuk membayangi kapal pengumpulan
intelijen Rusia saat kapal tersebut berlayar melewati Laut Utara dan
Selat Inggris pada Ahad. Sementara helikopter Angkatan Laut melacak dua
kapal Rusia lainnya.
Januari lalu sebuah kapal perang Inggris dan tiga pesawat tempur RAF
mengawal pesawat terbang Rusia yang mengawal kapal induk Rusia Admiral
Kuznetsov dan sejumlah kapal lainnya ke Selat Inggris.
Admiral
Gorshkov adalah kapal pertama dari kelas baru multi-role blue-water
frigat yang masih harus menyelesaikan tes rudal sebelum memulai
layanannya dengan Angkatan Laut Rusia tahun depan. Kapal tersebut
dilaporkan telah berlayar secara teratur antara Laut Putih di lepas
pantai utara Rusia dan Baltik.
Laporan tentang intersepsi terbaru
tidak menjelaskan ke arah mana kapal Rusia tersebut menuju. Kapal
perang Rusia telah menggunakan perairan internasional Laut Utara dalam
beberapa waktu terakhir untuk berlayar dari dan ke Laut Tengah untuk
ditempatkan di Suriah.
Hubungan antara Inggris dan Rusia sendiri
sedang mengalami ketegangan sejak aneksasi Moskow di semenanjung Krimea
di Ukraina pada tahun 2014. Marsekal Sir Stuart Peach kepala staf
pertahanan Inggris mengatakan awal bulan ini Inggris dan NATO harus
memprioritaskan melindungi jalur komunikasi.
Kepala staf tersebut
berkata bahwa dalam waktu segera dan memiliki potensi bencana bagi
ekonomi jika jalur komunikasi tersebut dipotong dan terganggu.
Kabel-kabel tersebut melintasi dasar laut dan menghubungkan negara dan
benua.
Menteri
Luar Negeri Jerman Sigmar Gabriel mengatakan, ia tidak melihat Turki
dan juga Ukraina akan bergabung dengan Uni Eropa (UE) dalam waktu dekat.
Foto/Istimewa
BERLIN
- Menteri Luar Negeri Jerman Sigmar Gabriel mengatakan, ia tidak
melihat Turki dan juga Ukraina akan bergabung dengan Uni Eropa (UE)
dalam waktu dekat. Gabriel membayangkan bentuk kerjasama lainnya, meniru
apa yang dia sebut kesepakatan "pintar" Brexit.
Berbicara saat
melakukan jumpa pers di Berlin, Gabriel mengatakan bahwa dia tidak dapat
membayangkan Turki dan Ukraina sebagai anggota UE dalam beberapa tahun
mendapat. UE, lanjut Gabriel, mungkin memilih untuk menciptakan bentuk
kerjasama lain, termasuk yang dimodelkan pada hubungan EU-Inggris.
"Jika
kita bisa mencapai kesepakatan yang cerdas dengan Inggris Raya yang
menggarisbawahi hubungannya dengan Eropa setelah Brexit, maka itu bisa
menjadi model bagi negara lain," ucap Garbriel, seperti dilansir Russia
Today pada Selasa (26/12).
Gabriel, yang lebih fokus kepada
Turki, dimana kedua negara memang terlibat ketegangan dalam beberapa
bulan terakhir, menuturkan kerjasama bentuk lain antara UE dan Turki
bisa tercapai jika Ankara mengubah sikapnya.
"Ada kesempatan
untuk mengupayakan bentuk persatuan bea cukai yang baru dan dekat dengan
Ankara. Opsi semacam itu tidak berjalan baik, kecuali situasi di Turki
berubah," ucapnya.
Ketegangan antara Berlin dan Ankara baru-baru
ini didorong oleh gelombang penangkapan warga Jerman-Turki, termasuk
koresponden Die Welt, Deniz Yücel dan sejumlah aktivis hak asasi
manusia. Ketegangan ini memuncak saat Presiden Turki Recep Tayip Erdogan
menuduh Jerman melakukan praktik layaknua Nazi, dengan menentang
demonstrasi yang dilarang di kota-kota Jerman.
Warga membawa foto korban konflik
gerilya pada tahun 80-an dan 90-an setelah Presiden Peru Pedro Pablo
Kuczynski mengampuni mantan presiden Alberto Fujimori di Lima, Peru,
Senin (25/12/2017). (REUTERS/Mariana Bazo)
Lima (CB) - Mantan pemimpin Peru yang dikenal sebagai
diktator, Alberto Fujimori, pada Selasa memohon ampunan kepada rakyat
Peru "dari hati saya yang paling dalam" atas berbagai kekurangan semasa
pemerintahannya.
Ia juga menyatakan terima kasih kepada Presiden Pedro Pablo Kuczynski yang memberikan grasi dalam kesempatan Natal.
Dalam video yang diunggah di Facebook, Fujimori (79 tahun),
berjanji bahwa, sebagai orang bebas, ia akan mendukung imbauan Kuczynski
untuk mewujudkan rekonsiliasi. Fujimori menyiratkan bahwa ia tidak akan
kembali ke ranah politik.
"Saya sadar bahwa hasil pemerintahan saya diterima dengan baik oleh
sebagian pihak, tapi saya juga menyadari bahwa saya telah mengecewakan
sebagian rakyat lainnya," kata Fujimori, yang sedang sakit. Ia
menyampaikan pernyataan itu sambil membacakan catatannya dari tempat
tidurnya di rumah sakit.
"Dan kepada mereka (yang kecewa), saya memohon maaf dari hati saya yang terdalam."
Pernyataan itu merupakan permohonan maaf yang pertama kalinya
disampaikan Fujimori kepada bangsa Peru yang ia pimpin dengan tangan
besi dari 1990 hingga 2000.
Fujimori mengeluarkan pernyataan dua hari setelah kerusuhan muncul
saat para pengunjuk rasa menentang pengampunan baginya itu. Para
penentang menganggap ampunan yang diberikan kepada Fujimori sebagai
penghinaan bagi para korban serta mencurigai pemberian grasi itu sebagai
bagian dari kesepakatan politik untuk membantu Kuczynski aman dari
skandal.
Dengan grasi yang diberikan Presiden Kuczynski, Fujimori dibebaskan
dari hukuman atas korupsi dan pelanggaran hak asasi manusia pada masa
kepemimpinannya.
Pada Senin malam, Kuczynski (79 tahun), yang merupakan mantan
bankir Wall Street, meminta rakyat Peru yang menentang grasi itu untuk
"membuka halaman baru". Ia juga membela keputusannya, yang ia yakini
sebagai pengampunan yang dibenarkan untuk diberikan kepada sosok yang
dalam keadaan sakit serta karena pemerintahan Fujimori dianggap telah
membantu negara itu membuat kemajuan.
"Saya tidak dapat menggambarkan rasa syukur saya yang mendalam atas
langkah sulit yang telah diambil presiden, yang membuat saya menetapkan
dalam kehidupan saya sekarang untuk memutuskan mendukung imbauannya
bagi upaya mewujudkan rekonsiliasi," kata Fujimori.