Senin, 13 April 2015

Pesawat Rusia dan AS Hampir Bertabrakan di Atas Laut Baltik



Pesawat Rusia dan AS Hampir Bertabrakan di Atas Laut Baltik
Pentagon menyatakan, pesawat mata-mata mereka dan pesawat tempur Rusia hampir bertabrakan di atas laut Baltik.. Foto: istimewa
WASHINGTON  (CB) - Pentagon menyatakan, pesawat mata-mata mereka dan pesawat tempur Rusia hampir bertabrakan di atas laut Baltik. Mereka menyebut insiden ini hampir terjadi karena gaya terbang koboi pilot jet tempur Rusia.

"Pada Selasa (7/4/2015) pagi, pesawat mata-mata kami US RC-135U dicegat oleh pesawat Rusia Su-27 Flanker saat melakukan penerbangan rutin internasional. Pesawat tersebut terbang dengan cara yang tidak aman dan tidak profesional," ucap juru bicara Pentagon Eileen Lainez di Washington, Amerika Serikat (AS).

Lainez, seperti dilansir Spuntik pada Sabtu (11/4/2015) menyatakan, pihaknya telah mengajukan protes kepada pemerintah Rusia atas insiden tersebut. "AS memandang serius insiden ini, dan telah mengajukan protes kepada pemerintah Rusia melalui jalur diplomatik yang kami miliki," ucapnya.

Menurut beberapa laporan media AS, pesawat Rusia tersebut terbang secara berdampingan dengan jarak yang sangat dekat. Pesawat itu, menurut laporan media di AS hanya berjarak enam meter dari pesawat AS, dimana bila terdapat sedikit saja kesalahan dengan jarak sedekat itu, bisa berakibat sangat fatal.

Sementara itu, militer Rusia membantah pilot-pilot mereka telah terbang dengan manuver yang berbahaya. Menurut Negeri Beruang Merah itu pilot mereka memiliki disiplin yang tinggi, dan sangat patuh dengan regulasi ketat yang ditetapkan oleh otoritas penerbangan Rusia, yang dibuat berdasarakan peraturan internasional.

Credit  SINDOnews

Pentagon Protes Insiden Nyaris Tabrakan Pesawat AS dan Rusia




Pentagon Protes Insiden Nyaris Tabrakan Pesawat AS dan Rusia
Pentagon resmi memprotes insiden nyaris tabrakan pesawat AS dan Rusia. | (Ilustrasi/Theaviationist)
WASHINGTON (CB) - Pentagon atau Departemen Pertahanan Amerika Serikat (AS) resmi memprotes Rusia atas insiden nyaris tabrakan antara pesawat tempur Rusia dan pesawat AS di wilayah udara Laut Baltik.

Pentagon menyalahkan pilot pesawat tempur SU-27 Rusia yang sembrono saat mencegat pesawat AS. Pentagon mengecam pilot tempur Rusia yang mereka anggap bermanuver “tidak aman dan tidak profesional” dalam insiden pada 7 April 2015 pekan lalu. 


Juru bicara Pentagon, Mark Wright, mengatakan AS secara resmi sudah mengajukan protes kepada Rusia. Menurut Pentagon, pesawat AS, RC-135U terbang di wilayah udara internasional di utara Polandia. Namun, pesawat tempur Rusia SU-27 mencegat pesawat AS dengan kecepatan tinggi dari belakang, kemudian melewatinya.

”Pencegatan udara yang tidak profesional, memiliki potensi untuk menyebabkan kerusakan pada semua awak pesawat yang terlibat. Lebih penting lagi, tindakan ceroboh seorang pilot tunggal ini memiliki potensi untuk meningkatkan ketegangan antar-negara,” kata Wright, seperti dikutip Reuters, Senin (13/4/2015).

”Kegiatan udara ini berlangsung dalam konteks keamanan lingkungan yang kemudian berubah dalam pandangan agresi Rusia terhadap Ukraina,” ujarnya.


Ini bukan pertama kalinya AS telah memprotes Rusia atas pencegatan pesawat yang berbahaya. Sebelumnya, sebuah pesawat jet tempur Rusia mencegat pesawat pengintai pesawat AS di wilayah udara internasional di Laut Okhotsk.

Pihak Rusia sendiri sudah mengkonfirmasi alasan pencegatan pesawat AS itu. Menurut militer Rusia, pesawat mata-mata AS berusaha untuk menerobos wilayah udara Rusia, sehingga tindakan pencegatan dilakukan.



Credit  SINDOnews



Ini Alasan Pesawat Rusia Tempel Ketat Pesawat AS


Ini Alasan Pesawat Rusia Tempel Ketat Pesawat AS
Foto: sputnik
MOSKOW  (CB) - Rusia membeberkan alasan mengapa pesawat mereka memepet pesawat mata-mata Amerika Serikat (AS) di atas laut Baltik Selasa lalu. Menurut militer Rusia, pesawat mata-mata AS berusaha untuk menerobos wilayah udara mereka.

Pernyataan Rusia ini merupakan respon dari tuduhan Pentagon yang menyebut pesawat tempur Rusia mencegat pesawat mata-mata mereka dengan manuver berbahaya. Pentagon menyebut manuver yang dilakukan pesawat Rusia tersebut tidak aman dan tidak profesional. 


"Pesawat kami pada tanggal 7 April lalu melihat sebuah pesawat tidak dikenal mencoba memasuki wilayah kami, dan langsung bergerak dengan bermanuver pesawat tersebut untuk memastikan pesawat apa atau siapakah itu. Pesawat kami lalu memastikan bahwa itu adalah US RC-135U," ucap pejabat militer Rusia Mayor Jenderal Igor Konashenkov.

Melansir Spuntik pada Sabtu (11/4/2015), Konashenkov juga menyatakan bahwa pesawat mata-mata AS itu mematikan alat komunikasi mereka. Selain itu, dirinya juga menyebut AS tidak berhak untuk menilai kualitas pilot-pilot Rusia.

"Saya ingin menekankan bahwa US RC-135U bergerak menuju perbatasan Rusia dengan transponder yang dimatikan. Adapun mengenai kualitas pilot kami, hanya militer Rusia yang berhak menilai, dan bukan orang lain," imbuhnya.

"Selain itu, pesawat AS tersebut hanya terbang di sekitar wilayah udara kami, dan tidak menunjukan tanda-tanda akan bergerak menuju tempat lain," tambahnya.





Credit  SINDOnews

TNI AU Bakal Tambah Empat Skuadron Baru

TNI AU Bakal Tambah Empat Skuadron Baru

JAKARTA  (CB) - Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI AU) berencana menambah empat skuadron tempur baru untuk menjaga kedaulatan wilayah udara Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Kemungkinan besar, skuadron baru tersebut akan dibentuk di wilayah timur Indonesia. Kepala Dinas Penerangan Angkatan Udara (Kadispenau) Marsma TNI Hadi Tjahjanto membenarkan ada rencana penambahan rencana empat skuadron baru tersebut.

Dalam rencana strategis (renstra) yang disusun, TNI AU akan memiliki 11 skuadron pesawat tempur. Saat ini skuadron yang telah terbentuk baru ada tujuh dengan kekuatan di masing-masing skuadron sebanyak 16 pesawat tempur dari berbagai jenis. ”Sehingga masih kurang empat skuadron lagi. Ini akan dibentuk sampai rencana strategis (renstra) ketiga.

Saat ini kita masih berada di renstra kedua, mudah-mudahan mulai 2019 sampai 2024 keinginan kita untuk membentuk 11 skuadron tempur bisa terwujud. Namun, harus diingat bahwa renstra ini berbasis pada minimum essential force (MEF), bukan pada kondisi ideal,” ungkap Hadi di Jakarta kemarin.

Rencana itu termasuk pembentukan enam skuadron angkut, empat skuadron helikopter, dan skuadron pengintaian. Hadi menambahkan, saat ini keberadaan skuadron pesawat tempur milik TNI AU terkonsentrasi di bagian tengah, dalam hal ini Pulau Jawa. Kemudian di bagian barat yakni Pekanbaru, Riau yang sudah ada 1 skuadron F-16.

”Skuadron tersebut juga bisa diback up oleh skuadron yang ada di Pontianak, Kalimantan Barat. Barang kali evaluasi itu akan ke timur, tapi semua itu akan dilihat dari tren dan spektrum ancaman,” ungkapnya.

Pengamat militer Universitas Indonesia (UI) Wawan Purwanto menilai, penambahan skuadron tempur merupakan hal yang wajar untuk diwujudkan dan kebutuhan yang selayaknya harus dimiliki dalam rangka menuju pada kekuatan minimum.

”Selama ini banyak kejadian yang tidak kita inginkan karena sistem pertahanan udara kita keropos dan alutsista yang dimiliki terbatas ditambah pesawat yang ada sudah berumur,” katanya.

Credit  Koran SINDO

Pembangkit Listrik Nuklir Pertama Akan Hadir di Kaltim


 Pembangkit Listrik Nuklir Pertama Akan Hadir di Kaltim
Pembangkit listrik nuklir. (Foto: Reuters)
JAKARTA  (CB) - Pemerintah akan mendirikan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) pertama di Indonesia. PLTN tersebut, rencananya akan dibangun di provinsi Kalimantan Timur (Kaltim). Gubernur Kalimantan Timur Awank Faroek Ishak menyatakan, akan melakukan pembangunan PLTN di wilayahnya. Dia mengklaim hal ini sudah mendapat dukungan dari Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan).
"Untuk Pergub Nomor 17 tahun 2015 Tanggal 10 April 2015, tentang PLTN, akan dimintakan izin kepada presiden," kata dia di Hotel Santika, Jakarta, Senin (13/4/2015).
Dia mengatakan, permohonan izin kepada Presiden Jokowi tersebut, akan mulai diajukan besok. Menurutnya, PLTN sangat cocok untuk didirikan di Kalimantan, lantaran wilayah tersebut dari bencana alam seperti gempa bumi, dan lokasi telah disiapkan.
"Lokasinya di Taliyasan (Kabupaten Berau) dan Sangkata (Kabupaten Kutai Timur). Berdasarkan pertimbangan tapak, kesiapan teknologi, kondisi infrastruktur dan potensi pengembangan regional," tukas dia.


Credit  Okezone

Putuskan Netral di Yaman, Pakistan Bersitegang dengan UAE

UAE dinilai telah melemparkan ancaman pada Pakistan.

Putuskan Netral di Yaman, Pakistan Bersitegang dengan UAE
Demonstrasi untuk perdamaian Yaman  (REUTERS/Faisal Mahmood)
 
CB - Islamabad menyerang balik Uni Emirat Arab (UEA), karena mengutuk hasil pemungutan suara di parlemen Pakistan, yang menetapkan agar Pakistan bersikap netral dalam konflik di Yaman.

Dilansir dari laman Al-Arabiya, Senin, 13 April 2015, Menteri Luar Negeri UEA, Anwar Gargash, menulis di Twitter, Sabtu, 11 April 2015, bahwa sikap Pakistan bertentangan, berbahaya dan tidak diharapkan.

Gargash menuding Pakistan berpihak dengan Iran, yang dituduh mendukung pemberontak Houthi. Dia juga menambahkan bahwa sikap yang diambil Pakistan, akan dibayar dengan harga yang mahal.

Parlemen Pakistan menghasilkan resolusi dengan suara bulat, Jumat, 10 April lalu, menolak permintaan Arab Saudi untuk mengirimkan pasukan, kapal dan pesawat tempur Pakistan ke Yaman.

Menteri Dalam Negeri Pakistan, Chaudhry Nisar Ali Khan, Minggu malam, 12 April, merespon pernyataan Gargash dengan menyebut UAE sedang membuat ancaman pada Pakistan.

"Ini bukan hanya ironis, tapi saat yang provokatif, bahwa seorang menteri UAE melemparkan ancaman pada Pakistan, melanggar semua norma diplomatik berdasarkan prinsip-prinsip hubungan internasional," kata Nisar.

Dia menegaskan bahwa Pakistan merupakan bangsa terhormat, yang memiliki rasa persaudaraan dengan UAE dan Arab Saudi. Pakistan merupakan negara pertama yang mengakui kemerdekaan UAE pada 1971.

Hubungan ekonomi kedua negara juga sangat erat, di mana UAE menjadi investor utama di Pakistan, serta 1,4 juta orang Pakistan bekerja di UAE. Pernyataan Gargash mengejutkan, karena Saudi tidak bermasalah dengan penolakan Pakistan.

Menteri Saudi, Syeikh Saleh bin Abdulaziz bin Mohammed Al Al-Syeikh, yang tiba di Islamabad pada Minggu malam, mengatakan resolusi parlemen Pakistan merupakan persoalan dalam negeri mereka.



Credit  VIVA.co.id

Indonesia Ingin Latihan Militer Rutin dengan AS di Natuna


Indonesia-AS gelar latihan militer kedua akhir pekan lalu.

Indonesia Ingin Latihan Militer Rutin dengan AS di Natuna
Pesawat P-3 Orion AS

CB - Indonesia menginginkan latihan militer rutin dengan Amerika Serikat (AS) dekat Natuna, wilayah di Laut China Selatan yang dekat dengan teritori yang diklaim China, ungkap kantor berita internasional.

Latihan militer gabungan AS-Indonesia telah digelar akhir pekan lalu di Batam, sekitar 480 kilometer dari Natuna. "Itu latihan kedua dengan AS," kata Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Laut,  Laksamana Pertama Manahan Simorangkir.

Dikutip Reuters, Senin, 13 April 2015, Manahan mengatakan Indonesia ingin membuat latihan militer bersama AS, menjadi kegiatan rutin, dengan rencana latihan berikutnya pada 2016.

Saat ini China terlibat dalam konflik maritim dengan beberapa negara di Asia Tenggara, terkait dengan klaim mereka di Laut China Selatan, digambarkan dengan sembilan garis terputus (nine-dash line).

Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengatakan pada Reuters pekan lalu, dia akan mengunjungi Natuna pada Mei, untuk menuntaskan rencana meningkatkan pangkalan militer.

"Telah ada bandara di Natuna, tapi tidak ada cukup pasukan, hanya beberapa marinir. Kami akan menambah pasukan di sana, mungkin dari angkatan udara, laut dan darat," katanya.

Manahan mengatakan latihan militer dengan AS, serta penambahan kekuatan di Natuna tidak ditujukan untuk merespon ancaman tertentu. "Penting untuk diingat, Indonesia tidak terlibat sengketa apa pun di Laut China Selatan," katanya.

"Kami tidak menginginkan adanya insiden di Laut China Selatan, dan berkomitmen pada pendekatan diplomatik yang selalu kami ambil," ucap Manahan.

Latihan militer yang digelar TNI AL dengan AS, melibatkan penggunaan pesawat mata-mata seperti P-3 Orion, yang bisa mendeteksi kapal laut dan kapal selam.






Credit   VIVA.co.id

Iran-Indonesia Sepakat Tingkatkan Nilai Kerjasama Ekonomi Kedua Negara


Iran-Indonesia Sepakat Tingkatkan Nilai Kerjasama Ekonomi Kedua Negara
 
Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi didampingi Wakil Menteri Luar Negeri AM Fachir temui pimpinan DPR di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (29/10/2014). 

CB, JAKARTA - Wakil Menteri Luar Negeri AM Fachir mengatakan nilai perdagangan 2 miliar dolar Amerika antara Indonesia dan Iran saat ini masih kecil sehingga perlu ditingkatkan kembali.
"Kedua negara harus me-reinvigorate bentuk kerja sama ekonominya sehingga sanggup melampaui angka tersebut," kata Fachir usai menerima kunjungan kehormatan Duta Besar Republik Islam Iran Y.M. Valioallah Mohammadi Nasrabadi, Jumat (10/4/2015).
Pernyataan AM Fachir diamini Mohammadi. Ia menyatakan komitmen Pemerintah Iran bakal meningkatkan lagi nilai perdagangan bilateral. Salah satu caranya melibatkan sektor perbankan kedua negara mencari solusi bersama permasalahan atas penyelesaian transaksi ekspor dan impor.
Nilai perdagangan bilateral Indonesia dan Iran pada 2013 dan 2014 hanya mencapai 568 juta dolar Amerika dan 430 juta dolar Amerika. Padahal, total perdagangan kedua negara sebelumnya selalu berada diatas 1 miliar dolar Amerika.
Penurunan signifikan terjadi pada berhentinya impor migas Indonesia dari Iran, dampak sanksi ekonomi perdagangan unilateral kepada Iran.
Potensi perdagangan kedua negara sangat besar mengingat sifatnya saling melengkapi. Iran membutuhkan hasil-hasil pertanian dan perkebunan Indonesia seperti sawit, teh, dan kopi, sementara Iran negara kaya minyak dan gas, serta unggul pada industri energi, teknologi infrastruktur, dan manufaktur.
Kendati begitu Fachir mengingatkan di tengah kondisi apa pun, pengembangan kerja sama perdagangan harus selalu diciptakan. Hal ini ditindaklanjuti saling kunjung delegasi Kamar Dagang dan Industri (KADIN) kedua negara.
"Diharapkan keberhasilan negosiasi nuklir antara Iran dan negara-negara P5+1 di Lausanne, Swiss, pada awal April 2015, memberikan optimisme tersendiri untuk meningkatkan hubungan perdagangan dan investasi dengan Iran," ujarnya.
Sementara untuk memajukan hubungan people-to-people linkageguna agar semakin terjalinnya saling pengertian antara masyarakat kedua bangsa, kedua pihak bakal menyepakati pengembangan kerja sama riset dan teknologi, pariwisata, budaya, dan pendidikan.
Terkait Peringatan Konferensi Asia-Afrika (KAA) 2015, Fachir mengapresiasi konfirmasi kehadiran Presiden Iran Dr Hassan Rouhani yang diyakini akan memberikan kontribusi besar, mengingat posisi Iran saat ini sebagai pemegang keketuaan Gerakan Non-Blok.
Selain itu, Fachir juga menyambut baik rencana delegasi pengusaha Iran yang akan hadir dalam ajang Asia-Africa Business Summit 2015.



Credit  TRIBUNNEWS.COM

Patroli PPRC TNI Temukan Senapan Milik Terduga Teroris

Ditemukan di pondok perkebunan di Desa Pantangolemba, Poso Pesisir.

Patroli PPRC TNI Temukan Senapan Milik Terduga Teroris
Senjata rakitan yang ditemukan saat latihan PPRC TNI di Poso (Mitha Meinansi/ Poso)
 
  CB – Seminggu mendekati masa akhir latihan perang yang digelar Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (PPRC) Tentara Nasional Indonesia (TNI), di Poso, Sulawesi Tengah, patroli TNI kembali menemukan sejumlah barang bukti, yang diduga milik kelompok teroris Poso.
Setelah sebelumnya patroli TNI menemukan pistol jenis Browning buatan Belgia beserta 48 butir amunisi caliber 9 milimeter di Dusun Gayatri Desa Kilo, kali ini pasukan PPRC kembali menemukan satu pucuk senjata api rakitan laras panjang kaliber 5,56 mm, 10 bungkus mie instan, 5 bungkus kopi sachet dan 1 botol minyak goreng.

Sejumlah barang itu ditemukan di sebuah pondok perkebunan di Desa Pantangolemba, Kecamatan Poso Pesisir, oleh anggota gabungan Tontaipur dan Sandha yang berjumlah Sembilan orang saat melakukan patroli di sekitar pegunungan Pantangolemba pada Sabtu 11 April 2015.

Sebuah informasi menyebutkan bahwa pondok tersebut bukan milik warga sekitar, melainkan pondok persembunyian kelompok teroris pimpinan Santoso. Kini sejumlah barang bukti hasil temuan itu telah diamankan di Posko PPRC di Bandara Kasiguncu Poso, dan nantinya akan dibawa ke Mabes TNI untuk dijadikan barang bukti.

Sementara itu, menurut Komandan PPRC, Panglima Divisi Infanteri 2, Majyen TNI Bambang Haryanto, selama pasukan TNI melakukan latihan gabungan di wilayah Pegunungan Poso Pesisir, Santoso dan kawan-kawannya telah menyingkir untuk sementara waktu dari wilayah latihan TNI.

"Saya belum tahu pasti mereka (kelompok teroris) menyingkir kemana, tetapi kelihatanya ada sebagian mereka yang masih bersembunyi. Tapi ada yang lainnya mungkin sementara menyingkir, tapi saya bilang ke semua prajurit yang berlatih harus selalu waspada jangan sampai kita terjebak," ujarnya Mayjen TNI Bambang Haryanto di Poso.



Credit  VIVA.co.id

Finlandia dan Swedia Merapat ke NATO, Rusia Geram



Finlandia dan Swedia Merapat ke NATO Rusia Geram
Rusia geram dengan keputusan Filandia dan Swedia yang mulai merapat ke NATO. | (Reuters)
 
 
MOSKOW   (CB) - Rusia menyampaikan “keprihatinan khusus” setelah Filandia dan Swedia ingin melakukan kerjasama yang lebih erat dengan NATO. Merapatnya dua negara Eropa ke NATO itu membuat Rusia geram karena merasa langkah itu sebagai ancaman terhadap Moskow.

Menurut Kementerian Luar Negeri Rusia, kedua negara Nordik itu sejatinya netral atau bukan anggota NATO. Namun, keputusan kedua negara itu untuk merapat ke NATO dianggap bisa mengguncang wilayah Eropa Utara.

Rusia menyatakan, bahwa mereka tidak menentang kedua negara itu untuk memecahkan solusi terkait keamanan dan pertahanan mereka masing-masing.”Tidak diragukan lagi, itu adalah hak kedaulatan setiap negara,” bunyi pernyataan Kementerian Luar Negeri Rusia yang diterbitkan di situs resmi kementerian itu.

Tapi, Rusia mereasa kedua negara itu mulai memposisikan diri untuk jadi ancaman bagi Moskow. ”Itu bertentangan dengan beberapa tahun terakhir, kerjasama militer Eropa Utara kini memposisikan diri untuk melawan Rusia. Hal ini dapat merusak kerjasama konstruktif positif,” lanjut pernyataan kementerian itu, seperti dikutip Russia Today, semalam (12/4/2015).

Rusia berharap Filandia dan Swedia masih konsisten dengan kebijakan pertahanan mereka yang non-blok. ”Alih-alih mencari dialog terbuka dan konstruktif dalam mencoba untuk meningkatkan keamanan di Eropa Utara dan di benua secara keseluruhan yang akan mencakup solusi untuk krisis Ukraina, kebijakan konfrontasi justru sedang dilakukan orang-orang di Eropa Utara,” lanjut kementerian itu.

Komentar kekecewaan Rusia itu muncul setelah deklarasi bersama dari lima negara Nordik, termasuk Denmark, Norwegia dan Islandia. Kementerian pertahanan negara-negara Nordik itu menyatakan, bahwa Eropa Utara harus siap untuk melawan ancaman Rusia.



Credit  SINDOnews

Meski Gemas, Saudi Tak Mau Perang dengan Iran


Meski Gemas Saudi Tak Mau Perang dengan Iran
Menlu Saudi, Saud al-Faisal, menegaskan Saudi tak perang dengan Iran. | (Reuters)
 
 
RIYADH  (CB) - Arab Saudi menegaskan tidak mau dan tidak sedang berperang dengan Iran dalam konflik Yaman. Kendati demikian, Saudi mengaku gemas dengan Iran yang mereka anggap terus mendukung kelompok pemberontakHouthi di Yaman.

Hal itu disampaikan Menteri Luar Negeri Kerajaan Arab Saudi, Pangeran Saud Al Faisal dalam konferensi pers bersama Menteri Luar Negeri Prancis, Laurent Fabius di Riyadh, hari Minggu. Faisal kembali mendesak Iran untuk menghentikan dukungannya terhadap milisi Houthi di Yaman. 


Menurut Faisal, agresi militer di Yaman oleh 10 negara Koalisi Teluk yang dipimpin Saudi sejak 26 Maret 2015 semata-mata untuk memenuhi permintaan Presiden Yaman yang sah, yakni Abed Rabbo Mansour Hadi. “Peran Iran di Yaman membuat gemas, dan telah menyebabkan peningkatan kekerasan di negara itu,” kata Faisal.

”Bagaimana Iran bisa meminta kami untuk menghentikan pertempuran di Yaman. Kami datang ke Yaman untuk membantu otoritas yang sah, dan Iran tidak bertanggung jawab atas Yaman,” katanya lagi, seperti dikutip Arab News, Senin (13/4/2015).

Sementara itu, Menlu Laurent Fabius, secara resmi menyampaikan dukungan agresi militer Koalisi Teluk terhadap Houthi di Yaman, yang diberi nama “Operation Decisive Storm” itu.

”Mengenai Yaman, kami di sini untuk menunjukkan dukungan kami, terutama dukungan politik untuk Pemerintah Saudi,” kata Fabius kepada wartawan, sebelum melakukan pertemuan dengan Raja Arab Saudi, Salman bin Abdulaziz.

Kelompok Houthi yang bersekutu dengan unit tentara loyalis mantan Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh, telah berupaya mengkudeta pemerintah Presiden Mansour Hadi. Sampai saat ini milisi Houthi dan pasukan loyalis Salah terus berperang dengan pasukan loyalis Presiden Hadi yang dibantu Koalisi Teluk. 


Perang di Yaman selama beberapa pekan telah menewaskan ratusan orang. Saudi sendiri mengklaim telah menewaskan lebih dari 500 milisi Houthi sejak agresi diluncurkan. Sedangkan Presiden Hadi yang melarikan diri dari Yaman karena diserbu milisi Houthi masih mencari perlindungan Arab Saudi.




Credit  SINDOnews

Sejak Perang Dimulai, Saudi Sudah Bunuh 500 Milisi Houthi



Sejak Perang Dimulai Saudi Sudah Bunuh 500 Milisi Houthi
Gedung di Sanaa hancur akibat serangan udara koalisi Teluk. Saudi mengklaim sejak perang dimulai 500 lebih milisi Houthi Yaman tewas. | (Reuters) 
 
 
RIYADH   (CB)- Arab Saudi mengklaim telah menewaskan lebih dari 500 milisi pemberontak Houthi di Yaman, sejak Saudi dan koalisi Teluk meluncurkan serangan udara mulai 26 Maret 2015 lalu. Data itu diungkap untuk pertama kalinya oleh Kementerian Pertahanan Saudi.

Saudi juga mengakui jumlah korban di pihaknya mencapai dua kali lipat, di mana pada hari Jumat tiga serdadu Saudi tewas dan dua lainnya terluka akibat tembakan mortir di wilayah Najran, perbatasan Saudi dan Yaman.

Juru bicara operasi militer koalisi Teluk, Brigadir Jenderal Ahmed Asseri, mengatakan, sejak perang terhadap kelompok pemerontak Houthi di Yaman dimulai, Koalisi Teluk sudah meluncurkan 1.200 serangan udara.

 
Menurutnya, serangan udara telah diluncurkan sangat intensif. Semula, serangan udara untuk memerangi musuh pemerintah Presiden Yaman, Abed Rabbo Mansour Hadi, itu sebanyak 50 kali dalam sehari. Kemudian, ditingkatkan menjadi 80 kali sehari dan kini meningkat lagi menjadi 120 kali sehari.

“Pasukan koalisi telah meluncurkan 1.200 serangan sejauh ini. Tujuan dari serangan udara ini untuk menghancurkan pertahanan udara Houthi, kamp-kamp dan rudal balistik,” kata Asseri, seperti dikutip Arab News, Minggu (12/4/2015). 

 
Sementara itu, serangan udara Koalisi Teluk pada hari ini menargetkan kamp militer di wilayah Yaman tengah. Menurut sumber medis di Yaman, seperti dilaporkan Reuters,  sebanyak delapan warga sipil tewas.

Serangan udara itu ditujukan pada sebuah situs militer milik tentara loyalis mantan Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh. Pasukan loyalis Saleh ikut jadi target serangan Koalisi Teluk karena telah bersekutu dengan milisi Houthi.





Credit  SINDOnews

Protes Pernyataan Paus, Turki Panggil Pulang Duta Besar di Vatikan


 
AP Peringatan 100 tahun pembunuhan massal warga Armenia di Basilika Santo Petrus, Vatikan di mana Paus Fransiskus ikut dalam acara itu hari Minggu (12/4/2015).


ANKARA, CB - Turki, Minggu (12/4/2015), memanggil pulang duta besarnya untuk Vatikan setelah Paus Fransiskus memperingati 100 tahun pembunuhan massal warga Armenia dan menyebut pembunuhan itu sebagai genosida.

Turki mengatakan, setelah berkonsultasi dengan pejabat-pejabat pemerintah, duta besar Mehmet Pacaci pulang karena Paus menggambarkan pembantaian satu setengah juta warga Armenia sebagai genosida pertama dalam abad ke 20.

Kepada duta besar Gereja Katolik Roma untuk Turki, disampaikan bahwa Turki “sangat menyesalkan dan kecewa” atas penggambaran Paus mengenai pembunuhan tahun 1915 itu dan mengatakan hal itu menimbulkan “masalah kepercayaan” dengan Vatikan.

Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu dalam akun Twitter menulis, “Pernyataan Paus, yang jauh dari kebenaran sejarah dan hukum, tidak bisa diterima. Agama bukan tempat di mana klaim-klaim tanpa dasar dibuat dan kebencian dibangkitkan.”

Paus menyampaikan pernyataan itu dalam misa di Basilika Santo Petrus. Kepada jemaat, ia mengatakan, “menyembunyikan atau menyangkal kejahatan bagai membiarkan luka terus berdarah tanpa membalutnya.”

Armenia dan banyak ahli sejarah mengatakan sekitar 1,5 juta orang dibunuh pasukan Ottoman di wilayah itu tahun 1915.

Turki Muslim mengakui warga Kristen Armenia tewas dalam bentrokan dengan Turki Ottoman, tetapi menyangkal pembantaian itu sama dengan genosida. Turki menyatakan jumlah korban telah dibesar-besarkan dan mereka yang tewas adalah korban perang saudara dan kerusuhan.

Dalam pernyataan bersama tahun 2000, Paus Yohanes Paulus II dan pemimpin gereja Armenia menyebut pembantaian itu sebagai genosida, tetapi hari Minggu adalah untuk pertama kali kata tersebut digunakan dalam misa di Basilika Santo Petrus.

Menurut laporan BBC, Paus menyampaikan pernyataan itu pada misa Armenia di Basilika Santo Petrus, yang dihadiri presiden Armenia dan para pemimpin gereja. Dia mengatakan kemanusiaan telah melewati "tiga tragedi sangat besar yang belum pernah terjadi sebelumnya" pada abad yang lalu. "Yang pertama, yang banyak pihak pandang sebagai 'genosida pertama abad 20' dialami warga Armenia," katanya.

Paus juga mengacu kepada kejahatan yang dipicu Nazi dan Stalin, serta genosida yang terjadi sesudahnya di Kamboja, Rwanda, Burundi dan Bosnia.




Credit  KOMPAS.com

Pemerintah Terus Sosialisasikan Nuklir Aman dan Efisien


 
KOMPAS.com/ICHA RASTIKA Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Muhammad Nasir


JAKARTA, CB – Meski pemanfaatan tenaga nuklir tidak ada dalam rencana pembangunan kelistrikan 35.000 megawatt yang dicanangkan pemerintahan Presiden Joko Widodo, namun Kementerian Risetk, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) terus melakukan upaya sosialisasi pemanfaatan nuklir di masyarakat. Salah satunya adalah melalui pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) mini non-komersial di Serpong, Tangerang Selatan.

“Saya coba mengenalkan PLTN ini kepada masyarakat. Saya coba bangun PLTN sebagai edukasi untuk masyarakat, bahwa nuklir ini aman dan efisien,” kata Menristekdikti, Muhammad Nasir, dalam sebuah diskusi, di Jakarta, Minggu (12/4/2015).

Nasir mengakui, sosialisasi sebelumnya gagal yaitu pembangunan PLTN di semenanjung Muria, Jepara, Jawa Tengah. Namun, pemerintah melanjutkan pembangunan PLTN Bangka Belitung (Babel) yang rencananya akan selesai pada 2016 mendatang.

Nasir menjelaskan, pembangunan PLTN di Serpong diharapkan selesai pada 2018. Saat ini, Kemenristekdikti sudah menganggarkan PLTN Serpong dalam APBN Perubahan 2015, untuk studi kelayakan termasuk design engineering.

“Kami sekarang bangun PLTN, kami wujudkan barangnya, reaktor daya eksperimen. Ini penting bagi saya. Bangsa Indonesia tidak bisa percaya begitu saja tanpa melihat wujud fisik, selalu dihantui Chernobyl dan di Fukushima, Jepang,” jelas Nasir.

Sementara itu terkait dengan program kelistrikan 35.000 MW yang dicanangkan pemerintah, Nasir mengakui target tersebut cukup berat jika tanpa didukung pemanfaatan tenaga nuklir. Nasir mengungkapkan, kebutuhan energi listrik yang tersedia saat ini 25.000 MW. Diperkirakan, sampai 2025 kebutuhan energi mencapai 60.000 MW.

“Sehingga dibutuhkan tambahan 35.000 MW itu. Pemerintah sendiri sanggup 15.000 MW, sisanya swasta. Problemnya selain pendanaan, semua itu berorientasi batubara, panas bumi, dan energi fosil. Kalau hanya mengandalkan ini, kalau 35.000 MW akan dipenuhi 2025, saya prediksikan cukup berat,” ucap Nasir.






Credit  KOMPAS.com


Berapa Nilai Investasi Pembangkit Nuklir?


 
AFP Pembangkit listrik tenaga nuklir di Cattenom, Perancis bagian timur, merupakan salah satu dari tujuh pembangkit yang dilintasi drone misterius.

JAKARTA, CB – Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) diyakini menjadi alternatif murah untuk mencukupi kebutuhan energi listrik. Dalam sebuah laporan, potensi nuklir di Indonesia bisa memenuhi kebutuhan energi listrik lebih dari 250 tahun, dengan asumsi 200 ton per 1.000 megawatt (MW), dan cadangan 50.000 ton.

Hasil survei Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) pada 2014 menyebutkan bahwa 73 persen masyarakat Indonesia mendukung pemanfaatan nuklir untuk energi listrik. Sayangnya, dalam program kelistrikan 35.000 MW yang dicanangkan Presiden Joko Widodo, pemanfaatan nuklir sama sekali tidak disinggung.

Selain isu lingkungan dan keamanan, pemanfaatan nuklir untuk energi listrik diakui juga terkendala isu finansial. Sebenarnya, berapakah investasi yang dibutuhkan untuk membangun PLTN?

“Kalau PLTN didirikan di daerah yang memiliki resiko gempa tinggi, seperti di Jepang, maka investasinya bisa mencapai Rp 50 triliun per reaktor dengan kapasitas pembangkit 1.000-1.400 MW. Tapi, kalau didirikan di daerah yang relatif aman dari resiko gempa seperti Korea, investasinya antara Rp 25 triliun – Rp 30 triliun,” ujar Djarot S Wisnubroto, Kepala Batan, dalam sebuah diskusi, Minggu (12/4/2015).

Djarot bahkan memperkirakan, potensi cadangan bahan nuklir tidak hanya 50.000 ton, melainkan mencapai 70.000 ton. Namun, dia menegaskan diperlukan jalan panjang untuk memanfaatkan potensi sebesar itu. Yang jelas, kebutuhan untuk satu PLTN berukuran 1.000 MW ditaksir hanya sekitar 200 ton uranium per tahun. Artinya, dari cadangan uranium yang ada di Kalimantan Barat saja, yakni sebanyak 29.000 ton uranium, jika dimanfaatkan maka bisa untuk mencukupi kebutuhan pembangkit berkapasitas 1.000 MW hingga 145 tahun.

Djarot mengatakan, permintaan PLTN di dunia makin besar. Uni Emirate Arab akan membangun PLTN pada 2017, begitu juga dengan Turki, Vietna, Yordania, Bangladesh. “Pelopornya adalah Tiongkok yang membangun 28 PLTN,” imbuh Djarot.

Sementara itu, Indonesia baru bisa membangun 3 unit mini reaktor yakni di Serpong dengan kapasitas 30 MW (tahun 1983), Bandung yang awalnya dibangun 250 kilowatt (tahun 1965), dan Yogyakarta dengan kapasitas 100 kilowatt (tahun 1974).


Credit  KOMPAS.com

Hubungan Indonesia-Tiongkok: dari Soekarno hingga Jokowi


Hubungan Indonesia-Tiongkok: dari Soekarno hingga Jokowi
Suasana pertemuan Delegasi RI yang dipimpin Presiden Joko Widodo dengan para petinggi Tiongkok yang dipimping Perdana Menteri Tiongkok Li Keqiang di Great Hall of the People, Beijing (9/11) (ANTARA News/GNC Ariani)
 
 
Beijing (CB) - Hari Senin(13/4), 65 tahun silam Republik Indonesia (RI) dan Republik Rakyat Tiongkok (RRT) resmi menjalin hubungan diplomatik.

Hubungan yang dijalin Indonesia dengan Tiongkok merupakan komitmen nyata kebijakan luar negeri Indonesia yang bebas dan aktif, dalam konstelasi perang dingin kala itu.

Era Soekarno menjadi tonggak penting hubungan persahabatan Indonesia-Tiongkok. Liu Hong, dalam China and the Shaping of Indonesia, 1949-1965, mengungkap pada masa itu Tiongkok bagaikan mercusuar, penunjuk ke arah mana dan bagaimana Indonesia harus dibangun.

Model pembangunan ala Tiongkok diperbincangkan para cendekiawan. Kisah-kisah mengenai Tiongkok dimuat dalam surat-surat kabar, dan bahkan karya-karya sastra, sehingga menyentuh luas di masyarakat.

Tidak berlebihan apabila masa itu dijuluki sebagai masa bulan madu hubungan Indonesia-Tiongkok. Interaksi dan pertukaran bukan hanya terjadi di tingkat elite, melainkan juga di akar rumput.

Hubungan kedua negara terus menunjukkan perkembangan positif, dengan kehadiran Perdana Menteri Tiongkok Zhou En Lai pada Konferensi Asia Afrika (KAA) pada 18-25 April 1955.

Dalam KAA Bandung "Lima Prinsip Hidup Berdampingan Secara Damai" yang dikemukakan Tiongkok dan disponsori bersama Pemerintah India dan Myanmar, mendapat dukungan dari para peserta.

Indonesia dan Tiongkok pun sepakat untuk mempererat hubungan yang telah berjalan baik kala itu, ditandai dengan ditandatanganinya perjanjian persahabatan serta persetujuan kerja sama kebudayaan pada 1 April 1961.

Dalam konteks hubungan luar negeri yang lebih luas, Indonesia amat penting bagi Tiongkok yang saat itu bukan anggota dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Tiongkok, bagi Indonesia, juga tak kalah penting, apalagi setelah Indonesia memutuskan untuk keluar dari PBB pada awal 1965.

Keduanya menjalin suatu kemitraan dalam membangun solidaritas di antara negara-negara New Emerging Forces (NEFO).

Pola interaksi saling menguntungkan ini terus berulang dalam evolusi hubungan bilateral keduanya.

Namun, pada 30 Oktober 1967 kedua negara membekukan hubungan.



Berawal dari Tokyo
Lalu 22 tahun kemudian, tepatnya pada 24 Februari 1989, ketika Presiden Soeharto bertemu Menteri Luar Negeri Tiongkok saat itu Qian Qichen, dalam upacara pemakaman Kaisar Hirohito di Tokyo, dibahaslah kemungkinan normalisasi hubungan kedua negara yang tengah membeku.

Pembahasan dilanjutkan dalam pertemuan Menlu Ali Alatas dan Qian Qichen pada 4 Oktober 1989 di Tokyo. Hasilnya, pada 3 Juli 1990 kedua menlu menandatangani Komunike Bersama "The Resumption of The Diplomatic between The Two Countries" di Beijing, diikuti kunjungan Perdana Menteri Li Peng ke Indonesia sekaligus menyaksikan penandatanganan nota kesepahaman Pemulihan Hubungan Diplomatik kedua negara pada 8 Agustus 1990.

Pada era Soeharto, normalisasi hubungan Indonesia-Tiongkok pada awal 1990-an amat bernilai bagi Tiongkok, yang saat itu tengah dikecam Barat setelah peristiwa Tiananmen.

Presiden Soeharto pun melakukan kunjungan balasan pada 14-18 November 1990, dan menyaksikan penandatanganan pembentukan Komisi Bersama Bidang Ekonomi, Perdagangan, dan Kerja Sama Teknik.

Normalisasi hubungan tersebut kemudian secara bertahap membuka hubungan ASEAN dan Tiongkok, hingga akhirnya pada 1996 Tiongkok menjadi mitra dialog penuh ASEAN.

Bagi Indonesia, dalam sektor ekonomi, hubungan dengan Tiongkok menjadi sangat penting, terutama setelah negara ini dihantam badai krisis finansial Asia pada 1997.

Di lain pihak, era tersebut menjadi saksi perekonomian Tiongkok, pasca reformasi ekonomi yang dilakukan oleh Deng Xiaoping pada 1978, hingga tinggal landas dengan pertumbuhan ekonomi dua digit tiap tahun.

Interaksi positif antara kedua negara pun dilanjutkan pada era Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Di masanya, Imlek ditetapkan sebagai hari libur nasional, beragam atribut dan simbol berbau Tiongkok mulai bermunculan di Nusantara.

Gus Dur yang menetapkan Tiongkok sebagai negara tujuan pertama lawatannya ke luar negeri setelah dilantik sebagai orang nomor Indonesia, bahkan mengusulkan pembentukan poros Jakarta-Beijing-New Delhi.

"Tiongkok negara besar dengan potensi kekuatan ekonomi yang besar. Jadi, kita justru rugi jika tidak berhubungan dengan Tiongkok," katanya, tentang kunjungannya ke Tiongkok pada 1-3 Desember 1999.

Kunjungan Presiden Wahid ke RRT tersebut menandai babak baru peningkatan hubungan antara kedua negara, ditandai kesediaan Tiongkok memberi bantuan keuangan serta fasilitas kredit termasuk kerja sama keuangan, pariwisata, dan imbal beli atau counter trade di bidang energi, yaitu menukar LNG dengan produk-produk Tiongkok.

Selanjutnya, dalam wacana publik, ikon kedekatan hubungan Indonesia-Tiongkok terpelihara melalui "diplomasi dansa" Megawati.

Di era kepemimpinan Megawati kedua sepakat membentuk forum energi yang merupakan payung investasi Tiongkok di Indonesia di bidang energi.



Mitra strategis
Beberapa capaian yang sudah dirintis tersebut kemudian dikelola lebih baik oleh Susilo Bambang Yudhoyono, dalam dua periode kepemimpinannya.

Dalam periode itu, dua perjanjian penting, monumen kedekatan hubungan Indonesia-Tiongkok ditandatangani yaitu Kemitraan Strategis pada 25 April 2005, yang kemudian ditingkatkan menjadi Kemitraan Strategis Komprehensif pada Oktober 2013.

Sejak itu hubungan politik, pertahanan, keamanan, ekonomi, dan sosial-budaya kedua negara terus meningkat.

Makin eratnya hubungan Indonesia-Tiongkok juga ditunjukkan kedua pihak pada forum internasional, semisal dalam penetapan Declaration of Conduct of Parties in The South China Sea (DoC) pada 2002, termasuk dalam "Guidelines for The Implementation of DoC" pada 2011.

Indonesia dan Tiongkok juga sepakat menandatangani protokol Southeast Asian Nuclear Weapon Free Zone (SEANWFZ) pada 2011. Keduanya juga sepakat untuk menjadikan ASEAN sebagai the main driving force dalam pembentukan forum Pertemuan Tingkat Tinggi Asia Timur.

Tiongkok senantiasa menghargai dan mendukung setiap keputusan yang diambil ASEAN.

"Hubungan Indonesia dan Tiongkok yang telah berjalan enam dekade lebih, senantiasa mengedepankan prinsip saling menghormati, menghargai, sebagai bangsa yang setara, yang bertanggung jawab atas perdamaian dan stabilitas kawasan," kata Presiden Tiongkok Xi Jinping, saat menerima kunjungan kenegaraan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Balai Agung Rakyat pada 25 Maret 2015.

Hubungan antara Indonesia dan Tiongkok adalah yang paling dinamis di Asia Pasifik, katanya. Selain menyepakati delapan nota kerja sama, pada kunjungan Presiden Jokowi pada Maret silam, Indonesia dan Tiongkok terus menyinergikan ide Poros Maritim Dunia milik Indonesia dengan Jalur Sutra Maritim milik Tiongkok.

"Kita ingin memberikan makna lebih dalam sebagai mitra strategis komprehensif, dengan rangkaian kerja sama yang lebih nyata, memberikan manfaat nyata bagi kemakmuran masyarakat kedua negara," kata Presiden Jokowi kepada mitranya Presiden Xi Jinping.



Hubungan antarwarga
Kokohnya hubungan sebuah negara dengan lainnya, tidak melulu didominasi interaksi pejabat resmi yang cenderung elitis. Meksi kebijakan luar negeri utamanya tetap menjadi domain para birokrat, publik termasuk pemegang saham utama yang dapat mempengaruhi secara signifikan, baik pembuatan maupun pelaksanaan kebijakan luar negeri.

Maka interaksi antarwarga kedua bangsa akan sangat menentukan dinamika hubungan Indonesia-Tiongkok. Amat penting mendorong warga kedua bangsa untuk dapat lebih saling memahami, setelah hubungan kedua negara sempat membeku selama dua dekade lebih.

"Kami ini masih Merah Putih, meski kami kini jauh dari Indonesia," kata Huang Hui Lan, seorang warga Tionghoa yang terpaksa meninggalkan tempat kelahirannya di Takengon, Aceh pada 1967, menyusul kisruh politik di Indonesia pada 1965.

Ia bersama tujuh saudaranya, sang ibu dan kakek, menumpang kapal yang dikirim Tiongkok untuk membawa para warga keturunan karena situasi politik yang kurang bersahabat di Indonesia, kembali ke tanah leluhurnya di Negeri Panda.

Wanita kelahiran 7 Juli 1950 itu, mengatakan,"saatnya kedua bangsa, kedua negara berjalan bersama menatap masa depan lebih baik. Sejarah kelam, jadikan pelajaran untuk lebih baik".

Karena rasa cintanya kepada Indonesia, Huang Hui Lan membuat sanggar tari tradisional Indonesia di Guangzhou.

Kecintaan kepada Indonesia juga kuat melekat di hati Kenny Lai, warga keturunan Tionghoa yang juga terpaksa meninggalkan Jakarta pada 1966.

"Situasi saat itu memang tidak mudah bagi kami. Di Indonesia, kami mendapat perlakuan tidak bersahabat, saat tiba di tanah leluhur kami di Tiongkok, kami pun dicurigai, terlebih kala itu di Tiongkok juga tengah mengalami revolusi budaya," ungkapnya.

Kini, lanjut Kenny, meski hubungan kedua negara terus mengalami peningkatan positif, tetap harus didukung hubungan antarmasyarakat kedua bangsa yang lebih baik.

Ketua China Overseas Harbin Chi Guo Qiang mengatakan masih banyak warga Tiongkok, khususnya Harbin, yang belum mengenal Indonesia.

"Hubungan kedua negara telah berjalan baik, tetapi saling pemahaman antara masyarakat kedua bangsa juga sangat penting. Cara pandang masyarakat Indonesia terhadap Tiongkok, dan sebaliknya akan sangat menentukan dinamika hubungan kedua negara, berdasar saling menghormati dan saling menguntungkan di masa depan," katanya.


Credit  ANTARA News