Peta fasilitas nuklir Iran. (iranreview.org)
London (CB) - Indonesia kembali menegaskan dukungan agar
isu nuklir Iran diselesaikan melalui jalur negosiasi, baik dalam
kerangka Framework of Cooperation antara Iran dan Badan Tenaga Atom
Internasional (IAEA) maupun Joint Plan of Action (JPA) antara Iran
dengan Inggris, Jerman, Perancis, Amerika Serikat, China dan Rusia, yang
dikenal dengan E3+3 atau P5+1.
Hal tersebut disampaikan Delegasi Indonesia pada Sidang Dewan Gubernur
IAEA yang dilaksanakan dari tanggal 2 sampai 5 Maret di Wina, demikian
Kordinator fungsi Pensosbud Protkons KBRI/PTRI Wina, Dody Kusumonegoro
kepada Antara London, Kamis.
Dikatakannya delegasi Indonesia dalam pernyataannya menegaskan bahwa
penyelesaian melalui jalur diplomasi harus diutamakan agar dapat dicapai
penyelesaian menyeluruh dan jangka panjang secara damai.
Menurut Dody Kusumonegoro, dalam kerangka Framework of Cooperation,
Indonesia menyambut baik perkembangan positif melalui dialog
berkelanjutan antara IAEA dan Pemerintah Iran.
Pada tanggal 7 Februari lalu Dirjen IAEA dan Menlu Iran bertemu di
Munich, Jerman, dan ditindaklanjuti dengan pertemuan antara IAEA dengan
Wakil Menlu Iran di Wina pada tanggal 24 Februari , dan rencana
pertemuan kedua belah pihak pada tanggal 9 Maret mendatang.
Indonesia berharap agar dua langkah praktis yang tersisa (outstanding
practical measures) yang telah disetujui dalam Framework of Cooperation
dapat segera dilaksanakan. Indonesia juga mendorong agar IAEA dan Iran
dapat segera menyepakati practical measures berikutnya sebagai
kelanjutan proses penyelesaian isu nuklir Iran dalam kerangka Framework
of Cooperation.
Dalam kerangka perundingan E3+3, Indonesia menegaskan dukungannya agar
perjanjian teknis maupun politis dapat tercapai sesuai tenggat waktu
yang telah ditentukan, dan agar sikap saling percaya antara semua pihak
yang selama ini hilang dapat dipulihkan.
Indonesia menegaskan agar para pihak yang terlibat dalam perundingan E
3+3 dapat mempertahankan kondisi positif bagi perundingan, dan
menunjukkan kepemimpinan konstruktif mereka agar persetujuan dapat
dicapai tepat waktu.
Indonesia juga menekankan agar masyarakat internasional, khususnya
mereka yang tidak terlibat langsung dalam perundingan E3+3 menghormati
proses perundingan yang sedang berjalan, serta tidak mengganggu dan
menghalangi proses tersebut.
Berdasarkan Framework of Cooperationantara Iran dan IAEA yang
ditandatangani pada tanggal 11 November 2013, IAEA melakukan verifikasi
terhadap program nuklir Iran.
Kegiatan verifikasi tahap pertama dan kedua telah diselesaikan, dan
tahap ketiga yang terdiri dari lima langkah praktis seharusnya selesai
pada 25 Agustus 2014, namun saat ini masih tersisa dua langkah praktis
yang belum dilaksanakan oleh Iran.
Sementara berdasarkan JPA antara Iran dan E3+3 yang ditandatangani di
Jenewa pada tanggal 24 November 2013, telah disepakati perundingan untuk
menyusun perjanjian komprehensif bagi penyelesaian isu nuklir Iran.
Perjanjian teknis dan politis antara Iran dan E3+3 akan disepakati
paling lambat akhir Juni 2015. Serangkaian perundingan terus
dilaksanakan oleh Iran dan E 3+3, termasuk perundingan yang tengah
berlangsung di Montreux, Swiss.
Sidang Dewan Gubernur IAEA diselenggarakan secara rutin dimarkas besar
IAEA di Wina, Austria. Isu nuklir Iran dibahasi dalam sidang-sidang
Dewan Gubernur IAEA selama beberapa tahun terakhir, dimana Indonesia
secara konsisten mendorong penyelesaian masalah nuklir Iran melalui
dialog dan diplomasi.
Sejumlah kemajuan penting telah berhasil dicapai termasuk kesepakatan
dan implementasi verifikasi program nuklir Iran oleh IAEA sebagaimana
tertuang dalam Framework of Cooperation antara Iran dan IAEA serta JPA
antara Iran danE3+3, demikian Dody Kusumonegoro.
Credit
ANTARA News