Selasa, 17 Februari 2015

Kebijakan Menohok Sensor Internet Tiongkok


Kebijakan Menohok Sensor Internet Tiongkok  
Tiongkok menerapkan kebijakan sensor internet yang sangat ketat (Getty Images/CNN Indonesia)
 
 
Jakarta, CB -- Tiongkok mengatur semua tindak-tanduk aktivitas warganya, termasuk dalam penggunaan internet. Tak heran, beberapa sensor ketat diterapkan oleh pemerintah komunis tersebut.

Beberapa langkah diambil oleh pemerintah Beijing, seperti memblokir akses masuk beberapa media sosial ke negaranya. Ada Twitter, Google, Facebook dan YouTube yang tak bisa digunakan di negara ini.

Memang sebagai gantinya ada layanan sejenis yang bisa digunakan oleh warganya untuk bisa merasakan berselancar di dunia maya, Weibo adalah salah satunya.

Pemerintah berdalih ini untuk mengontrol warganya agar tidak sembarangan mengkritik. Seperti diketahui, membicarakan kebijakan pemerintah adalah sesuatu yang tabu dan dilarang di Tiongkok. Dengan menggunakan layanan sendiri, selain mendorong perusahaan lokal, mengontrolnya pun jadi lebih gampang.

Informasi sensitif bahkan dilarang beredar baik dari netizen atau pihak luar. Sampai-sampai, dibuatlah tembok besar untuk membendung informasi yang tak sesuai masuk. Great Firewall, demikian namanya.

Seperti dilaporkan oleh ZD Net, pemerintah setempat sudah memperbarui firewall ini agar lebih kuat dan lebih pintar dari sebelumnya.

Dengan update ini, ekspatriat dan pebisnis makin susah mengakses layanan seperti Facebook, Twitter, Google dan YouTube. Cara pemblokiran yang menohok ini di kalangan pengamat akan memunculkan dilema. sebab hubungan komunikasi, terutama bagi bisnis internasional di negara tersebut bakal lebih sulit.

Memang tujuan sederhana dari pemblokiran ini lebih pada bagaimana menyaring konten yang mengkritik pemerintah. Namun caranya yang dibabat habis.

Pejabat di negara itu bahkan dengan terang-terangan mengatakan bahwa virtual personal network (VPN), Astrill, akan turut diincar ditutup. Astrill sendiri, VPN populer yang biasa digunakan ilmuwan, desain grafis dan pelajar untuk mengakses informasi dari luar negeri.

"Kalau ada aksi protes dengan melemparkan telur busuk, saya pasti akan melakukannya," kata salah satu pengguna internet di Tiongkok, Jing, kepada New York Times.

Great Firewall yang baru di-update ini kabarnya sudan memakan korban. VPN seperti StrongVPN dan Golden Frog, mengaku sudah diganggu layananya oleh pemerintah Tiongkok. Mereka belim pernah menemukan serangan secara eksplisit dan canggih seperti ini sebelumnya.

"Saya merasa seperti kita adalah katak yang berlahan-lahan direbus di dalam panci," keluh Henry Yang, editor berita internasional dari perusahaan media milik negara.

Perusahaan multinasional juga khawatir dengan kendala online yang berkembang belakangan. Mereka mengkhawatirkan, terutama peraturan baru yang akan memaksa teknologi asing dan perusahaan telekomunikasi untuk memberikan pemerintah "pintu belakang" untuk perangkat keras dan perangkat lunak mereka dan meminta mereka untuk menyimpan data di dalam Tiongkok.

"Salah satu hasil disayangkan dari kontrol yang berlebihan melalui email dan lalu lintas Internet adalah perlambatan perdagangan yang sah, dan itu bukanlah sesuatu dalam kepentingan terbaik Tiongkok," kata James Zimmerman, ketua Kamar Dagang Amerika di Tiongkok.

"Dalam rangka untuk menarik dan mendorong perusahaan komersial kelas dunia, pemerintah perlu mendorong penggunaan internet sebagai media penting untuk berbagi informasi dan ide-ide untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan."


Credit  CNN Indonesia

Marsekal Madya TNI Dede Rusamsi Jabat Kepala Staf Umum TNI


Marsekal Madya TNI Dede Rusamsi Jabat Kepala Staf Umum TNI Tribunnews.com/Wahyu Aji
 Panglima TNI Jenderal Moeldoko melantik Marsekal Madya TNI Dede Rusamsi sebagai Kepala Staf Umum TNI 
 
 CB, JAKARTA Panglima TNI Jenderal Moeldoko menyerahkan tugas, wewenang dan tanggung jawab jabatan Kepala Staf Umum (Kasum) TNI kepada Marsekal Madya TNI Dede Rusamsi, yang sebelumnya menjabat Wagub Lemhannas, bertempat di ruang Hening Mabes TNI Cilangkap, Jakarta, Senin (16/2/2015).
Penyerahan jabatan Kasum TNI berdasarkan Surat Perintah Panglima TNI Nomor Sprin/360/II/2015, tanggal 13 Februari 2015.
Dalam kesempatan tersebut, Jenderal TNI Moeldoko menyampaikan bahwa saat ini kita harus mewaspadai situasi nyaman rutinitas yang pada akhirnya dapat mengkooptasi inovasi kreativitas dan bahkan produktivitas. Untuk itu kita perlu berpikir melampaui, dan berfikir kedepan sehingga tidak terjebak pada posisi statis.
Jenderal TNI Moeldoko juga menyampaikan bahwa, hendaknya kita harus selalu berfikir positif tetapi sebelum berfikir positif kita harus selalu membangun imajinasi yang positif.
"Setelah kita membangun imajinasi yang positif, maka kita membuat konsep yang positif dan setelah kita membuat konsep yang positif kita menjalankan hal-hal yang positif," kata Jenderal Moeldoko.
Panglima TNI mengatakan bahwa tugas Kasum TNI adalah mengkoordinasikan dan mengkomunikasikan kebijakan-kebijakan Panglima TNI serta sebagai ketua dewan penentu kebijakan dan mengkoordinasikan atas Pembangunan Kekuatan Alutsista yang dijalankan di Angkatan masing-masing.
Lebih lanjut Jenderal Moeldoko beserta seluruh jajaran menyambut rasa bahagia dan bangga atas kehadiran Kasum TNI yang baru.
"Mudah-mudahan amanah ini bisa dijalankan dengan baik dan bisa meningkatkan produktivitas organisasi, untuk itu kehadiran Kasum TNI yang baru dapat membawa kondisi yang semakin segar, semakin inovatif ke depan," kata Panglima TNI.


Credit TRIBUNNEWS.COM




Panglima TNI Tugaskan Personel yang akan Pensiun Jaga Bandara dan Pelabuhan



Panglima TNI Tugaskan Personel yang akan Pensiun Jaga Bandara dan Pelabuhan 
 
Jakarta  (CB) - Menteri Perhubungan Ignasius Jonan mendatangi Panglima TNI Jenderal Moeldoko untuk meminta bantuan keamanan Obyek Vital Nasional (Obvitnas). Kemenhub meminta TNI untuk membantu mengamankan Bandara-bandara, Pelabuhan-pelabuhan, serta obyek-obyek transportasi Kemenhub lainnya.

Berdasarkan informasi dari Puspen TNI, Jonan bersama stafnya mendatangi Panglima TNI di kantornya, Mabes TNI Cilangkap, Jaktim, Senin (16/2/2015). Dalam kesempatan tersebut, Moeldoko didampingi oleh Aspers Panglima TNI Laksda Sugeng Darmawan, Aster Panglima TNI Mayjen Ngakan Gede Sugiartha Garjitha, dan Kapuspen TNI Mayjen Fuad Basya.

Panglima TNI sendiri mengatakan pada tahap pertama akan memberikan bantuan sebanyak 1.000 personel ke Kemenhub, kemudian akan mencapai 2.000 personel pada tahap berikutnya. Pada pertemuan hari ini, Jonan dan Moeldoko juga membahas MoU terkait kerjasama tersebut.

"Personel TNI yang akan diperbantukan adalah personel yang akan memasuki masa pensiun sekaligus untuk magang dalam masa MPP (Masa Persiapan Pensiun)," kata Moeldoko seperti tertulis dalam keterangan Puspen TNI.

Mantan Pangdam Siliwangi itu mengaku senang bisa memberikan kontribusi kepada Kemenhub. Apalagi bantuan yang diberikan diperuntukkan bagi rakyat Indonesia. Tak hanya kedatangan Menhub, hari ini Moeldoko juga menerima Panitia pusat Muktamar ke-47 Muhammadiyah.

"Pertemuan tersebut dalam rangka membahas Muktamar Muhammadiyah tanggal 3-7 Agustus 2015 di Makassar dan mengharap Panglima TNI bisa hadir dan memberikan sambutan," jelas Kadispenum Puspen TNI Kolonel Inf Bernardus Robert.

Jadwal Moeldoko tak hanya sampai situ saja, Jenderal Bintang 4 itu juga menerima kunjungan dari Duta Besar Spanyol untuk Indonesia, Francisco Jose Viquera Neil. Dubes Spanyol dan Panglima TNI mengadakan pertemuan untuk meningkatkan kerja sama kedua negara, khususnya industri pertahanan yang selama ini telah terjalin dengan baik.


Credit  Detiknews

Mantan anggota militer AS bentuk kelompok tentara bayaran






Kelompok tentara bayaran ini terdiri dari para penembak jitu. (Foto: Ilustrasi)

CB - Seorang mantan tentara AS mengaku merencanakan pembunuhan di New York dengan membentuk sekelompok penembak jitu internasional sebagai tentara bayaran.
Joseph Hunter dijuluki dengan nama Rambo, yang diambil dari nama seorang tokoh film laga di era 1980-an, menghadapi hukuman hingga 10 tahun penjara.
Ia dinyatakan bersalah telah bersekongkol untuk membunuh agen federal dan seorang informan.
Hunter dipercaya bekerja sama dengan para pengedar narkoba yang benar-benar bekerja dengan lembaga anti-narkoba AS.
Dia dituduh merekrut para mantan penembak jitu dengan tujuan melakukan pembunuhan atas nama organisasi-organisasi narkoba.
Jaksa mengatakan, kelompok ini mendapat bayaran sebesar 800.000 dollar (Rp 8,5 miliar) untuk membunuh seorang informan dan agen dari Badan Pemberantasan Narkotika AS, DEA.
Namun rencana pembunuhan ini tidak pernah terlaksana.

Serdadu miskin

Mantan tentara ini ditangkap pada September 2013 bersama dengan empat orang lainnya, tiga dari mereka adalah para penembak jitu, yang telah bertugas dalam pasukan militer di seluruh dunia.
Hunter- yang memikirkan keluarganya- memutuskan untuk menghindari persidangan yang telah ditetapkan pada 9 Maret, kata pengacaranya Marlon Kirton seperti dikutip kantor berita Reuters.
Dia dinyatakan bersalah meskipun percaya bahwa pemerintah telah menjebaknya, pengacaranya menambahkan.
Putusan mantan prajurit itu "sangat dipengaruhi" oleh stres pasca-trauma dan depresi setelah dua dekade bertugas di militer AS, kata pengacaranya. Dia akan divonis pada Mei mendatang.
Ia menjadi "serdadu miskin yang direkrut dan memimpin sekelompok tentara bayaran kriminal internasional," kata Jaksa AS Preet Bharara. "Tentara bayaran ini kini akan menjalani hukuman di penjara federal."




Credit BBC Indonesia


Tak Mau Sekadar Membeli Senjata, Negara Berkembang Ingin Miliki Teknologi Militer Rusia





Joint Ventures dan Transfer Teknologi
Saat ini semakin banyak negara yang hanya mau menandatangani kontrak pembelian senjata dengan sistem transaksi ofset. Dengan sistem transaksi offset, negara-negara berkembang di Asia Tenggara, Amerika Latin, dan Afrika yang mengimpor senjata dari Rusia tak hanya menerima ‘perangkat’ senjata, tapi juga mendapat hak untuk merakit, merancang, memodifikasi, serta memiliki lisensi untuk mengekspor kembali senjata hasil pengembangan mereka.
Ofset adalah sistem pembelian barang (pesawat terbang, dsb.) yang mewajibkan pabrik penghasil sebagai penjual untuk memberikan lisensi pembuatan sebagian komponennya pada industri di negara pembeli.
Biasanya, sistem transaksi ofset diterapkan dalam kontrak pembelian produk bernilai dan berteknologi tinggi. Sistem ini mengharuskan pengekspor mendirikan perusahaan patungan (joint venture) agar dapat mentransfer teknologi pada negara pembeli produk tersebut. Eksportir juga akan bepartisipasi dalam proyek-proyek penting terkait pengembangan teknologi produk, pembangunan infrastruktur, bahkan menyuntik dana investasi secara langsung.
Kremlin telah menyadari tren jual-beli senjata yang tengah berkembang ini. Dalam pertemuan Komisi Kerja Sama Militer Teknis yang diselenggarakan pada April 2014 lalu, Presiden Putin pun membahas pentingnya mempelajari penggunaan metode keuangan dan pemasaran modern, termasuk penggunaan sistem transaksi ofset.
Pakar militer independen Vladimir Kluchnikov menyebutkan transaksi ofset secara umum dipraktikkan di seluruh dunia. Penggunaan sistem transaksi tersebut membuat perusahaan senjata dapat memperluas pasar dan negara pembeli pun memiliki teknologi pengembangan senjata tersebut.


Menurut Kluchnikov, negara-negara berkembang kini mulai meningkatkan akses langsung terhadap rancangan teknis senjata. Rusia pun diuntungkan dengan terciptanya joint ventures (JV).
“Pabrik senjata Rusia saat ini sedang bekerja mati-matian, dan pembuatan JV atau perusahaan patungan dapat mengurangi beban kerja produsen senjata Rusia. Pekerja dari Rusia dapat pergi ke negara-negara tersebut untuk bekerja. Sejauh ini, sistem ini sangat menguntungkan dan menjanjikan bagi kita,” kata Kluchnikov.
Pernyataan tersebut senada dengan laporan publik tahunan perusahaan negara Rostec pada 2013. Laporan tersebut menyebutkan jumlah joint ventures menjanjikan yang telah didirikan, di antaranya pembuatan pusat perawatan teknis dan renovasi helikopter Rusia di Brasil dan Afrika Selatan.

Perluas Pasar
Rusia dan India telah menyepakati transfer lisensi dan rancangan teknis pesawat Su-30MKI (salah satu proyek terbaik MTC), RD-33, dan mesin pesawat AL-31. Rusia juga menyediakan pendampingan teknis dalam produksi senjata di India. Saat ini, mereka tengah mengerjakan pembuatan misil Brahmos dan pesawat tempur generasi kelima.


Pakar senjata menilai kerja sama militer teknis Rusia dan India merupakan awal dari perubahan global. Mantan pemimpin redaksi jurnal industri Arsenal Denis Kungurov menyampaikan, penjualan senjata dengan metode yang digunakan Rusia mungkin akan dipertimbangkan oleh mitra Barat, termasuk AS dan sekutunya. “AS dapat menyediakan teknologi militer terbaru dan generasi masa depan, sama seperti Jepang yang memiliki teknologi produksi senjata canggih modern. Malah, Barat tergolong lebih matang untuk melakukan produksi senjata berteknologi tinggi dengan India. Dalam kasus ini, Rusia tertinggal karena belum bersedia berbagi teknologi dengan pabrik independen dalam beberapa proyek gabungan,” kata Kungurov.

Suap yang Dilegalisasi
Namun, sistem transaksi ofset dikritik keras oleh pemerintah AS dan Uni Eropa, serta oleh WTO dan beberapa LSM. Transaksi ofset dinilai sebagai ‘praktik buruk’, karena kesepakatan tersebut mendistorsi struktur pasar senjata dan merupakan bentuk suap ‘legal’ dalam hal ekspor senjata ke negara-negara lain.


“Transaksi ofset tidak terlalu efektif dan menguntungkan. Sistem ini memang bisa memperluas pasar, tapi perlu perhitungan untung-rugi serta koordinasi yang matang agar tidak merugikan,” kata Mikhail Barabanov, peneliti di Pusat Analisis Strategi dan Teknologi. Menurut Barabanov, sistem transaksi ofset juga melanggar kerangka perdagangan bebas.
Meski demikian, jumlah transaski ofset diperkirakan akan terus bertambah seiring pertumbuhan pasar senjata dunia. Pembeli senjata juga mecoba memperkuat perekonomian mereka melalui pertolongan ofset, dan bentuk transaksi ofset yang mereka inginkan semakin meningkat dari tahun ke tahun. Lembaga analisis Barat memprediksi, jumlah transaksi offset akan mencapai sekitar 500 miliar dolar AS pada 2016.


Credit RBTH Indonesia

Tiongkok dan Rusia Kerja Sama Bikin Pesawat Jet Jumbo


Tiongkok dan Rusia Kerja Sama Bikin Pesawat Jet Jumbo  
Tiongkok dan Rusia menjalin kemitraan dalam mengembangkan pesawat ukuran jumbo. (Thinkstock/Danielvfung)
 
Jakarta, CB -- Tiongkok dan Rusia mengembangkan kerja sama teknologi tingkat tinggi mereka untuk membangun desain awal pesawat jet ukuran jumbo sejak awal 2014. Desain awalnya diharapkan selesai pada Juli 2015.

Kerja sama ini terjalin antara perusahaan Rusia, United Aircraft Corporation (UAC) dengan perusahaan penerbangan sipil Tiongkok, Commercial Aircraft Corporation (COMAC).

Sementara pesawat ini belum diberi nama resmi, Tiongkok sering menyebutnya C929. Pesawat ini didiesain agar dapat menampung 250 sampai 280 penumpang dalam konfigurasi 3 kelas. Ia akan menjadi pesawat sipil terbesar di Tiongkok.

Menurut laporan Popular Science, Rusia punya harapan tinggi pada C929 yang akan memperkuat industri penerbangan dan pertahanan.

Presiden UAC Yuri Slyusar mengatakan bahwa C929 memakan biaya US$ 13 miliar untuk pengembangan. Pesawat ini diharapkan melakukan penerbangan pertamanya pada 2021 dan 2022.

Menteri Perdagangan dan Industri Rusia, Denis Manturov, mengatakan bahwa para insinyur dari Rusia dan Tiongkok akan mengembangkan cetak biru dan membangun purwarupa pesawat pada tahun 2016 dan 2018.

Slyusar berkata bahwa UAC akan membangun komposit pesawat dan ekor C929, sementara COMAC membangun konstruksi pesawat.

Untuk mengurangi biaya dan meningkatkan reliabilitas, C929 kemungkinan bakal menggunakan mesin dari perusahaan Barat, bisa jadi Pratt & Whitney, General Electric atau Rolls Royce.

Dengan kapasitas penumpang yang besar, C929 sepertinya bakal memiliki bobot lepas landas maksimum sebesar 250 ton atau mirip dengan Boeing 787 atau Airbus 350.

Untuk penerbangan komersial, C929 mungkin tidak memiliki teknologi yang maju seperti kompetitor dari Barat tetapi menawarkan alternatif biaya lebih rendah dan lebih hemat bahan bakar untuk maskapai penerbangan di dunia.

Tiongkok berencana memanfaatkan pesawat ini untuk penerbangan militer sebagai armada pembom, melakukan aksi mata-mata, atau pos komando nuklir udara.

Credit   CNN Indonesia

Ini Penampakan Kapal Perang Made in Surabaya yang Dipesan Filipina

lah satu fitur pembeda dari Perang Dunia I adalah meluasnya penggunaan senjata kimia. Berbagai gas kimia mematikan, termasuk gas sawi, fosgen, dan gas air mata, digunakan untuk melumpuhkan dan membunuh tentara musuh. Meskipun senjata kimia memainkan peran utama selama Perang Dunia, penggunaannya telah berasal dari periode yang jauh lebih awal dalam sejarah peradaban umat manusia.
Salah satu referensi awal penggunaan senjata kimia dalam literatur Barat dapat ditemukan dalam mitos Yunani, Hercules, di mana sang pahlawan mencelupkan panahnya ke darah Hydra yang beracun. Hal ini juga telah diklaim bahwa panah beracun disebutkan oleh Homer dalam kedua eposnya, Iliad dan Odyssey.
Rekaman penggunaan senjata kimia juga muncul di peradaban kuno di Timur. Di India, misalnya, penggunaan racun selama perang dapat ditemukan baik di Mahabharata dan Ramayana, dua epos Sansekerta utama yang berasal dari sekitar abad ke-4 SM Selain itu, resep untuk senjata beracun dapat ditemukan di Kautilya yaitu Arthashastra, yang berasal dari periode Maurya India (322-185 SM).
Di Tiongkok, berbagai tulisan mendeskripsikan penggunaan gas beracun untuk memertahankan kota. Asap beracun yang dihasilkan oleh bola sawi atau sayuran beracun terbakar lainnya, dipompa ke terowongan yang digali oleh tentara yang mengepung dari bawah tanah.
Kembali ke dunia Barat, penggunaan asap beracun dapat ditelusuri ke Perang Peloponnesia, yang berlangsung selama abad ke-5 SM. Dalam salah satu pertempuran antara Sparta dan Athena, bekas campuran kayu, tanah, dan sulfur yang terbakar di bawah dinding, digunakan untuk melumpuhkan pihak yang bertahan, dengan demikian melumpuhkan kemampuan mereka untuk melawan serangan tentara Sparta.
Contoh yang diberikan sejauh ini telah diperoleh melalui bukti sastra yang masih eksis. Sedangkan untuk bukti arkeologi tentang penggunaan awal senjata kimia, kita perlu untuk melihat lokasi Dura- Europos, yang terletak di tepi Sungai Efrat di Suriah. Dura-Europos adalah sebuah kota Romawi yang jatuh ke Sassaniyah sekitar pertengahan abad ke-3 Masehi
Meskipun tidak ada catatan sastra yang merinci tentang pengepungan akhir itu, arkeologi memberikan petunjuk mengenai apa yang terjadi. Dura-Europos digali selama tahun 1920-an dan 30- an oleh arkeolog Perancis dan Amerika. Di antara fitur yang ditemukan terdapat pertambangan, salah satunya digali oleh bangsa Persia dan lainnya lagi oleh orang Romawi sebagai tandingan. Selain itu, di terowongan itu juga ditemukan tumpukan tubuh setidaknya 19 tentara Romawi dan seorang prajurit Sassania sendirian.
Penafsiran awal adalah terjadi pertempuran sengit di terowongan itu, dimana bangsa Sassaniyah berhasil memukul mundur para pejuang Romawi. Setelah pertempuran, Sassaniyah menghancurkan tambang milik Romawi dengan membakarnya, hal itu terbukti dengan adanya kristal belerang dan aspal di dalam terowongan.
Pada 2009, pemeriksaan ulang bukti yang tersisa itu menyebabkan reinterpretasi tentang peristiwa tersebut. Terowongan itu dirasa terlalu sempit untuk secara efektif melakukan pertempuran tangan-melawan tangan. Selain itu, posisi tubuh para tentara Romawi itu seperti sengaja ditumpukkan, menunjukkan bahwa ini bukan tempat di mana mereka tumbang. Interpretasi alternatif, seperti yang disarankan oleh Profesor Simon James, seorang arkeolog di University of Leicester, Inggris, adalah bahwa Sassaniyah menggunakan gas beracun untuk membunuh tentara Romawi. Ketika belerang dan aspal dilemparkan ke api, akan menghasilkan gas tersedak, dan berubah menjadi asam sulfat ketika dihirup oleh para pejuang Romawi. Dan dalam beberapa menit, orang-orang Romawi yang berada di terowongan itu akan mati.
Hal ini terjadi ketika tambang Sassania dirusak oleh orang Romawi, yang tambang saingannya berada tepat di atas mereka. Prajurit Sassania yang seorang itu mungkin telah menjadi korban senjatanya sendiri, dan meninggal karena gas beracun juga. Setelah terowongan bersih dari gas beracun, Sassaniyah menumpuk tubuh tentara Romawi di mulut tambang sebagai dinding perisai, dan terus menghancurkan tambang ini sehingga mereka bisa melanjutkan pekerjaan mereka.
Penemuan arkeologi di Dura-Europos ini mengungkapkan bahwa senjata kimia sudah digunakan selama zaman kuno, dan memberikan bukti fisik pertama yang biasanya kurang bias dianggap valid jika hanya berdasarkan dari sumber-sumber sastra belaka. Seberapa sering senjata kimia tersebut digunakan merupakan pertanyaan lainnya.
Apakah Dura-Europos contoh yang unik dari penggunaan senjata kimia, atau apakah senjata tersebut umum digunakan pada saat itu? Mungkin bukti arkeologi yang lebih valid akan muncul untuk memberikan jawabannya
- See more at: http://erabaru.net/detailpost/bukti-perang-kimia-1700-tahun-lalu#sthash.sNDg2tv9.dpuf
Salah satu fitur pembeda dari Perang Dunia I adalah meluasnya penggunaan senjata kimia. Berbagai gas kimia mematikan, termasuk gas sawi, fosgen, dan gas air mata, digunakan untuk melumpuhkan dan membunuh tentara musuh. Meskipun senjata kimia memainkan peran utama selama Perang Dunia, penggunaannya telah berasal dari periode yang jauh lebih awal dalam sejarah peradaban umat manusia.
Salah satu referensi awal penggunaan senjata kimia dalam literatur Barat dapat ditemukan dalam mitos Yunani, Hercules, di mana sang pahlawan mencelupkan panahnya ke darah Hydra yang beracun. Hal ini juga telah diklaim bahwa panah beracun disebutkan oleh Homer dalam kedua eposnya, Iliad dan Odyssey.
Rekaman penggunaan senjata kimia juga muncul di peradaban kuno di Timur. Di India, misalnya, penggunaan racun selama perang dapat ditemukan baik di Mahabharata dan Ramayana, dua epos Sansekerta utama yang berasal dari sekitar abad ke-4 SM Selain itu, resep untuk senjata beracun dapat ditemukan di Kautilya yaitu Arthashastra, yang berasal dari periode Maurya India (322-185 SM).
Di Tiongkok, berbagai tulisan mendeskripsikan penggunaan gas beracun untuk memertahankan kota. Asap beracun yang dihasilkan oleh bola sawi atau sayuran beracun terbakar lainnya, dipompa ke terowongan yang digali oleh tentara yang mengepung dari bawah tanah.
Kembali ke dunia Barat, penggunaan asap beracun dapat ditelusuri ke Perang Peloponnesia, yang berlangsung selama abad ke-5 SM. Dalam salah satu pertempuran antara Sparta dan Athena, bekas campuran kayu, tanah, dan sulfur yang terbakar di bawah dinding, digunakan untuk melumpuhkan pihak yang bertahan, dengan demikian melumpuhkan kemampuan mereka untuk melawan serangan tentara Sparta.
Contoh yang diberikan sejauh ini telah diperoleh melalui bukti sastra yang masih eksis. Sedangkan untuk bukti arkeologi tentang penggunaan awal senjata kimia, kita perlu untuk melihat lokasi Dura- Europos, yang terletak di tepi Sungai Efrat di Suriah. Dura-Europos adalah sebuah kota Romawi yang jatuh ke Sassaniyah sekitar pertengahan abad ke-3 Masehi
Meskipun tidak ada catatan sastra yang merinci tentang pengepungan akhir itu, arkeologi memberikan petunjuk mengenai apa yang terjadi. Dura-Europos digali selama tahun 1920-an dan 30- an oleh arkeolog Perancis dan Amerika. Di antara fitur yang ditemukan terdapat pertambangan, salah satunya digali oleh bangsa Persia dan lainnya lagi oleh orang Romawi sebagai tandingan. Selain itu, di terowongan itu juga ditemukan tumpukan tubuh setidaknya 19 tentara Romawi dan seorang prajurit Sassania sendirian.
Penafsiran awal adalah terjadi pertempuran sengit di terowongan itu, dimana bangsa Sassaniyah berhasil memukul mundur para pejuang Romawi. Setelah pertempuran, Sassaniyah menghancurkan tambang milik Romawi dengan membakarnya, hal itu terbukti dengan adanya kristal belerang dan aspal di dalam terowongan.
Pada 2009, pemeriksaan ulang bukti yang tersisa itu menyebabkan reinterpretasi tentang peristiwa tersebut. Terowongan itu dirasa terlalu sempit untuk secara efektif melakukan pertempuran tangan-melawan tangan. Selain itu, posisi tubuh para tentara Romawi itu seperti sengaja ditumpukkan, menunjukkan bahwa ini bukan tempat di mana mereka tumbang. Interpretasi alternatif, seperti yang disarankan oleh Profesor Simon James, seorang arkeolog di University of Leicester, Inggris, adalah bahwa Sassaniyah menggunakan gas beracun untuk membunuh tentara Romawi. Ketika belerang dan aspal dilemparkan ke api, akan menghasilkan gas tersedak, dan berubah menjadi asam sulfat ketika dihirup oleh para pejuang Romawi. Dan dalam beberapa menit, orang-orang Romawi yang berada di terowongan itu akan mati.
Hal ini terjadi ketika tambang Sassania dirusak oleh orang Romawi, yang tambang saingannya berada tepat di atas mereka. Prajurit Sassania yang seorang itu mungkin telah menjadi korban senjatanya sendiri, dan meninggal karena gas beracun juga. Setelah terowongan bersih dari gas beracun, Sassaniyah menumpuk tubuh tentara Romawi di mulut tambang sebagai dinding perisai, dan terus menghancurkan tambang ini sehingga mereka bisa melanjutkan pekerjaan mereka.
Penemuan arkeologi di Dura-Europos ini mengungkapkan bahwa senjata kimia sudah digunakan selama zaman kuno, dan memberikan bukti fisik pertama yang biasanya kurang bias dianggap valid jika hanya berdasarkan dari sumber-sumber sastra belaka. Seberapa sering senjata kimia tersebut digunakan merupakan pertanyaan lainnya.
Apakah Dura-Europos contoh yang unik dari penggunaan senjata kimia, atau apakah senjata tersebut umum digunakan pada saat itu? Mungkin bukti arkeologi yang lebih valid akan muncul untuk memberikan jawabannya
- See more at: http://erabaru.net/detailpost/bukti-perang-kimia-1700-tahun-lalu#sthash.sNDg2tv9.dpuf
Salah satu fitur pembeda dari Perang Dunia I adalah meluasnya penggunaan senjata kimia. Berbagai gas kimia mematikan, termasuk gas sawi, fosgen, dan gas air mata, digunakan untuk melumpuhkan dan membunuh tentara musuh. Meskipun senjata kimia memainkan peran utama selama Perang Dunia, penggunaannya telah berasal dari periode yang jauh lebih awal dalam sejarah peradaban umat manusia.
Salah satu referensi awal penggunaan senjata kimia dalam literatur Barat dapat ditemukan dalam mitos Yunani, Hercules, di mana sang pahlawan mencelupkan panahnya ke darah Hydra yang beracun. Hal ini juga telah diklaim bahwa panah beracun disebutkan oleh Homer dalam kedua eposnya, Iliad dan Odyssey.
Rekaman penggunaan senjata kimia juga muncul di peradaban kuno di Timur. Di India, misalnya, penggunaan racun selama perang dapat ditemukan baik di Mahabharata dan Ramayana, dua epos Sansekerta utama yang berasal dari sekitar abad ke-4 SM Selain itu, resep untuk senjata beracun dapat ditemukan di Kautilya yaitu Arthashastra, yang berasal dari periode Maurya India (322-185 SM).
Di Tiongkok, berbagai tulisan mendeskripsikan penggunaan gas beracun untuk memertahankan kota. Asap beracun yang dihasilkan oleh bola sawi atau sayuran beracun terbakar lainnya, dipompa ke terowongan yang digali oleh tentara yang mengepung dari bawah tanah.
Kembali ke dunia Barat, penggunaan asap beracun dapat ditelusuri ke Perang Peloponnesia, yang berlangsung selama abad ke-5 SM. Dalam salah satu pertempuran antara Sparta dan Athena, bekas campuran kayu, tanah, dan sulfur yang terbakar di bawah dinding, digunakan untuk melumpuhkan pihak yang bertahan, dengan demikian melumpuhkan kemampuan mereka untuk melawan serangan tentara Sparta.
Contoh yang diberikan sejauh ini telah diperoleh melalui bukti sastra yang masih eksis. Sedangkan untuk bukti arkeologi tentang penggunaan awal senjata kimia, kita perlu untuk melihat lokasi Dura- Europos, yang terletak di tepi Sungai Efrat di Suriah. Dura-Europos adalah sebuah kota Romawi yang jatuh ke Sassaniyah sekitar pertengahan abad ke-3 Masehi
Meskipun tidak ada catatan sastra yang merinci tentang pengepungan akhir itu, arkeologi memberikan petunjuk mengenai apa yang terjadi. Dura-Europos digali selama tahun 1920-an dan 30- an oleh arkeolog Perancis dan Amerika. Di antara fitur yang ditemukan terdapat pertambangan, salah satunya digali oleh bangsa Persia dan lainnya lagi oleh orang Romawi sebagai tandingan. Selain itu, di terowongan itu juga ditemukan tumpukan tubuh setidaknya 19 tentara Romawi dan seorang prajurit Sassania sendirian.
Penafsiran awal adalah terjadi pertempuran sengit di terowongan itu, dimana bangsa Sassaniyah berhasil memukul mundur para pejuang Romawi. Setelah pertempuran, Sassaniyah menghancurkan tambang milik Romawi dengan membakarnya, hal itu terbukti dengan adanya kristal belerang dan aspal di dalam terowongan.
Pada 2009, pemeriksaan ulang bukti yang tersisa itu menyebabkan reinterpretasi tentang peristiwa tersebut. Terowongan itu dirasa terlalu sempit untuk secara efektif melakukan pertempuran tangan-melawan tangan. Selain itu, posisi tubuh para tentara Romawi itu seperti sengaja ditumpukkan, menunjukkan bahwa ini bukan tempat di mana mereka tumbang. Interpretasi alternatif, seperti yang disarankan oleh Profesor Simon James, seorang arkeolog di University of Leicester, Inggris, adalah bahwa Sassaniyah menggunakan gas beracun untuk membunuh tentara Romawi. Ketika belerang dan aspal dilemparkan ke api, akan menghasilkan gas tersedak, dan berubah menjadi asam sulfat ketika dihirup oleh para pejuang Romawi. Dan dalam beberapa menit, orang-orang Romawi yang berada di terowongan itu akan mati.
Hal ini terjadi ketika tambang Sassania dirusak oleh orang Romawi, yang tambang saingannya berada tepat di atas mereka. Prajurit Sassania yang seorang itu mungkin telah menjadi korban senjatanya sendiri, dan meninggal karena gas beracun juga. Setelah terowongan bersih dari gas beracun, Sassaniyah menumpuk tubuh tentara Romawi di mulut tambang sebagai dinding perisai, dan terus menghancurkan tambang ini sehingga mereka bisa melanjutkan pekerjaan mereka.
Penemuan arkeologi di Dura-Europos ini mengungkapkan bahwa senjata kimia sudah digunakan selama zaman kuno, dan memberikan bukti fisik pertama yang biasanya kurang bias dianggap valid jika hanya berdasarkan dari sumber-sumber sastra belaka. Seberapa sering senjata kimia tersebut digunakan merupakan pertanyaan lainnya.
Apakah Dura-Europos contoh yang unik dari penggunaan senjata kimia, atau apakah senjata tersebut umum digunakan pada saat itu? Mungkin bukti arkeologi yang lebih valid akan muncul untuk memberikan jawabannya
- See more at: http://erabaru.net/detailpost/bukti-perang-kimia-1700-tahun-lalu#sthash.sNDg2tv9.dpuf


//images.detik.com/content/2015/01/26/1036/080958_ssvfilipina.jpg 
 
Jakarta (CB) -PT PAL (Persero) untuk pertama kalinya mendapatkan pesanan kapal perang dari negara asing. Filipina memesan 2 kapal perang jenis strategic sealift vessel-1 (SSV) buatan pabrik yang bermarkas di Surabaya ini. Bagaimana bentuknya?

Kapal perang SSV adalah bentuk modifikasi dari kapal Landing Platform Dock (LPD) yang diproduksi PT PAL‎ dan disupervisi oleh Korea Selatan. Kapal ‎LPD sendiri kini dikenal dengan nama KRI Banda Aceh yang membantu proses evakuasi AirAsia QZ 8501 dan KRI Banjarmasin yang berkontrobusi membebaskan sandera perompak Somalia.

Bentuk‎ dari kapal SSV sebenarnya lebih pendek dibanding kapal perang terdahulunya itu. SSV memiliki panjang 123 meter sedangkan LPD 125 meter. Meski begitu, SSV bisa menampung lebih banyak penumpang yaitu 621 orang yang terdiri dari 500‎ penumpang dan 121 awak. Sedangkan LPD hanya 560 orang.

Kapal yang dipesan Filipina sebanyak 2 unit ini dilengkapi dengan mobile hospital, di mana bisa mengakomodir evakuasi korban musibah atau perang secara langsung dan segera. Selain itu, di kapal senilai US$ 45 juta ini terdapat tempat parkir untuk tank, truk mobil perang seperti jeep, hingga helikopter.

"Juga dilengkapi senjata, tapi kami belum bisa sebutkan (jenisnya)," ujar Kepala Humas PT PAL Bayu Witjaksono kepada detikFinance pekan lalu.

Karena digunakan untuk keperluan pertahanan atau perang, kapal ini juga didesain kuat dalam segala medan.



Credit  Detikfinance
Salah satu fitur pembeda dari Perang Dunia I adalah meluasnya penggunaan senjata kimia. Berbagai gas kimia mematikan, termasuk gas sawi, fosgen, dan gas air mata, digunakan untuk melumpuhkan dan membunuh tentara musuh. Meskipun senjata kimia memainkan peran utama selama Perang Dunia, penggunaannya telah berasal dari periode yang jauh lebih awal dalam sejarah peradaban umat manusia.
Salah satu referensi awal penggunaan senjata kimia dalam literatur Barat dapat ditemukan dalam mitos Yunani, Hercules, di mana sang pahlawan mencelupkan panahnya ke darah Hydra yang beracun. Hal ini juga telah diklaim bahwa panah beracun disebutkan oleh Homer dalam kedua eposnya, Iliad dan Odyssey.
Rekaman penggunaan senjata kimia juga muncul di peradaban kuno di Timur. Di India, misalnya, penggunaan racun selama perang dapat ditemukan baik di Mahabharata dan Ramayana, dua epos Sansekerta utama yang berasal dari sekitar abad ke-4 SM Selain itu, resep untuk senjata beracun dapat ditemukan di Kautilya yaitu Arthashastra, yang berasal dari periode Maurya India (322-185 SM).
Di Tiongkok, berbagai tulisan mendeskripsikan penggunaan gas beracun untuk memertahankan kota. Asap beracun yang dihasilkan oleh bola sawi atau sayuran beracun terbakar lainnya, dipompa ke terowongan yang digali oleh tentara yang mengepung dari bawah tanah.
Kembali ke dunia Barat, penggunaan asap beracun dapat ditelusuri ke Perang Peloponnesia, yang berlangsung selama abad ke-5 SM. Dalam salah satu pertempuran antara Sparta dan Athena, bekas campuran kayu, tanah, dan sulfur yang terbakar di bawah dinding, digunakan untuk melumpuhkan pihak yang bertahan, dengan demikian melumpuhkan kemampuan mereka untuk melawan serangan tentara Sparta.
Contoh yang diberikan sejauh ini telah diperoleh melalui bukti sastra yang masih eksis. Sedangkan untuk bukti arkeologi tentang penggunaan awal senjata kimia, kita perlu untuk melihat lokasi Dura- Europos, yang terletak di tepi Sungai Efrat di Suriah. Dura-Europos adalah sebuah kota Romawi yang jatuh ke Sassaniyah sekitar pertengahan abad ke-3 Masehi
Meskipun tidak ada catatan sastra yang merinci tentang pengepungan akhir itu, arkeologi memberikan petunjuk mengenai apa yang terjadi. Dura-Europos digali selama tahun 1920-an dan 30- an oleh arkeolog Perancis dan Amerika. Di antara fitur yang ditemukan terdapat pertambangan, salah satunya digali oleh bangsa Persia dan lainnya lagi oleh orang Romawi sebagai tandingan. Selain itu, di terowongan itu juga ditemukan tumpukan tubuh setidaknya 19 tentara Romawi dan seorang prajurit Sassania sendirian.
Penafsiran awal adalah terjadi pertempuran sengit di terowongan itu, dimana bangsa Sassaniyah berhasil memukul mundur para pejuang Romawi. Setelah pertempuran, Sassaniyah menghancurkan tambang milik Romawi dengan membakarnya, hal itu terbukti dengan adanya kristal belerang dan aspal di dalam terowongan.
Pada 2009, pemeriksaan ulang bukti yang tersisa itu menyebabkan reinterpretasi tentang peristiwa tersebut. Terowongan itu dirasa terlalu sempit untuk secara efektif melakukan pertempuran tangan-melawan tangan. Selain itu, posisi tubuh para tentara Romawi itu seperti sengaja ditumpukkan, menunjukkan bahwa ini bukan tempat di mana mereka tumbang. Interpretasi alternatif, seperti yang disarankan oleh Profesor Simon James, seorang arkeolog di University of Leicester, Inggris, adalah bahwa Sassaniyah menggunakan gas beracun untuk membunuh tentara Romawi. Ketika belerang dan aspal dilemparkan ke api, akan menghasilkan gas tersedak, dan berubah menjadi asam sulfat ketika dihirup oleh para pejuang Romawi. Dan dalam beberapa menit, orang-orang Romawi yang berada di terowongan itu akan mati.
Hal ini terjadi ketika tambang Sassania dirusak oleh orang Romawi, yang tambang saingannya berada tepat di atas mereka. Prajurit Sassania yang seorang itu mungkin telah menjadi korban senjatanya sendiri, dan meninggal karena gas beracun juga. Setelah terowongan bersih dari gas beracun, Sassaniyah menumpuk tubuh tentara Romawi di mulut tambang sebagai dinding perisai, dan terus menghancurkan tambang ini sehingga mereka bisa melanjutkan pekerjaan mereka.
Penemuan arkeologi di Dura-Europos ini mengungkapkan bahwa senjata kimia sudah digunakan selama zaman kuno, dan memberikan bukti fisik pertama yang biasanya kurang bias dianggap valid jika hanya berdasarkan dari sumber-sumber sastra belaka. Seberapa sering senjata kimia tersebut digunakan merupakan pertanyaan lainnya.
Apakah Dura-Europos contoh yang unik dari penggunaan senjata kimia, atau apakah senjata tersebut umum digunakan pada saat itu? Mungkin bukti arkeologi yang lebih valid akan muncul untuk memberikan jawabannya.
- See more at: http://erabaru.net/detailpost/bukti-perang-kimia-1700-tahun-lalu#sthash.sNDg2tv9.dpuf

Mengintip Pesawat Jet Mewah Presiden Korea Utara


Soviet Ilyushin IL-62 itu merupakan pesawat jet terbesar di zamannya.


Mengintip Pesawat Jet Mewah Presiden Korea Utara
Kim Jong-Un di Pesawat Kepresidenan Korea Utara (Reuters/KCNA)
 
CBDuduk di dalam kabin pesawat berinterior mewah, Kim Jong-un terlihat begitu serius berdiskusi dengan koleganya. Foto yang disebarkan kantor berita Korea Utara, Korean Central News Agency (KCNA) itu memperlihatkan betapa mewahnya pesawat kepresidenan diktator termuda di dunia tersebut.

Disebut-sebut, pesawat buatan Rusia bermodel Soviet Ilyushin IL-62 itu merupakan pesawat jet terbesar di zamannya. IL-62 itu, pertama kali terbang pada 1963. Namun kini, harganya hanya 65 ribu poundsterling atau setara Rp1,2 miliar. Saat ini, IL-62 masih digunakan di beberapa negara pecahan Uni Soviet sebagai jet pribadi.

Kendati harganya setara Alphard New 3.5 V, bukan berarti pesawat yang punya sebutan “Air Force Un” itu kalah mewah dengan Air Force One, pesawat kepresidenan Amerika Serikat.

Dilansir Daily Mail, seperti juga Air Force One, pesawat Kim Jong-un telah dimodifikasi dengan kenyamanan khas pemimpin negara. Tidak lagi penuh dengan kursi di kabin yang berkapasitas 200 orang, pesawat tersebut dirombak menjadi kabin eksekutif yang lengkap dengan meja kerja, ruang rapat, bahkan dapur pribadi.

Pesawat tersebut punya lebar sayap 43 meter dengan panjang badan mencapai 53 meter. Sementara kecepatannya bisa mencapai 560 mph. Disebutkan pesawat jet kepresidenan tersebut merupakan hal baru yang diperkenalkan Jong-un pada Korea Utara. Pasalnya, sang ayah, Kim Jong-il punya fobia terbang.

Foto “Air Force Un” pertama kali muncul pada Mei 2014 silam, ketika Jong-un terlihat berjalan bersama istrinya Ri Sol-ju, di karpet merah dengan latar belakang sebuah pesawat berlambang Korea Utara.

Tidak hanya itu, KCNA juga pernah merilis berita bahwa Jong-un sangat menikmati mengendalikan pesawat terbang, kendati tidak pernah disebutkan bahwa presiden Korea Utara itu punya lisensi pilot.

Adapun, foto-foto Jong-un di pesawat dirilis bertepatan dengan parayaan ulang tahun almarhum ayahnya, Kim Jong-il yan jatuh pada tanggal 16 Februari. Seluruh Korea Utara merayakan hari jadi mendiang pemimpin mereka dengan pesta kembang api, promosi jabatan jendral militer, serta parade yang menyatakan kesetiaan seluruh negara pada sang putra mahkota, Kim Jong-un.

Jong-un sendiri melakukan penghormatan dengan menggelar upacara di Istana Kumsusan, Pyongyang.

Setelah itu, Jong-un terlihat menaiki pesawat jet kepresidenan dan memonitor pembangunan apartemen di tepi Sungai Taedong, Pyongyang, yang ditujukan bagi tempat tinggal para ilmuwan dari Kim Chaek University of Technology.


Credit  VIVA.co.id

Tiongkok bangun kapal induk kedua

Kekuatan kapal induk: Sebuah model kapal induk Liaoning dipajang di Warung Mi Pulau Diaoyu di Beijing.  Tiongkok memandang kapal induk tersebut sebagai sebuah unjuk kekuatan di lautan Tiongkok Timur dan Selatan.  Kekuatan itu mungkin akan mengganda karena Tiongkok tampaknya sedang membuat kapal induk kedua. [AFP]
Kekuatan kapal induk: Sebuah model kapal induk Liaoning dipajang di Warung Mi Pulau Diaoyu di Beijing. Tiongkok memandang kapal induk tersebut sebagai sebuah unjuk kekuatan di lautan Tiongkok Timur dan Selatan. Kekuatan itu mungkin akan mengganda karena Tiongkok tampaknya sedang membuat kapal induk kedua. [AFP]


Tiongkok sangat menyukai manfaat yang didapat dari memiliki kapal induk, maka mereka membangun satu lagi.
Bahkan dengan dua kapal induk, Tiongkok tidak akan menantang langsung kekuatan AL AS yang memiliki 11 kapal induk bertenaga nuklir. Namun tetap saja, kapal induk kedua akan meningkatkan kemampuannya memamerkan kekuatan di lebih dari 90 persen Laut Tiongkok Selatan yang mereka klaim.
“Pembangunan kapal induk kedua dapat dimulai,” begitulah tajuk berita tanggal 1 Februari di surat kabar Global Times yang didukung pemerintah di Beijing. Surat kabar itu diterbitkan oleh media cetak resmi People’s Daily.
“Laporan akan kemenangan sebuah perusahaan dalam pelelangan pengadaan perlengkapan untuk kapal induk kedua Tiongkok, yang dikeluarkan melalui akun Weibo pemerintah daerah dan satu surat kabar, dipandang luas sebagai konfirmasi perdana bahwa Tiongkok akan membangun kapal induk kedua,” ditulis Global Times.
“Shangshang Cable Group, berperingkat pertama untuk perusahaan sejenisnya di Tiongkok dan kesepuluh di dunia, berhasil memenangkan lelang untuk kapal induk kedua Tiongkok dan akan menggantikan perusahaan-perusahaan asing dalam memasok perlengkapan untuk fregat dan kapal selam,” dikatakan Changzhou Evening News pada tanggal 31Januari.
“Hal ini dipandang sebagai konfirmasi resmi bahwa AL Tiongkok akan dilengkapi dengan kapal induk kedua selain Liaoning, yang mulai dioperasikan pada tahun 2012 setelah dibeli dari Ukraina pada tahun 1998,” kata Global Times. Liaoning, kapal induk berbobot 65.000 ton, memilik panjang 305 meter [999 kaki].
Setelah berita tersebut muncul di situs-situs media lain, posting di Weibo dan laporan di Changzhou Evening News kemudian dihapus.
Sudah tersebar laporan-laporan selama 18 bulan terakhir bahwa Tiongkok sedang mengerjakan kapal induk yang lebih canggih daripada Liaoning.
Foto galangan kapal tunjukkan pembangunan
“Baru-baru ini, terdapat foto-foto dari sebuah galangan kapal Tiongkok yang menampakkan sebuah bagian dari kapal induk baru sedang dibangun. Kapal induk tersebut tampak menyerupai kapal kelas Nimitz milik Amerika [berbobot 100.000 ton dan menggunakan sistem ketapel alih-alih landasan lompat ski untuk meluncurkan pesawat]. … Kapal tersebut tampak lebih besar daripada kapal induk baru [Liaoning] yang ditugaskan Tiongkok pada akhir tahun 2012,” ditulis StrategyPage.com pada tanggal 16 Agustus 2013.
Li Jie, analis AL Tiongkok di Beijing, membahas beberapa hal tentang program kapal induk Tiongkok.
“Sebuah kekuatan regional pada umumnya memerlukan tiga kapal induk, setidaknya dua, jika dia ingin berupaya mengendalikan udara dan perairan,” katanya kepada Global Times.
“Hanya ketika sebuah negara secara bersamaan menyiapkan satu kapal induk untuk perang, mengirim satu lagi untuk berlatih, dan melakukan pemeliharaan kapal ketiga, barulah dia bisa menjamin bahwa dia akan memiliki satu kapal induk yang siap untuk operasi militer setiap saat,” katanya. “Untuk menanggapi urusan maritim, terutama di laut lepas, satu kapal induk jelas belum cukup.”
Wang Min, sekretaris Partai Komunis dari Provinsi Liaoning tempat kapal induk pertama dilabuhkan, mengatakan Tiongkok sedang mengerjakan kapal kedua yang akan diselesaikan sekira tahun 2020, ditulis Japan Times pada tanggal 2 Februari.
Meski tidak resmi, laporan itu dengan cepat menarik dukungan luas di kalangan media Tiongkok.
“Para komentator nasionalis Tiongkok dengan cepat menanggapi laporan terbaru, menyerukan … agar dibangun lebih banyak kapal induk dengan adanya ‘provokasi yang didukung Barat,’” kata Japan Times.
“Tiongkok berhak membangun lebih banyak kapal induk,” sebagaimana dilaporkan Global Times. “Dalam beberapa tahun terakhir, Tiongkok menghadapi provokasi dari negara-negara tetangga yang didukung pihak Barat terkait perselisihan di lautan Tiongkok Timur dan Selatan, yang memerlukan pencegahan militer lebih kuat demi menjaga keamanan nasional.”
Tiongkok akan gunakan pelajaran yang didapat dari Liaoning
Penulis Gordon G. Chang, analis keamanan Asia Timur, sependapat bahwa Tiongkok akan memasukkan pelajaran operasional yang mereka peroleh dari Liaoning ke dalam kapal induk kedua.
“Tiongkok, dengan Liaoning, telah membuktikan mereka mampu membeli kapal Soviet, melapisinya dengan cat abu-abu, dan mengapungkannya di perairan tenang. Kini mereka perlu menunjukkan bahwa mereka mampu membuat sesuatu yang sangat menakutkan. Dan mereka akan menggunakan kapal barunya untuk mengintimidasi. Atau setidaknya akan mencoba mengintimidasi,” katanya kepada Asia Pacific Defense Forum [APDF].
Chang memperingatkan bahwa pembangunan kapal induk Tiongkok yang kedua akan memicu perlombaan senjata di kawasan. Hal itu akan membuat negara-negara tetangga seperti Vietnam dan Jepang menanggapinya dengan memperluas armada kapal selam mereka.
Greg Austin, menulis di The Diplomat pada tanggal 10 Februari, memandang pembuatan kapal induk kedua sebagai langkah yang tak terelakkan bagi AL Tentara Pembebasan Rakyat [PLA].
“Bagi banyak orang di Tiongkok, hal ini merupakan keharusan evolusi untuk sebuah negara yang begitu kaya dan memiliki kekuatan internasional. Bagi pemerintah, hal ini bagian dari kampanye tekno-nasionalis yang dirancang untuk menunjukkan bahwa negara sedang mendekati tingkat kekuatan internasional tertinggi,” tulisnya.
“Tiongkok masih mengevaluasi peran tempur yang layak bagi kapal induknya, jika kita memercayai pernyataan dari komandan AL PLA, Laksamana Wu Shengli, pada tanggal 12 September 2013. Dia memperkirakan masih ada beberapa tahun pengujian dan evaluasi,” tulis Austin.
Kapal induk tersebut bisa jadi sekadar jenis Kuznetsov/Liaoning yang ditingkatkan, ditulis StrategyPage.com pada tahun 2013.



Credit APDForum

Dulu Dukung Amrozi Dieksekusi, Australia Terapkan Standar Ganda


Pengamat hukum internasional Universitas Indonesia (UI) Hikmahanto Juwana (kanan).
Pengamat hukum internasional Universitas Indonesia (UI) Hikmahanto Juwana (kanan).

 
CB, JAKARTA -- Pemerintah Australia terus mendesak pemerintah Indonesia untuk membatalkan hukuman mati bagi dua warga negaranya yang merupakan terpidana narkoba Bali Nine. Pengamat hukum internasional Universitas Indonesia (UI) Hikmahanto Juwana mengatakan, seharusnya pemerintah Australia mencontoh apa yang dilakukan Indonesia.
Hal tersebut terkait standar ganda yang diterapkan oleh Australia saat ini. Sekarang, kalau Indonesia konsisten bisa menjalankan hukuman mati, tapi di satu sisi, kewajiban untuk melidungi warga negara yang di luar negeri juga terus diupayakan.
"Tapi, sampai pada titik kita tidak bisa intervensi lagi, kita tidak mau melakukan intervensi. Kalau harus hukum mati, ya hukum mati," kata Hikmahanto kepada Republika, Senin (16/2).

Hikmahanto mengatakan, standar ganda seperti yang diterapkan Australia saat ini seringkali digunakan oleh negara maju. Standar ganda, lanjutnya, berhubungan erat dengan adanya kepentingan negara tersebut.
Ia pun membandingkan hukuman mati kali ini dengan hukuman mati terhadap terpidana bom bali Amrozi dan kawan-kawan.

"Ketika kepentingan Australia menganggap bahwa Amrozi cs dihukum mati karena banyak warga negaranya yang meninggal, dia setuju. Tapi sekarang ketika kepentingannya mengatakan bahwa 'nanti saya tidak dipilih warga saya kalau tidak berbuat apa-apa', lalu kepentingannya sekarang mengatakan jangan dihukum mati. Ini standar ganda yang harus jadi cerminan," ujarnya.
Hikmahanto mengatakan, ada kekhawatiran bahwa masalah hukuman mati tersebut telah dipolitisasi oleh pihak-pihak tertentu. Pemerintah Australia yang sedang menghadapi masalah politik seperti mosi tidak percaya, kemudian memanfaatkan isu hukuman mati tersebut untuk menaikkan pamor.

Ia pun menyayangkan Sekjen PBB Ban Ki Moon yang ikut turun tangan dalam masalah hukuman mati ini. Ban Ki Moon, lanjut dia, tidak sadar sikapnya membuatnya seolah lebih mengutamakan negara maju ketika berhadapan dengan negara berkembang.

"Australia atau Ban Ki Moon itu harus bercermin diri. Jangan sampai orang tidak percaya dengan apa yang negara maju ceramahkan atau PBB lakukan, karena seolah akan berat sebelah ke negara-negara maju untuk kepentingan negara maju," kata Hikmahanto.



Credit   REPUBLIKA.CO.ID


Tekanan Sekjen PBB, Prof Hikmahanto: Ini Intervensi Kedaulatan Indonesia


Tekanan Sekjen PBB, Prof Hikmahanto: Ini Intervensi Kedaulatan Indonesia


Jakarta (CB) - 2 WN Australia, Andrew Chan dan Myuran Sukumaran menghadapi eksekusi mati dalam waktu dekat. Hal ini diprotes sebagian penduduk dan pemerintah Australia. Namun Indonesia tidak akan diskriminatif terkait hukum.

Andrew dan Myuran adalah terpidana mati yang akan dieksekusi mati dalam gelombang kedua. Pada gelombang pertama, yang dilakukan 18 Januari lalu, ada warga negara Brazil dan Belanda menjadi terpidana mati karena kasus narkoba. Pemerintah Brazil paling keras melancarkan protes tapi eksekusi tetap jalan.

"Australia meminta dibatalkan itu tidak mungkin, karena pertama sebelumnya juga sudah dilakukan eksekusi mati warga negara Belanda dan Brazil. Indonesia tidak akan diskriminatif," kata Guru Besar Hukum Internasional UI, Prof Hikmahanto Juwana kepada detikcom, Selasa (17/2/2015).

Hikmahanto menambahkan, Andrew dan Myuran juga telah mengupayakan segala hak hukumnya seperti grasi, namun ditolak Presiden Joko Widodo. Ia menambahkan, Presiden Jokowi mungkin tak mempelajari kasusnya secara detil, tapi Indonesia tengah menghadapi darurat narkoba.

"Masalahnya bagaimana Presiden harus menunda kalau Australia itu melakukan berbagai manuver yang membuat Indonesia marah. Kenapa saya katakan marah? Karena Australia menekan Indonesia misalnya mengkhawatirkan wisatawan Australia sedikit datang ke Indonesia, lalu ke Sekjen PBB (Ban Ki-moon). Ini kan intervensi kedaulatan Indonesia," ujar Hikmahanto.

"Tentu Indonesia bereaksi dengan menyerukan segera eksekusi mati itu. Ini yang saya katakan kontraproduktif, yang dilakukan Australia dengan cara menekan, seolah-olah pejabat kita itu tidak cerdas dalam melihat tekanan-tekanan yang dilakukan oleh Australia," tambahnya.

Hikmahanto pun mempertanyakan 2 bandar narkoba itu apakah setara dengan hubungan baik antara Indonesia dengan Australia yang sudah terjalin selama ini? Ia menyatakan kejahatan narkoba masuk dalam kategori kejahatan serius di Indonesia.

"Apakah Australia akan mengorbankan hubungan baik selama ini, yang sangat cerah ke depan, hanya untuk dua warga negara yang telah melakukan kejahatan serius di Indonesia, apalagi kejahatan itu dianggap serius karena berdampak pada masyarakat yang sekarang dan generasi muda yang akan datang, yaitu narkoba," ucap Hikmahanto.


Credit Detiknews

Warga Australia: Mengapa Kita Harus Memboikot Bali?


Warga Australia: Mengapa Kita Harus Memboikot Bali? Pantai Kuta, Bali (andi/detikcom) 
 
 
Jakarta (CB) - Ancaman Menlu Australia Julie Bishop bahwa warganya siap memboikot wisata Indonesia tidak sepenuhnya benar. Seorang warga Australia, Anthony Dennis menuliskan artikel dengan judul 'Bali Nine executions: Why we shouldn't boycott Bali'.

"Pemerintah Indonesia mungkin layak menerima kemarahan publik Australia, tapi tidak dengan penduduk Bali," kata Anthony dalam artikel di traveller.com.au sebagaimana dikuip detikcom, Selasa (17/2/2015).

Dennis merupakan editor nasional di media tersebut. Dia mengatakan akan pergi ke Bali akhir pekan ini dan dirinya merupakan penentang hukuman mati. Tapi Dennis mengaku tidak akan membatalkan rencana perjalanannya meski publik Australia menyerukan untuk memboikot wisata ke Indonesia. Menurutnya, tindakan ini bodoh, sesat dan munafik.

"(Di Bali) Kami mabuk, kami ambil dan ya, kami menggunakan obat-obatan, dengan melakukan pelanggaran besar berkumpul setengah telanjang dan menikmati resort dan tidak memikirkan sebuah kebudayaan (Bali) yang sangat sangat berbeda di dunia ini," ujar Anthony.

Menurut Dennis, ancaman boikot tersebut tidak akan berlangsung lama sebab berdasarkan survei, masyarakat Australia, meski tidak sadar telah menganggap Bali sebagai bagian dari Australia.

"Sebelum kita memboikot Bali kita harus membersihkan tindakan norak kita sendiri," papar Anthony.

Saat kasus Bom Bali, warga Australia memuji dan menyatakan kecintaanya kepada Bali. Tapi mengapa dalam kasus rencana eksekusi mati terhadap Andrew Chan dan Myuran Sukumaran, warga Australia malah sebaliknya.
"Pemerintah Indonesia mungkin layak menerima kemarahan publik Australia, tapi tidak untuk penduduk Bali," kata Anthony.

Tak ayal, tulisan ini menuai banyak komentar. 161 Orang memberikan komentar terhadap pendapat Dennis tersebut.

"Sangat setuju Anthony! Sebagai wisatawan yang telah sering ke Bali (Sejak tahun 70-an), saya tidak akan memboikot Bali. Orang-orang Bali yang indah harus dibuat menderika karena pemerintahan mereka di Jakarta," ujar salah seorang komentator, Jann Burmester.

"Saya tidak akan pergi ke sana hingga situasi yang mengerikan ini berlalu," kata Kendra Vandame menyanggah tulisan Anthony.



Credit  Detiknews

Al Azhar Kecam Aksi ISIS Penggal 21 Kristen Mesir


Al Azhar Kecam Aksi ISIS Penggal 21 Kristen Mesir
Sebanyak 21 pria Kristen Koptik Mesir dipaksa berlutut sebelum dipenggal oleh milisi ISIS di sebuah pantai di Tripoli, Libya dalam video yang dirilis 15 Februari 2015. REUTERS/Social media via Reuters TV

CB, Mesir - Kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) kembali meneror. Milisi ini merilis video yang menayangkan pemenggalan 21 pekerja Kristen Ortodoks asal Mesir di Libya. Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi mengecam keras kejadian ini dan langsung mengeluarkan pernyataan resminya.

"Kami akan balas dendam pada waktu yang tepat," katanya seperti dikutip dari Reuters, Senin, 16 Februari 2015.

Pernyataan Sisi ini dikeluarkan setelah ada pemberitaan media resmi pemerintah Mesir, MENA, yang menyatakan pemerintah yakin bahwa 21 sandera tersebut telah meninggal dunia. Namun dia menyangkal insiden ini ada hubungannya dengan usahanya dan negara-negara Uni Emirat Arab untuk menyerang milisi Libya.

Pemenggalan ini juga menimbulkan kekhawatiran lain. Sisi khawatir hal ini akan berdampak pada usahanya untuk meredam serangan militer di wilayah Libya. Serangan yang kerap datang ini dimaksudkan agar Mesir berhenti menerima bantuan dari pemerintah Amerika Serikat.

Gereja Koptik Mesir, tempat para korban beribadah, mendukung pemerintahnya dalam mencari keadilan. Bahkan, Al Azhar, pusat pengajaran Islam terkemuka di Mesir, tak segan untuk membela para korban ISIS. "Tak ada agama yang membenarkan aksi barbar ini," demikian pernyataan Al Azhar.

Pihak keluarga korban mendesak pemerintah Mesir membawa kembali jasad para pekerja tersebut. Saat mendengar insiden ini, semua sanak saudara mereka berteriak histeris.

Sisi telah bertemu dengan panglima Mesir untuk mendiskusikan soal insiden ini. Dia secara khusus memerintahkan negaranya untuk berkabung selama tujuh hari ke depan.

Tak hanya Mesir yang berduka. Amerika Serikat menyatakan bahwa aksi ini adalah aksi pengecut dari para pembunuh. Juru bicara Gedung Putih, Josh Earnest, mengatakan aksi tersebut adalah sebagian kecil dari sejumlah aksi teror ISIS yang mengancam kehidupan toleransi beragama masyarakat di dunia. "Aksi pembunuhan ini juga membuat perdamaian di antara umat beragama di dunia semakin sulit terwujud," katanya.

Pada 15 Februari 2015, dalam video selama kurang-lebih lima menit, para milisi ISIS berbaju hitam-hitam tampak menyandera 21 pekerja berseragam jumpsuit oranye di dekat pantai di daerah Tripoli. Para sandera tampak berlutut, lalu dipenggal bersamaan oleh kelompok militan Suriah itu.

Keterangan yang tertulis dalam video itu adalah "Orang-orang yang percaya pada salib, pengikut Gereja Mesir". Selain itu, seorang penyandera dengan pisau di tangannya sempat berkata, "Keselamatan untuk pengikut salib lainnya adalah satu-satunya yang bisa kamu doakan."


Credit   TEMPO.CO

Ancam Boikot RI, Australia Bisa Rugi Ratusan Juta Dolar


Ancam Boikot  RI, Australia Bisa Rugi Ratusan Juta Dolar
Perdana Menteri Australia, Tony Abbott, memamerkan fotonya berjabat tangan Jokowi, pada akun twitternya. twitter.com

CB, Jakarta -Ancaman boikot yang dilancarkan masyarakat Australia, berkaitan dengan akan dieksekusinya dua warga Negeri Kanguru karena kasus narkotik, akan berdampak pada kerja sama kedua negara, terutama di sektor perdagangan dan pariwisata.

Menurut ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Fadhil Hasan, kerugian itu timbul karena selama ini Indonesia banyak mengimpor sapi dan gandum, sedangkan jumlah turis asal Australia yang ke Tanah Air adalah ketiga terbanyak setelah Singapura dan Malaysia.

Kementerian Pariwisata mencatat, pada 2014, ada 1,09 juta turis asal Australia. Biro Pusat Statistik, pada 2013, mencatat rata-rata mereka membelanjakan US$ 1.473,86 per kunjungan. “Kalau investasi, Australia tidak terlalu besar,” kata Fadhil kemarin.

Namun gangguan ini hanya jangka pendek bagi Indonesia. Sedangkan bagi Australia, dampaknya berpengaruh jangka panjang. Fadhil mencontohkan, beberapa tahun terakhir surplus dinikmati Australia.

Kementerian Perdagangan mencatat, pada 2012, nilai perdagangan Indonesia-Australia defisit US$ 392,23 juta. Defisit meningkat menjadi US$ 667,68 juta pada 2013 dan pada Januari-November 2014 sebesar US$ 511,32 juta.

Saat Australia menyetop ekspor sapi ke Indonesia pada 2011, mereka pula yang membukanya. “Australia lebih butuh Indonesia daripada sebaliknya,” tutur Fadhil.

Pemerintah Australia meningkatkan tekanan menjelang pelaksanaan eksekusi terpidana mati warga Australia, Andrew Chan, 31 tahun, dan Myuran Sukumaran, 33 tahun, anggota Bali Nine yang pada 2005 menyelundupkan heroin keluar dari Indonesia.

Ahad lalu, di Sydney, Perdana Menteri Australia Tony Abbott mengancam Indonesia akan beroleh pembalasan diplomasi jika Jakarta mengeksekusi Chan dan Myuran. Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Julie Bishop mengatakan warganya bisa membatalkan kunjungan ke Indonesia.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Haryadi Sukamdani, mengatakan Indonesia di mata Australia merupakan mitra dagang strategis karena banyak komoditas diekspor negeri itu. “Mereka akan kehilangan pasar karena kita banyak impor daging Australia,” katanya.


Credit   TEMPO.CO