Tampilkan postingan dengan label VIETNAM. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label VIETNAM. Tampilkan semua postingan

Jumat, 13 Oktober 2017

Bertemu Menhan Vietnam, Wiranto Dorong Pembicaraan Batas ZEE


Bertemu Menhan Vietnam, Wiranto Dorong Pembicaraan Batas ZEE 
Menkopolhukam Wiranto membahas sejumlah isu saat bertemu dengan Menhan Vietnam Ngo Xuan Lich, termasuk dorongan untuk membicarakan masalah batas ZEE. (CNN Indonesia/Patricia Diah Ayu Saraswati)


Jakarta, CB -- Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto membahas sejumlah isu saat bertemu dengan Menteri Pertahanan Vietnam Ngo Xuan Lich, termasuk dorongan untuk membicarakan sengketa batas zona ekonomi eksklusif.

Wiranto mengatakan, kedua negara akan mengadakan pertemuan untuk membicarakan masalah ZEE ini pada November mendatang di Jakarta.

"Nanti tunggu tanggal 16-17 (November), tunggu saja. Saya kan hanya mendorong supaya pertemuan itu bisa sangat konstruktif dan menghasilkan sesuatu yang menyelesaikan masalah ZEE," ujar Wiranto usai pertemuan di Kantor Kemenko Polhukam, Kamis (12/10).


Selama ini, Vietnam tak mengakui Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia yang merujuk pada Konvensi PBB mengenai Hukum Kelautan (UNCLOS) 1982. Karena masalah ini, sering terjadi insiden di ZEE Indonesia.



Isu batas ZEE ini pun menjadi pokok bahasan dalam pertemuan antara Presiden Joko Widodo dan Sekretaris Jenderal Partai Komunis Vitenam, Nguyen Phu Trong, pada Agustus lalu.

Dalam pertemuan itu, Jokowi dan Nguyen meneken Letter of Intent (LoI) antara Badan Keamanan Laut RI (Bakamla) dan Vietnam Coast Guards.

Selain isu perbatasan, Wiranto dan Ngo Xuan Lich juga membahas sejumlah isu lain di bidang pertahanan, terutama kerja sama kedua negara setelah menyepakati nota kesepahaman pada 2010 silam.

Menurut Wiranto, Indonesia dan Vietnam memiliki kepentingan yang sama dalam sejumlah isu, salah satunya tentang keamanan kawasan.



Wiranto juga menyampaikan ada keinginan dari Vietnam untuk meningkatkan hubungan terkait industri pertahanan kedua negara.

"Mereka juga berkeinginan melihat produksi Indonesia apa yang bisa dipakai oleh Vietnam," ujarnya.

Wiranto pun menyarankan agar Menteri Pertahanan Vietnam juga melakukan pertemuan lebih instens dengan Menteri Pertahanan Indonesia maupun dengan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN).

Harapannya, lanjut Wiranto, agar ada satu pemahaman yang sama antar kedua negara untuk mempertahankan keamanan di kawasan ASEAN.

"Kita mempunyai satu kepentingan yang sama, harapan yang sama, dan semangat yang sama untuk bersama-sama mempertahankan ASEAN menjadi kawasan yang damai yang sejuk yang kondusif," tutur mantan Panglima ABRI itu.




Credit  cnnindonesia.com







Selasa, 12 September 2017

Soal Mobil Nasional, Vietnam Pecundangi Indonesia


Soal Mobil Nasional, Vietnam Pecundangi Indonesia
Photo : General Motors

Ilustrasi pabrik otomotif.            




CB – Proyek mobil nasional Indonesia masih jalan di tempat. Sebelum 1998, Indonesia sempat memiliki industri mobil yang digadang-gadang bakal jadi mobnas, yakni Timor dan Bimantara.
Namun kini, keduanya lenyap tersapu krisis moneter yang melanda negeri ini. Penerus proyek mobnas yang sempat didukung Presiden Jokowi saat menjabat sebagai Wali Kota Solo, Esemka, hingga kini belum terdengar gaungnya.

Malaysia pernah memiliki mobnas dengan merek Proton. Sayangnya, konflik politik menyebabkan merek tersebut kini diambil alih oleh perusahaan asal China, Geely.
Kini, seperti dilansir dari Paultan, Senin 4 September 2017, Vietnam akan menjadi negara yang memiliki mobil nasional. Jika proyek ini terealisasi, artinya Vietnam menjadi negara di Asia Tenggara satu-satunya yang punya mobnas.
Perusahaan Vingroup yang bergerak dalam bidang properti di negara tersebut memiliki keinginan untuk berbisnis otomotif. Dengan memanfaatkan lahan seluas 335 hektare di Haiphong, perusahaan ini berencana membangun pabrik mobnas pertama di negara tersebut.
Biaya yang dikeluarkan Vingroup untuk proyek ini mencapai US$1,5 miliar, atau setara dengan Rp20 triliun. Mereka juga mendapatkan pinjaman modal dari Credit Suisse sebesar US$800 juta, atau sekitar Rp10 triliun.
Pada tahap awal, pabrik akan memproduksi kendaraan sebanyak 100-200 ribu unit. Jika semua proses produksi sudah berjalan maksimal, maka kapasitas produksi pada 2025 diprediksi mencapai 500 ribu unit.
Kendaraan pertama yang akan diproduksi adalah sepeda motor. Sementara, mobil baru akan dibuat satu tahun setelahnya.

Untuk desain, Vingroup mengaku telah membeli rancang bangun kendaraan dari desainer asal Amerika dan Eropa. Khusus untuk mobil, tipe yang akan diproduksi yakni sedan dan sport utility vehicle (SUV).



Credit  VIVA.co.id