Tampilkan postingan dengan label SURIAH. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label SURIAH. Tampilkan semua postingan

Rabu, 27 Maret 2019

Rusia Sayangkan Keputusan AS Akui Golan Milik Israel



Rusia Sayangkan Keputusan AS Akui Golan Milik Israel
Rusia menyayangkan keputusan yang diambil oleh Trump untuk menandatangi dekrit yang berisi pengakuan atas kedaulatan Israel di Dataran Tinggi Golan. Foto/Reuters


MOSKOW - Kementerian Luar Negeri Rusia menyayangkan keputusan yang diambil oleh Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump untuk menandatangi dekrit yang berisi pengakuan atas kedaulatan Israel di Dataran Tinggi Golan.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova menyatakan, langkah Trump untuk menandatangani dekrit yang mengakui kedaulatan Israel atas Dataran Tinggi Golan dapat memperburuk situasi di Timur Tengah.

"Sayangnya, itu dapat meningkatkan ketegangan di Timur Tengah. Hal-hal seperti itu, hanya dapat memperburuk situasi," kata Zakharova dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Tass pada Selasa (26/3).

Sebelumnya diwartakan, kemarin Trump resmi menandatangani dekrit yang menyatakan AS mengakui kedaulatan Israel atas Dataran Tinggi Golan, pada Senin waktu Washington. Pemimpin Amerika itu mengabaikan kecaman internasional yang menentang pengakuan sepihak soal status wilayah tersebut.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berada di Gedung Putih dan menyaksikan Trump meneken dekrit tersebut. Sebelum penandatanganan, Netanyahu membuat pernyataan pujian kepada Trump, di mana pemimpin Amerika itu dibandingkan dengan sosok kaisar Persia, Cyrus, sebagai pembela heroik orang-orang Yahudi.

Setelah penandatanganan dekrit, Trump berujar; "Ini adalah waktu yang lama dalam pembuatan."

Dataran Tinggi Golan sejatinya adalah wilayah Suriah. Namun diduduki Israel selama Perang Enam Hari 1967. Wilayah itu resmi dianeksasi oleh pemerintah Israel pada tahun 1981, secara resmi menjadikannya bagian dari Israel dan berfungsi sebagai pos militer dan pertanian yang strategis.

Netanyahu menyebut Dataran Tinggi Golan sebagai wilayah tidak ternilai bagi keamanan nasional negaranya. 





Credit  sindonews.com



Arab Saudi Kecam Sikap AS Akui Golan Wilayah Israel


Arab Saudi Kecam Sikap AS Akui Golan Wilayah Israel
Raja Arab Saudi, Salman bin Abdulaziz. (AFP PHOTO / FAYEZ NURELDINE)





Jakarta, CB -- Kerajaan Arab Saudi menentang klaim Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, yang menyatakan mengakui Dataran Tinggi Golan sebagai wilayah Israel. Menurut mereka hal itu melanggar hukum internasional.

"Arab Saudi menyatakan menolak keras dan mengecam pemerintah AS yang mengakui kedaulatan Israel wilayah pendudukan Dataran Tinggi Golan," demikian pernyataan Kerajaan Arab Saudi yang disampaikan Kantor Berita SPA, seperti dilansir AFP, Selasa (26/3).

Kerajaan Arab Saudi sampai saat ini masih mengakui Dataran Tinggi Golan adalah wilayah Suriah yang dicaplok Israel. Menurut mereka klaim AS atas kedaulatan Israel terhadap wilayah itu sama saja melanggar piagam dan resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).


"Ini akan berdampak negatif terhadap proses perdamaian dan keamanan serta kestabilan wilayah Timur Tengah," demikian lanjut isi pernyataan Kerajaan Arab Saudi.


Israel memang menduduki Dataran Tinggi Golan dari Suriah dalam Perang Enam Hari pada 1967 silam. Mereka menganeksasi Dataran Tinggi Golan secara efektif pada 1981, tapi tak pernah diakui oleh komunitas internasional.

Dewan Keamanan PBB (DK PBB) juga tidak sepakat dengan sikap AS. Sejumlah negara pemilik hak veto di DK PBB yakni China, Inggris, Prancis dan Rusia.

Kini, sejumlah negara, termasuk Rusia, langsung memperingatkan Trump bahwa langkah AS justru akan menyulut konflik lebih besar di Timur Tengah.

Sejumlah pihak menyayangkan langkah Trump soal Dataran Tinggi Golan. Sekretaris Jenderal Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), Saeb Erekat, menyatakan cemas dengan masa depan setelah sikap Trump itu.


"Apa yang akan terjadi di masa mendatang? Ketidakstabilan yang pasti dan pertumpahan darah di kawasan ini," kata Erekat.

Menteri Luar Negeri Turki, Mevlut Cavusoglu, menyatakan tetap mendukung Suriah mempertahankan Dataran Tinggi Golan.

"Kedaulatan wilayah adalah salah satu unsur mendasar dalam hukum internasional. Upaya AS untuk membenarkan aksi Israel melawan hukum internasional hanya akan menjurus kepada kekerasan di kawasan itu," kata Cavusoglu.

Israel menganggap Dataran Tinggi Golan sangat penting dari sisi pertahanan karena menjadi 'benteng' alami untuk menahan serangan dari wilayah Suriah. Apalagi saat ini front sudah terbuka karena Suriah merupakan sekutu Iran, yang merupakan musuh bebuyutan Negeri Zionis itu.


Mereka khawatir Iran bisa menggelar serangan terhadap Israel melalui Suriah. Apalagi Iran juga mengembangkan rudal jarak menengah dan mampu melakukan pengayaan uranium sebagai bahan utama pembuatan hulu ledak nuklir. 




Credit  cnnindonesia.com




Ketua Parlemen Arab tolak pengakuan Trump atas Dataran Tinggi Golan

Ketua Parlemen Arab tolak pengakuan Trump atas Dataran Tinggi Golan

U.S. President Donald Trump and Israel's Prime Minister Benjamin Netanyahu hold up a proclamation recognizing Israel's sovereignty over the Golan Heights as Netanyahu exits the White House from the West Wing in Washington, U.S. March 25, 2019. REUTERS/Leah Millis (REUTERS/LEAH MILLIS)

Kairo, Mesir (ANTARA) -

Ketua Parlemen Arab Dr. Mishal bin Fahm As-Salami, dalam pernyataan yang dikeluarkan pada Senin (25/3), dengan tegas menolak keputusan Presiden AS Donald Trump untuk mengakui kedaulatan penguasa pendudukan Israel atas Dataran Tinggi Golan.

Ia menyatakan keputusan Trump tersebut adalah pelanggaran nyata terhadap resolusi Sidang Majelis Umum PBB dan Resolusi 242 Dewan Keamanan PBB mengenai penarikan Israel dari wilayah yang didudukinya pada 1967, termasuk Dataran Tinggi Golan.





Credit  antaranews.com




Militer Turki-Rusia Mulai Patroli di Suriah


Perang Suriah
Perang Suriah
Foto: republika
Patroli itu menyebar di sejumlah titik di Suriah Utara.




CB, IDLIB -- Angkatan bersenjata Turki dan Rusia diketahui mulai melakukan patroli independen yang terkoordinasi pertama di Suriah Utara, Selasa (26/3) waktu setempat. Hal itu disampaikan oleh pihak Kementerian Pertahanan Turki. Selain itu, ditegaskan pula tentang upaya gencatan senjata di wilayah Tal Rifaat, Suriah.


"Dalam kerangka perjanjian sebelumnya, Angkatan Bersenjata Turki dan Angkatan Bersenjata Rusia melakukan patroli independen, namun tetap terkoordinasi pertama untuk mencapai gencatan senjata, memberikan stabilitas di wilayah Tal Rifat, dan mencegah serangan terhadap elemen kami," demikian pernyataan kementerian tersebut melalui Twitter resminya, Selasa (26/3).

Tal Rifaat dikendalikan terutama oleh pasukan pimpinan Kurdi. Wilayah itu terletak 20 kilometer sebelah timur Afrin, yang sudah terlebih dahulu berada di bawah kendali pasukan Turki. Sebelumnya, Ankara telah berhasil dengan operasi militer 'Operation Olive Branch terhadap milisi YPG pada 2018.


Turki menganggap YPG sebagai perpanjangan dari Partai Pekerja Kurdistan (PKK) yang berupaya membentuk negara Kurdi independen. Bagi Ankara, mereka adalah pemberontak bersenjata sehak tahun 1970-an.


Laman Daily Sabah menuliskan, rute patroli meliputi enam titik yakni Kafr Lusin dan Al-Dana, distrik utara Idlib; Kota Atarib di sebelah barat kota Aleppo; dan kota Qammari, Qanater dan Al-Eiss di barat daya kota Aleppo. Dalam kerangka perjanjian Astana, Turki saat ini memegang 12 titik pengamatan gencatan senjata di zona de-eskalasi Idlib sementara Rusia memiliki 10 titik.

Sebuah perjanjian dimulai pada Desember 2016 oleh Turki, Rusia dan Iran. Ketiga negara meletakkan dasar bagi kerja sama tripartit mereka pada penyelesaian damai di Suriah yang dikenal sebagai perjanjian Astana. Turki dan Rusia juga menandatangani perjanjian Sochi pada September tahun lalu untuk mengurangi ketegangan dan menghindari konflik baru di provinsi Idlib.


Pada awal Maret, Angkatan bersenjata Turki telah memulai patroli di kota Idlib, Suriah Barat Laut. Patroli di zona de-eskalasi Idlib didasarkan pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Sochi pada 14 Februari 2019 dari negara-negara penjamin seperti Turki, Rusia, dan Iran.





Credit republika.co.id





Warga Suriah Protes Trump Akui Dataran Tinggi Golan Milik Israel



Warga Suriah Protes Trump Akui Dataran Tinggi Golan Milik Israel
Warga Suriah turun ke jalan memprotes keputusan AS mengakui Dataran Tinggi Golan wilayah Israel. Foto/Istimewa


QUNEITRA - Puluhan warga Suriah pada hari Selasa waktu setempat berkumpul di kota al-Baath, Quneitra selatan, untuk memprotes pengakuan Amerika Serikat (AS) atas Dataran Tinggi Golan Suriah sebagai bagian dari Israel.

Mengibarkan bendera Suriah, para warga meneriakkan slogan-slogan yang menekankan bahwa Dataran Tinggi Golan adalah bagian dari wilayah Suriah dan membawa spanduk bertuliskan "Kita semua untuk Golan" dan "Golan adalah daerah Suriah."

Kemarahan itu datang terhadap keputusan Presiden AS Donald Trump untuk mengakui Dataran Tinggi Golan sebagai wilayah Israel.

Israel merebut Dataran Tinggi Golan dari Suriah selama perang tahun 1967 dan mencaplok wilayah itu pada 1981, tindakan yang tidak pernah diakui oleh dunia internasional.

Seorang demonstran, Bilal Sulaiman (40), mengatakan bahwa Trump tidak memiliki hak untuk memberikan tanah Suriah kepada Israel.

"Golan adalah wilayah Suriah, tidak hanya di atas kertas tetapi dengan orang-orangnya, tanahnya, bebatuan dan air. Ini adalah tanah Suriah dan ini adalah identitasnya," katanya sembari memegang bendera Suriah seperti dikutip dari Xinhua, Rabu (27/3/2019).

Mengenakan pakaian tradisional rakyat Golan dan Quneitra, Jawdat al-Tawil (60), mengatakan orang-orang Suriah sepenuhnya menolak pengumuman Trump.

"Kami, orang-orang Golan, adalah warga Suriah dan kami menolak keputusan Trump dan kami bahkan tidak mengakui keputusan seperti itu karena Golan adalah daerah Suriah dan semua yang ada di dalamnya adalah Suriah," ujar al-Tawil.

Sementara itu, kepala Dewan Quneitra Shehadeh al-Muri mengatakan Dataran Tinggi Golan milik rakyat Suriah. 


"Tanah ini memiliki pemilik dan tidak terkait dengan cara apa pun dengan entitas Zionis (Israel). Itu dibentengi oleh rakyatnya dan suatu hari nanti pasti akan dibebaskan," ucapnya.

Quneitra berbatasan dengan Dataran Tinggi Golan dan ada persimpangan antara Quneitra dan Dataran Tinggi Golan yang dijalankan oleh Pasukan Pengamat PBB, UNDOF.

Persimpangan itu telah ditutup selama bertahun-tahun selama krisis Suriah tetapi dibuka kembali pada Oktober tahun lalu.

Penyeberangan Quneitra adalah satu-satunya penyeberangan bagi warga Suriah di Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel untuk memasuki Suriah, tetapi orang-orang di pihak Suriah tidak diizinkan memasuki Dataran Tinggi Golan.

Siswa-siswa Suriah dari Dataran Tinggi Golan menggunakan persimpangan sebelum krisis Suriah untuk belajar di Suriah.

Juga, ada pernikahan antara warga Suriah di Golan dan Quneitra di masa lalu.

Pasukan UNDOF pertama kali dikerahkan antara Suriah dan Dataran Tinggi Golan pada tahun 1974 untuk memisahkan pasukan Suriah dan Israel setelah negara Zionis itu menduduki Dataran Tinggi Golan selama perang 1967.

Sehari sebelumnya, Kementerian Luar Negeri Suriah mengutuk pengakuan Trump atas Dataran Tinggi Golan Suriah sebagai wilayah Israel.

Kementerian itu mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa langkah Trump adalah pelanggaran mencolok terhadap kedaulatan Suriah, menambahkan bahwa pemerintah Suriah sepenuhnya menolak keputusan itu dan Dataran Tinggi Golan akan selalu tetap sebagai wilayah Suriah.

"Trump tidak memiliki hak hukum untuk melegitimasi pendudukan tanah orang lain dengan paksa," kata kementerian itu.


Mengakui kedaulatan Israel atas Dataran Tinggi Golan telah menjadi tuntutan baru-baru ini oleh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, yang terjadi beberapa bulan setelah pemerintahan Trump memindahkan kedutaan AS di Israel dari Tel Aviv ke kota Yerusalem yang diperebutkan.


Credit  sindonews.com



ISIS Kalah, Ribuan Keluarga Militan Asing Terdampar di Suriah


ISIS Kalah, Ribuan Keluarga Militan Asing Terdampar di Suriah
Ilustrasi keluarga militan ISIS di Suriah. (Delil SOULEIMAN / AFP)




Jakarta, CB -- Lebih dari 9.000 anggota keluarga pejuang ISIS dilaporkan masih berada di kamp penampungan Al-Hol, timur laut Suriah, menyusul kekalahan kelompok teroris pimpinan Abu Bakr Al Baghdadi itu di Timur Tengah.

Juru bicara pasukan Kurdi, Luqman Ahmi, mengatakan sedikitnya 6.500 orang yang ada di kamp tersebut merupakan anak-anak.

Ahmi menuturkan jumlah itu didapat sepekan lalu sebelum Pasukan Demokratik Suriah (SDF) mengumumkan kekalahan ISIS di Desa Baghouz, pada Sabtu pekan lalu.


Dikutip AFP, puluhan ribu orang melarikan diri dari Baghouz dan wilayah-wilayah lainnya yang masih dikuasai ISIS dalam beberapa bulan terakhir.


Sebagian besar militan dan pejuang ISIS telah dimusnahkan dan sisanya ditahan. Lusinan militan ISIS juga berbondong-bondong menyerahkan diri kepada pasukan koalisi AS sejak akhir pekan lalu.

Menurut SDF, sebanyak 66 ribu orang meninggalkan wilayah ISIS sejak Januari lalu, termasuk 5.000 pejuangnya dan 24 ribu keluarga mereka.

Sebagian dari mereka berhasil kabur, sementara beberapa pejuang teroris asing memilih untuk bertahan sampai mati atau menyerahkan diri kepada pasukan koalisi AS.

Seorang wartawan AFP melihat lusinan orang yang sebagian besar merupakan pria keluar dari kamp-kamp teroris yang hancur di desa-desa terpencil di Baghouz yang berbatasan dengan Irak.

"Mereka adalah pejuang ISIS yang keluar dari terowongan dan menyerah hari ini. Beberapa lainnya masih mungkin bersembunyi di dalam," papar juru biara pasukan Kurdi lainnya, Jiaker Amed.


Beberapa dari para militan itu memiliki perawakan berjanggut tebal dan mengenakan kaftan wol panjang seperti jubah berwarna gelap.

Sementara itu, kaum perempuan dan anak-anak diangkut dengan truk ke sejumlah kamp yang dikuasai pasukan Kurdi dan koalisi Amerika Serikat lainnya.

Seorang pejabat urusan luar negeri Kurdi, Abdel Karim Omar, memperingatkan anggota ISIS termasuk keluarganya ini masih menimbulkan ancaman.

"Ada ribuan pejuang, anak-anak, dan perempuan, dari setidaknya 54 negara, tidak termasuk Irak dan Suriah, yang merupakan bahaya serius dan bahaya bagi kami juga bagi masyarakat internasional," Omar.

"Jumlahnya meningkat secara besar-besaran selama 20 hari terakhir terutama dari operasi di Baghouz."

Selain itu, Omar juga memperingatkan meski kekhalifahan ISIS telah kalah, sel-sel tidur kelompok itu masih menyimpan bahaya yang signifikan.

SDF memastikan akan terus melakukan operasi untuk menyisir dan membersihkan daerah sisa-sisa ISIS untuk memastikan keamanan jangka panjang di wilayah tersebut.




Credit  cnnindonesia.com





Selasa, 26 Maret 2019

Soal Golan, Rusia Waspada Gelombang Baru Ketegangan Kawasan


Soal Golan, Rusia Waspada Gelombang Baru Ketegangan Kawasan
Menlu Rusia, Maria Zakharova, memperingatkan kemungkinan gelombang baru ketegangan di Timur Tengah setelah AS mendeklarasikan Dataran Tinggi Golan sebagai wilayah kedaulatan Israel. (Reuters/Sergei Karpukhin)



Jakarta, CB -- Rusia memperingatkan kemungkinan kehadiran gelombang baru ketegangan di Timur Tengah setelah Amerika Serikat mendeklarasikan Dataran Tinggi Golan sebagai wilayah kedaulatan Israel.

"[Keputusan AS] mengabaikan semua prosedur internasional. Sayangnya, ini dapat menimbulkan gelombang baru ketegangan di kawasan Timur Tengah," ujar Menteri Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, sebagaimana dikutip AFP.

Selama ini, Dataran Tinggi Golan menjadi wilayah yang diperebutkan oleh Israel dan Suriah dan belum ada kesepakatan kedua negara untuk mengakhiri sengketa ini.


Israel mencaplok Dataran Tinggi Golan dari Suriah dalam Perang Enam Hari pada 1967 silam. Mereka menganeksasi Dataran Tinggi Golan secara efektif pada 1981, tapi tak pernah diakui oleh komunitas internasional.


Setelah Trump mendeklarasikan pengakuan ini, sejumlah negara, termasuk Libanon dan Turki, pun melontarkan kecaman. Menurut mereka, keputusan ini akan memperdalam jurang konflik kedua negara yang dapat memicu ketegangan di kawasan.

Netanyahu disebut telah lama mendorong AS mengakui Dataran Tinggi Golan sebagai wilayahnya. Upaya itu berhasil hingga Trump akhirnya mendeklarasikan pengakuan Dataran Tinggi Golan sebagai wilayah Israel pada Senin.

"Hari ini, saya merasa terhormat dapat menyambut Perdana Menteri Netanyahu dari Israel di Gedung Putih, di mana saya menandatangani Proklamasi Presiden mengakui kedaulatan Israel atas Dataran Tinggi Golan," kata Trump melalui Twitter.

Dengan tersenyum, Netanyahu menyaksikan langsung saat Trump menandatangani dokumen deklarasi tersebut di Gedung Putih pada Senin (25/3).

"Keputusan Anda untuk mengakui kedaulatan Israel atas Dataran Tinggi Golan sangat bersejarah," ujar Netanyahu kepada Trump.

Melanjutkan pernyataannya, Netanyahu berkata, "Pengakuan ini adalah keadilan bersejarah yang berlipat ganda. Israel memenangkan wilayah Dataran Tinggi Golan dalam perang pertahanan diri dan akar rakyat Yahudi di Golan sudah ada sejak ribuan tahun." 




Credit  cnnindonesia.com



Presiden Palestina kutuk keras keputusan AS mengenai Al-Quds-Golan


Presiden Palestina kutuk keras keputusan AS mengenai Al-Quds-Golan

Presiden Palestina Mahmoud Abas (Aljazeera).





Ramallah, Palestina (CB) - Presiden Palestina menyampaikan penolakan tegas dan pengutukan kerasnya terhadap serangkaian keputusan yang dikeluarkan Presiden AS Donald Trump mengenai Al-Quds (Jerusalem) dan Dataran Tinggi Golan, yang diduduki, yang katanya bertentangan dengan hukum dan keabsahan internasional.

Presiden Palestina kembali menegaskan kedaulatan bukan diputuskan oleh AS maupun Israel, tak peduli berapa lama pendudukan berlangsung dan masalah Palestina, Al-Quds serta tempat sucinya, dan wilayah Palestina yang diduduki adalah milik Palestina, Arab dan garis merah internasional --yang tak bisa dilangkahi.

Presiden Palestina Mahmoud Abbas menekankan bahwa tak ada keabsahan tanpa resolusi Dewan Keamana, Sidang Majelis Umum PBB dan gagasan perdamaian Arab, demikian laporan Kantor Berita Palestina, WAFA --yang dipantau Antara di Jakarta, Selasa pagi.

Presiden Palestina tersebut kembali menyampaikan pengutukannya atas peningkatan serangan Israel baru-baru ini di Jalur Gaza, tindakan penindasan yang belum lama ini dilakukan terhadap tahanan Palestina di penjara Israel, dan berlanjutnya kebijakan Israel untuk menyerang dan melakukan agresi terhadap tempat suci serta wilayah Palestina yang diduduki.

Abbas menegaskan rakyat Palestina akan tetap teguh dan terus melakukan pertahanan nasionalnya serta tempat suci dalam menghadapi rencana terbesar yang ditujukan kepada Palestina dan persatuan serta kedaulatan semua negara Arab di wilayah mereka.

Presiden Abbas siap menyampaikan pidato dalam Pertemuan Puncak Arab di Tunisia pada akhir Maret. Presiden Palestina tersebut menegaskan reaksi Arab akan tetap sama, "Takkan ada kompromi mengenai Al-Quds atau tanah lain Arab dan kebijakan pemerintah AS hanya akan meningkatkan ketegangan serta ketidak-stabilan dan takkan mewujudkan perdamaian serta keamanan buat siapa pun."




Credit  antaranews.com



Suriah Sebut Pengakuan Atas Golan akan Buat Arab Musuhi AS


Suriah Sebut Pengakuan Atas Golan akan Buat Arab Musuhi AS
Ilustrasi. (REUTERS/Nir Elias)



Jakarta, CB -- Pemerintah Suriah menyatakan pengakuan yang diberikan Washington terhadap klaim Israel atas Dataran Tinggi Golan menunjukkan Amerika Serikat (AS) telah melakukan serangan terang-terangan pada kedaulatan mereka sebagai sebuah bangsa.

Presiden AS Donald Trump pada Senin (25/3) menandatangani proklamasi berisi pengakuan negaranya atas kedaulatan Israel di Dataran Tinggi Golan. Dataran tersebut sebagai pengingat, merupakan daerah yang disengketakan Suriah dan Israel sejak 1967 silam.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyebut pengakuan itu "bersejarah" bagi negaranya. Ia mengatakan Dataran Tinggi Golan yang masih diklaim oleh Suriah, akan tetap secara permanen di bawah kendali Israel.


Langkah itu tersebut menuai kritik dari pemerintah Suriah. "Dalam serangan terang-terangan terhadap kedaulatan dan integritas teritorial Suriah, presiden AS telah mengakui aneksasi Golan Suriah," kata sumber kementerian luar negeri seperti dikutip dari AFP, Selasa (26/3).



"Trump tidak memiliki hak dan otoritas hukum untuk melegitimasi pendudukan Israel atas Golan," katanya.

Sumber yang tidak disebutkan namanya itu juga mengatakan dukungan tak terbatas yang diberikan Amerika Serikat kepada Israel menjadikan Washington musuh utama orang Arab.

Menteri Luar Negeri Suriah Walid Muallem juga mengecam langkah itu dengan mengatakan kepada Syria TV bahwa langkah Trump atas Golan akan mengisolasi AS. Ketua oposisi Suriah Nasr al-Hariri mengatakan keputusan Trump akan memiliki implikasi negatif pada wilayah tersebut.

"Ini akan mengarah pada lebih banyak kekerasan dan ketidakstabilan dan itu akan memiliki efek negatif pada upaya untuk merekayasa perdamaian di kawasan," katanya di Twitter.

Peringatan sama juga diberikan Rusia. Senin kemarin mereka menyatakan pengakuan AS atas Golan bisa memicu munculnya "gelombang baru" ketegangan di Timur Tengah.




Credit  cnnindonesia.com




Trump tandatangani dekrit pengakuan kedaulatan Israel atas Golan


Trump tandatangani dekrit pengakuan kedaulatan Israel atas Golan

Presiden Amerika Serikat Donald Trump. REUTERS/Carlos Barria (REUTERS/CARLOS BARRIA)




Washington (CB) - Presiden AS Donald Trump pada Senin malam (25/3) menandatangani dekrit yang mengakui kedaulatan Israel atas Dataran Tinggi Golan, wilayah Suriah yang diduduki Israel sejak 1967.

Dekrit itu meresmikan pernyataan Trump pada 21 Maret, saat ia mengatakan "sudah tiba waktunya buat Amerika Serikat untuk sepenuhnya mengakui kedaulatan Israel atas Dataran Tinggi Golan."

Tindakan tersebut dilakukan setelah taklimat bersama dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di Gedung Putih, Washington D.C., demikian laporan Kantor Berita Palestina, WAFA --yang dipantau ANTARA di Jakarta, Selasa pagi.

Tindakan itu diduga memberi Netanyahu dorongan sebelum pemilihan umum 9 April, yang akan menjadi persaingan ketat buat perdana menteri Israel tersebut.

Sementara itu, Menteria Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov dilaporkan memberitahu Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo bahwa pengakuan Washington mengenai kedaulatan Israel atas Dataran Tinggi Golan, yang diduduki Israel, adalah pelanggaran terhadap hukum internasional.




Credit  antaranews.com




Didampingi Netanyahu, Trump Klaim Golan Milik Israel


Didampingi Netanyahu, Trump Klaim Golan Milik Israel
Didampingi PM Benjamin Netanyahu, Presiden Donald Trump mendeklarasikan bahwa Amerika Serikat mengakui Dataran Tinggi Golan sebagai wilayah kedaulatan Israel. (Reuters/Carlos Barria)



Jakarta, CB -- Didampingi Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, Presiden Donald Trump mendeklarasikan bahwa Amerika Serikat mengakui Dataran Tinggi Golan sebagai wilayah kedaulatan Israel.

"Hari ini, saya merasa terhormat dapat menyambut Perdana Menteri Netanyahu dari Israel di Gedung Putih, di mana saya menandatangani Proklamasi Presiden mengakui kedaulatan Israel atas Dataran Tinggi Golan," kata Trump melalui Twitter.

Dengan tersenyum, Netanyahu menyaksikan langsung saat Trump menandatangani dokumen deklarasi tersebut di Gedung Putih pada Senin (25/3).

"Keputusan Anda untuk mengakui kedaulatan Israel atas Dataran Tinggi Golan sangat bersejarah," ujar Netanyahu kepada Trump.

Melanjutkan pernyataannya, Netanyahu berkata, "Pengakuan ini adalah keadilan bersejarah yang berlipat ganda. Israel memenangkan wilayah Dataran Tinggi Golan dalam perang pertahanan diri dan akar rakyat Yahudi di Golan sudah ada sejak ribuan tahun."


Israel memang mencaplok Dataran Tinggi Golan dari Suriah dalam Perang Enam Hari pada 1967 silam. Mereka menganeksasi Dataran Tinggi Golan secara efektif pada 1981, tapi tak pernah diakui oleh komunitas internasional.

Netanyahu disebut telah lama mendorong AS mengakui Dataran Tinggi Golan sebagai wilayahnya.

Pada Jumat pekan lalu, Trump akhirnya mengumumkan rencananya itu melalui akun Twitter pribadinya.

"Setelah 52 tahun kini saatnya untuk Amerika Serikat mengakui kedaulatan Israel atas Dataran Tinggi Golan, yang mana penting bagi strategi dan keamanan Israel serta kestabilan kawasan," kicau Trump.

Suriah dan sejumlah negara di Timur Tengah lainnya pun mengecam rencana Trump mengakui Dataran Tinggi Golan sebagai wilayah Israel. Mereka menganggap hal tersebut melanggar hukum internasional.

Kini, sejumlah negara, termasuk Rusia, langsung memperingatkan Trump bahwa langkah AS justru akan menyulut konflik lebih besar di Timur Tengah.



Credit  cnnindonesia.com



Erdogan Akan Bawa Masalah Golan ke PBB


Erdogan Akan Bawa Masalah Golan ke PBB
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan sebut Turki akan membawa masalah pengakuan Amerika Serikat (AS) atas kedaulatan Israel atas Dataran Tinggi Golan ke PBB. Foto/Reuters

ANKARA - Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan mengatakan, Turki akan membawa masalah pengakuan Amerika Serikat (AS) atas kedaulatan Israel atas Dataran Tinggi Golan ke PBB.

Erdogan adalah salah satu pihak yang menentang rencana pengakuan AS atas Dataran Tinggi Golan, dengan mencatat bahwa legitimasi pendudukan Dataran Tinggi Golan tidak dapat diizinkan.

"Pernyataan Presiden AS Donald Trump tentang Dataran Tinggi Golan adalah "hadiah" bagi Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu menjelang pemilihan parlemen yang ditetapkan akan digelar pada April," ucap Erdogan, seperti dilansir Xinhua pada Senin (25/3).

Sementara itu, sebelumnya Trump diklaim akan menandatangani dekrit yang mengakui kedaulatan Israel atas Dataran Tinggi Golan. Klaim ini disampaikan Pelaksana Tugas Menteri Luar Negeri Israel, Israel Katz, kemarin.

Menurut Katz, Trump akan meneken dekrit sembari menjamu Perdana Menteri Benjamin Netanyahu di Gedung Putih.

"Besok, Presiden Trump, di hadapan PM Netanyahu, akan menandatangani dekrit yang mengakui kedaulatan Israel atas Golan. Hubungan Israel-AS lebih dekat dari sebelumnya," tulis Katz di Twitter, kemarin. 








Credit  sindonews.com









Jaberi Ansari: tentara pendudukan mesti keluar dari wilayah Suriah


Jaberi Ansari: tentara pendudukan mesti keluar dari wilayah Suriah

Ilustrasi, suasana di Suriah. (Anadolu Agency)





Teheran, Iran (CB) - Asisten Senior Menteri Luar Negeri Iran Urusan Politik Khusus Jaberi Ansari menegaskan bahwa semua pasukan pendudukan asing mesti keluar dari wilayah Suriah.

Di dalam satu pernyataan kepada Kantor Berita Republik Islam Iran (IRNA), Jaberi Ansari menyatakan tentara AS dan yang lain yang digelar di wilayah Suriah sebagai pasukan pendudukan yang menyediakan pelindung dan dukungan organisasi teroris mesti keluar dari wilayah Suriah, kata Kantor Berita Suriah, SANA, yang dipantau Antara di Jakarta, Senin malam.

Sebelumnya, Wakil Tetap Suriah untuk PBB Dr. Bashar Al-Jaafari bertemu dengan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres di New York dan memberitahu dia mengenai pendirian Republik Arab Suriah dalam menolak dan mengutuk pernyataan Presiden AS Donald Trump.

Trump telah menyampaikan keinginannya untuk "mengakui Kedaulatan Israel" atas Dataran Tinggi Golan, tanah Suriah yang diduduki Israel.

Al-Jaafari menegaskan pemerintah AS tak memiliki hak atau kekuasaan untuk memutuskan nasib Dataran Tinggi Golan dan setiap tindakan AS yang berisi serangan terhadap hak Republik Arab Suriah dalam merebut kembali tanah yang diduduki dan menerapkan kedaulatannya atas tanah tersebut adalah perbuatan tidak sah dan tak memiliki dampak serta adalah pelanggaran terhadap kewajiban AS mengenai ketentuan Piagam PBB dan hukum internasional.

Dalam konteks itu, Al-Jaafari menyatakan PBB telah menegaskan melalui berbagai resolusi terkait oleh Sidang Majelis Umum dan Resolusi No. 497 Dewan Keamanan pada tahun 1981 bahwa Dataran Tinggi Golan adalah wilayah Suriah yang diduduki dan setiap tindakan yang dilakukan oleh penguasa pendudukan Israel terhadap tanah yang diduduki itu batal dan tidak sah dan semuanya tidak memiliki dampak hukum apa pun.

Berkaitan dengan embargo ekonomi yang dijatuhkan oleh AS dan negara Barat atas Iran, Jaberi Ansari menyatakan pengalaman Iran selama empat dasawarsa terakhir ini telah membuktikan bahwa Iran memiliki kemampuan unik yang akan melayani negeri tersebut.





Credit  antaranews.com




Rakyat Hasaka kecam pernyataan Trump mengenai Dataran Tinggi Golan


Rakyat Hasaka kecam pernyataan Trump mengenai Dataran Tinggi Golan

Rakyat Suriah berunjuk-rasa di dekat Dataran Tinggi Golan, yang diduduki oleh Israel. (SANA)




Hasaka, Suriah (CB) - Warga di Provinsi Hasaka pada Senin menyelenggarakan protes di luar Gedung Kehakiman untuk mengecam pernyataan  Presiden AS Donald Trump mengenai Dataran Tinggi Golan, yang diduduki Israel.

Mereka menegaskan identitas Arab Suriah Dataran Tinggi Golan dan menyeru masyarakat internasional serta Dewan Keamanan agar mensahkan satu resolusi yang akan menghentikan ketidak-pedulian AS dan tindakannya yang tidak menghormati konvensi serta resolusi internasional.

Para peserta protes tersebut menegaskan rakyat di Provinsi Hasaka mendukung kuat rakyat Suriah di Dataran Tinggi Golan, yang diduduki Israel, demikian laporan Kantor Berita Suriah, WAFA --yang dipantau Antara di Jakarta, Senin malam. Mereka berpegang teguh pada tanah air mereka dan siap menghadapi perbuatan barbar musuh Zionis.

Mereka menyatakan Dataran Tinggi Golan adalah tanah Suriah dan harus kembali kepada rakyat Suriah cepat atau lambat dan rakyat Suriah akan melancarkan segala upaya yang mungkin guna mengembalikannya ke tanah air.

Para peserta protes menyatakan ketidak-pedulian AS terhadap resolusi sah internasional harus diakhiri, terutama resolusi yang berkaitan dengan masalah Arab, atau lembaga internasional akan kehilangan kredibilitasnya bagi negara dan bangsa di dunia.

Mereka menegaskan Dataran Tinggi Golan sejak dulu selalu dan akan tetap menjadi tanah Arab Suriah dan sikap bias membabi-buta AS ke arah Zionis takkan mengubah kebenaran itu.

Para peserta protes juga menyeru bangsa Arab dan semua kekuatan perlawanan yang bangkit melawan rencana AS dan Zionis agar menyatukan upaya mereka dan mendukung rakyat Suriah dalam menghadapi teroris hitam Takfiri dan terorisme AS dan Zionis serta kehadiran tidak sahnya di wilayah Suriah.





Credit  antaranews.com




Senin, 25 Maret 2019

Jepang-Jerman tak akui pencaplokan Dataran Tinggi Golan oleh Israel


Jepang-Jerman tak akui pencaplokan Dataran Tinggi Golan oleh Israel
Wakil Tetap Suriah untuk PBB Dr. Bashar Al-Jaafari bertemu dengan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres.   ((SANA))



Tokyo (CB) - Sekretaris Kabinet Jepang Yoshihide Suga mengatakan pendirian negaranya mengenai Dataran Tinggi Golan, tanah Suriah yang diduduki Israel, tidak berubah setelah pernyataan Presiden AS Donald Trump untuk mengakui kedaulatan Israel atas Datang Tinggi Golan.

Dalam konteks yang sama, Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas kembali menyampaikan pendirian negerinya, yang menegaskan bahwa Dataran Tinggi Golan adalah wilayah Suriah yang diduduki Israel, demikian laporan Kantor Berita Suriah, SANA --yang dipantau Antara di Jakarta, Senin siang. Ia mengecam pernyataan Trump mengenai wilayah yang didudduki tersebut.

Majalah Jerman Contra, dengan mengutip Maas, melaporkan pendirian Jerman mengenai masalah tersebut tidak berubah dan Jerman tidak mengakui resolusi mengenai pencaplokan Dataran Tinggi Golan oleh Israel, sejalan dengan resolusi PBB. Maas menegaskan Dataran Tinggi Golan adalah bagian dari Suriah.


Rakyat Suriah berunjuk-rasa di dekat Dataran Tinggi Golan, yang diduduki oleh Israel. (SANA)



Credit  antaranews.com




Al-Jaari beritahu Guterres mengenai penolakan Suriah tentang Golan


Al-Jaari beritahu Guterres mengenai penolakan Suriah tentang Golan
Seorang prajurit Israel berdiri di atas sebuah tank saat yang lain turun dari tank di Dataran Tinggi Golan yang diduduki oleh Israel, Rabu (9/5/2018). (REUTERS/Amir Cohen)
New York (ANTARA) -

  
 Wakil Tetap Suriah untuk PBB Dr. Bashar Al-Jaafari bertemu dengan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres. (SANA)



Wakil Tetap Suriah untuk PBB Dr. Bashar Al-Jaafari  memberitahu Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres di New York mengenai penolakan dan pengutukan Republik Arab Suriah atas pernyataan Presiden AS Donald Trump, yang akan mengakui "kedaulatan Israel atas Dataran Tinggi Golan".

Al-Jaafari menegaskan pemerintah AS tidak memiliki hak atau wewenang untuk memutuskan nasib Dataran Tinggi Golan, yang diduduki Israel, dan setiap tindakan AS yang berisi serangan terhadap hak Republik Arab Suriah dalam memperoleh kembali tanahnya yang diduduki dan melaksanakan kedaulatannya atas wilayah itu adalah perbuatan tidak sah yang tak memiliki pengaruh. Dan itu adalah pelanggaran terhadap kewajiban AS mengenai ketentuan Piagam PBB dan hukum internasional.

Dalam konteks itu, Al-Jaafari menyatakan PBB telah menegaskan melalui berbagai resolusi terkait oleh Sidang Majelis Umum dan Resolusi No.497 Dewan Keamanan, bahwa Dataran Tinggi Golan adalah tanah Suriah yang diduduki dan setiap tindakan oleh penguasa pendudukan Israel atas tanah yang diduduki tersebut tidak sah dan batal dan semua itu tak memiliki dampak hukum apapun.

Al-Jaafari menyeru Sekretaris Jenderal PBB agar menyampaikan sikap resmi yang jelas, dan menegaskan pendirian tegas PBB mengenai masalah pendudukan Israel atas tanah Republik Arab Suriah.

Ia menyatakan rakyat Suriah dengan suara bulan sepakat pada Ahad lebih dibandingkan dengan sebelumnya untuk menolak pendirian AS dan menentang pendudukan Israel atas Dataran Tinggi Golan dengan segala cara yang mungkin, yang disetujui oleh hukum internasional dan keabsahan internasional.

Pada gilirannya, Guterres menegaskan bahwa pendirian PBB dan pendirian pribadinya tegas, sudah diketahui semua kalangan dan dilandasi atas resolusi keabsahan internasiona, yang secara terbuka menetapkan bahwa Dataran Tinggi Golan ada ranah Republik Arab Suriah yang diduduki oleh Israel.

Ia menambahkan meskipun kebijakan profesionalnya yang dilandasi atas sikap tidak mengomentari setiap pernyataan yang disiarkan oleh media sosial, tapi bahaya dari sikap yang dikeluarkan oleh Presiden AS mendorong dia untuk meminta juru bicara resmi Sekretaris Jenderal PBB mengeluarkan pernyataan yang meliputi penegasan bahwa pendirian PBB tegas dan tak berubah dan bahwa Dataran Tinggi Golan adalah tanah Republik Arab Suriah yang diduduki oleh Israe, dalam penegasan bagi resolusi sah internasional, terutama Resolusi No. 497 Dewan Keamanan PBB, yang dikeluarkan pada 1981.

Sehubungan dengan itu, ia menyatakan bahwa pernyataan juru bicara resminya mewakili pendiriannya sebagai Sekretaris Jenderal PBB.




Credit  antaranews.com



'Kekhalifahan' ISIS Jatuh, Trump Semringah


Kekhalifahan ISIS Jatuh, Trump Semringah
Pasukan SDF mengibarkan bendera kuning di atas bangunan yang direbut dari ISIS di Baghouz. Foto/Istimewa

WASHINGTON - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyambut baik jatuhnya "kekhalifahan" kelompok Negara Islam (ISIS). Namun ia juga memperingatkan bahwa kelompok teror itu tetap menjadi ancaman. Ia mengatakan AS akan tetap waspada sampai IS akhirnya dikalahkan

Pernyataan Trump muncul setelah Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang dipimpin Kurdi mengangkat bendera kemenangan di kota Baghouz, Suriah, markas terakhir ISIS.

"AS akan terus bekerja dengan mitra dan sekutu kami untuk melawan ISIS sampai akhirnya dikalahkan," kata Trump alam sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh Gedung Putih.

"Amerika Serikat akan membela kepentingan Amerika kapanpun dan dimanapun diperlukan," bunyi pernyataan itu seperti dikutip dari BBC, Minggu (24/3/2019).

Trump menggambarkan hilangnya wilayah ISIS sebagai bukti narasi palsu. "Mereka telah kehilangan semua prestise dan kekuasaan," imbuhnya.

Para pemimpin Barat juga memuji keberhasilan itu tetapi menekankan bahwa ISIS masih berbahaya.

Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan ancaman tetap ada dan perang melawan kelompok-kelompok teroris harus berlanjut.

Sedangkan Perdana Menteri Inggris Theresa May menyambut "tonggak bersejarah" itu tetapi mengatakan pemerintahnya tetap berkomitmen untuk memberantas ideologi beracun.

ISIS di masa jayanya sempat menguasai 88 ribu km persegi wilayah di Suriah dan Irak. Namun, setelah lima tahun pertempuran sengit, pasukan lokal Suriah yang didukung oleh kekuatan dunia berhasil merebut wilayah yang dikuasai ISIS kecuali beberapa ratus meter persegi di dekat perbatasan Suriah dengan Irak. 

Pada hari Sabtu, pengumuman yang telah lama ditunggu-tunggu datang dari SDF bahwa mereka telah merebut wilayah ISIS terakhir.

Aliansi SDF memulai serangan terakhirnya terhadap ISIS pada awal Maret, dengan militan yang tersisa bersembunyi di desa Baghouz di Suriah timur.

Aliansi itu terpaksa memperlambat ofensifnya setelah diketahui bahwa sejumlah besar warga sipil juga ada di sana, berlindung di gedung, tenda, dan terowongan.

Ribuan wanita dan anak-anak, warga negara asing di antara mereka, melarikan diri dari pertempuran dan kekurangan parah untuk menuju kamp-kamp yang dikelola SDF untuk para pengungsi.

Banyak pejuang ISIS juga meninggalkan Baghouz, tetapi mereka yang tetap melakukan perlawanan sengit, mengerahkan pembom bunuh diri dan bom mobil.





Credit  sindonews.com



Israel Sebut Trump Teken Dekrit Kedaulatan Golan Hari Ini



Israel Sebut Trump Teken Dekrit Kedaulatan Golan Hari Ini
Presiden Amerika Serikat Donald John Trump. Foto/REUTERS/File Photo


TEL AVIV - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald John Trump pada hari Senin (25/3/2019) akan menandatangani dekrit yang mengakui kedaulatan Israel atas Dataran Tinggi Golan. Klaim ini disampaikan Pelaksana Tugas Menteri Luar Negeri Israel, Israel Katz, pada hari Minggu.

Menurut Katz, Trump akan meneken dekrit sembari menjamu Perdana Menteri Benjamin Netanyahu di Gedung Putih.

Seorang pejabat senior AS pada pekan lalu mengatakan pemerintahan Trump sedang mempersiapkan dokumen resmi untuk menyusun dukungan atas pencaplokan atau aneksasi Israel terhadap Dataran Tinggi Golan. Wilayah Suriah itu direbut dalam perang Timur Tengah 1967.

"Besok, Presiden Trump, di hadapan PM Netanyahu, akan menandatangani dekrit yang mengakui kedaulatan Israel atas Golan. Hubungan Israel-AS lebih dekat dari sebelumnya," tulis Katz di Twitter pada hari Minggu, seperti dikutip Reuters.

Seruan Trump untuk mengakui kedaulatan Israel atas Dataran Tinggi Golan telah dikecam banyak negara di dunia, termasuk sekutu AS di Eropa. PBB menganggap Golan yang diduduki Israel sebagai wilayah pendudukan.

Pemerintah Berlin mengecam serta menolak langkah sepihak Amerika."Berlin menolak langkah-langkah sepihak untuk menggambar ulang batas-batas nasional," bunyi pernyataan pemerintah Jerman yang disampaikan seorang juru bicara.

"Jika perbatasan nasional harus diubah, itu harus dilakukan melalui cara damai di antara semua yang terlibat," lanjut pernyataan itu.

Kementerian Luar Negeri Prancis juga menyuarakan keprihatinan dengan tidak mengakui pencaplokan Israel atas Dataran Tinggi Golan. "Pernyataan Trump bertentangan dengan hukum internasional," kata kementerian tersebut. Uni Eropa juga mengecam seruan Trump.

Sumber Kementerian Luar Negeri Suriah menggambarkan pernyataan Trump sebagai komentar yang tidak bertanggung jawab dan menunjukkan penghinaan terhadap hukum internasional. "Golan dulu dan akan tetap menjadi Suriah, Arab," kata sumber itu, kepada media pemerintah Suriah. "(Golan) bagian berharga dari tanah nasional Suriah." 




Credit  sindonews.com



Jerman Sebut Rusia Dibutuhkan Dalam Proses Damai Suriah




Jerman Sebut Rusia Dibutuhkan Dalam Proses Damai Suriah
Maas mengatakan bahwa penyelesaian konflik di Suriah melalui jalur politik, hanya mungkin dilakukan dengan adanya partisipasi Rusia dalam proses itu. Foto/Istimewa


BERLIN - Menteri Luar Negeri Jerman, Heiko Maas mengatakan bahwa penyelesaian konflik di Suriah melalui jalur politik, hanya mungkin dilakukan dengan adanya partisipasi Rusia dalam proses itu.

Rusia mencoba mengimbangi kekuatan ekonomi yang tidak memadai dengan pengaruh militer, seperti misalnya di Suriah. "Jika kita ingin mencapai penyelesaian politik konflik Suriah, itu tidak akan mungkin terjadi tanpa Rusia," kata Maas.

Maas, yang berbicara saat melakukan wawancara dengan surat kabar Jerman Welt am Sonntag, seperti dilansir Sputnik pada Senin (25/3), kemudian mengatakan bahwa komite konstitusi Suriah saat ini sedang dibentuk.

Dia kemudian mengatakan para pengungsi Suriah saat ini belum bisa kembali ke tanah air mereka. Maas mengatakan, ini dikarenakan mereka mungkin menghadapi penindasan dan penyiksaan jika kembali ke di Suriah.

"Sampai situasinya berubah, tidak ada yang ingin kembali ke negara asalnya. Dan kami juga tidak akan mengirim siapa pun (ke Suriah), di mana mereka mungkin akan menghadapi ancaman seperti itu," ucapnya. 




Credit  sindonews.com




Sekutu AS nyatakan IS dikalahkan, "kekhalifahan" dihilangkan


Sekutu AS nyatakan IS dikalahkan, "kekhalifahan" dihilangkan

Tentara Pasukan Demokratis Suriah menaiki kendaraan lapis baja setelah Raqqa dibebaskan dari milisi Negara Islam, di Raqqa, Suriah, Selasa (17/10/2017). (REUTERS/Erik De Castro)





Baghouz, Suriah (CB) - IS (Daesh) telah dikalahkan di wilayah terakhirnya di Baghouz di Suriah, kata Pasukan Demokratik Suriah dukungan Amerika Serikat pada Sabtu, mengumumkan akhir dari "kekhalifahan" yang diberlakukannya sendiri di kawasan yang terbentang sepertiga di Irak dan Suriah.

SDF menyatakan "pengahapusan total yang disebut kekhalifahan itu," cuit Mustafa Bali, kepala kantor media SDF, di Twitter.

"Baghouz sudah dibebaskan. Kemenangan militer terhadap Daesh telah dicapai," tulisnya.

SDF telah bertempur untuk merebut Baghouz di perbatasan Irak selama beberapa pekan. "Kami perbarui janji kami untuk meneruskan perang dan mengejar para petempur IS hingga penghapusan penuh," tulisnya.

Kendati kekalahan IS di Baghouz mengakhiri cengkeraman kelompok itu atas negara kuasi jihadis yang mengangkangi Suriah dan Irak yang dideklarasikan tahun 2014, kelompok tersebut masih merupakan ancaman.

Sebagian para petempurnya masih bersembunyi di daerah padang pasir terpencil di Suriah dan di kota-kota Irak, mereka telah menyelinap ke dalam bayang-bayang, melancarkan penembakan mendadak atau penculikan dan menunggu peluang untuk bangkit lagi.

Amerika Serikat yakin pemimpin kelompok itu, Abu Bakr al-Baghdadi, berada di Irak. Dia berdiri di mimbar masjid agung abad pertengahan di Mosul tahun 2014 mendeklarasikan dirinya sebagai khalifah, berdaulat atas semua orang Islam.

Lebih jauh para petempur di Afghanistan, Nigeria dan negara-negara lain tak menunjukkan tanda menarik kembali kesetiaan kepada IS, dan dinas-dinas intelejen mengatakan para simpatisannya di Barat mungkin merancang serangan-serangan baru.

Duta Besar Suriah untuk PBB, Bashar Ja'afari, mengatakan pada Jumat, IS belum habis di Suriah, dengan menambahkan adalah pemerintah Damaskus yang didukung Rusia dan Iran sebagai pihak yang memeranginya, bukan Amerika Serikat.






Credit  antaranews.com