Arthur Balfour, tokoh Inggris yang menandatangani deklarasi dukungan pendudukan Yahudi di Palestina. (AFP Photo/GPO/Handout)
Jakarta, CB -- Menteri Luar Negeri Boris
Johnson membanggakan peran Inggris dalam mendukung terbentuknya Israel
dengan mendukung pendirian rumah bagi orang-orang Yahudi di Palestina
pada 1971 silam.
Dukungan Inggris tersebut tertuang dalam sebuah
pernyataan publik pada satu abad silam, tepatnya November 1917, yang
ditandatangani oleh menlu saat itu, Arthur Balfour, dan kini dikenal
dengan Deklarasi Balfour.
"Saya bangga dengan Inggris yang ikut
berperan dalam menciptakan negara Israel. Dokumen tersebut penting dan
sangat diperlukan untuk menciptakan sebuah negara besar," tutur Johnson
dalam artikel yang ia tulis di Telegraph, sebagaimana dikutip AFP, Senin (30/10).
Deklarasi Balfour disepakati saat perang Dunia I (1914-1918)
berlangsung. Perjanjian itu merupakan bagian dari kerangka mandat
pemerintah Inggris untuk Palestina yang baru direbut Kekaisaran Ottoman.
Mandat tersebut mewajibkan negara yang kalah dalam perang--Jerman,
Austria-Hungaria, dan Kekaisaran Ottoman--memberikan seluruh kekuasaan
wilayahnya kepada para pemenang, yakni Inggris dan sejumlah negara
sekutu lainnya, seperti Perancis dan Italia.
Sejak mandat
berlaku, Inggris mulai memfasilitasi perpindahan kaum Yahudi Eropa ke
Palestina. Antara tahun 1922-1935, sebagaimana dilansir Al Jazeera,
populasi Yahudi meningkat sembilan persen menjadi hampir 27 persen dari
total populasi di Palestina.
Sejak itu, pendudukan Israel di
wilayah itu pun terus meluas hingga hanya menyisakan Tepi Barat dan
Jalur Gaza bagi warga Palestina.
Dukungan
Inggris tersebut tertuang dalam sebuah pernyataan publik pada satu abad
silam, tepatnya November 1917, yang ditandatangani oleh menlu saat itu,
Arthur Balfour, dab kini dikenal dengan Deklarasi Balfour. (AFP
Photo/GPO/Handout)
Perjanjian kontroversial itu pun menjadi titik awal terbentuknya Israel
hingga memicu konflik berkepanjangan di Timur Tengah sejak 1967,
terutama antara Tel Aviv dan Palestina dalam Perang Enam Hari.
Meski
begitu, dalam deklarasi tersebut, Inggris menekankan untuk tidak
"mengurangi hak sipil dan agama dari komunitas non-Yahudi yang ada di
Palestina."
Selain Inggris, Amerika Serikat secara tidak langsung
turut mendukung terbentuknya Israel. Dalam sebuah pertemuan Kabinet
Perang di London pada September 1917, para menteri Inggris memutuskan,
pandangan Presiden AS saat itu, Woodrow Wilson, "juga harus terakomodasi
sebelum deklarasi dikeluarkan."
Penolakan Rakyat Palestina
Pada
1919, Presiden Wilson membentuk sebuah komisi yang dikenal sebagai
King-Crane untuk meninjau opini publik terkait sistem mandat hasil PD I
di Suriah dan Palestina.
Survei tersebut menunjukkan mayoritas
rakyat Palestina menentang keras deklarasi itu dan gerakan zionisme di
negara mereka. Komisi itu pun menganjurkan sejumlah modifikasi dalam
mandat tersebut.
Seorang tokoh politik nasionalis Palestina, Awni
Abd al-Hadi, pun mengecam Perjanjian Balfour itu dalam memoarnya. Ia
mengatakan, deklarasi tersebut dibuat oleh orang asing dan tidak pernah
diakui oleh Palestina.
Pada 1920, Kongres Palestina Ketiga di
Haifa juga mencela rencana Inggris mengukuhkan wilayah bagi orang Yahudi
tersebut dan menganggap Deklarasi Balfour melanggar hukum internasional
atas hak-hak penduduk asli di negara itu.
Balforu dan presiden pertama Israel, Chaim Weizmann, berkunjung ke Tel Aviv pada 1925. (AFP Photo/GPO/Handout)
Pendudukan Israel yang terus meluas di Palestina selama puluhan tahun
terakhir meningkatkan ketegangan antara warga kedua negara. Kekerasan
hingga bentrokan pun tak jarang terjadi di perbatasan kedua wilayah.
Dewan
Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa pun sempat menjatuhkan sanksi atas
Israel karena berkeras memperluas dan mempercepat pembangunan permukiman
di wilayah tersebut.
Kini, Menlu Inggris, Boris Johnson, juga
menekankan bahwa negaranya tetap berkomitmen mendukung solusi dua negara
atau two state solution dalam penyelesaian konflik Israel-Palestina.
"Saya
tidak ragu bahwa satu-satunya solusi tepat untuk konflik tersebut
adalah visi mengenai dua negara untuk dua bangsa seperti yang pertama
kali disepakati oleh Menlu Inggris Lord Peel pada 1937 lalu dalam
laporan Komisi Kerajaan terkait Palestina," kata Johnson.
"Satu
abad ke depan, Inggris akan memberikan dukungan apapun yang bisa kita
lakukan untuk menutup konflik dan menyelesaikan urusan yang belum
selesai dari deklarasi [Balfour] tersebut."
Presiden Soekarno dan periwara tinggi AD
Soeharto saat berbincang, pada 1966. Kedua pihak disebut terlibat
perseteruan kekuasaan melalui perstiwa 1965. (Foto: AFP PHOTO / PANASIA)
Jakarta, CB -- Pemerintah Amerika Serikat
disebut mengetahui rangkaian upaya Angkatan Darat (AD) untuk
menghancurkan Partai Komunis negara (PKI) dan menggulingkan Sukarno
mulai tahun 1965. Pengungkapan itu didasarkan oleh rangkaian kawat
diplomatik kedutaan Besar AS di Jakarta.
Sebanyak 39 dokumen
dengan total 30 ribu halaman tentang AD dan PKI itu dipublikasikan oleh
lembaga non-profit National Security Archive (NSA), lembaga National
Declassification Center (NDC), dan lembaga negara National Archives and
Records Administration (NARA), dalam situs nsarchive.gwu.edu, 17 Oktober.
Rangkaian dokumen yang berbentuk catatan harian dari tahun 1964-1968
itu menyebutkan, di antaranya, tentang upaya AD untuk menyingkirkan
Sukarno dan menghancurkan gerakan kiri di Indonesia, eskekusi terhadap
pemimpin PKI, serta keterlibatan pejabat Amerika dalam mendukung upaya
AD itu.
Disebutkan, upaya penjatuhan Sukarno itu tak lepas dari
pendekatan AD kepada sejumlah kedutaan besar negara-negara Barat. Hal
itu dilakukan untuk melihat kemungkinan kesuksesan gerakan tersebut.
"Menurut
pejabat di Kedutaan Besar Jerman, AD Indonesia saat ini sedang
mempertimbangkan kemungkinan untuk menjatuhkan Sukarno," seperti
tertulis dalam dokumen telegram Kedubes AS di Jakarta kepada Menteri Luar Negeri, tanggal 12 Oktober 1965.
Telegram dari Kedutaan AS di Jakarta pada 12 Oktober 1965. (Screenshot via nsarchive2.gwu.edu)
Kepada Kedubes Jerman, seorang utusan AD menyatakan, itu belum
menjadi sebuah keputusan. Jika sudah, hal tersebut akan dilakukan dengan
"gerakan yang tiba-tiba, tanpa peringatan, dan Sukarno akan digantikan
oleh kombinasi junta milter dan sipil."
Utusan tersebut juga
mengindikasikan bahwa AD berharap simpati dan bantuan ekonomi dari
negara-negara Barat jika mereka menggulingkan Sukarno. Bentuknya,
"makanan dan persediaan-persediaan yang memungkinkan lainnya, ketimbang
bantuan keuangan."
Dokumen yang sama menyebut, Sukarno pernah
memaki AD karena disodori dokumen yang memperlihatkan keterlibatan PKI
dalam peristiwa 30 September. Dokumen itu sendiri enggan dibaca olehnya.
"Para jenderal AD pergi dengan rasa frustasi mendalam."
Laporan terpisah dari Kedubes Australia menyebutkan, pendekatan itu dilakukan oleh perwira AD Nasution.
Nama Adnan A. Bujung Nasution yang disebut dalam dokumen tanggal 23 Oktober 1965 (Screenshot via nsarchive2.gwu.edu)
Gerakan untuk menggalang dukungan untuk menjatuhkan Sukarno ini juga
dilakukan mantan Menetri Keuangan Sjarifuddin Prawiranegara kepada
mantan pejabat USAID Edwin L. Fox. Sjarifuddin mulanya mengapresiasi
upaya Amerika untuk menyingkirkan komunisme di Vietnam dan memberikan
demokrasi.
"Begitu pula Indonesia. Jika rakyat bebas untuk memilih, mereka akan
memilih sebuah pemerintahan yang lebih demokratis, ketimbang
pemerintahan totaliter saat ini, 'demokrasi terpimpin', yang memerintah
negara dengan segala penyalahgunaan, eksperimen dan petualangan yang
tidak bertanggungjawab di bawah slogan 'vivere pericoloso' (hidup penuh
bahaya)," tulis surat bertanggal 5 Agustus 1965 itu.
Sementara
itu, Sutarto, asisten khusus Roeslan Abdulgani, mengatakan, gejolak
anti-PKI sudah merebak di Medan dan Makassar, sementara Jawa Tengah
sedang berada dalam situasi yang kacau. Aksi-aksi anti-PKI ini digerakan
oleh AD dan muslim anti-PKI.
"Dia bagus, orang kuat," kata
Sutarto, mengomentari tentang Soeharto, yang ketika itu merupakan
perwira AD yang tergabung dalam gerakan tersebut, seperti tercantum
dalam dokumen bertanggal 18 Oktober 1965.
Letkol Untung saat tiba di pengadilan militer untuk diadili atas dugaan keterlibatan dalam Gerakan 30 September. (Foto: AFP PHOTO)
Dalam catatan perbincangan (Memorandum of Conversation) dengan Wakil
Sekretaris Kedubes AS Robert G. Rich Jr. yang dilakukan pada 15 dan 19
Oktober 1965, mendiang Adnan Buyung Nasution, saat masih menjabat
asisten Jaksa Agung, disebut-sebut memiliki kontak dengan pimpinan AD
dan berbicara tentang kelanjutan upaya pemberantasan komunis di jakarta.
"Nasuiton berkata bahwa AD sudah mengeksekusi banyak komunis, namun fakta ini harus benar-benar dijaga," tulis dokumen tersebut.
Kedubes
AS pun mengetahui adanya pembantaian anggota PKI oleh "Ansor" di
sejumlah wilayah di jawa Timur. Misionaris yang baru kembali dari
Kediri, Jawa Timur, pada 21 November 1965, melihat 25 mayat di sungai.
Misionaris Mojokerto melaporkan melihat 29 mayat di sungai.
"Dia
mendengar pembantaian terbesar terjadi di Tulungagung, dimana 1.500
komunis dibunuh," tulis telegram Kedubes AS tanggal 24 November 1965.
Pembantaian terhadap PKI juga berlanjut di perbatasan Surabaya. Korban
yang cedera pun menolak untuk kembali ke rumahnya.
(Screenshot via nsarchive2.gwu.edu)
"Dilaporkan juga bahwa pembantaian di Jawa Timur ini berkorelasi dengan
Perang Suci: pembunuhan kafir memberi jaminan tiket ke surga dan lebih
menjamin jika darah korban diusapkan ke wajah," seperti tertulis dalam
dokumen itu juga.
Pengungkapan dokumen lama itu sendiri merupakan respons atas
meningkatnya minat masyarakat terhadap dokumen yang tersisa mengenai
pembunuhan massal tahun 1965-1966 yang ada di AS.
Dokumen itu
juga menyinggung hubungan AS-Indonesia, upaya Inggris dalam pembentukan
Malaysia, dan perluasan operasi rahasia AS yang bertujuan memicu
bentrokan antara Angkatan Darat dan PKI.
Selama ini, kisah
tentang seputar peristiwa 1965 dinilai didominasi oleh narasi
tunggal karya Orde Baru. Bahwa, Gerakan 30 September dilakukan oleh PKI
demi merebut kekuasaan. Para jenderal AD pun dibunuhi. Dan Soeharto,
yang kemudian menjadi Presiden, tampil sebagai penyelamat.
CNNIndonesia.com
menghubungi Kapuspen TNI Mayjen Wuryanto dan Kadispen TNI AD Brigjen
lfret Denny Tuejeh, terkait dengan pemberitaan itu namun keduanya belum
merespons.
CB, WASHINGTON -- Ribuan dokumen dari Kedutaan
Besar AS di Jakarta pada 1963-1966 dibuka ke publik, Selasa (17/10).
Dalam dokumen itu terungkap, AS mengetahui gerakan anti-Komunis di
Indonesia.
Seperti dikutip BBC, AS tahu ada pergerakan orang-orang untuk melakukan pembunuhan dalam gejolak politik tersebut. Sedikitnya 500 ribu orang tewas antara 1965-1966 menyusul gerakan pembersihan yang disebut dokumen melibatkan militer. BBC yang mengutip dokumen juga menyebut keterlibatan milisi Muslim dalam gerakan melawan Komunis.
Dalam
dokumen staf AS menggambarkannya sebagai 'pembantaian' dan pembunuhan
'tanpa pandang bulu'. Hal itu menunjukkan, AS telah mengerti adanya
operasi untuk melakukan pembersihan terhadap Partai Komunis dan kelompok
kiri.
Menurut staf Kedutaan Besar AS di Jawa Timur yang
tercatat pada 28 Desember 1965, 'korban' dibawa dari permukiman sebelum
akhirnya dibunuh. Jasad korban dikubur daripada dibuang ke sungai.
Telegram staf AS juga mengatakan, tahanan-tahanan yang ditengarai
komunis dilepaskan ke warga sipil untuk dibunuh.
Dokumen lain
yang dikompilasi sekretaris pertama Kedutaan AS tercatat pada 17
Desember 1965 juga mencatat detil daftar pemimpin komunis di seluruh
Indonesia, apakah mereka dibunuh atau ditangkap.
Pada Desember
1965, kabel konsulat AS di Medan di Sumatra mengatakan, keterlibatan
pendakwah Muhammadiyah dalam memprovokasi warga menghakimi tersangka
komunis. Bunyi telegram lain menunjukkan keterlibatan barisan pemuda NU
dalam pembunuhan orang-orang yang ternyata bukan anggota Komunis.
Pembunuhan lebih dikarenakan oleh persoalan pribadi.
Tragedi 1965-1966 tak terlepas dari persaingan politik di dunia antara AS dengan Soviet dan Cina. Seperti dikutip the Guardian, pada 1965 Indonesia memiliki partai komunis terbesar setelah Cina dan Uni Soviet dengan pengikut yang mencapai jutaan orang.
Keluarga
korban dari pembantaian 1965-1966 menuntut pemerintah meminta maaf.
Namun hal itu memicu kontroversi. Beragam ormas Muslim menolak
permintaan itu, mengingat kekejaman yang dilakukan oleh PKI dari mulai
pemberontakan 1948.
Brad Simpson, direktur Indonesia and East
Timor Documentation adalah pihak yang meminta agar dokumen-dokumen
tentang peristiwa 1965-1966 dibuka. "Dokumen ini menunjukkan bagaimana
pejabat AS mengetahui tentang banyaknya orang yang dibunuh," ujarnya.
Sikap AS saat itu, adalah diam.
Puspen TNI/Kolonel Inf Bedali Harefa, S.H
BERSAMA RAKYAT TNI KUAT - Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo
didampingi Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad) Jenderal TNI Mulyono,
Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Ade Supandi dan Kepala
Staf Angkatan Udara (Kasau) Marsekal TNI Hadi Tjahjanto, meninjau Gladi
Bersih Upacara Parade dan Defile Peringatan HUT Ke-72 TNI Tahun 2017 di
Dermaga Indah Kiat Cilegon, Provinsi Banten, Selasa (3/10/2017). (PUSPEN
TNI/
CB, JAKARTA - Tentara Nasional Indonesia (TNI) merayakan hari jadinya yang ke-72 pada tanggal 5 Oktober tahun 2017 ini.
TNI sendiri adalah buah dari perlawanan masyarakat Indonesia
dalam mempertahankan kemerdekaan dari ancaman jajahan yang akan
dilakukan kembali oleh Belanda.
Sebelum menjadi TNI, nama angkatan bersenjata Indonesia sempat 9 kali berganti nama.
Tahukah Anda nama-nama dan alasan pergantian nama tersebut? Mari simak penjelasan berikut.
Pertama, pemerintah pada awalnya membentuk Badan Keamanan Rakyat (BKR) sebagai pertahanan awal pasca proklamasi kemerdekaan.
Dua anggota PPKI yakni Abikoesno Tjokrosoejoso dan Otto
Iskandardinata diyakini sebagai pihak yang mengusulkan dibentuknya
organisasi tersebut dalam sidang PPKI.
Tepatnya pada tanggal 23 Agustus 1945, BKR dibentuk dan
beranggotakan para pemuda Indonesia yang sebelumnya mendapat pendidikan
militer sebagai tentara Pembela Tanah Air (PETA), HEIHO, KNIL, dan
organisasi tentara lainnya.
Tak berselang lama, melalui Maklumat Pemerintah, BKR berubah menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR) pada tanggal 5 Oktober 1945.
Perubahan kembali terjadi tatkala nama Tentara Keamanan
Rakyat dirubah menjadi Tentara Keselamatan Rakyat mulai tanggal 8
Januari 1946.
Tentara Keselamatan Rakyat menjadi nama keempat yang disandang angkatan bersenjata Indonesia.
Namun, untuk memperbaiki susunan organisasi yang sesuai
dasar militer internasional, pada 26 Januari 1946 Tentara Keselamatan
Rakyat berubah nama menjadi Tentara Republik Indonesia (TRI).
Usai kemerdekaan, Indonesia terus berupaya mengembangkan
tentara bersenjatanya untuk mempertahankan kemerdekaan akibat banyaknya
upaya dari sekutu untuk kembali menjajah.
Untuk mendukung langkah itu, Presiden Sukarno kemudian mendirikan Tentara Nasional Indonesia (TNI) pada tanggal 3 Juni 1947.
TNI pada masa itu merupakan gabungan dari dua kekuatan
bersenjata yakni TRI sebagai tentara reguler dengan organisasi
perjuangan rakyat lainnya.
TNI pun menjadi kekuatan baru Indonesia dalam menghadapi berbagai tantangan politik dan militer dari dalam dan luar negeri.
Tantangan dari dalam negeri dihadapi TNI ketika golongan
komunis berusaha menempatkan TNI dibawah pengaruh mereka. Hal itu coba
dilakukan golongan komunis melalui Biro Perjuangan, dan TNI-masyarakat.
Selain itu, TNI juga menghadapi beberapa pemberontakan dan
pergolakan bersenjata di beberapa daerah yang berpotensi mengancam
integritas nasional.
Pemberontakan itu terjadi tatkala PKI melakukan pemberontakan di Madiun, serta pemberontakan Darul Islam (DI) di Jawa Barat.
Di saat yang sama, TNI juga mendapatkan tekanan dari luar negeri yakni ketika menghadapi Agresi Militer Belanda.
Sadar akan keterbatasan TNI dalam menghadapi Agresi
Militer Belanda yang memiliki persenjataan modern, maka bangsa Indonesia
melaksanakan Perang Rakyat Semesta.
Perang Rakyat Semesta adalah gabungan segenap kekuatan TNI
dan masyarakat serta sumber daya nasional yang dikerahkan serentak untuk
menghadapi agresi tersebut.
Dengan demikian, integritas dan eksistensi Negara Kesatuan
Republik Indonesia telah dapat dipertahankan oleh kekuatan TNI bersama
rakyat.
Kemudian
sesuai dengan keputusan Konferensi Meja Bundar (KMB), pada akhir tahun
1949 dibentuklah Republik Indonesia Serikat (RIS).
Angkatan Perang RIS (APRIS) yang merupakan gabungan TNI dan
KNIL dengan TNI sebagai intinya, dibentuk untuk menandai berdirinya RIS.
Akan tetapi, pembubaran RIS pada tanggal 17 Agustus 1950
serta kembalinya Indonesia pada bentuk Negara kesatuan menimbulkan
pergantian pula pada APRIS. APRIS pun berganti nama menjadi Angkatan
Perang RI (APRI).
Upaya menyatukan organisasi angkatan perang dan Kepolisian Negara menjadi organisasi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) pada tahun 1962 merupakan bagian yang penting dari sejarah TNI pada dekade tahun enampuluhan.
Alasan penyatuan kekuatan Angkatan Bersenjata di bawah satu
komando itu adalah dapat tercapainya efektifitas dan efisiensi dalam
melaksanakan peran angkatan bersenjata.
Selain itu diharapkan pula, penyatuan ini akan membuat
angkatan bersenjata tidak mudah terpengaruh oleh kepentingan kelompok
politik tertentu.
Namun hal tersebut menghadapi tantangan dari Partai Komunis Indonesia (PKI).
PKI sebagai bagian dari komunisme internasional
berupaya menanamkan pengaruhnya ke dalam tatanan kehidupan bangsa
Indonesia termasuk ke dalam tubuh ABRI melalui penyusupan dan pembinaan
khusus, serta memanfaatkan pengaruh Presiden/Panglima Tertinggi ABRI
untuk kepentingan politiknya.
Puncak dari upaya PKI yakni terjadinya kudeta terhadap
pemerintah dalam peristiwa G30S/PKI. Hal itu mengakibatkan bangsa
Indonesia berada dalam situasi yang sangat kritis.
Dalam kondisi tersebut ABRI berhasil mengatasi situasi
kritis dengan menggagalkan kudeta serta menumpas kekuatan pendukungnya
bersama-sama dengan masyarakat Indonesia.
Pada
tahun 1998, terjadi perubahan situasi politik di Indonesia. Perubahan
tersebut ternyata berpengaruh pada keberadaan ABRI di Indonesia.
Tercatat mulai dari tanggal 1 April 1999, TNI dan Polri secara resmi dipisah menjadi dua institusi yang berdiri sendiri-sendiri.
Perubahan itu juga mengembalikan nama ABRI menjadi TNI, yakni perubahan nama terakhir dari angkatan bersenjata Indonesia.
Meski nama TNI baru diberikan pada tanggal 3 Juni 1947, hari
lahirnya TNI diperingati setiap 5 Oktober, sama seperti ketika Maklumat
Pemerintah mengubah nama BKR menjadi TKR.
Kolobnel Markadi, pemimpin Pasukan M di Bali. (Dok. Pasukan M)
Jakarta - Tiga bulan setelah Proklamasi Kemerdekaan RI,
tepatnya 27 Oktober 1945 pasukan Belanda kembali mendarat di Singaraja,
Bali dengan mendompleng tentara Sekutu. Terjadi insiden penurunan
bendera Merah Putih di Singaraja yang memancing kemarahan pejuang
setempat. Walhasil suasana di Kota Singaraja pun memanas.
Namun,
gelombang pendaratan tetara Belanda dan Sekutu terus berlangsung hingga
2 Maret 1946. Bahkan pada saat itu jumlah yang mendarat lebih besar
yakni 2.000 dan disambut hangat oleh raja-raja Bali. Dalam
perkembangannya tentara Belanda dan Sekutu kemudian menduduki sejumlah
wilayah di Bali yang ketika itu bersama Kepulauan Nusa Tenggara disebut
Sunda Kecil.
Komandan Resimen Sunda Kecil Letnan
Kolonel I Gusti Ngurah Rai pun kemudian konsultasi ke Markas Besar Umum
Tentara Republik Indonesia (TRI) di Yogyakarta. Resimen Sunda Kecil
diminta menyiapkan serangan ke Bali.
Awalnya Ngurah
Rai hanya meminta dikirimkan senjata untuk penyerangan ke Bali yang
sudah diduduki Belanda dan NICA. Namun kemudian, Resimen Sunda Kecil
juga meminta kiriman pasukan tambahan.
Maka
dikirimlah pasukan yang dipimpin oleh Kapten Markadi. Mabes Umum TKR di
Yogyakarta juga memerintahkan pasukan di Banyuwangi membantu misi
Resimen Sunda Kecil.
Markadi berjalan paling depan, mengiringi Solihin GP (naik kuda) saat Operasi Permesta, 1958. Foto: Dok. Pasukan M
Kapten
Markadi yang mendapatkan tugas membantu Resimen Sunda Kecil kemudian
membentuk pasukan berkekuatan 4 seksi. Komposisinya, tiga seksi pasukan
tempur dan satu seksi pasukan khusus yang diberi nama Combat
Intelligence Section (CIS). Sesuai nama perwira yang membentuk, maka
pasukan yang dibentuk Kapten Markadi diberi nama "Pasukan M".
Pasukan
M awalnya berlatih di Malang, baru pertengahan Maret 1946 Markadi
menggeser pasukannya ke Banyuwangi untuk bersiap menyeberang ke Bali.
Selain Pasukan Kapten Markadi, TRI juga mengirimkan Pasukan Kapten
Albert Waroka.
Dua pasukan inilah yang tercatat
mengadakan operasi amfibi pertama TNI melintasi Selat Bali dengan titik
keberangkatan Banyuwangi. Dari Banyuwangi pasukan M menyeberang
menggunakan perahu ke pantai barat Pulau Bali di sekitar Jembrana.
Sepekan
sebelum pendaratan, Kapten Markadi mengirimkan empat tim intelijen ke
Bali. Ini dilakukan untuk mengumpulkan informasi terkait kondisi
geografis pendaratan, termasuk posisi keberadaan pasukan Belanda.
Sehari
sebelum keberangkatan, Kapten Markadi kembali mengirimkan beberapa anak
buahnya ke Bali. "Mereka ditugaskan sebagai pemandu untuk menuntun
pendaratan rekan-rekannya begitu perahu-perahu Pasukan M sudah terlihat
di pantai," kata pengamat militer Iwan Santoso dalam buku, Pasukan M, Menang Tak Dibilang Gugur Tak Dikenang yang dikutip detikcom, Kamis (5/10/2017).
Pasukan
M menggunakan kode berupa api berbentuk segi tiga. Bila pasukan M
melihat api berbentuk segi tiga, maka artinya pantai tersebut aman untuk
tempat mendarat.
Pada 4 April 1946, Kapten Markadi
dan Pasukan M mulai menyeberang ke Bali. Ada yang menghubungkan tanggal
penyeberangan itu dengan rencana peringatan hari ulang tahun ke-19
Kapten Markadi yang lahir pada 9 April 1927.
Kapten
Markadi dan pasukan M mulai bergerak ke embarkasi Pelabuhan Boom di
Banyuwangi pada 4 April 1946 sore menjelang malam. Untuk mengelabui
mata-mata Belanda yang kemungkinan ada di Banyuwangi, mereka memilih
rute lewat jalan besar dengan berpura-pura latihan perang.
Tiba
di pelabuhan selepas Magrib, "Pasukan M" tak bisa langsung menyeberang.
Mereka harus menunggu air laut pasang. Sembari menunggu air pasang,
Kapten Markadi berpidato tanpa alat pengeras suara untuk memompa
semangat pasukan.
Menjelang pukul 20.00 WIB air laut
pasang, Kapten Markadi dan Pasukan M pun bersiap menyeberang. Satu per
satu prajurit naik ke perahu sambil menyanyikan lagu-lagu perjuangan.
Menjelang
dini hari tanggal 5 April, dua perahu Madura yang ditumpangi Pasukan M
nyaris merapat ke Pantai Penginuman. Namun dua mil laut menjelang bibir
pantai, dua perahu tersebut terombang ambing dan kesulitan untuk
bergerak maju. Perahu hanya mampu bergerak perlahan karena kelebihan
muatan.
Di saat bersamaan, di kejauhan terlihat dua
kapal Angkatan Laut Belanda jenis LCM (Landing Craft Mechanized) yang
sedang berpatroli bergerak mendekat.
Kapten Markadi
dan Pasukan M berusaha menghindar. Namun rupanya gerak dua kapal patroli
Belanda itu lebih cepat. Salah satu di antaranya mendekat ke arah
perahu yang ditumpangi Markadi.
Dia pun
memerintahkan pasukannya untuk melepas seragam hitam-hitam yang
dikenakan dan menyembunyikan senjata. Mereka berpura-pura mencari ikan
agar dikira nelayan. Kapten Markadi tetap meminta seluruh personel dalam
posisi siap menembak.
Saat jarak perahu Kapten
Markadi dan Kapal Belanda hanya 5 meter, terlihat dua orang Belanda yang
berada di LCM terdepan mengarahkan mitraliur Watermantel. Dalam bahasa
Belanda, mereka memberi perintah berhenti dan meminta awak di perahu
untuk melempar tali.
Markadi yang mengerti bahasa
Belanda langsung melempar tali seraya memberikan perintah menembak dan
langsung menceburkan diri ke laut. "Pertempuran laut pertama dalam
sejarah RI seketika pecah di Selat Bali," tulis Iwan.
Kapten Waroka (duduk sebelah kanan) komandan pendaratan ke pantai utara Bali Foto: Dok. Pasukan M
Tentara
Belanda membalas serangan Pasukan M dengan mitraliur berat jenis
Browning kaliber 12,7 mm. Beruntung, karena terlalu dekat dan posisi LCM
lebih tinggi dari perahu Madura, senapan mesin berada dalam sudut mati
dan tembakan prajurit Belanda hanya mengenai tiang layar.
Kapten
Markadi yang terjun menyelam di lambung sebelah kanan perahu muncul di
lambung sebelah kiri. Dengan dibantu anak buahnya, dia naik lagi ke
perahu. Awak kapal Belanda yang nyaris putus asa karena tembakan mereka
tidak mengenai sasaran kemudian menabrakkan LCM-nya ke perahu Kapten
Markadi. Mereka berharap perahu tersebut tenggelam.
Memang,
beberapa prajurit Pasukan M di perahu tersebut sempat tercebur ke laut.
Tapi, mereka kembali naik dengan bantuan teman-temannya. Kapten Markadi
tak menyerah. Dia perintahkan Pasukan M serempak melemparkan granat ke
arah dua LCM Belanda.
Granat pun meledak di atas
kapal Belanda dan diperkirakan menewaskan empat awaknya. LCM lainnya
langsung melarikan diri dengan keadaan terbakar pada bagian dek dan
lambung kapal. Sambil mundur ke arah Gilimanuk, LCM itu terus menembak,
tapi tidak ada yang kena sasaran.
Pada akhirnya
diketahui, berdasarkan laporan Angkatan Laut Belanda, LCM tersebut
dikabarkan kembali beroperasi setelah diperbaiki.
Pertempuran
yang berlangsung kira-kira 15 menit itu disebut-sebut sebagai
pertempuran laut pertama yang dimenangi angkatan perang Indonesia
setelah proklamasi 17 Agustus 1945. Dalam pertempuran tersebut, korban
dari Pasukan M yang gugur atas nama Sumeh Darsono dan Tamali yang
mengalami luka tembak.
Kapten Markadi lahir pada 9
April 1927 dengan nama lengkap Markadi Pudji Rahardjo. Karena
Restrukturisasi dan Rasionalisasi (RERA) TNI 1948, Markadi yang semula
merupakan pentolan Angkatan Laut mau tak mau menjadi Angkatan Darat. Dia
wafat pada 21 Januari 2008 dan dimakamkan di TMP Kalibata, Jakarta
Selatan.
Jakarta - Perintah misi bersandi operasi A basis Z ini
tercantum dalam Skep Menteri Panglima Angkatan Kepolisian No. Po:
1827/SC/IV/M/ Pangak tertanggal 5 Desember 1964. Kepolisian menugasi 96
personel Pasukan Kompi D/Yon 32 Pelopor, yang dipimpin Iptu Nicholas A.
Titaley, untuk menyusup ke Malaysia.
Mereka membagi kompi menjadi
beberapa tim, yang beranggotakan 8 orang, untuk menyusup ke Malaysia
melalui pulau-pulau yang tersebar di Kepulauan Riau. Titik pertemuan
misi ini adalah Gunung Belumut, yang terletak di Johor, Malaysia.
Anton
Agus Setiawan dan Andi Muh. Darlis mencatat dalam buku 'Resimen
Pelopor: Pasukan Elite yang Terlupakan', Tim 3 Peleton III Kompi Pelopor
yang dipimpin Brigadir Suyatmin berhasil mendarat ke Malaysia melalui
pantai timur. Mereka melakukan sabotase dan menyergap satu peleton
Angkatan Darat Tentara Malaysia.
"Pasukan Pelopor mampu
menjatuhkan separuh anggota peleton Tentara Diraja Malaysia dan menawan
seorang tentara bernama Yassin," tulis Anton dan Andi.
Serangan
ini dibalas dengan pengejaran oleh tentara gabungan Special Air Services
(SAS), pasukan Gurkha, dan Tentara Diraja Malaysia. Empat pasukan elite
Inggris (SAS) melakukan pengejaran, sedangkan pasukan Gurkha dan
Tentara Diraja Malaysia menjadi kekuatan pemukul di belakang SAS.
Tim Resimen Pelopor (sejak 16 Agustus 1961 namanya oleh Presiden Sukarno diubah sebutan Mobrig menjadi Brigade Mobil atau Brimob) berhasil
dijebak di kawasan Sungai Papan, Johor, dan melakukan perlawanan selama
dua malam. Kekuatan kecil pasukan memaksa mereka mundur dan meminta
bantuan warga kampung keturunan India bernama Samin. Warga ini diam-diam
melapor kepada Tentara Diraja Malaysia dan tiga anggota Tim 3 Peleton
III Kompi Pelopor ditangkap hidup-hidup.
Kontak senjata
dengan SAS juga dialami Tim 3 Peleton IV, yang dipimpin Brigadir Polisi
J. Taboky. Pasukan ini berhasil lolos melakukan penyusupan pada 20 Maret
1965. Sekitar sepekan kemudian, mereka merampas logistik di Kampung
Masahi, Koto Tinggi, Johor, Malaysia.
SAS berhasil mencium
keberadaan pasukan ini dan memburunya hingga terjadi kontak senjata di
tengah perkebunan karet. Enam anggota tim Resimen Pelopor tewas. Dua
anggota tim pun melarikan diri, yakni Agen Polisi I Soerito dan Agen
Polisi I Dudung.
Keduanya menyewa tukang sampang yang ternyata
anggota Askar Malaysia. Tapi keduanya berhasil lolos setelah dikepung
Askar Malaysia. Pada 16 Mei 1964, barulah sisa personel Tim 3 Peleton IV
ini ditangkap Askar Malaysia ketika meminta pertolongan warga karena
sakit.
Pemimpin Kompi, Iptu Titaley, juga berhasil menyusup
bersama 25 personel Resimen Pelopor dan langsung berhadapan dengan
Tentara Diraja Malaysia. Ia memecah pasukannya menjadi tim kecil berisi 5
personel. Baku tembak dengan Tentara Diraja Malaysia dan Gurkha
mengiringi penyusupan ini.
Pasukan ini unggul dalam pertempuran
di hutan dan melakukan empat kali kontak senjata. Namun keterbatasan
logistik menurunkan kekuatan tempur. Titaley, yang terkena malaria,
akhirnya tertangkap di dalam hutan. Sisa anggota pasukannya pun berhasil
disergap dan dipenjarakan di Johor Baru.
Buku 'Resimen Pelopor:
Pasukan Elite yang Terlupakan' mencatat berbagai upaya penyusupan juga
mengalami kegagalan di tengah laut. Hingga operasi Dwikora dihentikan,
tercatat ada 38 anggota Resimen Pelopor yang gugur.
Resimen Pelopor, sekarang Brimob. (Repro: Resimen Pelopor, Pasukan Elit yang Terlupakan)
Jakarta - Tak lama setelah konspirasi Central Intelligence
Agency (CIA) untuk menggulingkan Presiden Sukarno melalui berbagai
pemberontakan di rentang 1955-1958 terbongkar, Amerika Serikat
menawarkan pelatihan militer. Hal ini melengkapi berbagai bantuan
sebagai kompensasi yang diminta Sukarno. Bukannya memilih tentara,
Sukarno malah meminta kepolisian untuk berangkat ke pelatihan itu pada
1959.
Berkah dari kebijakan ini klop dengan rencana Mobile Brigade (Mobrig) untuk membentuk pasukan Ranger dengan kemampuan light infantery.
Mereka baru saja membentuk Sekolah Pendidikan Mobile Brigade (SPMB) di
Watukosek, Porong, Jawa Timur pada 10 Juni 1955. Seluruh instruktur SPMB
dikirim ke Filipina untuk mempelajari pembentukan pasukan ranger. Pada 16 Agustus 1961, Presiden Soekarno mengubah sebutan Mobrig menjadi Brigade Mobil atau Brimob.
"Pada
pertengahan 1959 beberapa calon instruktur yang lolos seleksi dikirim
ke Okinawa (pangkalan militer AS di Asia)," tulis Anton Agus Setiawan
dan Andi Darlis dalam buku Resimen Pelopor: Pasukan Elite yang Terlupakan.
Pelatihan
lanjutan dilakukan pada 1959 dan 1960. Pemerintah AS menugaskan US Army
First Special Group Airborne dengan komandan Kapten Wilson untuk
melatih.
Hasilnya, Kompi 5994 Ranger Mobile Brigade
dengan kekuatan 80 personil. Jumlah ini terus bertambah hingga pada 1960
nama kompi ini diubah menjadi Resimen Pelopor. Senjata modern bikinan
AS kala itu menjadi senjata operasional resimen ini. Awalnya mereka
mendapatkan senapan serbu US Carabine, dan pada 1961 diganti dengan AR
15, cikal bakal senapan M16A1.
Resimen ini terlibat
operasi penumpasan dan pembersihan berbagai pemberontakan, dari DI/TII
Kartosuwiryo, DI/TII Daud Beureuh, PRRI, sampai operasi penumpasan
DI/TII Kahar Muzakar. Saat pembebasan Irian Barat atau Operasi
Tritura-pun mereka terlibat dalam penyusupan melalui Pulau Gorom, dekat
dengan Fak Fak.
Satu-satunya noda merah Resimen
Pelopor adalah saat melakukan Penyusupan ke Malaysia dalam Operasi
Dwikora. Mereka berhadapan dengan SAS (Special Air Service) Inggris,
Pasukan Gurkha, dan Tentara Diraja Malaysia yang jumlahnya terlalu besar
sehingga banyak anggota Resimen yang gugur.
Loyalitas
Resimen Pelopor kepada Sukarno tak perlu ditanyakan. Pada 1962, anggota
Resimen Pelopor Brigadir Polisi Daryat berhasil menyelamatkan Presiden
Sukarno dalam sebuah penembakan langsung.
Tapi pasca
1965, kedekatan Resimen ini dengan Sukarno berimbas buruk. Soeharto
sebagai penguasa Orde Baru yang baru melantik Kapolri Jenderal Hoegeng
Iman Santoso sebagai Panglima Kepolisian (sekarang Polri) memberikan
perintah untuk mengkhususkan polisi pada penegakan hukum. Restrukurisasi
kepolisian-pun dilakukan, Resimen Pelopor dibubarkan. Hoegeng mengirim seluruh anggotanya ke Papua untuk membentuk Polda Irian Jaya dan embrio Brimob Daerah Papua.
Gaung
keperkasaan resimen Pelopor ini masih terasa saat perebutan
Timor-Timur. Mantan Resimen Pelopor dikumpulkan dengan TNI dan membentuk
Densus Alap-Alap dalam Komando Tugas Operasi Gabungan (Kogasga) Seroja.
Hingga 1983, menurut akademisi dari Unviersitas
Padjadjaran Dr Muradi Clark, posisi Brimob secara langsung menjadi 'kaki
tangan' dari ABRI, yang secara organisasi melakukan sub ordinat kepada
Polri, dan Brimob. Hal ini mempengaruhi psikologis anggota Brimob
khususnya di kemudian hari. Di masyarakat berkembang anekdot Brimob,
"polisi bukan, tentara belum".
Karena sekitar 30
tahun, lebih banyak menjadi alat kekuasaan bukan alat negara, menjelang
kejatuhan Orde Baru, Brimob ikut menjadi sasaran kecaman masyarakat
karena praktik kekerasan yang dilakukan.
"Hingga
kejatuhan Soeharto, Brimob masih mewartakan diri sebagai polisi
paramiliter yang memiliki kekhasan dan warna militeristik yang kental,"
tulis Muradi dalam makalahnya, Reformasi Brimob Polri Antara Tradisi Militer-dan Kultur Polisi Sipil.
Tapi sejak 2010, penulis buku Quo Vadis Brimob Polri? itu melanjutkan, warna Brimob sudah mengarah kepada polisi sipil seperti diamanatkan undang undang.
Foto salah satu halaman di Manuskrip Voynich (Foto: Paris Review)
MESKI manusia telah mencapai kemajuan teknologi yang
luar biasa dalam beberaoa ratus tahun terakhir, masih ada sejumlah
misteri dari abad silam yang masih menjadi perhatian dan belum
terpecahkan sampai hari ini. Salah satu benda misterius yang masih
menarik keingintahuan para peneliti tersebut adalah Manuskrip Voynich.
Manuskrip Voynich adalah sebuah sebuah dokumen yang diperkirakan
berasal dari awal abad ke-15 yang dipenuhi dengan kode-kode tersembunyi
yang belum terpecahkan dan ilustrasi aneh yang tampaknya memiliki
rahasia. Nama dokumen tersebut diambil dari seorang penjual buku asal
Polandia, Wilfrid Voynich yang menemukan manuskrip luar biasa itu pada
1912.
"Fakta bahwa ini adalah manuskrip abad ke 13 yang ditulis dalam sandi
meyakinkan saya bahwa dokumen ini pasti merupakan karya yang sangat
penting, dan sepengetahuan saya, tidak ada manuskrip dari masa-masa
lampau yang ditulis seluruhnya dalam bentuk sandi. Dua masalah yang
kemudian muncul, naskah ini harus diungkap dan sejarah manuskrip harus
dilacak,” kata Voynich saat itu seperti dikutip Vox.
Terkait sejarah dokumen tersebut, meski Voynich mengklaim
masnukripnya berasal dari abad ke-13, hasil penelusuran dengan metode
carbon dating menunjukkan manuskrip setebal 234 halaman itu ditulis
antara1404 sampai 1438. Para peneliti meyakini dokumen tersebut berasal
dari Eropa Tengah meski tidak ada catatan sebelumnya mengenai keberadaan
manuskrip itu.
Saat pertama kali terpantau dalam sejarah, Manuskrip Voynich sudah berusia ratusan tahun dan tidak ada yang dapat membacanya.
Manuskrip tersebut memiliki tujuh bagian terpisah, yang kemudian
diberi nama oleh para peneliti dan penggemarnya dengan istilah
konvensional yang biasa digunakan: botani, astronomi, kosmologi, zodiak,
biologi, farmasi, dan resep.
Bagian pertama adalah bagian botani, yang menghabiskan sekira
setengah dari total halaman manuskrip dan berisi gambar tumbuh-tumbuhan.
Beberapa dari tumbuhan tersebut tampak seperti tanaman nyata sedang
sebagian lainnya tampak tidak pernah ada.
Mengikuti bagian botani adalah bagian astronomi, dengan gambar
matahari, bulan, dan bintang; kemudian bagian kosmologi, dengan gambar
desain geometris melingkar serta bagian zodiak, yang menampilkan lambang
tanda zodiak.
Bagian biologi diisi dengan ilustrasi manusia telanjang,
kebanyakan wanita, dalam rangkaian tabung atau bak mandi berisi cairan.
Di bagian farmasi, ilustrasi wadah berjejer di samping ilustrasi ramuan
tumbuhan. Dan pada bagian akhir yaitu resep, tidak ada ilustrasi yang
tergambar sama sekali, hanya baris demi baris teks yang tidak dapat
dipahami dan setiap paragraf yang ditandai dengan bintang di marginnya.
Sepanjang sejarah, sejumlah ahli pemecah sandi telah berusaha
menganalisa dan mengurai kode di dalam Manuskrip Voynich, dan beberapa
di antara mereka mengajukan analisis yang tampaknya masuk akal, salah
satunya adalah Nicholas Gibbs. Ahli dalam bidang manuskrip abad
pertengahan berpendapat bahwa Manuskrip itu ditulis dalam bahasa latin
yang disingkat seperti monogram.
"Tulisan (dalam Manuskrip Voynich) terdiri dari beberapa huruf
pilihan, yang digabungkan mewakili keseluruhan kata, tidak berbeda
dengan monogram," tulisnya dalam artikel di Times Literary Supplement.
Gibbs berpendapat, ada halaman indeks yang memuat arti-arti singkatan
dalam Manuskrip Voynich yang hilang membuat dokumen itu hampir mustahil
untuk dipecahkan. Namun, teori Gibbs mendapat bantahan dari beberapa
ahli dokumen abad pertengahan lainnya yang meyakini bahwa bahasa yang
dignakan dalam manuskrip tersebut bukanlah bahasa Latin.
Selama Perang Dunia II, upaya pemecahan kode yang terkandung
dalam Manuskrip Voynich juga dilakukan tetapi gagal membuahkan hasil.
Pada 2013, muncul sebuah sugesti dari para peneliti bahwa Manuskrip
Voynich sebenarnya adalah sebuah hoax alias tipuan yang tidak memiliki
arti apa-apa.
"Ada banyak teks terenkripsi sejak Abad Pertengahan dan 99,9 persen
telah dipecahkan. Jika Anda memiliki keseluruhan buku, seperti ini,
seharusnya 'cukup mudah' untuk memcahkannya karena ada banyak bahan
untuk dianalisa dan digunakan (untuk memecahkannya). Fakta bahwa
(Manuskrip Voynich) belum pernah didekripsi adalah argumen yang kuat
untuk teori hoax,” kata ahli kriptografi Klaus Schmeh sebagaimana
dilansir Atlas Obscura.
Saat ini Manuskrip Voynich tersimpan di Perpustakaan Buku dan
Manuskrip Langka Beinecke di Universitas Yale, Amerika Serikat (AS).
Selama enam abad keberadaan Manuskrip Voynich, diketahui belum ada yang
bisa mengartikan satu kata dari tulisan di dalamnya atau mendapatkan
sesuatu yang berguna dari dokumen misterius itu.
Namun, meski tidak diketahui apa yang sebenarnya tertulis di
dalam manuskrip tersebut, banyak ahli, peneliti, bahkan pengusaha yang
mencurahkan pemikiran, daya, upaya bahkan harta mereka untuk mengungkap
isinya. Mungkin, suatu hari apa yang terkandung dalam Manuskrip
Voynich akhirnya terungkap dan meski isinya mungkin tak sesuai harapan,
setidaknya bisa memuaskan rasa penasaran para penelitinya.
Pada tahun 1961, Uni Soviet melakukan uji ledak bom nuklir yang sedemikianbesar sehingga akan terlalu dahsyat untuk benar-benar digunakan andai terjadi perang.
Pada
pagi hari, tanggal 30 Oktober 1961, sebuah pesawat pembom Soviet Tu-95
lepas landas dari pangkalan udara Olenya di Semenanjung Kola di ujung
utara Rusia.
Tu-95 adalah versi modifikasi khusus dari jenis
pesawat yang mulai dioperasikan beberapa tahun sebelumnya. Pesawat itu
merupakan sebuah monster raksasa bermesin empat yang dirancang membawa
bom nuklir Rusia.
Pada dasawarsa terakhir itu Uni Soviet mengambil
langkah besar dalam penelitian nuklir. Perang Dunia Kedua menempatkan
AS dan Uni Soviet di kubu yang sama, namun periode pasca perang hubungan
kedua negara adidaya tersebut dingin dan kemudian membeku.
Soviet,
yang dihadapkan pada persaingan melawan negara adidaya nuklir
satu-satunya di dunia, hanya punya satu pilihan: mengejar ketinggalan
persenjataan. Dengan cepat.
Pada tanggal 29 Agustus 1949, berdasarkan hasil penyusupan
inteljen, Soviet menguji perangkat nuklir pertama mereka - yang di Barat
dikenal sebagai 'Joe-1'- di sebuah stepa terpencil yang sekarang
merupakan bagian dari Kazakhstan.
Tahun-tahun berikutnya, program
uji ledak mereka melonjak besar-besaran. Soviet melakukan lebih dari 80
uji coba ledakan. Pada tahun 1958 saja, Soviet sudah menguji-ledak 36
bom nuklir.
Tapi seluruh uji ledak itu tak ada yang bisa dibandingkan dengan yang satu ini.
Pesawat
Tupolev Tu-95 ini membawa sebuah bom yang begitu besarnya, sehingga
terlalu besar untuk dimuat di dalam pesawat, sehingga pesawat
pengangkutnya TU-95 yang sudah berukuran raksasa itu pun harus
dimodifikasi lagi.
Bom itu berukuran panjang 8 meter, diameter
hampir 2,6 meter, serta berat lebih dari 27 ton. Bentuk fisiknya sangat
mirip dengan bom 'Little Boy' dan 'Fat Man' yang telah menghancurkan
Hiroshima dan Nagasaki di Jepang. Bom raksasa ini dikenal oleh
serangkaian istilah teknisnya, Proyek 27000, Kode Produk 202, RDS-220,
dan Kuzinka Mat (Ibu Kuzka).
Sekarang bom itu lebih dikenal sebagai Tsar Bomba - bom 'Tsar.'
Sovfoto/UIG via Getty Images
Tsar Bomba itu - bom hidrogen terbesar sedunia yang
dijuga dijuluki 'kuzkina mat' -Ibu Kuzka, di Museum Persenjataan di
Sarov, Rusia.
Tsar Bomba bukanlah bom nuklir biasa. Ini hasil usaha gila-gilaan
para ilmuwan Uni Soviet untuk menciptakan senjata nuklir paling kuat,
yang didorong oleh tekad Perdana Menteri Nikita Khruschchev untuk
membuat dunia gemetar oleh kekuatan teknologi Soviet.
Bom ini
lebih dari sekedar benda logam raksasa yang terlalu besar untuk muat
bahkan di dalam pesawat terbesar. Bom ini adalah penghancur kota,
senjata yang digunakan sebagai pilihan terakhir alias senjata pamungkas.
Tupolev, yang dicat putih terang untuk mengurangi efek kilatan
cahaya bom, tiba di titik sasarannya,Novya Zemlya, sebuah kepulauan yang
penduduknya jarang di Laut Barents, wilayah tepi utara Uni Soviet yang
membeku.
Pilot Tupolev, Mayor Andrei Durnovtsev, menerbangkan
pesawat tersebut ke Teluk Mityushikha, sebuah tempat uji coba Soviet,
dengan ketinggian sekitar 10km. Pembom Tu-16 yang lebih kecil dan
dimodifikasi khusus, terbang di sampingnya, siap untuk memfilmkan
ledakan yang terjadi dan memantau sampel udara saat terbang menjauh
dari zona ledakan.
Agar dua pesawat tersebut bisa selamat dari
dampak ledakan -dan ini pun menurut hitung-hitungan, peluang selamatnya
tidak lebih dari 50% - Tsar Bomba dijatuhkan dengan parasut raksasa yang
beratnya hampir satu ton. Bom itu akan perlahan melayang hingga
ketinggian yang telah ditentukan - 3.940 m - baru kemudian meledak. Pada
saat itu, kedua pembom sudah akan berada hampir 50km jauhnya. Ini
diandaikan cukup jauh bagi mereka untuk selamat tak terkena dampak
ledakan.
Tsar Bomba diledakkan pada pukul 11:32 waktu Moskow. Dalam sekejap,
bom tersebut menciptakan bola api setinggi 8km. Bola api bergulung ke
atas akibat kekuatan gelombang kejutnya sendiri. Kilatan cahaya bisa
terlihat dari jarak 1.000km.
Awan jamur bom itu melambung hingga
ketinggian 64km, dengan ujung atasnya melebar terentang sampai hampir
100km dari ujung ke ujung. Pastilah itu -dari jarak yang sangat jauh,
barangkali- pemandangan yang menakjubkan.
Dampaknya terhadap
Novaya Zemlya, sangat dahsyat. Di desa Severny, sekitar 55km dari Ground
Zero, semua rumah hancur total (ibaratnya seperti Kemayoran di Jakarta
yang hancur akibat bom yang jatuh di Kebun Raya Bogor).
Di
berbagai wilayah Soviet yang jauhnya ratusan kilometer dari zona
ledakan, dilaporkan terjadinya kerusakan berbagai jenis: rumah ambruk,
atap jatuh, kerusakan pintu, jendela pecah. Komunikasi radio terganggu
lebih dari satu jam.
Getty Images
Novaya Zemlya, kawasan eksperimen ledakan bom nuklir terbesar sedunia itu.
Tupolev yang dipiloti Durovtsev sangat beruntung bisa selamat.
Gelombang ledakan dari Tsar Bomba sempat menyebabkan pembom raksasa itu
jatuh anjlok lebih dari 1.000m ke bawah sebelum pilot bisa
mengendalikannya lagi.
Seorang juru kamera Soviet yang menyaksikan peledakan tersebut berkisah:
"Awan
di bawah pesawat dan di kejauhan tampak sinar terang akibat pijar
cahaya begitu dahsyat. Lautan cahaya menyebar di bawah dan awan yang
rata mulai bersinar dan menjadi transparan. Pada saat itu, pesawat kami
menerabas dari antara dua lapisan awan dan di bawah sana, sebuah bola
raksasa oranye terang menyeruak. Bola itu kuat dan arogan bak Jupiter."
"Perlahan
dan dalam sunyi ia merambat ke atas ... Setelah menembus lapisan awan
tebal, bola terang itu terus berkembang. Seakan mengisap seluruh bumi ke
dalamnya. Tontonan itu sungguh fantastis, susah dipercaya, ajaib."
Tsar
Bomba membuncahkan energi yang hampir tidak dapat dipercaya - sekarang
diyakini secara luas besarnya 57 megaton, atau 57 juta ton TNT. Itu
lebih dari 1.500 kali bom Hiroshima dan Nagasaki digabungkan, dan 10
kali lebih kuat daripada semua amunisi yang dikerahkan selama Perang
Dunia Kedua. Sensor mencatat gelombang ledakan bom itu mengorbit Bumi
tidak sekali saja , tidak dua kali, tapi tiga kali.
STRINGER/AFP/Getty Images
Pesawat pembom strategis TU-95 dikawal pesawat
tempur MiG-29 dalam sebuah demonstrasi terbang untuk memperingati ulang
tahun Angkatan Udara Rusia.
Ledakan sedahsyat itu tidak mungkin bisa dirahasiakan. AS memiliki
pesat mata-mata yang berjarak hanya beberapa puluh kilometer saja dari
ledakan tersebut. Pesawat itu membawa perangkat optik khusus yang
disebut bhangmeter yang berguna untuk mengukur jangkauan ledakan nuklir
dari jauh. Data dari pesawat dengan kode Speedlight itu digunakan oleh
Panel Evaluasi Persenjataan Asing untuk menghitung hasil uji misterius
ini.
Kecaman internasional segera menyusul, tidak hanya dari AS
dan Inggris, tapi dari beberapa negara di Skandinavia seperti Swedia.
Satu-satunya hal yang bisa disukuri dari awan jamur ini adalah, karena
bola api itu tidak sampai bersentuhan dengan Bumi, maka radiasi yang
diakibatkannya, secara mengejutkan, sangat rendah.
Padahal uji
ledak itu bisa saja menghasilkan dampak sangat berbeda. Terkait
perubahan dalam desainnya untuk mengendalikan sebagian daya yang bisa
dilepaskannya, ledakan Tsar Bomba seharusnya dua kali lebih kuat.
Salah satu arsitek perangkat tangguh ini adalah seorang fisikawan
Soviet bernama Andrei Sakharov - pria yang kemudian terkenal di dunia
karena usahanya untuk membuat dunia terbebas dari senjata yang dia ikut
ciptakan. Dia adalah veteran program bom atom Soviet sejak awal, dan
bagian dari tim yang telah membangun sejumlah bom atom paling awal di
Uni Soviet.
Sakharov mulai mengerjakan perangkat fisi-fusi-fisi
berlapis, suatu bom yang akan menciptakan energi lanjutan dari proses
nuklir di intinya. Proses ini melibatkan pengemasan deuterium - isotop
hidrogen yang stabil - dengan lapisan uranium yang tidak diperkaya.
Uranium
akan menangkap neutron dari deuterium yang menyala dan akan bereaksi
dengan sendirinya. Sakharov menyebutnya sloika, atau kue lapis.
Terobosan ini memungkinkan Uni Soviet untuk membangun bom hidrogen
pertamanya, persenjataan yang jauh lebih kuat daripada bom atom yang
baru diproduksi beberapa tahun sebelumnya.
Sarembo/ullstein via Getty Images
IFisikawan nuklir Soviyet, Andrei Shakarov, menerima hadiah Nobel Perdamaian pada tahun 1975.
Sakharov mendapat perintah dari Khrushchev untuk menciptakan sebuah bom yang lebih kuat dari yang pernah diuji saat itu.
Uni
Soviet perlu menunjukkan bahwa mereka bisa unggul di depan AS dalam
lombasenjata nuklir, kata Philip Coyle, mantan kepala pengujian senjata
nuklir AS di bawah Presiden Bill Clinton, yang menghabiskan 30 tahun
membantu merancang dan menguji senjata atom.
"AS saat itu sangat
jauh di depan karena program yang telah dilakukan sebelumnya untuk
mempersiapkan bom untuk Hiroshima dan Nagasaki. Dan melakukan sejumlah
besar tes di atmosfer sebelum orang-orang Rusia melakukan uji coba
pertamanya.
"Kami sudah berada di depan dan Soviet mencoba
melakukan sesuatu untuk mengatakan kepada bahwa mereka harus
diperhitungkan. Tsar Bomba terutama dirancang untuk menyebabkan dunia
duduk dan memperhatikan Uni Soviet sebagai negara dalam posisi setara
dengan AS," kata Coyle.
Desain aslinya - sebuah bom tiga lapis,
dengan lapisan uranium yang memisahkan setiap tingkat -bisa menghasilkan
100 megaton energi- 3.000 kali ukuran bom Hiroshima dan Nagasaki.
Soviet telah menguji perangkat besar mereka di atmosfer, setara dengan
beberapa megaton, tapi yang ini jelas jauh lebih besar. Beberapa ilmuwan
mulai cemas, bahwa bom itu terlalu besar.
Dengan kekuatan yang
begitu besar, tidak akan ada jaminan bahwa bom raksasa itu tidak menyapu
bagian utara Uni Soviet dengan awan radioaktif raksasa.
ITAR-TASS / Roman Yarovitsin via Gettys Images
Tsar Bomba, di Museum Persenjataan Atom Rusia, Sarov
Itulah kecemasan khusus Sakharov, kata Frank von Hippel, seorang fisikawan di Universitas Princeton.
"Dia
benar-benar khawatir dengan jumlah radioaktivitas yang akan diciptakan
bom itu," katanya, "dan efek genetik yang mungkin terjadi pada generasi
mendatang.
"Itu adalah awal perjalanannya dari seorang perancang bom untuk menjadi pembangkang."
Sebelum
bom itu siap untuk diuji, lapisan uranium yang akan mendorong bom
mencapai hasil raksasanya digantikan dengan lapisan timbal, yang
mengurangi intensitas reaksi nuklir.
Soviet telah membangun
senjata yang begitu kuat sehingga mereka tidak mau mengujinya dalam
kapasitas penuh. Dan itu hanyalah satu dari berbagai masalah terkait
perangkat yang menghancur-leburkan ini.
AFP/Getty Images
Sebuah pesawat pembom Tu-95, di tahun 2008, di Pasifik, dalam gambar yang disebarkan Angkatan laut AS.
Pesawat pembom Tu-95 yang dibuat untuk membawa senjata nuklir Uni
Soviet dirancang untuk membawa senjata yang jauh lebih ringan. Tsar
Bomba ternyata begitu besar sehingga tidak bisa diletakkan pada suatu
rudal, dan begitu berat sehingga pesawat yang dirancang untuk membawanya
aan kehabisan bahan bakar sebelum sampai ke sasaran. Dan, jika bom itu
kekuatannya seperti yang diniakan, pesawat pasti memang hanya akan
melakukan misi sekali jalan.
Bahkan terkait senjata nuklir itu
sendiri, bisa jadi ada sesuatu yang disebut terlalu hebat, kata Coyle,
yang sekarang menjadi anggota Pusat Pengendalian Senjata dan
Non-Proliferasi, sebuah kelompok pemikir yang berbasis di Washington DC.
"Sulit untuk menemukan manfaat dari sesuatu yang diarahkan untuk
meluluh-lantakan kota-kota yang sangat besar," katanya. "(Bom semacam
itu) akan terlalu besar saja untuk digunakan."
Von Hippel setuju.
Menurutnya bom nuklir raksasa yang dijatuhkan bebas sudah tak cocok
juga. (Teknologi) bergerak dalam arah yang berbeda - yakni meningkatkan
akurasi rudal dan penggunaan multi hulu ledak."
Tsar Bomba membawa dampak lain. Itulah yang
dikhawatirkan selama pengujian - yang hanya 20% dari ukuran gabungan
setiap uji atmosfir sebelumnya kata von Hippel - bahwa hal itu
mempercepat akhir pengujian atmosfer pada tahun 1963.
Von Hippel
mengatakan bahwa Sakharov sangat khawatir dengan jumlah karbon
radioaktif 14 yang dipancarkan ke atmosfer - isotop dengan yang masa
paruh hidupnya sangat lama. "Ini antara lain diredam oleh semua karbon
bahan bakar fosil di atmosfer yang melemahkannya," katanya.
Sakharov
khawatir bahwa bom yang lebih besar dari yang diuji tidak akan
dipentalkan oleh gelombang ledakannya sendiri - seperti terjadi pada
Tsar Bomba - dan akan menyebabkan dampak global, menyebarkan debu
beracun di seluruh planet ini.
Alexander Tjagny -Rjadno via Getty Images
Andrei Dmitrievich Sakharov bersama isterinya,
Jelena Bonner dalam sebuah unjuk rasa di Moskow, 1989. Jelena Bonner
mewakili Sakharov untuk menerima Nobel Perdamaian 1975, karena suaminya
tak mendapat izin pemerintah Sovyet.
Sakharov menjadi pendukung kuat Larangan Uji-ledak Tertentu pada
1963, dan seorang yang lantang mengecam proliferasi nuklir dan, pada
akhir 1960-an, mengecam sistem pertahanan anti-rudal yang dia cemaskan
akan memacu perlombaan senjata nuklir lain lagi. Dia menjadi semakin
dikucilkan oleh negaranya.
Menjadi seorang pembangkang melawan
penindasan negara yang pada tahun 1975 dianugerahi Hadiah Nobel
Perdamaian, dan dijukuki sebagai "nurani umat manusia," kata Von Hippel.
Tampaknya dalam hal ini Tsar Bomba, memberikan dampak yang sangat berbeda.
CB, California
- Ilmuwan dari Early Manuscripts Electronic Library, Amerika Serikat,
menemukan beberapa teks bahasa yang telah punah di Kapel Saint
Catherine, Mesir. Seperti dilansir dari laman Ancient Origins, Ahad, 3 September 2017, teks-teks tersebut ditulis dalam bahasa Arab, Yunani, Ethiopia, Koptik, Armenia, dan Siriak.
Ada
juga bahasa Kaukasia Albania yang ditemukan dari ukiran-ukiran
terpisah. Juga, bahasa Aram Palestina Kristen yang punah setelah abad
ke-12. Selain itu, teks berbahasa Latin yang belum terungkap isinya.
Tulisan ini, menurut laman Sinai Palimpset Project, termasuk ke dalam
golongan tulisan Latin awal.
Tim pula menemukan tiga teks medis
dari era Yunani kuno yang isinya belum pernah diungkap. Salinan tulisan
Hippocrates juga ditemukan bersamaan dengan teks medis tersebut.
"Naskah-naskah
kuno ini ditemukan di dalam gua dekat Kapel pada Abad ke-20,
tersembunyi di bawah teks lain," kata Michael Phelps, peneliti dari
Early Manuscripts Electronic Library di California. Koleksi tersebut,
menurut dia, tak kalah dengan koleksi perkamen dari punya Perpustakaan
Vatikan.
Ribuan teks tersebut terungkap menggunakan metode
pencitraan terbaru. Cara ini bisa mengungkap teks-teks yang terhapus dan
tertimpa di atas teks lain, yakni menggunakan spektrum cahaya yang
berbeda. "Teks yang terhapus itu meninggalkan sisa-sisa yang jelas jika
diungkap dengan teknik yang tepat," ujar Phelps.
Kapel
Saint Cahtherine dibangun antara 548-565 M. Kapel ini menjadi salah
satu tujuan ziarah Kristen Ortodoks. Namun, ditutup untuk umum pada 2015
atas alasan keamanan. Kini, hanya biarawan dan yang ada di sana.
Kementerian
Kepurbakalaan mengumumkan temuan teks tersebut diumumkan pada Agustus
lalu. Laman berita The Independent menyebut temuan ini terungkap tepat
waktu, mengingat ancaman serius dari ISIS atau kelompok ekstremis
sejenis lainnya yang kerap menghancurkan situs sejarah
CB – Para ilmuwan dari University of Manchester, Inggris, menemukan janin 'naga laut', atau Ichthyosaurus dalam perut fosil Ichthyosaurus somersetensis. Embrio
yang ditemukan tersebut, berukuran kurang dari tujuh sentimeter. Fosil
naga laut ini merupakan yang terbesar dalam catatan sejarah.
"Janin
terdiri dari tulang belakang yang diawetkan, tulang jari, tulang rusuk,
dan beberapa tulang lainnya," ujar Dean Lomax, salah satu peneliti
mengatakan, seperti dilansir Mirror, Rabu 30 Agustus 2017.
Lomax menjelaskan, Ichthyosaurus somersetensis adalah 'naga laut' yang hidup selama masa dinosaurus awal pada periode Jurasik awal. Fosil Ichthyosaurus
ditemukan di pantai Somerset, Inggris pada 1990-an. Kini, fosil
disimpan di koleksi Lower Saxony State Museum di Hanover, Jerman.
Ketika ditemukan, Ichthyosaurus diperkirakan berusia 200 juta tahun, artinya janin yang tumbuh kurang lebih berusia sama dengan induknya. Setelah Ichthyosaurus ditemukan sejak lama, barulah embrio teridentifikasi keberadaannya.
Lomax mengatakan, saat Ichthyosaurus ditemukan, ukurannya mencapai 3,5 meter. Spesimen tulang pun hampir semuanya lengkap.
Ahli
Palaeontologi dari Museum Sejarah Alam Bielefeld di Jerman, Sven Sachs,
yang juga ikut ambil bagian dalam penelitian tersebut mengatakan,
ketika mengidentifikasi fosil perlu mempertajam penglihatan, sebab
terkadang ditemukan spesimen yang tidak persis dengan bagian tubuh asli
hewan itu sendiri.
"Spesimen berbeda jangan disatukan," ujar Sachs.
Menurut Sachs, banyak contoh Ichthyosaurus
berasal dari koleksi sejarah dan kebanyakan tidak memiliki catatan
geografis, atau geologi yang bagus. Berbeda dengan spesimen yang
ditemukan Pantai Somerset ini, spesimen tersebut memiliki semuanya.
"Spesimen itu adalah yang terbesar dari keluarga Ichthyosaurus dari keluarga Ichthyosauria yang tercatat," ujar dia.
Temuan janin naga laut tersebut telah dipublikasikan di Acta Palaeontologica Polonica.
CB – Nama Guion S. Bluford menjadi sangat
dikenal, setelah dia melakukan perjalanan ke luar angkasa pada 34 tahun
yang lalu. Ya, saat itu Bluford menjadi astronaut Amerika-Afrika
pertama yang pergi ke luar angkasa dengan menggunakan pesawat ulang alik
Challanger.
Dilansir Today in Science, Selasa 29 Agustus
2017, Bluford terpilih menjadi astronaut dan Badan Antariksa Amerika
Serikat atau NASA, memilihnya untuk berangkat dalam misi Space Shuttle
Mission (STS) 8 Challenger pada 30 Agustus 1983.
Pesawat ulang alik Challanger meluncur pada malam hari dan mendarat
pada malam hari juga. Wahana tersebut sampai di orbit dalam waktu 145
jam, dan membawa Satelit Nasional India (INSAT-1B). Misi tersebut
berjalan selama satu pekan, tepat pada 5 September, misi STS-8 berhasil
pulang dengan mendarat dengan selamat.
Bluford ternyata tidak
hanya sekali melakukan penerbangan ke luar angkasa. Pada 1992, Bluford
telah menghabiskan 688 jam dengan empat pesawat luar angkasa.
Pada 1993, Bluford memutuskan mengundurkan diri dari NASA untuk kemudian menjadi Wakil Presiden dan General Manager NYMA, yang saat ini menjadi salah satu mitra NASA dalam menyediakan menyediakan perangkat hardware dan software dalam menjalankan misinya.
Bluford
sudah lama berkecimpung dalam dunia penerbangan. Salah satunya dia
pernah menjadi pilot Angkatan Udara AS dan ditugaskan dalam misi Perang
Vietnam.
CB – Hari ini, 51 satu tahun silam. Pesawat
robot ruang angkasa (nirawak), Lunar Orbiter 1, pertama kalinya memotret
bentangan Bumi dari Bulan. Gambar Bumi yang dipotret saat itu masih
dalam warna hitam putih.
Dilansir Today in Science,
puluhan tahun yang lalu pencitraan warna untuk gambar masih dalam tahap
awal. Sehingga foto yang dibidik oleh Lunar Orbiter 1 tidak memuaskan.
"Saat diperlihatkan ke publik, gambar itu tampak sangat hitam dan lebar dengan resolusi yang buruk," demikian bunyi keterangan Today in Science.
Pada
2009, atau 43 tahun kemudian, sebuah proyek bernama Pemulihan Citra,
dengan teknologi drive tape 1960, berhasil memperbaiki citra gambar yang
dipotret Lunar Orbiter 1.
Tingkat detail gambar mencolok dan
resolusi diubah menjadi jauh lebih tinggi. Akan tetapi, para ilmuwan
menegaskan bahwa citra gambar yang dihasilkan oleh Lunar Orbiter 1
bukanlah target utamanya.
Lunar Orbiter 1 berfungsi untuk membidik
dan mengidentifikasi lokasi pendaratan yang sesuai di permukaan Bulan
dalam persiapan misi berawak.
Pesawat nirawak itu juga dibekali
teknologi untuk mengumpulkan selenodetic, intensitas radiasi, serta data
dampak micrometeoroid. Benar saja, pada 20 Juli 1969, Astronaut Neil
Armstrong berhasil menjadi manusia pertama yang mendarat di Bulan.
Kapal selam Tang milik Angkatan Laut Amerika Serikat
| Wikipedia.org
CB - Menurut Unexplained Mysteries of World War II Tang adalah kapal selam Angkatan Laut Amerika Serikat.
Tak main-main, ia adalah salah satu kapal yang terhebat sepanjang masa arung dalam PD II.
Berulangkali kapal yang diperlengkapi peralatan deteksi termodem ini unjuk gigi menenggelamkan kapal-kapal Jepang.
Sementara Selat Formosa dipilihnya sebagai tempat berburu
kegemarannya. Tapi di selat itu pula, di kala fajar 25 Oktober 1944,
Tang memilih garis hidupnya sendiri.
Sepanjang 8 bulan masa operasinya di bawah komando Richard H. O'Kane,
24 kapal pernah dikaramkannya dengan bobot mati seluruhnya 93.184 ton.
Tak satu pun kapal selam lain pernah mencapai jumlah itu.
Penembakan terakhir menyisakan satu torpedo. Seorang awak kapal, Bill
Leibold, bercanda ingin menyimpannya sebagai kenang-kenangan.
Tapi O'Kane telah memutuskan untuk menyerang kapal pemandu yang telah
mereka lumpuhkan sebelumnya. Ia membawa kapal selam itu ke tempat
pengintaian baru, yang aman dari serangan torpedo. Segera ia memberi
perintah untuk menembak.
Setelah itu, Tang dapat kembali ke pangkalannya di Pearl Harbour.
Ada delapan orang di anjungan itu termasuk O'Kane, ketika tiba-tiba
salah seorang di antara mereka memencet tombol alarm tanda bahaya dan
menunjuk ke suatu tempat.
Beberapa pasang mata melihat adanya buih jejak luncuran torpedo, menghujam ke arah Tang.
O'Kane masih sempat berpikir siapa penyerangnya. Karena tidak nampak
kapal perang Jepang lainnya di sekitar kapal pemandu lumpuh yang hendak
ditembaknya.
Sapuan sonar pun tidak menunjukkan tanda kehadiran kapal selam musuh. Sungguh tak dibayangkan, ia dapat diserang mendadak.
Torpedo itu meluncur makin dekat. Anehnya, arahnya memutari Tang
dengan diameter yang makin lama makin sempit. Tang pun terperangkap.
Ketika torpedo menghantam, ledakannya melemparkan O'Kane bersama
delapan orang lainnya ke laut. Beberapa luka berat dan tidak mampu
menyelamatkan diri, karena tak seorang pun mengenakan jaket penyelamat.
Dalam beberapa menit kemudian hanya tersisa empat orang yang masih bertahan di laut.
Mereka adalah O'Kane, Leibold, petugas mesin Letnan Larry Savadkin,
dan spesialis radar Floyd Caverly, yang beberapa detik sebelum torpedo
menghantam, telah naik geladak untuk melaporkan kegagalan kerja beberapa
peralatannya.
Tang pun mulai karam dari buritannya dulu dengan kecepatan
mengerikan. Benturan keras terdengar begitu buritannya menyentuh dasar
di kedalaman 180 kaki.
Sementara sebagian besar haluannya tetap muncul di permukaan.
Sementara itu konvoi kapal perang pemandu Jepang lainnya di sekitar
kapal pemandu yang diternbak Tang sebelumnya mulai menyerang gencar.
Tak satu pun tembakan itu sampai cukup dekat hingga praktis tak ada kerusakan tambahah yang dialami Tang.
Namun serangan membabi buta selama empat jam itu tetap saja mimpi
buruk bagi awak kapal Tang. Tidak ada pilihan lain, kecuali mereka
menunda usaha melarikan diri.
Meskipun dari jarak jauh gelombang kejutan bawah air dapat saja mematikan.
Ketika serangan berakhir, 30 orang yang masih hidup di bawah arahan
petugas torpedo Letnan Jim Flanagan, bersiap mengkaramkan kapal selam.
Tapi akhirnya, setelah proses pengkaraman, dari 88 awak Tang, hanya
15—di antaranya O'Kane, Leibold, Flanagan, dan Oliver—yang selamat
karena ditolong sekaligus ditangkap kapal Jepang.
Jepang berpropaganda mengaku sebagai pengandas Tang. Namun staf AL AS
tetap penasaran dengan nasib tragis yang dialami kapal selam itu.
Ketika kamp penjara di Omori, tempat penahanan awak Tang yang
selamat, dibebaskan oleh tentara Amerika tanggal 29 Agustus 1945,
tinggal 9 orang yang hidup termasuk O'Kane yang kemudian dianugerahi
Congressional Medal of Honor.
O'Kane pulalah yang membuka rahasia kisah nyata tenggelamnya kapal selam Tang.
Kapal itu menenggelamkan dirinya sendiri dengan torpedonya yang
terakhir. la memang berhasil ditembakkan, namun alat kemudinya sudah
tidak beres yang mengakibatkan arah lajunya jadi berbelok menuju kapal
asalnya.
Bill Leibold benar. Seharusnya mereka menyimpan torpedo itu sebagai kenang-kenangan.
Perjalanan kafilah rombongan jamaah haji meninggalkan kota Makkah menuju padang Arafah pada tahun 1935.
Imam Syafi’i adalah salah satu dari empat imam besar
yang warisannya mengenai masalah peradilan dan yurisprudensi hukum
Islam. Imam Syafi'i lahir di kota Gaza di Palestina pada tahun 767 M.
Nama kecilnya adalah Mohammad Ibn Idris.Imam Syafi'i merupakan
keturunan keluarga Hasyim dari suku Quraish yang juga menjadi keluarga
MuhammadSAW.
Rantai leluhur Imam Shafi'i terdiri dari sebagai berikut: Imam Abu
Abdullah Muhammad Ibn Idris Ibn Abbas Ibn Utsman Ibn Syafi'i Ibn Saa'ib
Ibn Ubayd Ibn Abd Yazid Ibn Hasyim Ibn Muththalib Ibn Abd Munaf Qurayshi
Muttalibi Hashimi. Kehidupan Awal Ayah Imam Syafi'i meninggal di
Ash-Sham saat masih kecil. Setelah kematian ayahnya, ibu Imam Syafi'i
pindah ke Makkah, saat Imam Syafi'i baru berusia dua tahun. Akar
keluarga ibu Imam Shafi'i berasal dari Yaman dan ada juga beberapa
anggota keluarga di Makkah, tempat di mana ibunya percaya dan berharap
agar dia mendapat perhatian dengan baik.
Imam Syafi'i menghabiskan tahun-tahun awal pembentukan karakternya
di Makkah dan memperoleh pendidikan agama di kota-kota di Makkah dan
Madinah. Di Makkah, Imam Syafi'i belajar di bawah Mufti Muslim Ibn Ibn
Khalid Az-. Dia dibesarkan di antara suku Banu Huzayl di Makakh yang
sesuai dengan banyak suku Arab di era itu sangat berpengalaman dalam
seni puisi, sebuah tradisi yang disampaikan kepada Imam Syafi'i yang
juga menjadi sangat mahir dalam hal itu.
Pendidikan awalnya ditandai dengan kemiskinan akut. Ini karena ibunya
tidak mampu membayar biaya pendidikannya. Meski begitu, gurunya sangat
terkesan dengan kemampuannya sehingga dia menganggapnya sebagai siswa
formal dengan biaya tanpa biaya tambahan.
Seperti dilansir Saudii Gazette.com, saking
miskinnya, ibunya tidak bisa membelikannya kertas karena keadaannya
ekonominya begitu buruk. Alhasil. Sosok remaja Mohammad Ibn Idris
terpaksa menggunakan tulang, batu dan daun kelapa untuk menulis tugas
belajarnya.
Tapi kekurangan tersebut bukan untuk mencegahnya memperoleh
pengetahuan. Mohammad muda Ibn Idris tidak hanya menghafal seluruh teks,
tapi juga mampu memahami konteks dan sejarah etimologis yang terkait
dengan berbagai ayat Alquran pada usia 10 tahun.
Sedangkan ketika berusia 15 tahun dia telah mampu mengumpulkan
kedalaman dan ketelitian pengetahuan ajaran Islam. Melihat kemampuan
anak didiknya itu, maka Mufti Makkah pada waktu itu kemudian memberi
wewenang kepadanya untuk mengeluarkan fatwa .
Penduduk Makkah saat itu
Secara kronologis, Imam Mohammad Ibn Idris lahir
hamper 57 tahun setelah kelahiran Imam Malik,. Untuk itu, maka karya
monumental Hadith Mu'atta dari Imam Malik oleh Imam Syafii atau
Mohammad Ibnu Idris pelajari bersama dengan Alqur'an di usia dini
seperti yang disebutkan di atas.
Teologi bukanlah satu-satunya keahliannya, namun Imam Syafi'i juga
mahir mengajar tentang puisi, linguistik, dan silsilah.
Murid-muridnyapun berasal dari beragam disiplin ilmu.
Mengenai siapa yang menjadi guru Imam Syafi’i, di masa asal masa
belajarnya pamannya sendiri, yakni Sufyan Ibn Uyaynah Makki salah satu
gurunya. Sedangkan para guru lainnya antara lain adalah Muslim Ibn
Khalid Zanji, Haatim Ibn Ismail, Ibrahim Ibn Muhammad Ibn Yahya,
Hishaam Ibn Yusuf Sinani, Marwan Ibn Mu'aawiyah, Muhammad Ibn Ismail,
Dawood, Ibn Abdul Rahman, Ismail Ibn Ja'far dan Hisham Ibn Yusuf.
Sedangan guru Imam Syafii yang paling terkenal adalah pendahulunya,
yakni Imam Malik, pencetus mahzab Maliki yang juga merupakan salah satu
dari empat aliran pemikiran terkemuka dalam Islam.
Jadi, Imam Syafi'i tidak hanya belajar dari buku Imam Malik yang
sangat terkenal, Mu'atta sejak usia dini, namun seperti yang dilansir
beberapa orang, dia juga mendapat kehormatan saat berada di kota
Madinah, untuk belajar langsung di tangan tuan mazhab pemikiran itu.
Setelah berguru ada ulama terkemuka, maka Mohammad Ibn Idris (Imam
Syafi’i) kemudian melanjutkan untuk memunculkan aliran pemikirannya
sendiri yang sekarang dikenal mahzab Syafi'i .
Jam terbesar di dunia kini ada di Makkah.
Kontribusi paling penting dari Syafi'i kepada badan
akademis pengetahuan Islam adalah pembentukan dasar-dasar yang kuat
tentang prinsip-prinsip fikih Islam. Pemikirannya mengenai ajaran Islam
itu kemudian diwujudkan dalam sebuah buku penting, yakni karya
Al-Risala yang dianggap oleh banyak orang sebagai karya akademis
terpenting di bidang ini., yakni pinsip-prinsip fikih Islam.
Pada zamannya, saat itu pemikiran Imam Syafo’i dibenak banyak orang
saat itu sebagai ‘ajaran revivalis’. .Proses cara kajian penelitiannya
adalah dimulai dengan mencari makna harfiah dari sebuah ayat Alquran
dan kemudian beralih ke hadits terkait (tradisi Nabi Muhammad SAW.
Setelah itu kemudian berkembang menjadi sebuah konsensus pendapat
semua orang terpelajar yang berkumpul (Ijma) yang menerapkan penalaran
dengan analogi (Qiyas).
Setelah mengkaji soal fiqih, Imam Syafi’i juga dinobatkan sebagai
pelopor gagasan untuk membuat perbedaan antara aplikasi peradilan
mengenai pertimbangan hukum (Istihsan) dan penalaran hukum murni dengan
analogi (Qiyas).
Sedangkan terkait dengan kemurahan hati Imam Syafi'i terjadi dalam
banyak peristiwa. Salah satunya kisahya yang terkenal adalah terkait
dengan kemurahan hatinya di bulan Ramadhan saat dia hendak pindah ke
Makkah.Saat itu, kalau perjalanannya sampai di perbatasan Makkah, dia
terkejut dengan kehidupan warganya yang sangat miskin. Keadaan ini
berbanding terbalik dengan posisi dirinya yang bisa dibilang cukup kaya
karena dia mempunyai uang hingga 10.000 dirham. Uang sebanyak itu
merupakan jumlah uang yang sangat besar pada masa itu.
Melihat kesengsaraan itu hati Imam Syafi’i pun terketuk. Dan tak
tanggung-tanggung dia kemudian memberikan seluruh uangnya itu,
sampai-sampai dia harus meminjam sejumlah uang di Makkah untuk membiayai
hidupnya sendiri.
Sikap kedermawanan Imam Syafi itu ternyata dia contoh dari karakter
Nabi Muhammad SAW. Rupanya Imam Syafi’i selama ini telah bertekad
mencontoh tindakan Rasullah yang selalu memberikan pakaian, makanan,
dan uang secara ekstensif di bulan Ramadhan.
Sampai akhir hayatnya, imam Imam Syafi'i berada di perkumpulan orang
terpelajar. Dilaporkan dia pun menghabiskan hari-hari terakhirnya di
sebuah lembaga pendidikan yang dikelola Abdullah Ibnul Hakam, seorang
sarjana terkenal pada masanya.
Imam Syafi’i diperkirakan meninggal usia 54 tahun, pada sebuah hari
Jumat di bulan Rajab di tahun 204 H (820 M). Gubernur Mesir waktu itu
mengakui keunggulan akademisnya dengan tidak hanya menghadiri
pemakamannya tapi benar-benar memimpin doa-doa sewaktu pemakaman
tersebut. Tempat peristirahatan terakhir Imam Syafi’i diperkirakan
berada di kaki perbukitan gunung Mukatram.
Para tentara perang Israel saat bertempur di Rafah, Jalur Gaza. Sebuah dokumen mengungkap bahwa Israel berencana menjatuhkan bom atom dalam Perang Enam Hari 1967. Foto/REUTERS
WASHINGTON
- Israel ternyata ingin menjatuhkan bom atom sebagai upaya terakhir
saat Perang Enam Hari tahun 1967. Hal itu terungkap dari arsip dokumen
sejarah dan kesaksian yang dirilis kelompok think tank di Washington DC.
Dokumen
yang dirilis The Woodrow Wilson International Center for Scholars
tersebut mencakup serangkaian wawancara yang dilakukan dengan mendiang
Jenderal Yitzhal Yaakov pada tahun 1999 oleh penulis dan sejarawan Avner
Cohen.
Sekitar 50 tahun yang lalu, pada bulan Juni 1967, Israel
memerangi Mesir dan empat negara Arab lainnya—Suriah, Yordania, Irak dan
Libanon. Jenderal Yaakov adalah penghubung utama antara industri
pertahanan militer dengan pihak pertahanan Israel.
Bom atom, kata
Yaakov kala itu, akan digunakan sebagai demonstrasi kekuatan. “Begini,
sangat alami,” kata Yaakov dalam salah satu wawancara.
”Anda
punya musuh, dan dia bilang akan melempar Anda ke laut. Anda percaya
dia. Dia bilang dia akan melempar senjata kimia kepada Anda. Apa yang
Anda cari? Apa saja yang bisa Anda lakukan untuk menghentikannya.
Bagaimana Anda bisa menghentikannya? Anda menakutinya. Jika Anda
memiliki sesuatu, Anda bisa menakutinya, Anda membuatnya takut,” lanjut
Yaakov.
Rencananya, penggunaan bom atom itu akan diberi nama kode
“Operation Shimshon”. Operasi ini sedianya akan melibatkan tim pasukan
khusus dari unit elite Sayeret Matkal. Unit inilah yang akan menjatuhkan
sebuah bom atom di atas sebuah gunung di semenanjung Sinai, sekitar 20
kilometer dari sebuah pangkalan militer Mesir di Abu Ageila.
Situs
ini dipilih karena jauh dari pusat populasi utama dan dimaksudkan untuk
mengirim pesan ketimbang menimbulkan korban jiwa. Yaakov dan timnya
melakukan penerbangan pengintaian tapi harus kembali setelah hampir
dicegat oleh pesawat jet Mesir.
”Kami sangat dekat,” kata Yaakov
kepada Cohen. ”Kami melihat gunung itu, dan kami melihat ada tempat
untuk bersembunyi di sana, di beberapa ngarai.”
Jika Israel terus
berlanjut, itu akan menjadi senjata nuklir ketiga yang dugunakan pada
masa perang. Dua senjata nuklir berupa bom atom telah dijatuhkan tentara
Amerika Serikat pada Perang Dunia II, yakni di Kota Hiroshima dan
Nagasaki, Jepang.
Jika Israel nekat dengan rencana itu, maka juga
akan bertentangan dengan Perjanjian Pelarangan Uji Parsial 1963 yang
ditandatangani oleh kekuatan dunia. Perjanjian ini melarang semua uji
coba nuklir kecuali yang dilakukan di bawah tanah.
Untungnya,
rencana yang disusun pada malam perang Arab-Israel, tidak pernah
dilaksanakan. Alasan dibatalkannya rencana penjatuhan bom atom itu
karena konflik dianggap tidak menimbulkan ancaman eksistensial terhadap
Israel.
Dokumen lainnya termasuk wawancara dengan Kepala Staf
Angkatan Bersenjata Israel Zvi Tzur, juga menunjuk peran Yaakov dalam
masalah ini. Tzur mengatakan keputusan untuk menggunakan senjata
tersebut pada akhirnya akan merugikan Israel.
”Kami akan
menghancurkan semua yang kami miliki. Kami pasti terluka parah. Tidak
ada yang percaya pada hal yang kita katakan,” katanya di Yitzhak Rabin
Memorial Center pada tahun 2004.
Beberapa saat setelah berbicara dengan Cohen, Yaakov ditangkap di Israel
dan dikenai tuduhan spionase karena untuk menceritakan kisah tersebut
dan diberi hukuman dua tahun penjara. Dia meninggal pada tahun 2013.
Kesaksian
Yaakov menunjukkan bahwa Israel memang memiliki kemampuan senjata
nuklir sejak 50 tahun yang lalu. Namun negara itu tidak pernah
mengonfirmasi atau menyangkal bahwa mereka memiliki senjata nuklir.
Mordechai
Vanunu, seorang teknisi di pembangkit listrik tenaga nuklir Dimona di
Gurun Negev juga pernah dipenjara selama 18 tahun pada tahun 1980-an
karena membocorkan rincian program senjata nuklir Israel kepada sebuah
surat kabar Inggris.
Meski demikian, peneliti lain meragukan
cerita Yaakov, dengan alasan kurangnya bukti faktual bahwa rencana
penjatuhan bom atom itu memang dirancang.
”Saya juga mewawancarai
Yitzhak Yaakov dan saya tidak yakin bahwa ceritanya ‘menampung air’.
Puluhan ribu, jika tidak ratusan ribu, dokumen rahasia dari Perang Enam
Hari telah dirilis,” ujar peneliti Michael Oren kepada AP, yang dikutip
Selasa (6/6/2017). ”(Namun) tidak ada satu pun yang mendukung versi
Avner Cohen. Jika ada sesuatu, kami akan menemukan bukti tambahan.”