Serangan pemukim Yahudi ke warga Palestina naik tiga kali lipat selama 2018.
CB,
NABLUS -- Pemukim ilegal Yahudi, Ahad (6/1), mencabuti dan mencuri anak
pohon zaitun dan almond yang baru ditanam di dekat Desa Yanoun, selatan
Nablus, Tepi Barat, Palestina. Ghassan Daghlas, yang memantau kegiatan
pemukim Yahudi di daerah tersebut, mengatakan para pemukim tersebut
berasal dari pos depan tidak sah "777".
''Dengan
disertai oleh satu buldozer, mereka mencabuti banyak anak pohon zaitun
dan almond milik warga desa Palestina dari Yanoun,'' kata Daglas kepada
Kantor Berita Resmi Palestina,
WAFA, Ahad.
Laporan
WAFA menyebut sebanyak 400.000 pemukiman
Yahudi tinggal di permukiman khusus buat orang Yahudi di seluruh Tepi
Barat. Mereka sering melanggar hukum internasional, tapi jarang dimintai
pertanggung-jawaban atas serangan terhadap orang Palestina dan harta
mereka.
Organisasi non-pemerintah Israel,
Yesh Din,
menyebut penguasa Yahudi telah mengajukan tuntutan hanya untuk 8,2
persen kasus pemukim Yahudi yang melakukan kejahatan anti-Palestina di
Tepi Barat dalam tiga tahun belakangan ini. Laporan harian Israel,
Haaretz, menulis serangan oleh pemukim Yahudi terhadap orang Palestina di Tepi Barat naik tiga kali lipat selama 2018.
Serangan
oleh pemukim Yahudi itu berkisar dari pemukulan dan pelemparan batu ke
orang Palestina, penulisan slogan nasionalis dan anti-Palestina atau
anti-Arab, pengrusakan rumah dan mobil, sampai penebangan pohon milik
petani Palestina. Pemukim Yahudi melancarkan sedikitnya 482 serangan
terhadap rakyat Palestina selama setahun belakangan.
''Angka tersebut naik dari 140 pada 2017,'' sebut laporan surat kabar tersebut.
Haaretz
menyatakan penurunan serangan oleh pemukim Yahudi pada 2016 dan 2017
terjadi akibat reaksi pemerintah (Israel) setelah pemboman satu rumah di
Desa Duma, Tepi Barat, yang merenggut nyawa tiga anggota keluarga
Dawabshe. Pada Juli 2015, pemukim Yahudi membakar rumah keluarga
Dawabsheh di Tepi Barat dalam serangan yang menewaskan dua orang
Palestina dan satu bayi mereka yang berusia 18 bulan. Putra sulung
mereka, Ahmed (6), selamat dari serangan itu tapi menderita luka bakar
parah yang telah mempengaruhi kemampuannya bergerak.
Peristiwa
tersebut menyulut kemarahan masyarakat internasional. Keluarga Dawasheh
menuduh Israel menarik diri dari menghukum para tersangka, meskipun
para pejabat Israel mengakui bahwa mereka mengetahui siapa yang
bertanggung-jawab.