CARACAS
- Presiden Venezuela Nicolas Maduro mengumumkan bahwa dia telah
memutuskan untuk menutup kedutaan besar dan seluruh konsulat negaranya
di Amerika Serikat (AS). Keputusan itu diambil setelah dia memutuskan
hubungan diplomatik kedua negara.
Maduro, seperti dikutip Reuters, Jumat (25/1/2019), juga setuju dengan seruan dialog yang disampaikan oleh Meksiko dan Uruguay terkait krisis politik di Caracas.
Kedutaan Besar Venezuela di Amerika Serikat telah menghentikan layanan konsuler setelah hubungan diplomatik kedua negara terputus.
Maduro, seperti dikutip Reuters, Jumat (25/1/2019), juga setuju dengan seruan dialog yang disampaikan oleh Meksiko dan Uruguay terkait krisis politik di Caracas.
Kedutaan Besar Venezuela di Amerika Serikat telah menghentikan layanan konsuler setelah hubungan diplomatik kedua negara terputus.
Nicolas
Maduro memutuskan hubungan diplomatik setelah menuduh Washington
berusaha melakukan kudeta di Caracas. Sebaliknya, Wasington mendesaknya
untuk mengundurkan diri dan mengakui pemimpin oposisi Juan Guaido
sebagai presiden interim Venezuela.
Beberapa negara seperti Kanada, Argentina, Brasil, Chili, Kolombia, Kosta Rika, Ekuador, Georgia, Guatemala, Honduras, Panama, Paraguay, dan Peru juga mengikuti langkah Amerika Serikat.
Sementara itu, seorang pejabat tinggi loyalis Maduro mengancam akan memadamkan listrik di kantor-kantor diplomatik AS di Venezuela. Ancaman muncul setelah Washington yang tak mengakui kepemimpinan Maduro menolak pemutusan hubungan diplomatik.
"Mereka mengatakan mereka tidak mengenali Nicolas. Baik. Mungkin listrik akan padam di lingkungan itu, atau gas tidak akan tiba," kata Diosdado Cabello, kepala Majelis Konstituante Venezuela, seperti dikutip Bloomberg.
Cabello merujuk pada lingkungan Valle Arriba di Caracas, di mana Kedutaan Besar AS berada. "Jika tidak ada hubungan diplomatik, tidak ada masalah," katanya.
Presiden Maduro telah mengultimatum semua diplomat AS agar hengkang dari negara Amerika Latin itu. Batas waktu yang diberikan hanya sampai Sabtu sore.
Beberapa negara seperti Kanada, Argentina, Brasil, Chili, Kolombia, Kosta Rika, Ekuador, Georgia, Guatemala, Honduras, Panama, Paraguay, dan Peru juga mengikuti langkah Amerika Serikat.
Sementara itu, seorang pejabat tinggi loyalis Maduro mengancam akan memadamkan listrik di kantor-kantor diplomatik AS di Venezuela. Ancaman muncul setelah Washington yang tak mengakui kepemimpinan Maduro menolak pemutusan hubungan diplomatik.
"Mereka mengatakan mereka tidak mengenali Nicolas. Baik. Mungkin listrik akan padam di lingkungan itu, atau gas tidak akan tiba," kata Diosdado Cabello, kepala Majelis Konstituante Venezuela, seperti dikutip Bloomberg.
Cabello merujuk pada lingkungan Valle Arriba di Caracas, di mana Kedutaan Besar AS berada. "Jika tidak ada hubungan diplomatik, tidak ada masalah," katanya.
Presiden Maduro telah mengultimatum semua diplomat AS agar hengkang dari negara Amerika Latin itu. Batas waktu yang diberikan hanya sampai Sabtu sore.
Tetapi
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Michael Pompeo mengatakan Maduro
tidak lagi memiliki wewenang dan para diplomat Amerika akan tetap
tinggal di Caracas.
"Kami menyerukan pasukan militer dan keamanan Venezuela untuk terus melindungi kesejahteraan dan keselamatan semua warga negara Venezuela, serta AS dan warga negara asing lainnya di Venezuela. Amerika Serikat akan mengambil tindakan yang tepat untuk meminta pertanggungjawaban siapa pun yang membahayakan keselamatan dan keamanan misi kami serta personelnya," kata Pompeo.
"Kami menyerukan pasukan militer dan keamanan Venezuela untuk terus melindungi kesejahteraan dan keselamatan semua warga negara Venezuela, serta AS dan warga negara asing lainnya di Venezuela. Amerika Serikat akan mengambil tindakan yang tepat untuk meminta pertanggungjawaban siapa pun yang membahayakan keselamatan dan keamanan misi kami serta personelnya," kata Pompeo.
Credit sindonews.com