CB - Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) memerintahkan staf di Kedutaan Besar di Venezuela untuk meniggalkan negara itu. Perintah ini keluar satu hari setelah Presiden Venezuela Nicolas Maduro mengatakan ia memberikan waktu 72 jam bagi diplomat AS untuk keluar dari negara itu.
Awalnya, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengatakan bahwa karena Amerika tidak menganggap Maduro sebagai pemimpin Venezuela yang sah.
"Ia tidak memiliki otoritas hukum untuk memutuskan hubungan diplomatik dengan Amerika Serikat atau menyatakan diplomat kami persona non grata," katanya.
Awalnya, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengatakan bahwa karena Amerika tidak menganggap Maduro sebagai pemimpin Venezuela yang sah.
"Ia tidak memiliki otoritas hukum untuk memutuskan hubungan diplomatik dengan Amerika Serikat atau menyatakan diplomat kami persona non grata," katanya.
Namun, Departemen Luar Negeri mengatakan bahwa staf dan diplomat yang tidak menduduki jabatan penting untuk operasi akan meninggalkan negara itu dengan alasan keamanan. Kedutaan besar di Caracas akan tetap terbuka seperti dikutip dari Fox News, Jumat (25/1/2019).
Langkah ini dilakukan beberapa hari setelah pemerintahan Trump mengumumkan pihaknya mengakui pemimpin oposisi Venezuela, Juan Gaido, sebagai presiden sementara.
Sebelumnya, Maduro memerintahkan semua diplomat Venezuela pulang dari AS dan mengatakan akan menutup kedutaannya. Dia mengatakan jika pejabat AS memiliki akal, mereka akan menarik keluar diplomat mereka sendiri, daripada menentang perintahnya.
AS dan Venezuela belum pernah bertukar duta besar dalam hampir satu dekade, tetapi mereka telah mempertahankan staf diplomatik.
Wakil Presiden Mike Pence pada hari Selasa, dalam rekaman video yang dikirim ke Venezuela, menyebut Maduro sebagai "seorang diktator tanpa klaim sah atas kekuasaan."
"Dia
tidak pernah memenangkan kursi kepresidenan dalam pemilihan yang bebas
dan adil, dan telah mempertahankan cengkeramannya dengan memenjarakan
siapa pun yang berani menentangnya," kata Pence dalam video itu.
Maduro, yang memulai masa jabatan keduanya sebagai presiden pada 10 Januari setelah pemilihan yang disengketakan, menghadapi meningkatnya permusuhan dari masyarakat internasional. Dia telah berusaha untuk mendapatkan dukungan dari angkatan bersenjata dengan membagikan pos-pos penting kepada para jenderal penting, termasuk satu sebagai kepala monopoli minyak yang merupakan sumber dari hampir semua pendapatan ekspor Venezuela.
Credit sindonews.com