CB, Jakarta - Pendiri sekaligus pemilik raksasa e-commerce Alibaba, Jack Ma Yun, memperingatkan dunia untuk waspada terhadap revolusi teknologi terbaru yang berisiko memicu perang dunia.
Ma mengeluarkan peringatan itu saat menghadiri KTT Davos di Swiss, seperti dikutip dari South China Morning Post, Kamis, 24 Januari 2019.
"Perang Dunia Pertama disebabkan revolusi teknologi pertama. Revolusi teknologi kedu mengakibatkan Perang Dunia Kedua. Kita sekarang di revolusi teknologi ketiga," kata Ma.
Manusia terkaya di Cina dengan kekayaan mendekati US$ 38 miliar menjelaskan, revolusi teknologi membawa dampak positif kepada manusia.Teknologi dapat menciptakan banyak lapangan kerja.
Namun bersamaan itu revolusi teknologi juga menciptakan berbagai masalah sosial.
"Ketika berada di dalam tahap awal, setiap teknologi menciptakan kekhawatiran. Khawatir, jika anda tidak mengelolanya dengan baik, maka menciptakan masalah," ujarnya.
Ma juga membela globalisasi dan perdagangan bebas. Namun ia menggarisbawahi perlunya reformasi.
Badan Perdagangan Dunia PBB, WTO, ujarnya, perlu ditingkatkan ke versi kedua. Globalisasi yang berlangsung dalam 30-40 tahun terakhir menurutnya membantuh banyak negara untuk bertumbuh khususnya Cina.
Dan sekarang, Ma berujar: "Seluruh dunia mengharapkan bentuk baru dari globalisasi."
Ma mengatakan banyak orang tidak menyukai globalisasi karena mereka merasa globalisasi meminggirkan mereka. Namun, negara-negara berkembang dan perusahaan-perusahaan kecil yang ikut dengan proses akan membantu untuk meningkatkan kehidupan mereka.
Globalisasi telah dikendalikan sekitar 60 ribu perusahaan selama 20 tahun ini. Ma memperkirakan jumlahnya akan bertambah menjadi 60 juta perusahaan termasuk UKM.
"Kebanyakan zona perdagangan bebas didisain hanya untuk perusahaan-perusahaan besar. Menurut kami harus ada zona perdagangan bebas bagi perusahaan-perusahaan kecil untuk impor dan ekspor," ujarnya.
Jack Ma mencontohkan, perdagangan bebas dengan nilai perdagangan di bawah US$ 1 juta seharusnya sepenuhnya bebas tarif.
Ma mengeluarkan peringatan itu saat menghadiri KTT Davos di Swiss, seperti dikutip dari South China Morning Post, Kamis, 24 Januari 2019.
"Perang Dunia Pertama disebabkan revolusi teknologi pertama. Revolusi teknologi kedu mengakibatkan Perang Dunia Kedua. Kita sekarang di revolusi teknologi ketiga," kata Ma.
Manusia terkaya di Cina dengan kekayaan mendekati US$ 38 miliar menjelaskan, revolusi teknologi membawa dampak positif kepada manusia.Teknologi dapat menciptakan banyak lapangan kerja.
Namun bersamaan itu revolusi teknologi juga menciptakan berbagai masalah sosial.
"Ketika berada di dalam tahap awal, setiap teknologi menciptakan kekhawatiran. Khawatir, jika anda tidak mengelolanya dengan baik, maka menciptakan masalah," ujarnya.
Ma juga membela globalisasi dan perdagangan bebas. Namun ia menggarisbawahi perlunya reformasi.
Badan Perdagangan Dunia PBB, WTO, ujarnya, perlu ditingkatkan ke versi kedua. Globalisasi yang berlangsung dalam 30-40 tahun terakhir menurutnya membantuh banyak negara untuk bertumbuh khususnya Cina.
Dan sekarang, Ma berujar: "Seluruh dunia mengharapkan bentuk baru dari globalisasi."
Ma mengatakan banyak orang tidak menyukai globalisasi karena mereka merasa globalisasi meminggirkan mereka. Namun, negara-negara berkembang dan perusahaan-perusahaan kecil yang ikut dengan proses akan membantu untuk meningkatkan kehidupan mereka.
Globalisasi telah dikendalikan sekitar 60 ribu perusahaan selama 20 tahun ini. Ma memperkirakan jumlahnya akan bertambah menjadi 60 juta perusahaan termasuk UKM.
"Kebanyakan zona perdagangan bebas didisain hanya untuk perusahaan-perusahaan besar. Menurut kami harus ada zona perdagangan bebas bagi perusahaan-perusahaan kecil untuk impor dan ekspor," ujarnya.
Jack Ma mencontohkan, perdagangan bebas dengan nilai perdagangan di bawah US$ 1 juta seharusnya sepenuhnya bebas tarif.
Credit tempo.co