ANKARA - Amerika Serikat (AS) sedang menekan Turki untuk membatalkan pembelian sistem pertahanan rudal S-400 Rusia. Sebagai imbalannya, Washington akan menjual sistem pertahanan rudal Patriot kepada Ankara.
Tawaran itu disampaikan kepada pejabat pertahanan dan menteri luar negeri Turki oleh delegasi AS di Ankara pada hari Kamis. Washington melalui delegasinya menetapkan pembatalan kesepakatan pembelian S-400 antara Turki dengan Rusia sebagai prasyarat bagi Washington memasok sekutu NATO-nya itu dengan sistem pertahanan rudal Patriot.
Rusia dan Turki telah menandatangani kontrak pengiriman senjata pertahanan S-400 pada 2017. Instalasi S-400 di Turki diperkirakan akan dimulai pada Oktober 2019.
S-400 adalah sistem rudal anti-pesawat Rusia yang paling canggih saat ini. Senjata itu memiliki kemampuan menembakkan tiga jenis rudal yang mampu menghancurkan sejumlah target di udara, termasuk rudal balistik dan rudal jelajah.
Bulan lalu, Departemen Luar Negeri AS menyetujui kemungkinan penjualan sistem pertahanan udara Patriot kepada Turki dengan perkiraan nilai penjualan USD3,5 miliar.
Menurut Badan Kerjasama Keamanan Pertahanan, Departemen Luar Negeri menyetujui penjualan 80 unit Patriot MIM-104E Guidance Enhanced Missiles (GEM-T), 60 unit PAC-3 Missile Segment Enhancement (MSE) dan peralatan terkait.
Turki sejatinya telah berusaha membeli sistem pertahanan udara dari AS tersebut, tetapi Ankara putus asa karena Washinghton keberatan untuk menjualnya. Padahal, negara yang dipimpin Presiden Tayyip Erdogan itu sangat membutuhkan sistem pertahanan udara canggih untuk melindungi wilayahnya yang rawan konflik.
AS mengubah sikapnya setelah Turki menandatangani kontrak dengan Rusia untuk membeli sistem pertahanan udara S-400 pada tahun 2017.
Kesepakatan Moskow dan Ankara itu dikeluhkan Washington. Alasannya, sistem senjata Rusia tidak kompatibel dengan senjata yang digunakan oleh negara-negara NATO lainnya.
Secara terpisah, dalam sebuah laporan pada akhir November, Pentagon memperingatkan bahwa pembelian sistem S-400 akan memiliki konsekuensi negatif yang tak terhindarkan bagi hubungan AS-Turki serta peran Turki di NATO.
Secara prinsip kerja, sistem rudal Patriot yang digunakan untuk tujuan pertahanan sama dengan S-400 Rusia yakni untuk menembak jatuh rudal dan pesawat yang masuk atau melanggar wilayah negara terkait.
Tawaran itu disampaikan kepada pejabat pertahanan dan menteri luar negeri Turki oleh delegasi AS di Ankara pada hari Kamis. Washington melalui delegasinya menetapkan pembatalan kesepakatan pembelian S-400 antara Turki dengan Rusia sebagai prasyarat bagi Washington memasok sekutu NATO-nya itu dengan sistem pertahanan rudal Patriot.
Rusia dan Turki telah menandatangani kontrak pengiriman senjata pertahanan S-400 pada 2017. Instalasi S-400 di Turki diperkirakan akan dimulai pada Oktober 2019.
S-400 adalah sistem rudal anti-pesawat Rusia yang paling canggih saat ini. Senjata itu memiliki kemampuan menembakkan tiga jenis rudal yang mampu menghancurkan sejumlah target di udara, termasuk rudal balistik dan rudal jelajah.
Bulan lalu, Departemen Luar Negeri AS menyetujui kemungkinan penjualan sistem pertahanan udara Patriot kepada Turki dengan perkiraan nilai penjualan USD3,5 miliar.
Menurut Badan Kerjasama Keamanan Pertahanan, Departemen Luar Negeri menyetujui penjualan 80 unit Patriot MIM-104E Guidance Enhanced Missiles (GEM-T), 60 unit PAC-3 Missile Segment Enhancement (MSE) dan peralatan terkait.
Turki sejatinya telah berusaha membeli sistem pertahanan udara dari AS tersebut, tetapi Ankara putus asa karena Washinghton keberatan untuk menjualnya. Padahal, negara yang dipimpin Presiden Tayyip Erdogan itu sangat membutuhkan sistem pertahanan udara canggih untuk melindungi wilayahnya yang rawan konflik.
AS mengubah sikapnya setelah Turki menandatangani kontrak dengan Rusia untuk membeli sistem pertahanan udara S-400 pada tahun 2017.
Kesepakatan Moskow dan Ankara itu dikeluhkan Washington. Alasannya, sistem senjata Rusia tidak kompatibel dengan senjata yang digunakan oleh negara-negara NATO lainnya.
Secara terpisah, dalam sebuah laporan pada akhir November, Pentagon memperingatkan bahwa pembelian sistem S-400 akan memiliki konsekuensi negatif yang tak terhindarkan bagi hubungan AS-Turki serta peran Turki di NATO.
Secara prinsip kerja, sistem rudal Patriot yang digunakan untuk tujuan pertahanan sama dengan S-400 Rusia yakni untuk menembak jatuh rudal dan pesawat yang masuk atau melanggar wilayah negara terkait.
“Pembelian
S-400 adalah untuk memenuhi kebutuhan keamanan jangka pendek dan
mendesak negara kami. Kami akan mengambil langkah-langkah yang
diperlukan sehingga sistem ini dapat digunakan secara independen dan
tidak akan membahayakan sistem (jet tempur siluman) F-35 dan NATO. Kami
melanjutkan kontak kami dengan otoritas AS yang juga peka tentang
masalah ini," kata Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu ketika
ditanya tentang nasib kesepakatan dengan Rusia, yang dikutip Yeni Safak, Jumat (4/1/2019).
Dia menekankan bahwa Turki tidak akan membatalkan perjanjiannya dengan Rusia.
Dia menekankan bahwa Turki tidak akan membatalkan perjanjiannya dengan Rusia.
Credit sindonews.com