Senin, 14 Januari 2019

AS Siap Gempur Rezim Suriah Lagi jika Diperlukan


AS Siap Gempur Rezim Suriah Lagi jika Diperlukan
Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Menteri Luar Negeri-nya, Michael Pompeo. Foto/REUTERS

KAIRO - Militer Amerika Serikat (AS) siap untuk menyerang rezim Suriah lagi jika memang diperlukan. Washington juga menegaskan bahwa perang melawan organisasi teroris ISIS akan terus berlangsung meskipun pasukannya ditarik dari negara Bashar al-Assad tersebut.

Penegasan Amerika itu disampaikan Menteri Luar Negeri Michael Pompeo saat pidato di American University Cairo pada hari Kamis. Pompeo mengatakan bahwa tidak ada kontradiksi sama sekali dalam kebijakan Administrasi Trump tentang Suriah dan kebijakannya terhadap ISIS dan Iran.

"Itu adalah cerita yang dibuat oleh media. Tidak apa-apa, Anda semua menulis apa yang Anda suka," kata Pompeo yang mengklarifikasi bahwa perang Amerika terhadap ISIS tidak berhenti. 

"Tetapi Presiden sudah sangat jelas, dan (Penasihat Keamanan Nasional John) Bolton serta saya sudah sangat jelas tentang ini juga, bahwa ancaman dari terorisme Islam radikal adalah nyata," lanjut Pompeo.

"(Perang terhadap) ISIS berlanjut, kami melawan mereka di banyak wilayah di seluruh negeri. Komitmen kami untuk mencegah pertumbuhan Daesh, pertumbuhan ISIS, adalah nyata. Itu penting. Kami akan terus melakukan itu," ujarnya.

"Keputusan Amerika Serikat, keputusan Presiden Trump, untuk menarik pasukan kami telah dibuat. Kami akan melakukan itu," katanya, sambil menyatakan bahwa presiden akan bersedia untuk melakukan tindakan militer lebih lanjut di Suriah bahkan setelah penarikan pasukannya.

"Pemerintahan Trump tidak berdiam diri ketika Bashar al-Assad menggunakan senjata kimia untuk melawan rakyatnya. Presiden Trump melepaskan kemarahan militer AS tidak hanya sekali, tetapi dua kali, dan dengan dukungan sekutu. Dan dia bersedia melakukannya lagi, meskipun kami harap kami tidak perlu melakukannya," papar Pompeo.

Pompeo juga menggunakan pidatonya untuk menyerang kebijakan mantan Presiden Barack Obama, yang juga menyampaikan pidatonya di Kairo pada tahun 2009.

"Ingat; di sinilah, di sini di kota ini, seorang Amerika lain berdiri di depan Anda, Dia memberi tahu Anda bahwa terorisme Islam radikal tidak berasal dari ideologi. Dia memberi tahu Anda (serangan) 9/11 memimpin negara saya untuk meninggalkan cita-citanya, khususnya di Timur Tengah. Dia mengatakan kepada Anda bahwa Amerika Serikat dan dunia Muslim membutuhkan 'awal yang baru'. Hasil dari kesalahan penilaian ini sangat mengerikan," kritik Pompeo.

"Dengan keliru melihat diri kita sebagai kekuatan untuk apa yang melanda Timur Tengah, kita takut untuk menyatakan diri kita sendiri ketika zaman—dan mitra kita— menuntutnya," imbuh dia.

"Berita baiknya adalah ini; usia rasa malu Amerika yang diakibatkan oleh diri sendiri sudah berakhir, dan begitu pula kebijakan yang menghasilkan begitu banyak penderitaan yang tidak perlu," papar Pompeo, yang dilansir Arutz Sheva7, Jumat (11/1/2019).

"Sekarang datang 'awal baru'. Hanya dalam 24 bulan, sebenarnya kurang dari dua tahun, Amerika Serikat di bawah Presiden Trump telah menegaskan kembali peran tradisionalnya sebagai kekuatan untuk kebaikan di kawasan ini, karena kami telah belajar dari kesalahan kami. Kami telah menemukan kembali suara kami. Kami telah membangun kembali hubungan kami. Kami telah menolak tawaran palsu dari musuh."

Dia juga mengatakan bahwa AS akan terus bekerja untuk memastikan bahwa semua pasukan militer Iran meninggalkan wilayah Suriah dan AS akan bekerja dengan sekutunya untuk melawan agresi Iran di Timur Tengah dan di seluruh dunia.

Pidato Pompeo itu berjudul; "A Force for Good: America’s Reinvigorated Role in the Middle East." 





Credit  sindonews.com