Rabu, 11 April 2018

AS: Tangan Rusia Bersimbah Darah Anak-Anak Suriah


AS: Tangan Rusia Bersimbah Darah Anak-Anak Suriah
Dubes AS untuk PBB Nikki Haley menuding Rusia bertanggung jawab atas serangan kimia di Suriah. (REUTERS/Stephanie Keith)



Jakarta, CB -- Duta Besar Amerika Serikat untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa Nikki Haley mengatakan pihaknya akan merespons serangan kimia yang diduga dilakukan pemerintahan Bashar al-Assad. Di saat yang sama, dia juga mengkritik Rusia, menyebut 'tangan' negara tersebut "bersimbah darah anak-anak Suriah."

"Senjata kimia sekali lagi digunakan terhadap warga Suriah, termasuk perempuan dan anak-anak," kata Haley dalam rapat khusus Dewan Keamanan PBB terkait dugaan serangan kimia di Douma, kota terakhir yang masih dikuasai pemberontak Suriah. Tindakan itu menewaskan 49 orang dan melukai puluhann lainnya.

"Sejarah akan mencatat ini sebagai momen apakah Dewan Keamanan melaksanakan kewajibannya atau menunjukkan kegagalannya melindung warga Suriah," kata Haley sebagaimana dikutip CNN. "Yang manapun yang terjadi, Amerika Serikat akan merespons."


Sejumlah gambar anak-anak yang kesulitan bernapas mengejutkan dunia dan memicu respons Presiden AS Donald Trump yang mengecam serangan itu sebagai tindakan "gila." Dia juga mengkritik Presiden Rusia Vladimir Putin dan Iran karena mendukung Assad.

Trump mengancam akan "ada harga mahal yang harus dibayar" atas serangan tersebut.

Pada Senin, Haley menegaskan bahwa Rusia pun mesti "membayar," sementara ketegangan antara Washington dan Moskow tampak jelas di Dewan Keamanan. Duta Besar Rusia menuding AS berniat buruk terhadap Moskow dan Suriah, mengancam keamanan internasional, memicu ketegangan global dan beroperasi di luas hukum internasional.

Haley menggambarkan secara merinci gambar bayi Suriah dengan tubuh membiru yang terbaring tanpa nyawa di lengan orang tuanya setelah dugaan serangan kimia itu. Dia menegaskan AS menilai Moskow bertanggung jawab dan menyiratkan bahwa Rusia adalah negara yang tak beradab.

"Monster yang bertanggung jawab atas serangan ini tidak punya hati nurani untuk merasa terkejut melihat gambar anak-anak tak bernyawa," kata Haley, yang juga mengatakan tak akan menunjukkan foto-foto korban sebagaimana ia lakukan setelah serangan kimia pemicu serangan AS April 2017 lalu.

"Rezim Rusia, yang tangannya bersimbah darah anak-anak Suriah, tidak bisa dipermalukan dengan foto korban-korbannya," kata Haley. "Kami sudah mencoba itu sebelumnya."

"Rusia bisa menghentikan pembantaian kejam ini, jika mereka mau," ujarnya. "Tapi mereka mendukung rezim Assad dan mendukungnya tanpa rasa ragu. Buat apa mencoba mempermalukan orang semacam itu? Lagi pula, tidak ada pemerintahan beradab yang mau mendukung rezim pembunuh pimpinan Assad."
Korban serangan kimia di Suriah 2017 lalu.
Korban serangan kimia di Suriah 2017 lalu. (AFP Photo/Mohamed al-Bakour)
"Sikap Rusia yang menghalang-halangi tidak akan lagi menyandera kami ketika kami dihadapkan dengan serangan seperti ini."

Di sisi lain, Rusia merespons keras. "Tidak ada yang memberikan Anda kewenangan untuk bertindak sebagai polisi dunia ... kami meminta Anda kembali ke ranah hukum," kata Dubes Vassily Nebenzia. Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Sergey Lavrov mengatakan tak ada bukti penggunaan senjata kimia, dan hal itu ditegaskan oleh Nebenzia.

"Penggunaan sarin dan klorin tidak terkonfirmasi," kata Nebenzia dalam rapat tersebut. Dia kemudian mengatakan AS, bersama Inggris dan Perancis, bertindak "tanpa pembenaran, dan tanpa menilai konsekuensi, terlibat dalam kebijakan konfrontasional terhadap Rusia dan Suriah.



Credit  cnnindonesia.com