Amerika Serikat menjatuhkan sanksi terhadap
tujuh oligarki Rusia, termasuk mantan menantu Presiden Vladimir Putin.
(AFP PHOTO / SPUTNIK / Mikhail KLIMENTYEV)
Langkah itu diumumkan Departemen Keuangan Amerika Serikat, Jumat (6/4). Selain ketujuh oligarki Rusia, sanksi juga diberikan kepada 17 pejabat pemerintah beserta perusahaan senjata pemerintah, Rosoboronexport, dan anak perusahaannya, Russian Financial Corporation Bank.
Hukuman tersebut adalah langkah terbaru AS untuk menindak lingkaran dalam Putin yang diduga terlibat dalam pemilihan presiden 2016 yang memenangkan Trump. Selain itu, menghukum Rusia atas keterlibatannya di Krimea, Ukraina dan Suriah.
Dilansir CNN, Sabtu (7/4), Gedung Putih menyatakan bahwa sanksi tersebut akan memastikan bahwa oligarki Rusia yang mengambil keuntungan dari kegiatan-kegiatan destabilitasi Kremlin, termasuk campur tangannya terhadap pemilihan demokratis di Barat pada 2016 dan 2017, menerima konsekuensi atas tindakan mereka.
"Kami tidak bisa membiarkan mereka yang menabur kebigungan, perselisihan dan dendam menjadi sukses," kata Presiden Donald Trump lewat pernyataan yang dirilis Gedung Putih.
|
Menteri Keuangan Steven Mnuchin mengutip penjajahan Rusia di Krimea, serta upaya berkelanjutan untuk membantu Pemerintah Bashar Al Assad di Suriah sebagai salah satu alasan jatuhnya sanksi.
Pejabat senior AS yang membrifing wartawan terkait sanksi tersebut mengatakan, mereka telah mempertimbangkan sanksi tersebut selama beberapa waktu. Sanksi itu, menurut pejabat yang tidak disebut namanya itu, tidak berlaku hanya sebagai tanggapan satu peristiwa. Melainkan "tanggapan atas fitnah pemerintah Rusia di seluruh dunia."
Daftar nama pengusaha Rusia yang terkena sanksi antara lain, Oleg Deripaska, miliader Rusia yang memiliki hubungan dekat dengan Ketua Kampanye Trump, Paul Manafort. Lalu Kiril Shamalov, eksekutif energi yang pernah menikahi putri bungsu Putin,Katerina Tikhonova. Juga Suleiman Kerimov, yang diduga membawa uang tunai jutaan euro ke Perancis dalam sebuah koper.
|
Sebanyak 17 pejabat senior Rusia yang asetnya dibekukan antara lain Nikolai Patrushev, Sekretaris Dewan Keamanan Federasi Rusia, Vladimir Kolokoltsev, Menteri Dalam Negeri Rusia serta Evgeniy Shkolov, ajdan Putin.
Perusahaan-perusahaan yang dibidik AS termasuk GAZ Group, produsen kendaraan komersial terkemuka Rusia milik Deripaska, dan Russian Machines dan Renova Group, dana investasi dan manajemen yang beroperasi di sektor energi di Rusia.
Kementrian Luar Negeri Rusia menyatakan akan memberikan tanggapan keras atas sanksi tersebut.
"Washigton terus menakut-nakuti dengan penolakan visa Amerika dan mengancam pengusaha Rusia dengan membekukan properti dan aset keuangan, melupakan bahwa penyitaan properti pribadi dan uang orang lain adalah perampokan," kata Kementerian Luar Negeri Rusia dalam pernaytaannya.
Ditambahkan bahwa bahasa sanksi tidak akan berhasil untuk Rusia.
"Kami sarankan kepada Washington untuk menyingkirkan ilusi bahwa kita bisa bicara dengan bahasa sanksi," kata pernyataan tersebut.
Kedutaan Rusia di Washington juga mengecam sanksi tersebut. "AS kembali mengambil langkah keliru dengan menghancurkan kebebasan berusaha dan persaingan, proses integrasi dalam perekonomian global," kata kedutaan seperti dilansir CNN.
Pernyataan itu menyebutkan bahwa AS ingin memecah belah rakyat Rusia, dan itu tidak akan berhasil. "Di bawah tekanan dari luar, negeri ini selalu bersatu di sekitar pemimpinnya. Pemilihan Presiden Rusia baru-baru ini menunjukkan dukungan mayoritas warga Rusia kepada Vladimir Putin," kata kedutaan Rusia.
Juru bicara Rosoboronexport menyatakan sanksi terbaru AS adalah bentuk persaingan tidak sehat.
Adapun Oleg Deripaska menggambarkan keputusan AS sebagai "tidak beralasan, konyol dan absurd."
Credit cnnindonesia.com