Presiden Park Geun-hye diminta mundur
oleh rakyatnya karena terlibat skandal dengan teman dekatnya Choi
Soon-sil. (REUTERS/Jorge Silva).
Seperti dilansir CNN.com, Minggu (13/11), empat aparat keamanan dan 26 pedemo mengalami luka-luka dan langsung dilarikan ke rumah sakit. Sementara, 29 pedemo lainnya mendapatkan perawatan di tempat mereka berdemo.
"Tidak jelas bagaimana polisi dan pengunjuk rasa terluka," ujar petugas pemadam kebakaran setempat.
Menurut juru bicara Park, presiden telah dua kali meminta maaf, namun hal itu tidak juga menyurutkan kemarahan publik karena perasaan dikhianati sang kepala negara. Beberapa pengunjuk rasa bahkan mengancam akan terus berdemo hingga tuntutan mereka dipenuhi, yaitu pengunduran diri Presiden Park.
Chu Mia, seorang pedemo yang turun ke jalan mengenakan tanduk setan dan memegang papan bertuliskan "Park harus mundur" mengatakan, dirinya tidak akan memanggil Park dengan sebutan presiden lagi. "Kami ingin pemerintahan yang nyata."
Ia melanjutkan, masyarakat tertegun mendapati kenyataan bahwa seseorang yang dekat dengan Presiden Park, yakni Choi Soon-sil mampu melihat dokumen rahasia negara, dan pidato kenegaraan, meski tidak memegang jabatan di dalam pemerintahan. "Kami tidak memberikan orang ini (Choi) kekuasaan," imbuh Chu.
Skandal Presiden Park
Media dan partai-partai oposisi menuduh Choi memanfaatkan kedekatannya dengan Presiden Park untuk mengumpulkan jutaan dolar sumbangan untuk kepentingan pribadinya melalui yayasan-yayasan miliknya.
Saat ini, Choi telah ditangkap atas tuduhan penyalahgunaan kekuasaan dan percobaan penipuan. Tidak cuma Choi, aparat keamanan juga mengamankan dua mantan sekretaris presiden, yaitu An Chong-bum (57 tahun), dan Jeong Ho-seong.
Park adalah presiden wanita pertama di Korea Selatan. Putri dari Park Chung-hee, mantan presiden Korea Selatan pada periode 1961-1979 yang dibunuh oleh kepala intelijennya sendiri.
Park dipuji oleh beberapa politisi sebagai dalang kemakmuran Korea Selatan saat ini, namun beberapa lainnya juga melayangkan kritik bahwa kepemimpinannya diktator, serta kerap melanggar hak asasi manusia.
Credit CNN Indonesia
Demo Besar di Korsel Sebabkan Puluhan Korban Terluka
Puluhan ribu warga Korea Selatan turun
ke jalan untuk berpartisipasi aksi protes guna menurunkan jabatan
Presiden Park Geun-Hyu pada Sabtu (12/11). (REUTERS/Kim Hong-Ji)
Aksi unjuk rasa yang diramaikan oleh sekitar 17 ribu orang itu tak kenal usia, mulai dari orang dewasa baik perempuan maupun laki-laki hingga para remaja dan anak-anak yang masih mengenakan seragam sekolah.
Mereka berbondong-bondong turun ke jalan untuk menurunkan Presiden Park Geun-Hye yang diduga terlibat kasus korupsi.
"Saya ingin ia turun dari kursi kepresidenan. Saya ingin administrasi kepemimpinannya berakhir agar bisa dilanjutkan oleh yang baru," ujar perempuan bernama Lee Yu-jin yang rela datang ke Seoul bersama suami dan anaknya.
Mengutip portal berita CNN, meski aksi tersebut berjalan tertib tanpa kerusuhan, tercatat sudah ada empat polisi yang terluka selama demo berlangsung.
Kemudian 26 peserta demo lain juga mengalami cedera dan telah dilarikan ke rumah sakit, sedangkan 29 lainnya menerima pengobatan di lokasi unjuk rasa.
Sayangnya tidak ada penjelasan lebih rinci penyebab atau jenis luka seperti apa yang dialami oleh para korban.
Seperti yang diketahui, dugaan pemerasan dan skandal yang dilakukan Geun-Hye bermula dari kabar bahwa teman lamanya, Choi Soon-Sil, ditangkap oleh pihak kepolisian setelah terbukti melakukan pemerasan, yang mencatut nama kawannya.
Saat ini Choi masih diperiksa oleh pihak berwajib atas kasus penyalahgunaan dana sumbangan dari perusahan besar Korsel, salah satunya dari Samsung.
Tak hanya meminta "jatah preman", ia juga diduga ikut campur dalam pemerintahan.
Geun-Hye telah mengajukan permohonan maaf dan melakukan pembaruan kabinet, namun warga Korsel tampaknya belum kembali percaya padanya.
Aksi ini merupakan yang ke-tiga kalinya dilakukan dalam seminggu terakhir, sehingga menyebabkan reputasi dan popularitas politik Presiden Park Geun-Hye menurun drastis.
Belum Siap Gelar Pemilu 'Dadakan'?
Demo yang berlangsung kemarin dianggap sebagai yang terbesar selama satu dekade terakhir. Meski warga Korsel terlihat sudah geram, tampaknya tidak akan semudah membalikan telapak tangan untuk menggantikan kepemimpinan Geun-Hye dengan cepat.
Seperti yang diwartakan situs Washington Post, kebanyakan analis tidak menduga bahwa Geun-Hye bakal menghiraukan protes terhadap dirinya agar segera menggantungkan jabatannya.
Kendati begitu, hingga saat ini pemerintah Korsel dilaporkan belum siap jika harus menggelar pemilu 'dadakan' yang lebih awal dari seharusnya.
Bahkan Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Ban Ki-moon yang belakangan digadang-gadang menjadi kandidat capres potensial pun dianggap belum siap.
Di sisi lain, para otoritas hukum oposisi mendukung turunnya Geun-Hyu dari kekuasaannya dan mendorong agar pemilu bisa dilakukan dalam waktu 60 hari.
Geun-Hyu sejauh ini menunjukan sikap penolakan untuk turun, dan tampaknya akan tetap bertahan hingga masa jabatannya berakhir pada Februari 2018.
Isu korupsi memang bukan hal baru bagi pemerintahan Korsel. Namun, skandal Geun-Hyu dianggap telah membuat masyarakat geram dan mempertanyakan paham demokrasi yang selama ini diterapkan di Negeri Ginseng tersebut.
"Insiden ini membuat kami berkaca bahwa selama ini kami tidak cukup peduli terhadap politik dan tidak memperhatikan bagaimana cara pemerintah kami ini menjalankan tugasnya," kata partisipan demo Kim Wan-kyu yang berusia 34 tahun.
Credit CNN Indonesia
Puluhan Ribu Orang Menuntut Presiden Korea Selatan Mundur
Aksi protes di Seoul, Korea Selatan, pada Sabtu (12/11). (AFP PHOTO/Ed Jones)
Dilansir dari AFP, pihak kepolisan mengatakan kalau massa yang menghadiri aksi demo itu berjumlah sekitar 170.000 orang, namun perwakilan kelompok penggalang aksi mengatakan kalau jutaan orang akan turun ke jalanan.
|
Sebagai bentuk pengamanan, pihak kepolisian menurunkan sebanyak 25.000 petugas, yang sebagian besar sudah siap dengan persenjataan anti huru hara.
Beberapa ruas jalan telah ditutup dan diblokade oleh mobil dan truk kepolisian, terutama yang menuju kediaman presiden atau yang disebut Rumah Biru.
Pemandangan aksi demo ini cukup menarik, karena tidak hanya kaum muda, keluarga yang membawa serta anaknya juga ikut berpartisipasi.
“Park Geun-Hye harus mundur dari jabatannya, karena ia tidak menjaga negara ini,” kata anak berusia 11 tahun, Park Ye-Na.
Teriakan dan poster bernada protes warga Korsel yang ada dalam barisan demo mendominasi jalanan Seoul yang biasanya padat dengan wisatawan mancanegara. Namun, sampai saat ini, situasinya masih terbilang aman.
Dalam wawancara yang disiarkan oleh stasiun televisi lokal pada Jumat (11/11), Deputi Perdana Menteri Bidang Pendidikan Korsel Lee Joon-Sik mengaku khawatir kalau aksi demo ini akan berujung kericuhan.
Ia meminta agar pendemo dan pihak kepolisian saling menjaga situasi.
Pemerasan dan skandal
Pendemo terdiri dari pria, wanita sampai anak-anak. (AFP PHOTO/Ed Jones)
|
Dugaan pemerasan dan skandal yang dilakukan Presiden Park Geun-Hye bermula dari kabar bahwa teman lamanya, Choi Soon-Sil, ditangkap oleh pihak kepolisian setelah terbukti melakukan pemerasan, yang mencatut nama kawannya.
Saat ini Choi masih diperiksa oleh pihak berwajib atas kasus penyalahgunaan dana sumbangan dari perusahan besar Korsel, salah satunya dari Samsung.
Tak hanya meminta ”jatah preman”, ia juga diduga ikut campur dalam pemerintahan.
Presiden Park Geun-Hye telah mengajukan permohonan maaf dan melakukan pembaruan kabinet, namun penduduk Korsel tampaknya belum kembali percaya padanya.
“Kemarin adalah perayaan ulang tahun pernikahan kami, namun kami memilih untuk datang ke Seoul karena hal ini lebih penting,” ujar Cho Joo-Pyo, yang datang bersama istri dan anaknya, yang masih berusia dua tahun.
Keluarga Cho telah menempuh pejalanan dari Jeonju, yang berjarak sekitar 200 kilometer dari selatan Seoul. Seperti pendemo lainnya, mereka berangkat menggunakan kereta api.
Tak hanya keluarga Cho, pendemo yang tinggal di Kepulauan Jeju juga ikut datang menggunakan pesawat terbang.
Permintaan maaf yang sia-sia
Penduduk Korea Selatan mengatakan kalau permintaan presidennya sia-sia. (AFP PHOTO/Ed Jones)
|
“Saya di sini untuk meminta Park Geun-Hye mundur. Permintaan maafnya sia-sia. Ia harus mundur sekarang juga,” kata seorang kakek berusia 66 tahun, Cho Ki-Mang.
Aksi demo ini merupakan yang terbesar, semenjak aksi serupa yang dilakukan oleh kelompok pro-demokrasi pada 1990.
Juga semenjak aksi protes terhadap keputusan Presiden Lee Myung-Bak mengenai impor daging asal Amerika Serikat pada Juni 2008. Ketika itu massa yang datang berjumlah sekitar 700 ribuan orang.
Credit CNN Indonesia