Menteri
Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi M Nasir (memegang bendera)
bersiap melepas mobil listrik bertenaga surya 'Widya Wahana V' buatan
mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) yang akan mengikuti
uji coba Tour De Java Bali di Gedung BPPT II, Jakarta, Senin (17/8).
(ANTARA FOTO/Virna Puspa Setyorini).
Dari pengalaman dua kali mengikuti kompetisi itu, insya-Allah, tim
ITS bisa masuk `15 besar` dari 90-an tim yang berasal dari 8-9
negara,..."
Surabaya (CB) - Mahasiswa ITS memiliki kado istimewa untuk negeri tercinta pada usia kemerdekaan yang ke-70.
Kado
istimewa itu adalah dua mobil karya mahasiswa ITS yakni mobil listrik
bertenaga surya "Widya Wahana V" (WW-V) dan mobil balap "Sapu Angin
Speed III" (SAS-III).
Mobil WW yang akan berlaga di Australia itu diluncurkan di Gedung
Kemristekdikti, Jakarta tepat pada 17 Agustus 2015, sedangkan mobil
SAS-III yang akan berlaga di Jepang itu diluncurkan di Surabaya pada 16
Agustus 2015.
"Karya anak ITS ini menarik, semoga juara, dan semoga hubungan
persahabatan Indonesia-Jepang akan semakin erat," kata Konsul Jenderal
Jepang di Surabaya Yoshiharu Kato.
Diplomat Jepang itu mengemukakan hal itu saat meluncurkan mobil
SAS-III itu bersama Rektor ITS Surabaya Prof Joni Hermana di area parkir
barat Lenmarc Mall Surabaya, 16 Agustus 2015.
Apresiasi yang sama juga dikemukakan Rektor ITS Prof Joni Hermana
yang sempat mencoba naik ke mobil yang akan berlaga dalam Student
Formula Japan 2015 di Ogasayama Sport Park Shizuoka, Jepang pada 1-5
September 2015.
"Saya mengapresiasi mahasiswa yang merancang, membuat, menguji, dan
akhirnya mengikutkan mobil Sapu Angin Speed dalam lomba di Jepang,"
katanya.
Menurut dia, peran rektor, dosen pembimbing, dan para pemberi
sponsor hanya sebatas memotivasi, sedangkan mobil "Sapu Angin Speed III"
tidak akan pernah ada bila tidak ada kemauan dan kerja keras dari tim
yang berjumlah 20 orang.
"Jadi, mahasiswa lebih patut diacungi jempol dengan karya ini,
sedangkan kami tidak banyak berperan. Kalau juara, saya hanya terima
piala, tapi kebanggaan itu milik mahasiswa," katanya, disambut tepuk
tangan mahasiswa yang menyaksikan peluncuran itu.
Apalagi, katanya, ITS selama ini dikenal masyarakat memiliki
keunggulan dalam robotika dan otomotif yang banyak mempersembahkan piala
dalam berbagai kejuaraan.
"Sama dengan Widya Wahana, SAS juga luar biasa. Pesan saya, lakukan
kaderisasi terstruktur dengan berbagi ilmu dan pengalaman kepada
adik-adik mahasiswa agar tim SAS memiliki regenerasi yang mapan untuk
kejuaraan selanjutnya," katanya.
Pandangan senada juga disampaikan dosen pembimbing Ir Witantyo MSc.
"SAS memang dirancang mahasiswa kami sejak Maret hingga Agustus dan
sudah beberapa kali menjalani uji coba. Mereka juga cari sponsor sendiri
untuk bisa berangkat ke Jepang," katanya.
Biaya yang diperlukan untuk semuanya mencapai Rp600 juta hingga
Rp800 juta. "Itu karena pengiriman mobil SAS III pada 25 Agustus
mendatang membutuhkan biaya Rp150 juta, bahkan biaya pengiriman
bussiness plan SAS III ke Jepang itu Rp3 juta," katanya.
Manajer Umum Tim SAS III/2015 Rizaldy Hakim Ash-Shiddieqy
menegaskan bahwa ITS sudah tiga kali mengikuti ajang mobil formula untuk
pelajar berskala internasional di Jepang, bahkan tahun ini ada dua
universitas dari Indonesia yakni ITS dan Universitas Negeri Yogyakarta
(UNY).
"Dari pengalaman dua kali mengikuti kompetisi itu, insya-Allah, tim
ITS bisa masuk 15 besar dari 90-an tim yang berasal dari 8-9 negara, di
antaranya Jepang, Tiongkok, Austria, Korea, Thailand, Filipina,
Indonesia, dan Malaysia," kata mahasiswa Teknik Mesin ITS (2009) itu.
Dilepas MenristekSetelah SAS-III diluncurkan, mobil listrik
bertenaga surya, Widya Wahana V, ciptaan Mahasiswa ITS melakukan "test
drive" dengan "Tour de Java-Bali" dari Gedung Kemristek Dikti di Jakarta
(17/8) yang dilepas oleh Menristek M Nasir.
"Dari Jakarta menuju Semarang diterima dan kemudian dilepas oleh
Gubernur Ganjar Pranowo. Dilanjutkan ke Surabaya diterima dan kemudian
dilepas Wali Kota Tri Rismaharini dan Gubernur Jatim Soekarwo," kata
Humas "Solar Car Racing Team ITS" Dian Aprilia.
Dari Surabaya, tim meluncur ke Banyuwangi untuk diterima Bupati
Abdullah Azwar Anas dan dilepas ke Bali hingga finish di GWK Bali dengan
diterima Gubernur Bali Made Mangku Pastika pada 19 Agustus 2015.
"Mobil Widya Wahana V yang akan mengikuti lomba World Solar
Challenge 2015 (WSC 2015) di Australia, 17-25 Oktober, merupakan mobil
listrik yang hemat energi dan ramah lingkungan karena tidak mengeluarkan
emisi gas buang sama sekali," katanya.
World Solar Challenge merupakan perlombaan mobil surya tingkat
internasional, yaitu perjalanan sejauh 3.000 km dari Darwin (Australia
Utara) hingga Adelaide (Australia Selatan).
Menurut manajer Solar Car Racing Team ITS, Aufar Nugraha,
pengalaman dalam ajang yang sama pada tahun 2013 memberi pelajaran
berharga pada tim ITS yang pertama kali mengikuti ajang dua tahunan itu.
"Dari pengalaman pertama kali itu, mobil surya kami yang hanya
mampu menempuh 748 kilometer dari 3.000 kilometer yang menjadi jarak
lomba sesuai peraturan, maka kami kini melakukan evaluasi," katanya.
Selain itu, katanya, pengalaman pertama itu juga membuat tim ITS
sebagai satu-satunya wakil Indonesia dalam ajang mobil surya itu menjadi
tahu kelebihan dan kelemahan tim yang berlomba dalam ajang itu.
"Karena itu, kami melakukan persiapan serius untuk WSC-2015, bahkan
19 anggota tim yang terlibat membuat TA (tugas akhir) terkait semua
komponen dalam WW-V itu, seperti motor, micro controller, body, dan
sebagainya," katanya.
Oleh karena itu, pihaknya optimistis akan mampu menjadi juara dalam
kompetisi, meski pihaknya melihat tim dari Jepang dan Belanda sebagai
pesaing yang tidak bisa dianggap ringan.
"Untuk mencapai finish diperlukan kecepatan kurang lebih 100 km per
jam dalam jarak 3.000 kilometer, tapi WW-V sudah mampu mencapai
kecepatan 150 km per jam. Insya-Allah, WW-V akan bisa menyelesaikan
jarak lomba itu," katanya.
Tantangan dari WSC 2015 adalah bagaimana me-"manage" tenaga surya
pada mobil agar dapat menyelesaikan perjalanan dalam jangka waktu
maksimal enam hari dengan jam race (jalannya mobil) yang di tentukan,
yaitu hanya sembilan jam per hari.
Tantangan lain adalah suhu Australia yang cukup ekstrem, yaitu
berkisar antara 20-30 derajat celcius; tempat pemberhentian (pit stop)
yang tidak menentu; keadaan jalanan yang penuh dengan "road train" dan
sebagainya.
"Kami akan menjadikan kompetisi di Australia sebagai ajang
pembuktian bahwa mahasiswa ITS mampu bersaing dengan tim-tim dari
beberapa perguruan tinggi di dunia seperti Tokai University, Michigan
University, Stamford University, MIT, Cambridge University," katanya.
Tentu, pembuktian mahasiswa ITS di Jepang dan Australia itu akan
menjadi bonus untuk HUT ke-70 Proklamasi Kemerdekaan RI, karena mobil
listrik bertenaga surya "Widya Wahana" dan mobil balap "Sapu Angin
Speed" yang diluncurkan pada 16-17 Agustus 2015 itu sendiri sudah
merupakan kado istimewa.
"Yang penting, ITS sudah menguasai teknologi mobil surya dan mobil
listrik, sehingga pada saatnya mobil semacam itu menjadi trend dunia,
maka bangsa kita tidak akan ketinggalan," kata Ketua Jurusan Teknik
Mesin ITS, Bambang Pramujati.
Credit
ANTARA News