Drone jenis Predator milik militer AS
akan digunakan lebih sering untuk membantu upaya intelijen dan serangan
udara. (U.S. Air Force/Lt Col Leslie Pratt)
Kapten AL Jeff Davis, juru bicara Departemen Pertahanan, mengatakan jumlah pesawat tak berawak yang dikenal dengan sebutan patroli tempur udara, akan ditingkatkan sekitar 50 persen pada 2019, dari 60 dan 65 per hari menjadi sekitar 90.
“Kami melihat peningkatan permintaan dari seluruh komandan kombatan kami agar ada lebih banyak kemampuan itu,” kata Davis kepada wartawan di Pentagon.
|
Rencana menambah penerbangan pesawat tak berawak seperti MQ-1 Predator dan MQ-9 Reaper ini muncul meski ada peringatan dari seorang komandan senior Angkatan Udara AS bahwa jumlah drone dan operatornya sudah dikerahkan melebihi kapasitasnya.
Davis menjelaskan bahwa akibat kekhawatiran ini Angkatan Udara berusaha mengurangi beban armada drone dengan mengurangi jumlah penerbangan per hari dari 65 menjadi 60 kali.
Dia menambahkan bahwa rencana baru ini merupakan upaya Departemen Pertahanan untuk meningkatkan jumlah penerbangan drone dengan tidak menggantungkan diri pada Angkatan Udara tetapi melibatkan Angkatan Darat, Komando Operasi Khusus dan para kontraktor.
Angkatan Uadara akan terus melakukan sekitar 60 penerbangan drone per hari, sementara Angkatan Darat antara 10 dan 20, Komando Operasi Khusus akan melakukan lebih dari 10 penerbangan per hari. Departemen Pertahanan juga akan mengikutsertakan para kontraktor untuk menerbangkan hingga 10 patroli udara per hari dengan mempergunakan pesawat tak berawak.
Peningkatan jumlah penerbangan drone ini akan menambah jumlah rekaman video pengintaian sehingga dibutuhkan lebih banyak analis intelijen.
Davis menambahkan bahwa penerbangan tambahan itu akan dilakukan setiap saat komandan kombatan memerlukan lebih banyak pengintaian dan kemampuan serangan dari drone.
Credit CNN Indonesia