Selasa, 18 Agustus 2015

Jenis Bom Bangkok Tidak Pernah Digunakan Separatis di Selatan


Jenis Bom Bangkok Tidak Pernah Digunakan Separatis di Selatan  
Kelompok separatis di wilayah selatan Thailand tidak pernah menggunakan pola serangan seperti yang terjadi di Bangkok kemarin. (Reuters/Athit Perawongmetha)
 
 
Bangkok, CB -- Peledakan di kota Bangkok tidak sesuai dengan strategi pengeboman yang biasa digunakan oleh kelompok separatis di selatan Thailand. Sampai saat ini belum diketahui kelompok mana yang bertanggung jawab.

Penyelidikan terbaru pengeboman yang diduga telah menewaskan sedikitnya 27 orang di Kuil Erawan, Bangkok, menunjukkan bahwa bom pipa dengan motor dalam peristiwa itu tidak cocok dengan pola peledakan kelompok separatis Patani. Selain itu, separatis etnis Melayu di Patani juga jarang sekali melakukan serangan di luar wilayah mereka.


"Peledakan ini tidak cocok dengan insiden di selatan Thailand. Jenis bom yang digunakan juga tidak sesuai dengan pemberontak di selatan," kata kepala militer Kerajaan Thailand yang juga wakil menteri luar negeri Jenderal Udomdej Sitabutr dalam wawancara televisi yang dikutip Reuters, Selasa (18/8).

Media setempat menyebut 27 orang tewas, namun kepolisian Bangkok mengatakan 22 yang tewas. Sebanyak 123 orang terluka. Beberapa turis asing turut menjadi korban, di antaranya berasal dari China, Taiwan, Malaysia dan Filipina.

Saksi mata mengatakan kondisi di lokasi ledakan sangat mengerikan dengan potongan tubuh yang berserakan. Pengumpulan barang bukti penyelidikan masih terus dilakukan.

Belum ada yang bertanggung jawab dalam insiden ini. Pemerintah Thailand memang tengah memerangi kelompok separatis Muslim di bagian selatan, namun belum ada kesimpulan serangan teror dalam aksi ini.

Lebih dari 6.500 orang terbunuh dalam pertempuran tentara Thailand melawan pemberontak di Patani sejak tahun 2004.

Riwayat keamanan Thailand dalam beberapa tahun terakhir memang penuh konflik. Mulai dari perseteruan antara pendukung rezim terdahulu dengan pemerintah hingga perebutan kepemimpinan negara, tidak jarang berlangsung dengan pertumpahan darah.

Militer menguasai Thailand sejak Mei 2014, setelah menggulingkan pemerintahan yang berkuasa menyusul kerusuhan pada aksi anti-rezim yang berlangsung berbulan-bulan.

Pemerintah Thailand mengatakan bahwa serangan kali ini bertujuan menghancurkan perekonomian negara itu.

Pariwisata merupakan salah satu sektor unggulan Thailand yang menyumbang sekitar 10 persen perekonomian negara. Namun sejak militer berkuasa setelah sebelumnya Bangkok diramaikan aksi demonstrasi tanpa henti, sektor ini merosot tajam.

Credit  CNN Indonesia