Tiga Dubes membantah helikopter MI-17 jatuh karena aksi terorisme.
Kepala Pasukan Angkatan Udara Pakistan,
Sohail Aman, tengah menjenguk Duta Besar Kerajaan Malaysia untuk
Pakistan, Hasrul Sani Mujtabar yang turut menjadi korban luka di
kecelakaan helikopter MI-17. (REUTERS/Pakistan Air Force/Handout via Reuters)
CB - Tiga Duta Besar asing untuk Pakistan
berhasil selamat dari kecelakaan helikopter MI-17 yang terjadi pada
Jumat sore. Mereka menjelaskan detik-detik mengerikan ketika helikopter
lepas kendali sebelum menabrak permukaan tanah dan terbakar.
Laman
Tribune Pakistan,
Minggu, 10 Mei 2015 melansir, pernyataan Dubes Malaysia, Argentina dan
Belanda yang menyebut kejadian pada Jumat pekan lalu murni merupakan
bencana dan bukan tindak terorisme. Dubes Malaysia untuk Pakistan,
Hasrul Sani Mujtabar, mencoba mengingat kembali pengalaman mengerikan
itu.
"Usai tiba di bandara Gilgit, semuanya berjalan baik kecuali
beberapa menit terakhir. Saat itu helikopter berputar-putar dan
menabrak permukaan tanah," kata Mujtabar.
Dia mengaku melihat pilot helikopter tewas terbunuh.
"Beberapa
yang lainnya langsung tewas di tempat dan ketika itu saya tengah duduk
di tengah. Kemudian, beberapa berhasil melarikan diri tetapi api begitu
kuat berkobar dan asap begitu cepat menyelimuti helikopter," kata
Hasrul.
Bantahan serupa disampaikan Dubes Argentina untuk Pakistan, Rodolfo Martin Saravia.
"Terkait
dengan pernyataan dan rumor bahwa ada sebuah serangan teroris atau ada
sabotase, saya dapat mengatakan 99,99 persen hal tersebut tidak benar.
Ini merupakan sebuah kecelakaan menyedihkan dan tragis serta disebabkan
kesalahan teknis di pesawat," papar Saravia.
Sementara, Dubes
Belanda untuk Pakistan, Marcel de Vink, mengatakan dia sangat beruntung
masih diberikan kesempatan hidup setelah apa yang disaksikannya. de Vink
diketahui memiliki luka bakar yang cukup parah di bagian kaki dan
wajah.
"Saya ingat helikopter kami berputar-putar dan berpikir
saya harus bersiap-siap untuk sedikit tabrakan. Oleh sebab itu ketika
saya membuka mata, saya melihat asap dan ledakan. Maka, saya merasa
benar-benar beruntung, karena kejadiannya begitu cepat," papar de Vink.
Dubes
RI untuk Pakistan, Burhan Muhammad, juga selamat, namun 75 persen
tubuhnya mengalami luka bakar. Menteri Luar Negeri Pakistan, Aizaz Ahmad
Chaudhry mengatakan kondisi Burhan sedang kritis.
Dalam jumpa
pers yang disampaikan pada Sabtu kemarin, total terdapat 19 orang yang
menumpang di dalam helikopter. Sebanyak 12 orang lainnya berhasil
diselamarkan. Kotak hitam helikopter juga berhasil ditemukan.
Sementara,
terkait dengan pemulangan jasad dua Dubes dan dua istri Dubes akan
dilakukan secara formal. Kantor Perdana Menteri menyampaikan dalam
pemulangan, Pemerintah Pakistan mengutus masing-masing satu Menteri
untuk mendampingi jenazah.
"Para Menteri akan membawa jasad
tersebut dengan menggunakan penerbangan khusus sebagai bentuk
penghormatan dan menunjukkan betapa pentingnya kedekatan Pakistan dengan
negara-negara ini," ujar pernyataan tertulis tersebut.
Kesalahan TeknisBantahan
juga disampaikan oleh Kepala Staf Angkatan Udara Pakistan (PAF), Sohail
Aman. Dia membenarkan pernyataan para Dubes dan Kemlu bahwa helikopter
itu jatuh karena hilang kendali sebelum mendarat. Itu semua, ujar
Sohail, akibat kesalahan teknis.
"Helikopter MI-17 dalam sebuah
penerbangan rutin. Pilotnya memiliki kemampuan profesional yang hebat.
Komandan pangkalan, yakni sang pilot, telah memeriksa proses pendaratan
helikopter," papar dia.
Ini merupakan kecelakaan transportasi
udara terparah yang dialami Pakistan sejak tahun 2012 lalu. Pada 2012,
sebuah pesawat penumpang Boeing-737 jatuh di Islamabad dan menewaskan
130 orang.
Sementara, di tahun 1988 lalu, mantan penguasa dari
kalangan militer, Jenderal Ziaul-Haq tewas terbunuh bersama dengan Dubes
Amerika Serikat untuk Pakistan, Arnold Raphel saat tengah terbang ke
Bahawalpur. Helikopter yang digunakan yakni MI-17 diketahui buatan Rusia
dan memiliki catatan keamanan yang baik.
Credit
VIVA.co.id