Benjamin Netanyahu berjanji mencaplok permukiman Tepi Barat bila terpilih lagi
CB,
ANKARA -- Pemerintah Turki mengkritik rencana Perdana Menteri Israel
Benjamin Netanyahu menganeksasi permukiman Israel di Tepi Barat. Hal itu
hendak dilakukannnya jika terpilih kembali sebagai perdana menteri
dalam pemilu Israel yang dijadwalkan diselenggarakan pada Selasa (9/4).
Menteri
Luar Negeri Turki Mavelut Cavusoglu mengatakan Tepi Barat merupakan
wilayah Palestina yang diduduki Israel. Pendudukan yang telah
berlangsung sejak 1967 melanggar hukum internasional.
Oleh sebab itu, Cavusoglu mengecam janji Netanyahu yang hendak
mencaplok wilayah tersebut guna memenangkan pemilu Israel. “Pernyataan
Perdana Menteri Netanyahu yang tidak bertanggung jawab untuk mencari
suara sebelum pemilihan Israel tidak dapat dan tidak akan mengubah fakta
ini (Tepi Barat sebagai wilayah pendudukan),” ujarnya pada Ahad (7/4).
Juru
bicara Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, Ibrahim Kalin, menyampaikan
protes serupa. Dia mengaku ingin mengetahui bagaiamana Barat akan
bereaksi terhadap rencana Netanyahu. “Akankah demokrasi Barat bereaksi
atau akan mereka terus menentramkan? Malu pada mereka semua!” kata Kalin
melalui akun Twitter pribadinya.
Pada
Sabtu (6/4), Netanyahu bertanya mengapa Israel tidak menyatakan
kedaulatan atas sebagaian besar permukiman yang dibangun di Tepi Barat.
Sebab hal itu dilakukan terhadap Yerusalem Timur dan Dataran Tinggi
Golan.
Netanyahu mengaku telah mendiskusikan hal
tersebut. “Saya akan memperpanjang kedaulatan (Israel) dan saya tidak
membedakan antara blok permukiman dan permukiman terisolasi,” ujarnya.
Israel
mulai menduduki Tepi Barat, termasuk Yerusalem Timur, setelah
memenangkan perang melawan negara-negara Arab, yakni Yordania, Suriah,
dan Mesir pada 1967. Tepi Barat berhasil direbut Tel Aviv dari kekuasaan
Yordania.
Sejak saat itu, Israel mulai meluncurkan
proyek pembangunan permukiman Yahudi di Tepi Barat. Namun karena hukum
internasional memandang Tepi Barat dan Yerusalem Timur sebagai wilayah
pendudukan, maka segala aktivitas Israel di sana dianggap ilegal.
Kendati
demikian, hal itu tak menyurutkan Israel untuk menggencarkan
pembangunan permukiman di sana. Saat ini terdapat lebih dari 100
permukiman ilegal Israel di Tepi Barat. Permukiman itu dihuni sekitar
650 ribu warga Yahudi Israel.
Masifnya pembangunan
permukiman ilegal, termasuk di Yerusalem Timur, dinilai menjadi
penghambat terbesar untuk mewujudkan solusi dua negara antara Israel dan
Palestina. Sebab Palestina menginginkan Tepi Barat, Yerusalem Timur,
dan Jalur Gaza menjadi bagian dari negaranya di masa depan.