Portal Berita Tentang Sains, Teknologi, Seni, Sosial, Budaya, Hankam dan Hal Menarik Lainnya
Senin, 08 April 2019
Palestina-Turki Kecam Perdana Menteri Isarel Netanyahu
YERUSALEM
- Pemimpin pemerintahan Palestina bereaksi keras dan mengecam Perdana
Menteri (PM) Isarel Benjamin Netanyahu yang ingin menganeksasi Tepi
Barat. Karena partainya terus tertekan, Netanyahu membuat janji demikian
untuk menarik simpati rakyat Israel dalam pemilu parlemen mendatang.
Partai Likud yang berhaluan kanan-keras dan mendukung Netanyahu memang
selalu membuat kebijakan yang provokatif.
“Israel akan terus
melanjutkan upaya melanggar hukum internasional selama komunitas
internasional terus melanjutkan menghadiahi Israel dengan impunitas,
khususnya dukungan pemerintahan Trump dan dukungan atas pelanggaran
Israel terhadap hak asasi manusia (HAM) rakyat Palestina,” kata Saeb
Erekat, kepala negosiator Palestina dan penasihat utama Presiden
Palestina Mahmoud Abbas, seperti dilansir Reuters.
Di Gaza,
pejabat Hamas Sami Abu Zuhri menyarankan pemerintahan Palestina yang
didukung Barat untuk menghentikan kerja sama dengan Israel di wilayah
pendudukan Tepi Barat. “Mimpi Netanyahu menganeksasi Tepi Barat tidak
akan pernah tercapai dan kita tidak akan mengizinkan hal itu terjadi,”
kata Sami. Dia mengungkapkan, saat ini adalah waktunya pemerintahan
Palestina untuk bersatu menghadapi tantangan.
Upaya
perlawanan Palestina juga didukung penuh Turki. Ankara mengkritik
pernyataan tak bertanggung jawab PM Netanyahu jika dia menang pemilu.
Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu mengatakan, Tepi Barat yang
diduduki Israel pada Perang Timur Tengah 1967 merupakan wilayah
Palestina. “Pernyataan tak bertanggung jawab Netanyahu hanya mencari
suara sebelum Pemilu Israel. Itu tidak akan mengubah fakta,” ungkap
Cavusoglu.
Bahkan juru bicara Presiden Turki Tayyip Erdogan,
Ibrahim Kalin, juga mengungkapkan kemarahannya. “Akankah negara
demokrasi Barat bereaksi atau mereka tetap tenang saja?” ujar Kalin.
Dikarenakan program pembangunan permukiman Israel, kini lebih dari
400.000 warga Israel tinggal di Tepi Barat.
Di sisi lain 2,9
juta warga Palestina masih tinggal di tanah kelahiran mereka, sedangkan
212.000 warga Israel tinggal di permukiman ilegal di Yerusalem Timur.
Palestina dan banyak negara tetap menganggap permukiman Israel ilegal
sesuai dengan Konvensi Jenewa yang melarang pendirian permukiman di
tanah pendudukan.
Dalam wawancara dengan stasiun Channel 12 News,
Netanyahu mengungkapkan dirinya sedang mendiskusikan upaya aneksasi
permukiman Tepi Barat seperti halnya Israel menduduki Dataran Tinggi
Golan dan Yerusalem Timur. “Saya akan memperluas kedaulatan Israel,”
katanya. Dia mengungkapkan dirinya tidak membeda-bedakan antara blok
permukiman dan permukiman yang terisolasi.
Politikus sayap kanan
itu mendominasi perpolitikan Israel cukup lama. Saat ini dia bersaing
ketat dengan pensiunan jenderal Benny Gantz. Netanyahu menganggap Gantz
sebagai pemimpin lemah yang membahayakan keamanan Israel dengan
memberikan konsesi wilayah kepada Palestina.
Pemilu kali ini
sangat berat bagi Netanyahu karena dia berada di bawah bayang-bayang
tudingan korupsi. Partai Netanyahu, Likud, yang berhaluan kanan sedang
bersaing ketat dengan aliansi partai kanan-tengah Biru dan Putih. Namun
partai lainnya, yang beberapa di antaranya mendukung pencaplokan wilayah
permukiman Tepi Barat, bisa menjadi penentu ketika mereka berusaha
membentuk koalisi pemerintahan.
Sementara
itu pemerintahan AS Donald Trump sedang bersiap-siap untuk mengungkap
rencana perdamaian di Timur Tengah yang telah lama ditunggu-tunggu.
Pejabat AS menyebut perundingan ini akan berlaku adil. Pemerintahan
Trump telah melakukan serangkaian tindakan yang membuat marah Palestina
dan secara umum memihak Israel.
Pada 2017 Trump mengumumkan bahwa
AS mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel, yang kontradiktif dengan
kebijakan resmi AS selama puluhan tahun. Menanggapi hal tersebut, Abbas
memutuskan hubungan dengan AS dan mengatakan bahwa AS tidak bisa lagi
menjadi perantara perdamaian.
Tahun lalu AS berhenti
berkontribusi ke Agensi Pekerjaan dan Pemulihan PBB untuk Pengungsi
Palestina di Timur Dekat (Unrwa) yang telah membantu para pengungsi
Palestina sejak 1949. Parahnya, pada Maret lalu, Presiden Trump secara
resmi mengakui kedaulatan Israel atas Dataran Tinggi Golan