JAKARTA (CB) – Duta Besar (Dubes) Luar Biasa dan Berkuasa
Penuh (LBBP) Indonesia untuk Serbia merangkap Montenegro, Semuel
Samson, mengatakan hubungan antara Indonesia dan Serbia adalah hubungan
yang sangat dekat. Hubungan itu sudah terjalin sejak zaman Serbia masih
menjadi bagian dari Yugoslavia.
Serbia merupakan pewaris utama negara Yugoslavia yang telah terpecah. Meski telah terpecah, memori tentang Indonesia masih tertanam di benak warga Serbia, terutama yang telah berusia 50 tahun ke atas.
Presiden pertama Indonesia Ir. Soekarno diketahui memiliki hubungan yang sangat dekat dengan Presiden Yugoslavia saat itu Joseph Broz Tito. Kedekatan ini membuat nama Ir. Soekarno memiliki arti penting di Serbia hingga saat ini.
“Di Beograd itu, jika Anda tersesat dan Anda minta diantar dengan taksi ke kedutaan Indonesia pasti sampai. Karena Indonesia di sana sangat top sekali. (Presiden pertama RI) Soekarno di sana seperti dewa,” kata Dubes Semuel Samson dalam penjelasannya dalam forum debriefing di Ruang Nusantara Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia di Jakarta, Rabu (10/6/2015).
Indonesia dan Serbia merupakan dua negara penggagas kelompok Gerakan Non-Blok pada 1961. Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Non Blok pertama diadakan di ibu kota Yugoslavia, Beograd. Hubungan bersejarah inilah yang diharapkan Dubes Semuel untuk dapat terus dijaga dengan Serbia, meskipun Yugoslavia telah terpecah.
“Kita suka rawat hubungan dengan APEC, kita suka rawat yang (hubungan dengan negara) besar-besar, tapi teman lama tidak kita rawat. Kita selalu kalah dalam forum-forum internasional karena kita tergantung dengan (negara) yang besar,” tambah Dubes yang mulai bertugas di Serbia pada 2011 itu.
Untuk menjaga hubungan tersebut, dia mencoba pendekatan kepada generasi muda Serbia untuk memperkenalkan kembali sejarah yang dekat di antara kedua negara. Dubes yang juga berprofesi sebagai pengusaha dan politikus ini ingin agar generasi muda Serbia mengetahui sejarah yang mengikat kedua negara.
Serbia merupakan pewaris utama negara Yugoslavia yang telah terpecah. Meski telah terpecah, memori tentang Indonesia masih tertanam di benak warga Serbia, terutama yang telah berusia 50 tahun ke atas.
Presiden pertama Indonesia Ir. Soekarno diketahui memiliki hubungan yang sangat dekat dengan Presiden Yugoslavia saat itu Joseph Broz Tito. Kedekatan ini membuat nama Ir. Soekarno memiliki arti penting di Serbia hingga saat ini.
“Di Beograd itu, jika Anda tersesat dan Anda minta diantar dengan taksi ke kedutaan Indonesia pasti sampai. Karena Indonesia di sana sangat top sekali. (Presiden pertama RI) Soekarno di sana seperti dewa,” kata Dubes Semuel Samson dalam penjelasannya dalam forum debriefing di Ruang Nusantara Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia di Jakarta, Rabu (10/6/2015).
Indonesia dan Serbia merupakan dua negara penggagas kelompok Gerakan Non-Blok pada 1961. Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Non Blok pertama diadakan di ibu kota Yugoslavia, Beograd. Hubungan bersejarah inilah yang diharapkan Dubes Semuel untuk dapat terus dijaga dengan Serbia, meskipun Yugoslavia telah terpecah.
“Kita suka rawat hubungan dengan APEC, kita suka rawat yang (hubungan dengan negara) besar-besar, tapi teman lama tidak kita rawat. Kita selalu kalah dalam forum-forum internasional karena kita tergantung dengan (negara) yang besar,” tambah Dubes yang mulai bertugas di Serbia pada 2011 itu.
Untuk menjaga hubungan tersebut, dia mencoba pendekatan kepada generasi muda Serbia untuk memperkenalkan kembali sejarah yang dekat di antara kedua negara. Dubes yang juga berprofesi sebagai pengusaha dan politikus ini ingin agar generasi muda Serbia mengetahui sejarah yang mengikat kedua negara.
Credit Okezone