Kamis, 11 Juni 2015

Terancam Uni Eropa, Dokumen GNB Perlu Jadi Warisan Dunia

Para pendiri Gerakan Non-Blok. Dari Kiri Ke Kanan: Jawaharlal Nehru, Kwame Nkrumah, Gamal abdul Nasser, Ir. Soekarno, Josep Broz Tito.
Para pendiri Gerakan Non-Blok. Dari Kiri Ke Kanan: Jawaharlal Nehru, Kwame Nkrumah, Gamal abdul Nasser, Ir. Soekarno, Josep Broz Tito.
JAKARTA  (CB) - Duta Besar (Dubes) Luar Biasa dan Berkuasa Penuh (LBBP) Indonesia untuk Serbia Semuel Samson menyatakan dokumen-dokumen terkait Gerakan Non Blok (GNB) perlu dilestarikan agar tidak hilang ditelan sejarah. Serbia yang merupakan pewaris dari Yugoslavia merupakan salah satu negara yang mempunyai kaitan erat dengan organisasi tersebut.
Berbicara dalam forum debriefing di Kementerian Luar Negeri RI, Dubes Semuel mengungkapkan ketidaksukaan negara-negara Barat akan organisasi GNB dapat dilihat sebagai sebuah alasan yang kuat dan cukup mendesak bagi Indonesia untuk memperjuangkan hal ini ke UNESCO.
“Singkat cerita, Barat itu tidak suka dengan Yugoslavia. Sedangkan Eropa timur juga tidak suka dengan Yugoslavia. Karena Yugoslavia merupakan tamparan bagi Eropa Timur dan Barat. (Yugoslavia) ada di Eropa tapi bilang kepada teman-teman Eropa kalian berdua salah. Yang kanan, Eropa Barat salah karena kalian hobinya menjajah yang kiri kalian terjebak dalam perangkap komunisme,” kata Dubes Semuel, pada Rabu (10/6/2015).
Hal itulah yang kemudian menyebabkan Yugoslavia yang saat itu dipimpin oleh Presiden Joseph Broz Tito, untuk ikut memprakarsai terbentuknya Gerakan Non Blok pada 1961. Namun, seiring perkembangan zaman ketidaksukaan Barat tampaknya belum surut, dan dengan kemungkinan bergabungnya Serbia yang menyimpan dokumen-dokumen GNB timbul kekhawatiran akan adanya usaha pemusnahan dokumen terkait.
“Karena itu negara Barat tidak terlalu suka dengan peringatan non blok. Karena itu saya getol menjadikan Gerakan Non Blok sebagai Memory of the World. Karena jika sebentar lagi Serbia masuk uni Eropa dokumen-dokumennya akan dihancurkan, kita tidak punya lagi dokumen tentang Asia Afrika dan GNB,” lanjut Dubes Semuel.
Dokumen arsip Mengenai Konferensi Asia Afrika telah diajukan oleh Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) sebagai Memory of the World pada 2014, dan masih menunggu persetujuan UNESCO. ANRI juga telah bekerjasama dengan Arsip Nasional Serbia untuk mengajukan dokumen GNB sebagai warisan dunia UNESCO pada 2017.



Credit  Okezone