Tank T-90 Rusia tampak sedang
melancarkan tembakan. Sumber: EPA /
Vostock-photo
Sebuah video yang beredar di
dunia maya telah mencuri perhatian masyarakat dunia. Video ini
menampilkan militan Suriah yang menyerang tank T-90 dengan rudal TOW.
Namun begitu, serangan rudal TOW tak berhasil menghancurkan T-90.
Seorang pakar di bidang persenjataan yang juga seorang mantan komandan
dan sekaligus Pemimpin Redaksi Majalah Arsenal Otechestva (Arsenal Tanah
Air) Viktor Murakhovski mengemukakan pendapatnya mengenai siapa yang
memasok rudal tersebut, serta kelemahan dan kekuatan tank Rusia terbaru
ini.
Video
yang beredar di dunia maya menimbulkan kesan bahwa rudal antitank
(ATGM) digunakan untuk menyerang tank tentara pemerintah Suriah serta
tank militan. Pasukan militan tidak memiliki banyak tank, tapi mereka
tetap diikut sertakan dalam perang.
Sebagian besar tank bahkan banyak yang hancur dalam perang di tengah kota akibat serangan rudal konvensional.
Senjata Suriah vs. Tank
Di
Suriah terdapat banyak jenis rudal antitank dan granat berpeluncur
roket (RPG) di Suriah sangat luas. Terdapat sampel yang dibuat sejak era
Soviet, yaitu jenis “Fagot” dan “Konkurs”, serta jenis yang lebih
modern, “Kornet”, yang digunakan pasukan pemerintah. Ada pula sistem
antitank TOW-2A produksi Amerika yang dikirimkan kepada oposisi moderat,
dipasok oleh Turki dan Qatar kepada milisi Islam radikal yang berkuasa.
Selain
itu, terdapat pula rudal antitank dan granat berpeluncur roket buatan
Tiongkok dan Iran. Rudal dan granat ini digunakan oleh kelompok militan,
pasukan pemerintah, dan Kurdi.
Selama perang sipil, seluruh kelompok menyita senjata satu sama lain, termasuk artileri antitank.
TOW
buatan AS menjadi salah satu senjata paling berbahaya bagi tank Suriah.
Hampir seluruhnya adalah modifikasi modern sistem antitank TOW-2A yang
telah dipasok ke banyak negara.
TOW-2A-lah yang menghancurkan helikopter Mi-8 di daratan Suriah. Pada saat itu, Mi-8 ikut serta dalam penyelamatan
pilot Su-24 yang ditembak oleh Turki. Secara umum, rudal TOW dapat
menyerang target apa pun yang bergerak dengan kecepatan relatif kecil,
termasuk helikopter yang terbang rendah dan unit teknis lainnya di
daratan.
Sebuah
tank pasti akan hancur jika terhantam serangan rudal baik di bagian
samping atau pada badan tank itu sendiri. Tidak ada tank yang mampu
menahan serangan sejenis rudal antitank modern.
Bagaimana T-90 Rusia Dapat Lolos?
Apa
yang sebenarnya kita lihat dari video tersebut? Kita dapat melihat tank
T-90 yang diproduksi pada tahun 1992 dengan menara yang dibuat melalui
pengecoran. Tahun pembuatannya dapat diketahui dengan adanya sistem
penekanan optik-elektronik “Shtora” (lampu sorotnya terlihat di kedua
sisi meriam) serta bentuk pintunya.
Tank
T-90 dilengkapi pelindung reaktif “Kontakt-5”. Selain itu, di bagian
depan terdapat pelindung lapis baja yang dikombinasikan dengan lembaran
reflektif. Kita juga dapat mengecek pada bagian kiri yang terkena
serangan TOW-2A, pelindung reaktif tank ini bekerja, tapi tampaknya
kerusakan terhadap lapisan pelindung tidak terjadi.
Awak
tank lalai dengan tugas mereka di medan perang, yaitu dengan membiarkan
lubang masuk ke dalam tank terbuka. Di samping itu, sistem “Shtora” pun
dimatikan.
Akibat
ledakan enam kilogram hulu ledak, tentu saja terjadi kebocoran
gelombang ledakan melalui pintu tank yang terbuka, dan operator tank
melompat keluar dari tank.
Tank
Soviet dan Rusia dibangun sedemikan rupa sehingga dapat menahan
serangan senjata antitank dengan berbagai sudut yang lebih kurang 30
derajat dari sumbu mesin.
Tank yang berdiri sendiri adalah target empuk bagi rudal.
Taktik
awak tank ini sendiri ternyata tak berhasil. Tank seharusnya digunakan
sebagai bagian dari subdivisi dan bekerja sama dengan infanteri. Tank
tunggal, terutama yang berdiri tetap di tempatnya merupakan target empuk
bagi rudal.
Aksi
ini terjadi di desa Sheikh Aqil, bagian barat laut Aleppo, tempat
terjadinya pertempuran kelompok “Gunung Elang Zawiya” yang merupakan
bagian kelima dari Tentara Pembebasan Suriah. Pertempuran itu merupakan
pengintaian yang dilakukan oleh Hazara dan Syiah Afghanistan. Mereka
mencoba merebut Sheik Aqil, tapi terpaksa mundur.
Pada
rekaman video tersebut, tank T-90 tak terlihat hancur. Pada saat yang
sama, di rekaman tersebut terlihat aksi penembakan para pasukan dengan
peralatan perangnya, tapi tampaknya tank tersebut berhasil pergi atau
telah dievakuasi.
“Saya
pikir, tank berhasil mempertahankan mobilitasnya dan para awak tetap
hidup. Namun, bisa saja terdapat kerusakan perangkat pengamatan,” kata
Murakhovski.
T-90 yang ada di Suriah merupakan sampel dari tahun 1992. Di samping itu, terdapat pula T-90A produksi tahun 2004.
Tidak
akan ada titik balik dalam peperangan akibat kemunculan teknologi jenis
baru, seperti T-90 atau Su-35. Namun demikian, efektivitas pertempuran
dapat meningkat secara signifikan jika tank digunakan secara bijaksana,
yaitu dengan bekerja sama dengan infanteri, artileri, kelompok
penerbangan, dan pemusatan kekuatan bersama, bukannya berlaga secara
tunggal, melainkan bersama-sama.
Credit
RBTH Indonesia