Kamis, 18 Desember 2014

Lucu, Kapal perang Indonesia dan Malaysia ini punya nama sama


 
KRI Todak-KD Todak. ©2014 Merdeka.com


CB - Ada fakta menarik soal kapal perang milik TNI Angkatan Laut dan Tentara Laut Diraja Malaysia (TLDM). Kedua negara punya kapal perang bernama sama.

Kapal perang itu adalah Kapal Republik Indonesia (KRI) Todak dan Kapal Diraja (KD) Todak. Bedanya KRI Todak bernomor lambung 361 sementara KD Todak bernomor 3506.

Nama Todak diambil dari nama ikan galak dengan mulut seperti pedang. Ikan ini sering juga disebut ikan cucut.

KRI Todak merupakan kapal patroli cepat buatan dalam negeri. Kapal jenis FPB-57 Nav V ini diproduksi tahun 1999 dan mulai masuk jajaran TNI AL setahun setelahnya. Kini KRI Todak bertugas Komando Armada Barat TNI AL.

Selain KRI Todak 631, TNI AL memiliki beberapa kapal sejenis seperti KRI Lemadang 632, KRI Hiu 634, dan KRI Layang 635.

KRI Todak memiliki bobot pada muatan penuh 445 ton. Berdimensi 58,10 meter x 7,62 meter x 2,85 meter. Ditenagai oleh 2 mesin diesel yang sanggup mendorong kapal hingga kecepatan 30 knot.

Kapal ini punya 2 rudal permukaan-ke-permukaan C 802, buatan China dengan jangkauan maksimal sekitar 130 Km.

Selain 2 rudal, KRI Todak juga punya 1 Meriam Bofors SAK 40/70 berkaliber 40 mm dengan kecepatan tembakan 300 rpm dan 2 kanon Penangkis Serangan Udara Rheinmetall kaliber 20 mm dengan kecepatan tembakan 1000 rpm. Jangkauannya bisa mencapai 2 Km untuk target udara.

Nama KRI Todak sering disebut akhir-akhir ini. Dia ikut bertugas dalam misi memburu kapal asing dan menenggelamkan kapal pencuri ikan dari Vietnam di Natuna beberapa minggu lalu.

Sebelumnya KRI Todak juga beberapa kali menangkap kapal pencuri ikan dan kapal ikan yang menggunakan pukat harimau. Dia juga terlibat mencari pesawat Malaysia Airlines MH370 yang sempat diduga jatuh di perairan Indonesia.
Bagaimana dengan KD Todak?


Credit Merdeka.com

80 persen kapal di indonesia masih diimpor



80 persen kapal di indonesia masih diimpor
ilustrasi - Pekerja mengecat kapal pinisi di Galangan Kapal Muara Baru, Jakarta pada foto 17 November 2014. (ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja) 
 
 
Jakarta (CB) - Sekitar 80 persen dari 13.224 unit kapal niaga yang beroperasi di Indonesia merupakan kapal impor dari Tiongkok, Jepang, dan Korea, bahkan kapal buatan dalam negeri memiliki kandungan komponen impor 60 persen-70 persen.

"Pembelian kapal impor mencapai 1,25 miliar dolar AS per tahun. Ini sangat disayangkan," kata Ketua Ikatan Perusahaan Industri Galangan Kapal dan Sarana Lepas Pantai Indonesia, Eddy Kurniawan pada "Focus Group Discussion: Revitalisasi Industri Perkapalan Nasional" yang diselenggarakan BPPT di Jakarta, Rabu.

Penyebabnya, kata dia, kapal buatan dalam negeri relatif lebih mahal 10 persen-30 persen dibanding yang impor, selain itu waktu produksi relatif lebih lama, karena minimnya dukungan industri komponen dan penunjang, katanya.

Untuk membuat sebuah kapal di galangan domestik, ujar dia, modal dari lembaga keuangan dalam negeri juga sulit diperoleh, ditambah lagi suku bunga relatif tinggi dibanding dengan lembaga pembiayaan luar negeri.

Ditambah lagi galangan kapal untuk pembuatan maupun reparasi kapal yang jumlahnya 198 galangan di dalam negeri belum mampu mencukupi kebutuhan nasional, tambahnya.

Menurut dia, jika Indonesia ingin memajukan industri kapal dan galangan kapal dalam negeri, langkah pertama adalah memberi insentif fiskal dan moneter bagi industri ini dengan menghapus Pajak Pertambahan Nilai (PPN) untuk penyerahan pembangunan kapal dari 10 persen menjadi nol persen.

"Juga menghapus PPN penyerahan impor/pembelian komponen kapal dari 10 persen menjadi nol persen dan bea masuk komponen kapal dari 5-12,5 persen menjadi nol persen. Karena di dunia semua ini tidak lazim," katanya.

Setelah pemerintah memberi insentif fiskal dan moneter bagi industri galangan kapal, maka negara akan mendapat keuntungan yakni menghentikan potensi devisa yang hilang ke luar negeri dari pembelian kapal impor yang mencapai 1,25 miliar dolar AS per tahun, katanya.

Sementara itu, pakar hukum kelautan Dr Chandra Motik mengatakan, rencana Presiden Joko Widodo mengimpor 500-2.500 kapal dari Tiongkok untuk memenuhi kebutuhan program Tol Laut akan menganaktirikan industri kapal nasional.

Ia meminta segala peraturan yang menghambat perkembangan industri kapal nasional direvisi.


Credit ANTARA News

Jokowi Janji Tambah Anggaran Alutsista TNI di APBN-P




 
indra/kompas.com Pameran alutsista TNI di Monas



JAKARTA, CB - Presiden Joko Widodo berjanji akan menyediakan anggaran untuk melengkapi alat utama sistem senjata TNI. Hal itu diungkapkan Jokowi seusai meninjau lokasi pameran alutsista TNI AD, di Lapangan Silang Monas, Jakarta, Rabu (17/12/2014).
"Saya enggak hapal secara rinci, tapi jelas akan kita tambahkan lagi dlm APBN-P, semuanya penting, semuanya masih kurang dan terus akan kita tambah," kata Jokowi.
Ia menjelaskan, berdasarkan pengamatannya pada alutsista yang dipamerkan, alutsista TNI tergolong cukup komplet. Hanya saja, ada beberapa jenis alutsista yang harus diremajakan atau diganti baru.
Menurut Jokowi, ketersediaan alutsista sangat penting untuk menunjang tugas besar TNI menjaga kedaulatan bangsa. Lebih dari itu, wibawa Indonesia juga akan meningkat dan makin disegani negara lain jika memiliki alutsista yang memadai.
"TNI memiliki alutsista ada yang sudah modern, ada yang ketinggalan. Tapi komitmen pemerintah saya kira kita ingin perbaiki semuanya dan kita ingin negara ini punya wibawa," ujarnya.
Terkait dengan acara pameran alutsista TNI Angkatan Darat, Jokowi memberikan apresiasi yang baik. Ia yakin, acara ini akan meningkatkan kebanggaan masyarakat pada TNI.
"Saya lihat masyarakat sangat bangga memiliki TNI dan rasa memiliki itu yang ingin kita hadirkan dalam pameran sehingga bisa menimbulkan semangat bela negara," ucapnya.
Pameran alutsista TNI AD digelar mulai 12-15 Desember 2014 dan merupakan pameran alutsista ketiga yang digelar TNI pada tahun 2014.
Sebelumnya, pameran serupa pernah diadakan pada acara puncak HUT TNI ke-69 di Armatim Ujung, Surabaya dan di HUT Ke-65 Kodam V Brawijaya pada (8/10/2014). Dalam acara ini, masyarakat bisa melihat dan berfoto bersama dengan 200 unit peralatan tempur yang dipamerkan. Di antaranya Tank Leopard, helikopter, persenjataan infanteri, kavaleri, artileri medan, artileri pertahanan udara, dan penerbad.
Selain pameran alutsista, acara ini juga dimeriahkan dengan pagelaran kesenian dari Satuan Jajaran Kodam Jaya dan Komam III/Siliwangi, Panjat Tebing, lomba fotografi, pengenalan pakaian TNI AD dari masa ke masa, dan menampilkan berbagai macam sajian kuliner.


Credit KOMPAS.com

Sebanyak 175 Prajurit TNI Siap Berangkat ke Kongo


Misi TNI Kontingen Garuda ke Kongo.
Misi TNI Kontingen Garuda ke Kongo. (sumber: Antara)
 
 
Jakarta (CB) - Komandan Pusat Misi Pemeliharaan Perdamaian (PMPP) TNI Brigjen TNI AM Putranto mewakili Asops Panglima TNI bertindak sebagai inspektur upacara pada upacara penutupan latihan penyiapan Satuan Tugas Kompi Zeni (Satgas Kizi) TNI Kontingen Garuda (Konga) XX-L/Monusco (Mission de I’Organisation de republic des Nation Unies Pour la Stabilisation en Republique Democratique du Congo) di lapangan Canti Dharma PMPP Sentul-Bogor, Rabu (17/12). Sebanyak 175 prajurit TNI yang tergabung dalam Satgas Kizi TNI Konga XX-L/Monusco siap berangkat ke Republik Demokratik Kongo dalam misi perdamaian PBB selama satu tahun.
Pelatihan penyiapan Satgas Kizi Konga XX-L yang berlangsung selama satu bulan dari 17 November 2014 sampai dengan 17 Desember 2014 diikuti oleh 210 personel TNI. Mereka terdiri dari 175 orang pada misi Monusco di Kongo, 33 orang ditugaskan pada misi Minusca di Central Afrika dan 2 orang Military Staffpada misi Minusma di Mali.
Sebanyak 175 prajurit TNI Satgas Kizi Konga XX-L terdiri dari TNI AD 151 personel, TNI AL19 personel dan TNI AU 5 personel, dipimpin Mayor Inf Y.SK Tarigan (Akmil 1998) sebagai Komandan Satgas yang diproyeksikan menggantikan Satgas Kizi Konga XX-K dan akan diberangkatkan 9 Januari 2015.
Dalam sambutan Asops Panglima TNI yang dibacakan Komandan PMPP TNI berpesan agar tetap tingkatkan iman dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sehingga selalu senantiasa dalam lindungan-Nya. Kedua, selalu berpedoman kepada Sapta Marga, Sumpah Prajurit dan 8 Wajib TNI serta hormati hak azasi manusia. Ketiga, pahami karakterisitik daerah operasi sehingga dapat mengantisipasi segala kemungkinan yang terjadi sesuai dengan Standar Operational Procedure (SOP) dan Rule of Engagement (ROE) penugasan.
Keempat, pelihara dan tingkatkan kesamaptaan jasmani, kesehatan, kemampuan berbahasa Inggris dan bahasa Perancis serta kemampuan penggunaan IT karena sangat bermanfaat pada penugasan di komunitas Internasional dan yang kelima, sebagai duta bangsa senantiasa tetap jaga jati diri sebagai prajurit TNI.
Upacara penutupan dihadiri oleh Direktur Latihan Kodiklat TNI Brigjen TNI Surawahadi, Kapusinfolahta TNI Marsma TNI Agus Mustofa, dan Pejabat PMPP TNI, serta beberapa pejabat dari perwakilan masing-masing Angkatan.



Credit BeritaSatu

Kuasai Beladiri Yong Moo Do Jadi Parameter Kenaikan Pangkat TNI


 


BALIKPAPAN, CB – Kemahiran dalam beladiri Yong Moo Do menjadi salah satu ukuran bagi kenaikan pangkat seorang serdadu di lingkungan TNI Angkatan Darat. Serdadu yang telah menyandang sabuk hitam, setidaknya Dan I, memiliki peluang besar naik pangkat.

Kemahiran beladiri Yong Moo Do ini melengkapi syarat utama lain seperti menembak dan olahraga berenang.

“Tiap anggota yang menguasai Yong Moo Do, pada 1 April depan (2015), akan ada kenaikan Dan I. Penguasaan Yong Moo Do menjadi salah satu penilaian bagi kenaikan pangkat anggota. Ini kebijakan (panglima),” kata Nam Deok Hoo (Mr Nam), pelatih Yong Moo Do, pemegang sabuk hitam Dan IV.

Beladiri tangan kosong ini telah menjadi beladiri wajib di TNI Angkatan Darat sejak 2008. Beladiri ini pertama kali diperkenalkan saat perayaan HUT TNI pada 2008 silam.

Tidak seperti beladiri Korea, Tae Kwon Do, yang lebih banyak dikenal, Yong Moo Do tidak hanya mengandalkan tendangan. Gerakan dan aksi dalam Yong Moo Do juga memadukan tinju, bantingan, kuncian hingga piting. Perpaduan ini dilatari gerakan dalam Tae Kwon Do, Judo, Kendo dan beladiri tradisional Korea Hankido dan Ssireum, beladiri bantingan ala gulat.

“Beladiri ini memiliki materi lengkap seperti pukulan, tendangan dan kuncian. Beladiri ini membutuhkan badan kuat juga. Ketika TNI melihat ini, maka dirasa cocok untuk tentara,” kata Nam.

Yong Moo Do berkembang pesat di Korea sejak 10 tahun silam. Masuk ke Indonesia dibawa TNI tahun 2008 dan pertama diperkenalkan pada HUT TNI saat itu. Sejak itu, Yong Moo Do menjadi beladiri wajib bagi TNI AD.

“Beladiri ini keras. Yang keras-keras itu memang cocok dengan tentara,” kata Wakil Kepala Staf AD Letnan Jenderal TNI M Munir.

Kendati beladiri keras, perkembangnya ternyata menggembirakan. Masyarakat menerima kehadiran beladiri ini. Sejumlah pengurus daerah pun terus terbentuk di berbagai provinsi, di antaranya Nanggroe Aceh Darussalam, DKI Jakarta, Kaltim, Kaltara, Kalsel, Sulsel, hingga Papua.

Petarung Yong Moo Do dari delapan daerah di Indonesia itu kini tengah meramaikan Kejuaraan Nasional Yong Moo Do memperebutkan Piala Kepala Staf Angkatan Darat di Doom BSCC Balikpapan Kalimantan Timur, 17-18 Desember 2014. Lebih dari 450 atlet yang semuanya adalah serdadu turun ke ajang ini. Wakasad Letjen TNI M Munir membuka Kejurnas ini.



Credit KOMPAS.com

TNI AD Rencanakan Beli 7 Helikopter Apache


 
TRIBUN BATAM/ARGIANTO DA NUGROHO Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD), Jenderal TNI Gatot Nurmantyo



JAKARTA, CB - Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal TNI Gatot Nurmantyo mengatakan, TNI AD akan membeli 7 helikopter jenis Apache untuk memperkuat sistem alutsista TNI AD. Rencananya, ketujuh helikopter tersebut baru bisa melengkapi alutsista milik TNI AD pada tahun 2017.
"Jadi Apache tersebut kita sudah memesan," ujar Gatot, dalam acara penutupan pameran Alat Utama Sistem Pertahanan (Alutsista) TNI AD 2014 di lapangan Monas, Jakarta, Rabu (17/12/2014).
AH-64 Apache merupakan helikopter tempur dengan empat baling-baling utama dan bermesin ganda yang didesain Hughes Helicopters, perusahaan manufaktur asal Amerika Serikat. Helikopter tempur ini dilengkapi dengan meriam rantai M230 di bawah moncongnya dan bisa disematkan persenjataan lain termasuk roket.
Umumnya, helikopter tempur ini menjadi andalan dalam penyerbuan karena bisa digunakan dalam berbagai keadaan cuaca. Pasukan Amerika Serikat menjadikan Apache sebagai senjata andalan dalam Perang Teluk, terutama dalam operasi Desert Storm.
Gatot mengatakan, selain memesan Apache, TNI AD juga akan membeli helikopter M 17, Tank dan Panser Anoa jenis amphibi untuk melengkapi alutsista TNI AD. Pembelian alutsista tersebut akan disesuaikan dengan anggaran TNI AD.
Selain itu, menurut Gatot, TNI AD akan memprioritaskan pembelian alutsista pada industri dalam negeri, salah satunya pada PT Pindad. Namun, jika ada alutsista yang lebih canggih dari buatan PT Pindad, TNI akan beralih pada produsen lain. "Ini demi menjaga persaingan," kata Gatot.


Credit KOMPAS.com

Kolaborasi Ciamik TNI-Polri Tuntaskan Penyanderaan di Gresik




Surabaya (CB) - Beda institusi dan tugas, bukan berarti tak bisa bekerjasama. Inilah yang ditunjukkan TNI dan Polri di Gresik. Kedua institusi ini berkolaborasi menuntaskan drama penyanderaan siswi SD. Pelaku didor mati, korban berhasil diselamatkan.

Drama penyanderaan itu berawal saat Fuad Ahmad (32) mencengkeram siswi SDN Tlogopatut 2, Zahriani Putri Agustin, dan membawanya ke Kodim 0817 Gresik yang berada di seberang sekolah, Rabu (16/12/2014). Pelaku mengancam korban dengan pisau dan minta diantar ke Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya.

Personel Kodim kaget dengan aksi mengerikan di siang bolong itu. Apalagi pelaku tampak sangat nekat. Polisi datang dan sempat menyamar menjadi wartawan untuk bernegosiasi. Sayang, rencana itu gagal.

Pelaku masuk ke salah satu ruangan di Kodim dan bernegosiasi. Akhirnya disepakati, pelaku akan diantar ke pelabuhan dengan kawalan 2 mobil. Di luar kesepakatan itu, polisi dan Kodim diam-diam menyusun skenario.

Pelaku diantar dengan menggunakan mobil patroli Kodim dan dikawal 2 mobil polisi. Sesuai skenario, di tengah jalan, tepatnya di Jl Veteran Gresik, mobil polisi yang berada di depan rombongan pengantar pelaku, pura-pura mogok. Otomatis, 2 mobil di belakangnya juga ikut berhenti. Nah, saat pelaku lengah, polisi dan TNI bergerak. Mereka menyergap pelaku yang masih berada di dalam mobil. Sempat terjadi pergumulan sebelum akhirnya pelaku didor.

Drama penyanderaan itu, dari awal hingga pelaku didor, berlangsung selama 3 jam. Waktu yang cukup singkat dibanding kejadian serupa di sebuah kafe di Sydney, New South Wales, Australia, 2 hari lalu, yang memakan waktu setengah hari. Meski korban terluka, aksi pembebasan sandera di Gresik tersebut boleh dibilang sukses. Bravo TNI-Polri!


Credit DetiNews