Senin, 04 Februari 2019

Amerika Serikat Bongkar Komplotan Penyalahgunaan Visa Studi


Gedung Widener Library di kampus Harvard University, Cambridge, Massachusetts, Amerika Serikat, 30 Juni 2015. Nama Harvard diambil dari nama John Harvard, penyumbang terbesar universitas tersebut, yang merupakan lulusan Universitas Cambridge, Inggris. Victor J. Blue/Bloomberg via Getty Images
Gedung Widener Library di kampus Harvard University, Cambridge, Massachusetts, Amerika Serikat, 30 Juni 2015. Nama Harvard diambil dari nama John Harvard, penyumbang terbesar universitas tersebut, yang merupakan lulusan Universitas Cambridge, Inggris. Victor J. Blue/Bloomberg via Getty Images

CB, Jakarta - India mengajukan protes ke pemerintah Amerika Serikat setelah sejumlah mahasiswa asal negara itu di tahan di Negara Abang Sam atas kasus penyalahgunaan visa studi. Para mahasiswa itu, diduga telah mendaftar ke sebuah universitas palsu.
Kasus ini terbongkar ketika otoritas berwenang Amerika Serikat melakukan operasi penyamaran. Hasilnya, diduga ada sekitar delapan individu terindikasi menyalah gunakan sistem visa studi. Komplotan itu 'membantu' warga negara asing secara ilegal tinggal di Amerika Serikat dengan cara mendaftarkan mereka ke sebuah universitas swasta, yang sebenarnya universitas palsu itu dikelola sendiri oleh komplotan itu.

Dikutip dari reuters.com, Minggu, 3 Februari 2019, Badan Keamanan Imigrasi, Bea dan Cukai Amerika Serikat mengatakan komplotan itu 'membantu' para 'kliennya' secara curang mendapatkan dokumen imigrasi untuk kepentingan sekolah supaya bisa menipu pihak berwenang. Padahal para 'klien' asing itu tidak memiliki niat untuk menjadi mahasiswa dan bersekolah di Amerika Serikat

"Meskipun Amerika Serikat tidak mengungkap kewarganegaraan mereka yang terlibat, namun sejumlah mahasiswa asal India telah ditahan," tulis Kementerian Luar Negeri India, Sabtu, 2 Februari 2019.

Media - media di India mewartakan, ada lebih dari 100 mahasiswa di tahan di Amerika Serikat, bukan puluhan. Kedutaan Besar India di Amerika Serikat telah meminta akses kekonsuleran agar bisa berhubungan dengan mereka yang ditahan.
"Kami menggarisbawahi bahwa para mahasiswa, yang mungkin telah ditipu untuk mendaftar di 'Universitas', harus diperlakukan secara berbeda dari para perekrut yang telah menipu mereka," tulis Kementerian Luar Negeri India.
Data Institut Pendidikan Internasional memperlihatkan ada sekitar 56,1 persen mahasiswa asal Cina, India dan Korea Selatan yang kuliah di Amerika Serikat pada tahun ajaran 2017 - 2018.




Credit  tempo.co