CB, Washington – Kajian Pentagon dalam dokumen Missile Defense Review Amerika Serikat menyoroti perlunya pengembangan kemampuan teknologi laser untuk pertahanan berbasis luar angkasa.
Teknologi
pertahanan luar angkasa ini diperlukan untuk mengatasi serangan rudal
balistik, yang dimiliki negara-negara seperti Korea Utara, Iran, Rusia
dan Cina.
Menurut seorang pejabat senior pemerintahan, kajian ini mengenai teknologi sensor berbasis luar angkasa untuk mendeteksi serangan rudal jarak jauh sebelum diluncurkan musuh.
“Juga permintaan agar studi mengenai penggunaan senjata laser untuk
melawan rudal balistik yang diluncurkan negara musuh,” begitu dilansir
seorang pejabat senior AS seperti dilansir ABC News pada Kamis, 17 Januari 2019.
Presiden AS, Donald Trump, mengumumkan kajian Missile Defense Review
ini di Pentagon. Dalam pernyataannya, Trump mengatakan,”Tujuan kita
sederhana: memastikan kita dapat mendeteksi dan menghancurkan setiap
serangan rudal terhadap AS, dari manapun, dan kapanpun.”
Menurut pejabat senior AS tadi, kajian ini menyajikan informasi lengkap mengenai kemampuan pertahanan rudal, program dan postur,” kata pejabat ini. “Kajian ini menyajikan apa yang kita punya hari ini, apa perbaikan yang akan dilakukan, dan apa program generasi berikutnya untuk mendului ancaman.”
Salah
satu poin kunci dalam pertahanan rudal AS adalah senjata berbasis luar
angkasa. “Luar angkasa merupakan kunci untuk pertahanan rudal
berikutnya,” kata dia.
Reuters melansir kajian Missile Defense Review merekomendasikan studi mengenai teknologi berbasis laser yang bisa digunakan untuk menembak jatuh rudal musuh.
Ini mengingatkan pada rencana pertahanan luar angkasa era Presiden Ronald Reagan pada 1980 yang dikenal sebagai “Star Wars Initiative”.
“AS
sekarang menyesuaikan postur pertahanannya untuk menghadapi serangan
rudal termasuk rudal jelajah dan hipersonik,” kata Trump.
Pengembangan sistem pertahanan ini melibatkan sejumlah perusahaan teknologi senjata yaitu Raytheon, Lockheed Martin, dan Boeing.
“Pemerintah berkomitmen untuk membuat program pertahanan rudal yang dapat menangkal serangan rudal terhadap setiap kota di AS. Kita tidak akan pernah menegosiasikan hak kita untuk melakukan ini,” kata Trump.
Seorang anggota DPR senior Rusia, Viktor Bondarev, seperti dilansir Interfax, mengatakan pengumuman Trump soal sistem pertahanan rudal baru ini meningkatkan ketegangan global.
AS bakal menambah jumlah rudal pencegat di Alaska dari 44 buah menjadi 64 buah.
Trump juga menyebut Iran sebagai negara di Timur Tengah dengan kemampuan rudal balistik terbesar di Timur Tengah.
“Keinginannya untuk memiliki rudal penangkis strategis terhadap AS bisa membawanya mengembangkan ICBM,” begitu bunyi kajian Missile Defense Review mengenai Iran. ICBM merupakan singkatan dari Intercontinental Ballistic Missile.
Menurut seorang pejabat senior pemerintahan, kajian ini mengenai teknologi sensor berbasis luar angkasa untuk mendeteksi serangan rudal jarak jauh sebelum diluncurkan musuh.
Menurut pejabat senior AS tadi, kajian ini menyajikan informasi lengkap mengenai kemampuan pertahanan rudal, program dan postur,” kata pejabat ini. “Kajian ini menyajikan apa yang kita punya hari ini, apa perbaikan yang akan dilakukan, dan apa program generasi berikutnya untuk mendului ancaman.”
Reuters melansir kajian Missile Defense Review merekomendasikan studi mengenai teknologi berbasis laser yang bisa digunakan untuk menembak jatuh rudal musuh.
Ini mengingatkan pada rencana pertahanan luar angkasa era Presiden Ronald Reagan pada 1980 yang dikenal sebagai “Star Wars Initiative”.
Pengembangan sistem pertahanan ini melibatkan sejumlah perusahaan teknologi senjata yaitu Raytheon, Lockheed Martin, dan Boeing.
“Pemerintah berkomitmen untuk membuat program pertahanan rudal yang dapat menangkal serangan rudal terhadap setiap kota di AS. Kita tidak akan pernah menegosiasikan hak kita untuk melakukan ini,” kata Trump.
Seorang anggota DPR senior Rusia, Viktor Bondarev, seperti dilansir Interfax, mengatakan pengumuman Trump soal sistem pertahanan rudal baru ini meningkatkan ketegangan global.
AS bakal menambah jumlah rudal pencegat di Alaska dari 44 buah menjadi 64 buah.
“Keinginannya untuk memiliki rudal penangkis strategis terhadap AS bisa membawanya mengembangkan ICBM,” begitu bunyi kajian Missile Defense Review mengenai Iran. ICBM merupakan singkatan dari Intercontinental Ballistic Missile.
Credit tempo.co