Rabu, 03 Mei 2017

Rusia Diklaim Bisa Bikin AS Tsunami via Bom Nuklir di Dalam Laut


Rusia Diklaim Bisa Bikin AS Tsunami via Bom Nuklir di Dalam Laut
Kapal selam Rusia saat manuver. Rusia diklaim bisa membuat AS tsunami melalui bom nuklir yang diam-diam ditanam di dalam laut di lepas pantai timur AS. Foto/REUTERS


MOSKOW - Seorang pensiunan kolonel Rusia, Viktor Baranetz, membuat klaim aneh di mana Kremlin mampu membuat tsunami yang menghancurkan Amerika Serikat (AS). Dia menyebut Moskow diam-diam menanam bom nuklir di dalam laut di lepas pantai timur AS yang siap diledakkan jika ada komando.

Bom nuklir “tidur” itu, kata dia, dikubur di dekat wilayah AS sebagai tanggapan terhadap Washington yang menumpuk kekuatan militer di perbatasan Rusia. Menurut Baranetz, jika bom itu diledakkan kerusakan hebat akibat tsunami akan meluluhlantakkan Kota New York dan Miami.

Klaim aneh itu muncul dalam wawancaranya dengan Komsomolskaya Pravda, sebuah surat kabar Rusia. ”Amerika mengerahkan tank, pesawat terbang dan batalion pasukan khusus mereka di sepanjang perbatasan Rusia,” katanya.

”Dan kami diam-diam 'menaburkan' garis pantai AS dengan rudal 'mol' nuklir. Mereka menggali diri dan ‘tidur’ sampai mereka diberi perintah,” lanjut klaim Baranetz, yang dilansir Telegraph, semalam (2/5/2017).

Dia melanjutkan, Rusia harus muncul dengan cara yang efektif untuk mempertahankan dirinya sendiri, saat beroperasi dengan anggaran militer yang jauh lebih kecil daripada Amerika.

”AS adalah 'juara dunia' permanen dalam ukuran anggaran militernya, hampir USD600 miliar, yang 10 kali lebih banyak dari Rusia,” paparnya.

”Rusia tidak akan bersaing dengan AS dalam anggaran pertahanan. Kami berada di kelas berat yang berbeda,” imbuh dia. ”Bagi kami, pertanyaan utamanya adalah bagaimana memastikan pertahanan Rusia dengan biaya lebih rendah.”

”Saya yakin kami sudah menemukan tanggapan asimetris. Saya tidak melihat masalah besar di sini,” imbuh Baranetz.

Sementara itu, pemerintah Rusia melalui seorang juru bicara menyangkal klaim aneh dari Baranetz. Kremlin menyatakan laporan seperti itu “tidak harus dianggap serius”. 




Credit  sindonews.com