Senin, 12 November 2018

Pejabat Iran Dipenjara atas Tuduhan Spionase


Bendera Iran  (ilustrasi)
Bendera Iran (ilustrasi)
Foto: politico.ie
Pejabat Iran tersebut juga didenda sebesar 270 ribu dolar AS



CB, TEHRAN -- Pengadilan Iran telah menjatuhi hukuman kepada seorang pejabat Kementerian Luar Negeri Iran. Juru bicara pengadilan Gholamhossein Mohseni Ejei mengatakan pada Ahad (11/11) bahwa pejabat itu dihukum 10 tahun penjara karena dianggap sebagai mata-mata.

Namun, juru bicara Kementerian Luar Negeri Bahram Qasemi mengatakan pejabat itu telah ditangkap sekitar tiga tahun lalu dan divonis setahun kemudian. Menurut situs web kementerian, hukumannya telah dikurangi oleh pengadilan banding. Namun tidak ada penjelasan lebih lanjut.

Ejei, dikutip oleh situs berita pengadilan, Mizan menyebut pria yang dijatuhi hukuman itu sebagai Kamal Amirbeik. Amirbeik juga didenda sebesar 270 ribu dolar AS.

Namun Mizan tidak menyebut siapa yang dituduh sebagai mata-mata atau memberikan rincian lebih lanjut. Pada Agustus lalu, pasukan keamanan Iran telah menangkap puluhan mata-mata yang bekerja di badan-badan pemerintahan.

Menteri Intelijen Iran Mahmoud Alavi tidak memberi rincian kapan penangkapan itu terjadi. Ia juga tidak menjelaskan mata-mata yang ditangkap bekerja untuk negara mana. Banyak dari tahanan itu diduga memiliki warga negara ganda.

"Saya telah berulang kali meminta orang-orang untuk memberitahu kami jika mereka tahu ada dua kewarganegaraan. Unit anti spionase dari kementerian intelijen telah berhasil mengidentifikasi dan menangkap puluhan mata-mata di berbagai badan pemerintahan," kata Alavi seperti dikutip oleh kantor berita  ISNA pada 28 Agustus lalu.

Penangkapan orang yang memiliki warga negara ganda  telah meningkat sejak Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mengatakan telah ada "penyusupan" agen-agen Barat di badan-badan pemerintahan Iran.

Reuters melaporkan pada 2017 bahwa Pengawal Revolusi elit Iran telah menangkap setidaknya 30 warga negara ganda dalam beberapa tahun terakhir. Sebagian besar atas tuduhan spionase.




Credit  republika.co.id




Lavrov-Menlu Austria Bahas Kasus Mata-mata Rusia



Lavrov-Menlu Austria Bahas Kasus Mata-mata Rusia
Dalam pembicaraan itu Lavrov mengungkapkan rasa tidak senangnya mengenai sikap Wina yang memilih untuk menyampaikan hal ini kepada publik sebelum kepada Moskow. Foto/Reuters

MOSKOW - Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov dan Menteri Luar Negeri Austria, Karin Kneissl dilaporkan telah melakukan komunikasi melalui telepon. Keduanya membahas kasus dugaan mata-mata untuk Rusia yang dilakukan oleh seorang mantan kolonel militer negara itu.

Kementerian Luar Negeri Rusia menuturkan, dalam pembicaraan itu Lavrov mengungkapkan rasa tidak senangnya mengenai sikap Wina yang memilih untuk menyampaikan hal ini kepada publik, sebelum mengkonfirmasinya kepada Moskow.

"Pihak Rusia menekankan ketidakmampuan praktik meningkatkan tuduhan publik yang tidak terbukti yang bertentangan dengan norma-norma komunikasi internasional. Telah dicatat bahwa setiap kekhawatiran bersama yang mungkin harus didiskusikan melalui saluran dialog yang mapan dan atas dasar fakta," kata Kemlu Rusia, seperti dilansir Tass pada Minggu (11/11).

Menurut Kemlu Rusia, keduanya juga membahas situasi dalam hubungan Rusia-Austria, yang timbul sehubungan dengan pernyataan otoritas Austria tentang perwira Wina yang bekerja sebagai mata-mata Moskow.

Pada gilirannya, lanju Kemlu Rusia, Kneissl menyatakan harapan bahwa kasus spionase tidak akan mempengaruhi hubungan bilateral antar negara.

"Kneissl juga menjelaskan motif Wina dalam membuat keputusan tertentu, dan menyatakan harapan bahwa langkah-langkah itu tidak akan mempengaruhi pengembangan kerjasama bilateral lebih lanjut," ungkapnya.

Sebelumnya, Presiden Austria, Alexander Van der Bellen memerintahkan penyelidikan terkait kasus dugaan mata-mata ini. Ia pun menyerukan untuk tidak mendramatisasi hubungan dengan Rusia di tengah skandal tersebut.
Dia lalu mengatakan akan lebih baik jika kegiatan yang diduga dilakukan oleh pensiunan militer itu diungkapkan oleh dinas intelijen Austria. Namun dalam kasus seperti ini, kerja sama dengan dinas intelijen negara sekutu sangat penting.

"Tanpa syarat, akan lebih baik jika kita dapat mengungkap ini asalkan ada sesuatu yang serius untuk diungkap. Namun, itu karena kerja sama dari dinas intelijen Austria bahwa kami menerima informasi ini," kata Van der Bellen sambil menambahkan bahwa Austria menyediakan informasi mengenai terduga mata-mata bagi negara ketiga.




Credit  sindonews.com




Presiden Austria Perintahkan Penyelidikan Kasus Mata-mata Rusia


Presiden Austria Perintahkan Penyelidikan Kasus Mata-mata Rusia
Presiden Austria Van der Bellen memerintahkan penyelidikan kasus dugaan aksi spionase yang dilakukan pensiunan kolonel militer negara itu untuk Rusia. Foto/Istimewa

WINA - Presiden Austria memerintahkan penyelidikan terkait kasus dugaan mata-mata untuk Rusia yang dilakukan oleh seorang mantan kolonel militer negara itu. Ia pun menyerukan untuk tidak mendramatisasi hubungan dengan Rusia di tengah skandal tersebut.

"Penipuan ini (dugaan kasus spionase) harus diselidiki terlebih dahulu. Mari kita lihat apakah itu mengandung sesuatu yang lain dari apa yang disebut cerita palsu, dalam hal ini kita akan mengambil tindakan yang sesuai," ujar Presiden Austria Alexander Van der Bellen ketika ditanya bagaimana hubungan akan berkembang antara Austria dan Rusia di belakang kasus ini.

"Sekarang, kita perlu menyelidiki apakah benar, jika dakwaan itu benar, dan jenis informasi apa yang dapat diakses oleh petugas itu - baik yang terkait dengan urusan nasional Austria atau beberapa pembicaraan lain, misalnya dengan NATO. Ini harus diklarifikasi. Pada saat ini, saya tidak dapat melihat alasan untuk mendramatisasi ini," imbuhnya seperti dikutip dari TASS, Minggu (11/11/2018).

Menurut Presiden Austria, akan lebih baik jika kegiatan yang diduga dilakukan oleh pensiunan militer itu diungkapkan oleh dinas intelijen Austria. Namun dalam kasus seperti ini, kerja sama dengan dinas intelijen negara sekutu sangat penting.

"Tanpa syarat, akan lebih baik jika kita dapat mengungkap ini asalkan ada sesuatu yang serius untuk diungkap. Namun, itu karena kerja sama dari dinas intelijen Austria bahwa kami menerima informasi ini," kata Van der Bellen sambil menambahkan bahwa Austria menyediakan informasi mengenai terduga mata-mata bagi negara ketiga.

Pada 11 November, Paris akan menyelenggarakan peringatan yang menandai Gencatan Senjata yang mengakhiri Perang Dunia Pertama, yang ditandatangani 100 tahun lalu. Selain itu, Paris Peace Forum akan dibuka di kemudian hari. Acara ini akan dihadiri oleh Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Austria Alexander Van der Bellen di antara para pemimpin dunia lainnya.

Terkait dengan hal itu, Van der Bellen menyatakan tidak ada agenda pertemuan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di sela-sela kegiatan tersebut guna membahas masalah ini.

"Tidak. Pada saat ketika beberapa lusin kepala negara dan pemerintah berada di Paris, kami tidak dijadwalkan untuk mengadakan pembicaraan bilateral," jelas Van der Bellen yang disiarkan oleh stasiun radio Austria O-1.

Pada hari Jumat, otoritas Austria mengatakan bahwa lembaga penegak hukum negara itu sedang melakukan penyelidikan atas kasus seorang pensiunan kolonel Austria berusia 70 yang dicurigai bekerja untuk intelijen Rusia sejak 1990-an. Ia diduga telah memberikan Moskow informasi tentang angkatan udara Austria, sistem artileri, pejabat tinggi dan krisis migran. Jika pria itu dinyatakan bersalah, dia mungkin akan menghadapi hukuman penjara hingga sepuluh tahun.

Menteri Luar Negeri Austria, Karin Kneissl, Sabtu kemarin mengatakan telah melakukan pembicaraan dengan koleganya dari Rusia Sergei Lavrov. Hasilnya, Austria mengharapkan Rusia akan bekerja sama penuh atas kasus ini.
Menurut Kneissl, ia menolak tuduhan Rusia bahwa Austria melakukan diplomasi megafon dan mengatakan langkah-langkah pemerintah Austria didasarkan pada fakta-fakta yang jelas.

"Spionase adalah gangguan yang tidak dapat diterima dalam urusan domestik Austria," dia memperingatkan.

Sementara itu, setelah pembicaraan para menteri, Kementerian Luar Negeri Rusia menunjukkan bahwa Rusia menggarisbawahi tidak dapat diterimanya praktik, yang bertentangan dengan norma-norma komunikasi internasional, membuat tuduhan bebas-bukti publik.

Kementerian Luar Negeri Rusia menambahkan bahwa Kneissl mengklarifikasi motif di balik keputusan Wina dalam kasus ini dan juga menyatakan harapan bahwa langkah-langkah itu tidak akan mempengaruhi perkembangan kerja sama bilateral di masa depan.




Credit  sindonews.com





20 Tahun Jadi Mata-mata Rusia, Eks Kolonel Austria Diciduk


20 Rahun Jadi Mata-mata Rusia, Eks Kolonel Austria Diciduk
Foto/Ilustrasi/Istimewa

WINA - Mantan kolonel Austria ditangkap oleh pihak berwenang karena diduga telah menjadi mata-mata untuk Rusia selama 20 tahun. Begitu laporan yang diturunkan media Austria Kronen Zeitung mengutip jaksa kepala Salzburg Robert Holzleitner

Namun media itu tidak memberikan rincian lebih lanjut mengenai kemajuan penyelidikan.

Sementara media Austria lainnya, Die Presse, melaporkan bahwa tersangka dalam skandal spionase itu telah mengaku melakukan kejahatan.

Menteri Luar Negeri Austria Karin Kneissl menyatakan harapan bahwa Moskow akan bekerja sama dengan Wina dalam kasus spionase, lapor kantor berita APA Austria, mengutip pernyataan menteri.

"Kami mengharapkan kerja sama komprehensif dari pihak Rusia dalam penyelidikan (ke dalam kasus mantan kolonel)," katanya seperti dilansir dari Sputnik, Minggu (11/11/2018).

Setelah pengumuman bahwa kolonel Austria berusia 70 tahun yang dicurigai menjadi mata-mata untuk Rusia, Moskow memprotes Wina karena menggunakan "diplomasi megafon" alih-alih menggunakan saluran komunikasi diplomatik tradisional untuk menyelesaikan masalah bilateral.

Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov menyebut tuduhan tidak berdasar terhadap Rusia "tidak dapat diterima" dalam percakapan telepon dengan mitranya dari Austria, Karin Kneissl. Lavrov kemudian mengatakan bahwa duta besar Austria akan dipanggil mengingat tuduhan baru-baru ini.

Wina mengumumkan pada 9 November bahwa mereka sedang melakukan penyelidikan atas tuduhan bahwa seorang pensiunan kolonel telah menjadi mata-mata untuk Rusia selama sekitar 20 tahun, sejak tahun 1990-an. Austria juga membatalkan kunjungan mendatang Menteri Luar Negeri Karin Kneissl ke Moskow terkait skandal itu. 





Credit  sindonews.com



Di Depan Trump, Presiden Macron Sebut Nasionalisme Pengkhianatan



        

Presiden Prancis Macron terlihat sedang mengobrol ringan dengan Kanselir Jerman, Angela Merkel, pada peringatan Perang Dunia I, yang berakhir seratus tahun lalu, di Monumen Kemenangan atau Arc de Triomphe di ibu kota Paris pada Ahad, 11 Novemver 2018.
Presiden Prancis Macron terlihat sedang mengobrol ringan dengan Kanselir Jerman, Angela Merkel, pada peringatan Perang Dunia I, yang berakhir seratus tahun lalu, di Monumen Kemenangan atau Arc de Triomphe di ibu kota Paris pada Ahad, 11 Novemver 2018.

CB, Paris – Presiden Prancis, Emmanuel Macron, berbicara mengenai bahaya semangat nasionalisme, yang menjadi pemicu Perang Dunia I. Dia melihat semangat ini kembali muncul belakangan ini.

“Patriotisme merupakan kebalikan dari nasionalisme. Nasionalisme merupakan pengkhianatan atas patriotisme,” kata Macron pada pidato peringatan Perang Dunia I, yang berakhir seratus tahun lalu, di Monumen Kemenangan atau Arc de Triomphe, Paris, pada Ahad, 11 November 2018.
Pernyataan Macron ini seperti ditujukan kepada Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, yang ikut menghadiri upacara ini dan duduk dibarisan terdepan.

 
Trump dikenal dengan agenda nasionalisnya “America First”, yang dipromosikan sejak masa kampanye Presiden 2016 hingga saat ini. Reuters melansir ekspresi Trump membatu saat Macron mengkritik semangat nasionalisme itu.

Presiden Prancis, Emmanuel Macron, berpidato selama sekitar 20 menit pada peringatan 100 tahun Armistice Day atau berakhirnya Perang Dunia I di Paris pada 11 November 2018. Skynews
Macron melanjutkan,”Saat kita mengatakan kepentingan-kepentingan kita lebih utama, dan kepentingan orang lain tidak penting, kita menghapus hal mendasar yang menjadi pegangan paling penting bagi sebuah bangsa, yang memberinya kehidupan dan membuatnya hebat, yaitu nilai-nilai moralnya.”

Peringatan ini digelar untuk memberikan penghargaan kepada para pahlawan yang tewas dalam Perang Dunia I, yang berlangsung pada 1914 – 1918. Kesepakatan gencatan senjata terjadi tepat pada pukul 11 pagi pada 11 November 1918, yang membuat kawasan Eropa menjadi sunyi dari suara letusan senjata dan bom.

Macron menjelaskan pelajaran dari Perang Besar adalah tidak boleh ada kebencian antar-bangsa ataupun melupakan peristiwa di masa lalu. Dia menyebut ada jutaan perempuan menjadi janda dan anak-anak menjadi yatim piatu akibat konflik perang ini. Sekitar 10 juta tentara tewas dalam perang empat tahun itu.
“Ini merupakan kewajiban utama kita untuk memikirkan masa depan dan mempertimbangkan apa yang menjadi hal-hal peting,” kata dia.

Acara yang berlangsung sekitar 90 menit ini juga diisi dengan pembacaan surat-surat testimoni dari para tentara asal Jerman, Prancis, dan Inggris mengenai perang yang mereka jalani. Ada juga penampilan dari Yo-Yo Ma yang bermain cello, dan Maurice Ravel’s Bolero.
Pada sore hari, Trump mengunjungi pemakaman tentara AS yang tewas pada PD I. Dia berbicara dengan sejumlah veteran. Trump sempat melewatkan upacara ini pada Sabtu, 10 November 2018.

“Merupakan tugas kita untuk mempertahankan peradaban yang kita bela,” kata Trump pada pidato singkatnya. “Kita memperbarui kewajiban untuk mengingat para pahlawan yang gugur, yang beristirahat untuk selamanya,” kata dia.





Credit  tempo.c




Peringatan Perang Dunia I, Presiden Macron Minta Bangun Harapan




Presiden Prancis, Emmanuel Macron, berpidato selama sekitar 20 menit pada peringatan 100 tahun Armistice Day atau berakhirnya Perang Dunia I di Paris pada 11 November 2018. Skynews
Presiden Prancis, Emmanuel Macron, berpidato selama sekitar 20 menit pada peringatan 100 tahun Armistice Day atau berakhirnya Perang Dunia I di Paris pada 11 November 2018. Skynews

CB, Paris – Presiden Prancis, Emmanuel Macron, memimpin upacara peringatan Perang Dunia I, yang berakhir seratus tahun lalu, pada Ahad, 11 November 2018 di ibu kota Paris.

Acara tahunan yang disebut Armistice Day ini diikuti sekitar 70 tokoh dari berbagai negara termasuk Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, PM Inggris Theresa May, Kanselir Jerman Angela Merkel, Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.
“Mari kita bangun harapan dibandingkan bermain dengan rasa takut terhadap satu sama lain,” kata Macron dalam pidatonya yang berlangsung selama sekitar 20 menit di dekat sebuah kuburan prajurit tidak dikenal.

Tanggal 11 November ini diperingati sebagai momen ketika seluruh kawasan Eropa menjadi sunyi dari bunyi letusan senjata, yang mewarnai PD I yang berlangsung sekitar tiga tahun. Sekitar 10 juta tentara dan
Dipimpin Macron, para pemimpin global berjalan dari Istana Champs Elysses menuju Tugu Kemenangan atau Arc de Triomphe, yang menjadi lokasi acara. Trump dan Putin tiba agak belakangan dalam rombongan bermotor.

“Jejak dari perang ini tidak akan pernah terhapuskan. Baik itu di Prancis, atau di Eropa atau di Timur Tengah atau di seluruh dunia,” kata Macron melanjutkan.
Macron menambahkan,”Mari kita mengingat ini. Mari kita tidak melupakan. Karena memori akan pengorbanan mereka membuat kita layak untuk mengenang mereka yang bertempur dan tewas agar kita bisa menjadi bebas. Mari kita mengingat ini.”

Macron juga meminta semua yang hadir dan warga dunia untuk tidak meninggalkan prinsip, idea dan semangat patriotisme dari para pahlawan, yang telah tewas bertempur.

Acara ini juga diisi dengan pembacaan testimoni para tentara pada 11 November 1918 saat gencatan senjata disepakati. Isi pesan itu adalah peringatan kepada masyarakat mengenai bahaya dari semangat nasionalisme berlebihan.
PDI I ini meletus pada 1914 ketika seorang remaja Serbia Bosnia membunuh Archduke Franz Ferdinand, yang menjadi pewaris tahta kerajaan Austria – Hungaria. Ini memantik terjadinya konflik yang kemudian digambarkan sebagai perang dari segala perang. Presiden Macron meminta semua pihak mengenang jasa para pahlawan. 





Credit  tempo.co




Trump dan Macron Sepakat Komitmen Pertahanan Eropa



Presiden AS Donald Trump bersalaman dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron ketika mereka bertemu di istana kepresidenan Elysee, sebagai bagian dari upacara peringatan Hari Gencatan Senjata, 100 tahun setelah berakhirnya Perang Dunia Pertama, di Paris, Prancis, 10 November 2018. [REUTERS / Carlos Barria]
Presiden AS Donald Trump bersalaman dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron ketika mereka bertemu di istana kepresidenan Elysee, sebagai bagian dari upacara peringatan Hari Gencatan Senjata, 100 tahun setelah berakhirnya Perang Dunia Pertama, di Paris, Prancis, 10 November 2018. [REUTERS / Carlos Barria]

CB, Jakarta - Presiden AS Donald Trump dan Presiden Prancis Emmanuel Macron dari menyetujui perlunya lebih banyak anggaran untuk pertahanan Eropa demi komitmen NATO, setelah kicauan Trump di Twitter yang menyebut usulan Tentara Eropa Macron "sangat menghina".
Keduanya bertemu di Istana Elysee sehari sebelum peringatan 100 tahun berakhirnya Perang Dunia Pertama, seperti dilaporkan Reuters, 11 November 2018.

"Kami menginginkan Eropa yang kuat, sangat penting bagi kami, dan cara apa pun yang dapat kami lakukan yang terbaik dan lebih efisien akan menjadi sesuatu yang kami berdua inginkan," kata Trump.
"Kami ingin membantu Eropa tetapi harus adil. Saat ini pembagian beban sebagian besar terjadi di Amerika Serikat."

Tank dan kendaraan lapis baja Angkatan Darat Prancis tiba di pangkalan militer TAHA, di Estonia, 29 Maret 2019. Penempatan pasukan NATO untuk menanggapi situasi keamanan kawasan yang berubah. AFP/Raigo Pajula
Sementara Macron mengatakan bahwa dia ingin Eropa untuk menanggung bagian yang lebih besar dari biaya pertahanan dalam NATO, salah satu pokok yang ia ucapkan berulang kali sejak menjabat, di samping ambisinya Eropa untuk memiliki kemampuan militernya sendiri.
"Itu sebabnya saya yakin proposal saya untuk pertahanan Eropa benar-benar konsisten dengan itu," kata Macron.
Sebelumnya Macron mengatakan Eropa perlu untuk melindungi dirinya sendiri dari Cina, Rusia dan bahkan Amerika Serikat. Kemudian dalam wawancara dia berbicara tentang perlunya pembentukan tentara Eropa.

"Dihadapkan oleh Rusia, yang ada di perbatasan kita dan yang telah menunjukkan bahwa itu dapat mengancam ... kita harus memiliki Eropa yang dapat mempertahankan dirinya dengan lebih baik, tanpa bergantung sepenuhnya pada Amerika Serikat," kata Macron.

Donald Trump yang telah mendesak sekutu NATO untuk mengeluarkan anggaran lebih untuk pertahanan dan meminta tidak bergantung pada Amerika Serikat, mengeluhkan pernyataan Macron di Twitter.
"Sangat menghina, tapi mungkin Eropa pertama-tama harus membayar bagian yang adil dari NATO, yang sangat disubsidi AS," kata Trump di Twitter.

Sebelumnya Donald Trump dalam KTT NATO di Brussel pada 11 Juli, menyerang anggota NATO yang tidak berkomitmen untuk mengeluarkan anggaran pertahanan. Dilansir dari France24, Trump menuduh negara-negara NATO gagal memenuhi target anggaran 2 persen dari pendapatan untuk pertahanan. NATO memperkirakan hanya 15 dari 29 anggota yang memenuhi target anggaran pertahanan pada 2024.
Donald Trump juga mengeluhkan bahwa AS mengeluarkan uang untuk menutup 90 persen anggaran NATO di Eropa, meskipun faktanya hanya 67 persen dari pengeluaran total NATO.



Credit  tempo.co





Meski Dikecam Trump, Prancis Lanjutkan Seruan Pembentukan Tentara Erop



Meski Dikecam Trump, Prancis Lanjutkan Seruan Pembentukan Tentara Erop
Presiden Prancis, Emanuel Macron menyatakan, Paris akan tetap melanjutkan seruannya untuk pembentukan Tentara Eropa, meski adanya kecaman dari Trump. Foto/Istimewa


PARIS - Presiden Prancis, Emanuel Macron menyatakan, Paris akan tetap melanjutkan seruannya untuk pembentukan Tentara Eropa, meski adanya kecaman dari Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump.

Macron menyatakan, sangat tidak baik untuk terus bergantung pada AS, khususnya bila berurusan dengan masalah keamanan. Macron menyebut, Tentara Eropa dibutuhkan untuk membela diri terhadap Rusia dan bahkan AS.

"Tidak adil hanya bergantung pada AS untuk masalah keamanan Eropa," kata Macron dalam sebuah pernyataan kepada awak media jelang bertemu Trump di Paris, seperti dilansir Anadolu Agency pada Minggu (11/11).

Sebelumnya, Trump mengecam ide Prancis untuk membentuk sebuah pasukan gabungan Eropa. Melalui akun Twitternya, Trump sebut ide yang disampaikan Macron itu adalah sebuah penghinaan. Dia lalu menyebut, Eropa sebaiknya meningkatkan kontribusinya terhadap NATO, sebelum memutuskan membuat tentara gabungan.

"Presiden Macron dari Pprancis baru saja menyarankan agar Eropa membangun militernya sendiri untuk melindungi dirinya dari AS, China dan Rusia. Sangat menghina, tapi mungkin Eropa pertama-tama harus membayar bagian yang adil dari NATO, yang sangat disubsidi oleh AS!" kicau Trump 




Credit  sindonews.com




Trump Kecam Ide Prancis Bentuk Tentara Eropa


Trump Kecam Ide Prancis Bentuk Tentara Eropa
Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump mengecam ide Prancis untuk membentuk sebuah pasukan gabungan Eropa. Foto/Istimewa

WASHINGTON - Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump mengecam ide Prancis untuk membentuk sebuah pasukan gabungan Eropa. Presiden Prancis, Emanuel Macron menyebut Tentara Eropa dibutuhkan untuk membela diri terhadap Rusia dan bahkan AS.Melalui akun Twitternya, Trump sebut ide yang disampaikan Macron itu adalah sebuah penghinaan. Dia lalu menyebut, Eropa sebaiknya meningkatkan kontribusinya terhadap NATO, sebelum memutuskan membuat tentara gabungan."Presiden Macron dari Pprancis baru saja menyarankan agar Eropa membangun militernya sendiri untuk melindungi dirinya dari AS, China dan Rusia. Sangat menghina, tapi mungkin Eropa pertama-tama harus membayar bagian yang adil dari NATO, yang sangat disubsidi oleh AS!" kicau Trump, seperti dilansir Anadolu Agency pada Minggu (11/11).Pernyataan Macron mengenai pembentukan tentara Eropa sendiri disampaikan saat melakukan wawancara dengan media Prancis pada pekan lalu.Macron mengatakan, Eropa perlu mengurangi ketergantungannya pada kekuatan Amerika, paling tidak setelah Trump mengumumkan ia menarik diri dari perjanjian nuklir era Perang Dingin. "Kami harus melindungi diri kami sendiri dengan menghormati China, Rusia dan bahkan AS. Ketika saya melihat Presiden Trump mengumumkan bahwa dia keluar dari perjanjian perlucutan senjata nuklir yang dibentuk setelah krisis rudal euro tahun 1980-an yang melanda Eropa, yang menjadi korban utama? Eropa dan keamanannya," terangnya."Kami tidak akan melindungi orang Eropa kecuali kami memutuskan untuk memiliki tentara Eropa sejati," sambung pemimpin Prancis tersebut. 





Credit  sindonews.com




Pemimpin Negara Peringati Seabad Perang Dunia I


Pemimpin Negara Peringati Seabad Perang Dunia I
Presiden Amerika Serikat Donald Trump menjabat tangan Presiden Prancis Emmanuel Macron dalam acara peringatan 1 abad berakhirnya Perang Dunia I. (Foto: ludovic MARIN / AFP)



Jakarta, CB -- Para pemimpin dunia berkumpul di Paris, Prancis, pada Minggu (11/11), untuk memperingati satu abad berakhirnya Perang Dunia I.

Sekitar 70 pemimpin dunia, termasuk Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin, akan menandai 100 tahun usia gencatan senjata 1918 (Armistice 1918).

Di Paris, peringatan terkonsentrasi di area Tomb of the Unknown Soldier yang berada di bawah monumen Arc de Triomphe. Imbauan tentang bahaya nasionalisme dalam era modern dikemukakan.


"Hari ini bukan hanya tentang mengingat, tetapi juga seharusnya juga tentang panggilan untuk beraksi," kata Kanselir Jerman Angela Markel, pada Sabtu (10/11), setelah mengunjungi lokasi penandatanganan perjanjian gencatan senjata 1918 yang dilakukan di kawasan utara Prancis.


Pertemuan para petinggi dunia ini dirancang oleh Presiden Prancis Emmanuel Macron. Dia mengangkat pentingnya institusi internasional membantu menyelesaikan konflik, mencegah perang, dan menyebarkan kemakmuran.

"Kami mau membuat peringatan ini waktu untuk refleksi saat ini, bukan hanya masa lalu, jadi mereka punya sesuatu yang berarti buat kita hari ini," ujar Macron pada awal pekan ini.

Meski terlihat rukun saat peringatan di Arc de Triomphe, ada ketegangan yang tersembunyi. Sebelumnya Trump yang tiba di Prancis pada Jumat mengkritik Marcos karena dirasa telah 'menghina'.

Trump merasa tersinggung pada ucapan Macron dalam sesi wawancara belakangan ini yang mengatakan diperlukannya tentara Eropa serta mendaftarkan AS, Rusia, dan China sebagai ancaman keamanan nasional.

Sekitar 70 negara terlibat dalam Perang Dunia I. Semuanya tergabung dalam enam kerajaan dan kekuatan kolonial, yaitu Austria-Hungaria, British, Prancis, Jerman, Rusia, dan kekaisaran Ottoman.

Sekitar 10 juta tentara menjadi korban selama perang yang berlangsung 1914 hingga 1918. Korban luka-luka diperkirakan dua kali jumlah itu dan antara 5 - 10 juta penduduk diestimasikan menjadi korban.





Credit  cnnindonesia.com



Pemerintah Suriah Protes ke PBB atas Serangan Udara AS


Pemerintah Suriah Protes ke PBB atas Serangan Udara AS
ilustrasi serangan udara. (AFP PHOTO / ARIS MESSINIS)


Jakarta, CB -- Pemerintah Suriah melayangkan protes kepada PBB terkait serangan udara koalisi yang dipimpin Amerika Serikat atas wilayah mereka yang dikuasai ISIS.

Mengutip dari Reuters, Kementerian Luar Negeri Suriah telah mengirimkan surat kepada Sekretaris Jenderal PBB dan Presiden Dewan Keamanan soal tindakan yang terjadi di Hajin, kawasan timur Deir al-Zor.



Dalam serangan di kawasan timur Deir al-Zor pada Jumat (9/11) lalu sekitar 26 warga sipil turut jadi korban tewas.


Sementara itu lembaga pemantau HAM, SOHR, mengatakan jumlah korban sipil yang tewas 26 orang itu termasuk 14 di antaranya anak-anak. Mereka jadi korban dalam dua gelombang serangan udara koalisi pimpinan AS.

Mereka adalah anggota sipil yang menjadi bagian dari IS di Hajin. Sehari sebelumnya, mengutip dari AFP, Kepala SOHR Rami Abdel Rahman mengatakan sebuah desa lain dekat kota Al-Shafaa pun ada tujuh warga sipil yang menjadi korban serangan udara.

Baik Hajin maupun Al-Shaafa diyakini sebagai kantong terakhir pertahanan ISIS di provinsi Deir al-Zor, yang juga berbatasan dengan Irak.

Berdasarkan data SOHR, sejak ISIS mencoba mengambil alih Suriah dan tetangganya, Irak, pada 2014 orang setidaknya sudah lebih dari 1.100 warga sipil tewas karena serangan koalisi. Konflik di Suriah itu sendiri tercatat telah menewaskan lebih dari 360 ribu jiwa baik dari warga sipil maupun pejuang sejak 2011 silam.



Credit  cnnindonesia.com




Saudi Berencana Pangkas Pasokan Minyak Mentah Dunia


Ilustrasi harga minyak mentah dunia.
Ilustrasi harga minyak mentah dunia.
Foto: EPA/Mark
Pemangkasan dilakukan karena Saudi sedang bergulat dengan penurunan harga minyak.



CB, ABU DHABI -- Arab Saudi sedang membahas proposal yang memungkinkan negara produsen minyak anggota OPEC dan non-OPEC untuk memangkas produksi minyak hingga 1 juta barel per hari.


Dua sumber mengatakan kepada Reuters pada Ahad (11/11), proposal itu diajukan karena negara eksportir minyak terbesar dunia itu tengah bergulat dengan penurunan harga minyak mentah.

Sumber-sumber itu menjelaskan, kesepakatan pemangkasan produksi minyak akan bergantung pada sejumlah faktor, termasuk tingkat ekspor Iran setelah Amerika Serikat (AS) menjatuhkan sanksi. AS diketahui tetap mengizinkan beberapa importir untuk membeli minyak Iran.

Riyadh terkejut oleh keringanan yang diberikan AS kepada pelanggan minyak Iran seperti Cina dan India. Langkah tersebut dinilai dapat menghantam harga minyak.



Saat ini Arab Saudi ingin bertindak untuk mencegah penurunan harga lebih lanjut, setelah harga jatuh di bawah 70 dolar AS per barel pada Jumat (9/11). Arab Saudi juga akan memimpin diskusi tentang pemotongan produksi minyak tahun depan.

Berdasarkan kesepakatan yang ditetapkan untuk akhir tahun, anggota OPEC dan non-OPEC setuju untuk memangkas produksi minyak sekitar 1,8 juta barel per hari.

Namun produsen akhirnya memotong lebih banyak, sebagian karena penghentian yang tak terduga di Venezuela, Libya, dan Angola. Produsen juga pada Juni lalu sepakat untuk membatasi pemangkasan ke tingkat yang telah disepakati.

OPEC dan sekutunya akan bertemu di Wina pada 6-7 Desember untuk memutuskan kebijakan produksi untuk 2019.

“Ada diskusi umum tentang ini (pemangkasan). Tetapi pertanyaannya adalah berapa banyak yang harus dikurangi oleh pasar,” kata salah satu sumber, sebelum pertemuan dilakukan oleh komite pemantauan OPEC di Abu Dhabi pada Ahad (11/11), yang juga dihadiri oleh Arab Saudi dan Rusia.

Wakil Menteri Energi Kazakhstan, Magzum Mirzagaliyev, mengatakan ia memahami jika Arab Saudi mengusulkan untuk menggunakan tingkat produksi Agustus-Oktober sebagai dasar penentuan pemangkasan.

Minyak mentah Brent LCOc1 pada Jumat 9/11) turun 47 sen, atau 0,7 persen, menjadi 70,18 dolar AS per barel. Brent kehilangan sekitar 3,6 persen pada pekan ini dan telah merosot lebih dari 15 persen pada kuartal ini.

Washington memberikan pembebasan 180 hari kepada delapan pembeli minyak Iran, yaitu Cina, India, Korea Selatan, Jepang, Italia, Yunani, Taiwan, dan Turki. Kelompok ini mengambil sebanyak tiga per empat ekspor minyak laut Iran.

Pemerintah AS telah berjanji untuk mengurangi ekspor minyak Iran ke angka nol. Presiden AS Donald Trump telah menekan Arab Saudi untuk meningkatkan produksi untuk mendinginkan pasar.

Ekspor minyak mentah Iran dapat jatuh ke lebih dari 1 juta barel per hari pada November, sekitar sepertiga dari puncak pertengahan 2018. Namun para pedagang dan analis mengatakan angka itu bisa naik dari Desember karena para importir menggunakan kesempatan pembebasan dari AS.





Credit  republika.co.id



Menteri Houthi Membelot ke Arab Saudi



Gerilyawan Houthi (ilustrasi)
Gerilyawan Houthi (ilustrasi)
Foto: EPA/Yahya Arhab
Gaber adalah pejabat pemberontak paling senior yang membelot.



CB,SANAA--- Seorang pejabat Pemerintah Arab Saudi pada Ahad (11/11) mengatakan, menteri informasi dalam pemerintahan Houthi telah membelot ke negara tetangga Arab Saudi.

Seperti dilansir Anadolu, Ahad (11/11), pejabat yang menjadi narasumber menyebutkan, Abdul Salam Gaber telah melarikan diri dari Sanaa dan diterbangkan ke Riyadh.

Gaber dijadwalkan menghadiri konferensi pers yang akan diadakan di Kedutaan Yaman di Riyadh pada Ahad.

Tidak ada komentar dari kelompok Houthi tentang pembelotan. Tetapi televisi pro-Houthi Al Masirah mengatakan Deifullah al-Shami telah diangkat sebagai menteri informasi baru di pemerintahan Houthi.

Gaber adalah pejabat pemberontak paling senior yang membelot sejak konflik Yaman pecah pada 2014 saar Houthi menguasai sebagian besar Yaman, termasuk ibukota Sanaa.

Pada 2015, Arab Saudi dan sekutu Arabnya meluncurkan kampanye udara  di Yaman yang bertujuan untuk mengalahkan Houthi.

Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), pertempuran di Yaman telah menewaskan lebih dari 10 ribu orang. Setengah populasi Yaman - sekitar 14 juta orang - terancam  berada di ambang kelaparan. PBB menyebut kondisi Yaman sebagai krisis kemanusiaan paling buruk di dunia.

Save the Children memperkirakan bahwa 100 anak-anak meninggal setiap hari di Yaman akibat kelaparan dan penyakit.


"Sementara pihak yang bertikai membahas ketentuan perdamaian ini, kami mendesak mereka untuk segera menghentikan pertempuran sehingga lebih banyak nyawa terselamatkan," kata Save the Children dalam sebuah pernyataan. Kelompok itu menyerukan akses penuh untuk bantuan dan impor komersial.



Credit  republika.co.id



Korban Tewas Bom Mobil di Mogadishu Meningkat Jadi 52



Korban Tewas Bom Mobil di Mogadishu Meningkat Jadi 52
Seorang perawat tengah memberikan perawatan kepada korban bom di Mogadishu yang menewaskan 52 orang. Foto/Istimewa

MOGADISHU - Jumlah korban tewas dari ledakan bom mobil di Ibu Kota Somalia, Mogadishu, pada Jumat lalu telah meningkat menjadi 52. Angka itu menurut catatan penerimaan dari lima rumah sakit.

Para pejabat keamanan Somalia yang menanggapi serangan itu mengatakan empat militan memasuki hotel dan pergi ke atap, menembaki orang-orang di bawah. Mereka mengatakan pasukan keamanan akhirnya membunuh para penyerang dan menyelamatkan puluhan orang dari kamar hotel.

Kelompok militan al-Shabab, yang telah melancarkan pemberontakan selama lebih dari 10 tahun, mengaku bertanggung jawab atas serangan itu.

Ledakan, yang terjadi dalam beberapa menit satu sama lain, menargetkan Hotel Sahafi Mogadishu dan sekitarnya. Hotel ini dekat markas besar Departemen Investigasi Kriminal Kepolisian Somalia (CID).

Dokter dan administrator dari lima rumah sakit di kota merawat korban tembakan dan ledakan selain dari menempatkan jumlah korban tewas di angka 52, juga mengatakan 106 lainnya terluka.

Direktur rumah sakit Madinah, Dokter Mohamed Yusuf, mengatakan kepada pihaknya telah menerima 63 korban ledakan. Rumah sakit Madinah adalah fasilitas perawatan darurat terbesar di kota itu.

“Kami menerima 63 korban. Tiga puluh dua orang terluka, tetapi tiga di antaranya meninggal di rumah sakit dan 31 lainnya sudah meninggal dan kami memindahkan mereka ke kamar mayat,” ujarnya seperti dikutip dari VOA, Minggu (11/11/2018).

Yusuf mengatakan pasien yang terluka akibat tembakan dan ledakan telah menempati hampir 100 persen dari tempat tidur Medina. Meskipun baru-baru ini jumlahnya telah turun secara dramatis karena penurunan jumlah ledakan dan jangka waktu yang lebih lama antara beberapa pemboman yang lebih besar.

"Jumlah yang diterima untuk orang-orang yang terluka baru-baru ini tidak biasa, tetapi kami selalu ingat bahwa kami berada di Mogadishu dan hal-hal (seperti ini) dapat terjadi kapan saja," kata Yusuf.

Seorang saksi yang berada di dalam hotel pada saat serangan itu terjadi mengatakan dengan syarat anonimitas bahwa bagian depan gedung hancur akibat ledakan.

Mantan anggota parlemen Somalia, Abdi Barre Jibril mengatakan, wanita dan anak-anak termasuk di antara korban. "Dua wanita dan seorang anak berusia delapan tahun termasuk di antara yang mati," katanya kepada VOA. 



Credit  sindonews.com


Tiga Bom Mobil Guncang Mogadishu, Tewaskan 22 Orang



Tiga Bom Mobil Guncang Mogadishu, Tewaskan 22 Orang
Asap mengepul dari ledakan yang terjadi di Mogadishu, Somalia. Foto/Istimewa

MOGADISHU - Dua bom mobil bunuh diri meledak di dekat hotel Sahafi di Ibu Kota Somalia, Mogadishu, Jumat waktu setempat. Sedikitnya 22 orang tewas akibat serangan tersebut.

Para penjaga hotel dan petugas Departemen Investigasi Kriminal Somalia (CID) melepaskan tembakan setelah ledakan terjadi. Sekitar 20 menit kemudian, ledakan ketiga dari sebuah bom yang ditempatkan di sebuah kendaraan tuk-tuk beroda tiga di dekat hotel menghantam jalan yang sibuk.

"Empat militan yang berusaha memasuki hotel ditembak mati oleh polisi dan penjaga hotel," kata kapten polisi Mohamed Ahmed seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (10/11/2018).

“Dua militan lainnya adalah pembom mobil bunuh diri yang diledakkan oleh bom mobil mereka. Mobil ketiga diledakkan dari jarak jauh. Jadi total 28 orang tewas, termasuk enam militan," terangnya.

Seorang saksi, Mohamed Abdiqani mengatakan, pemilik hotel Abdifatah Abdirashid termasuk di antara mereka yang tewas dalam serangan. Abdirashid mengambil alih hotel Sahafi dari ayahnya setelah tewas dalam serangan militan pada 2015 lalu.

“Para militan yang memasuki kompleks hotel dihujani tembakan oleh penjaga hotel. Abdifatah Abdirashid, pemilik hotel, dan tiga pengawalnya meninggal,” kata Abdiqani.

Seorang fotografer Reuters di tempat kejadian melihat 20 mayat warga sipil dan minibus yang terbakar, sepeda motor dan mobil.

Kelompok militan Islam al Shabaab, yang terkait dengan al-Qaeda, mengaku bertanggung jawab atas serangan terhadap hotel yang berada di dekat markas besar CID itu.

Abdiasisi Abu Musab, juru bicara al Shabaab untuk operasi militer, mengatakan kelompok itu memilih serangan terhadap Hotel Sahafi karena hubungannya dengan pemerintah yang ingin digulingkan oleh kelompok Islam.

“Kami menargetkannya karena berfungsi sebagai basis pemerintah. Pejabat pemerintah dan pasukan keamanan selalu ada di hotel,” katanya kepada Reuters.

Somalia telah dilanda oleh kekerasan dan pelanggaran hukum sejak diktator Mohamed Siad Barre digulingkan pada awal 1990-an. 




Credit  sindonews.com


Erdogan: Kami Bagikan Rekaman Pembunuhan Khashoggi kepada AS dan Saudi


Erdogan: Kami Bagikan Rekaman Pembunuhan Khashoggi kepada AS dan Saudi
Erdogan menyatakan, Ankara telah berbagi rekaman yang terkait dengan pembunuhan Jamal Khashoggi dengan Arab Saudi, AS, Jerman, Prancis, dan Inggris. Foto/Reuters

ANKARA - Presiden Turki, Tayyip Erdogan menyatakan, Ankara telah berbagi rekaman yang terkait dengan pembunuhan Jamal Khashoggi dengan Arab Saudi, Amerika Serikat (AS), Jerman, Prancis, dan Inggris.

"Kami memberikan rekaman. Kami memberikannya kepada Saudi, ke AS, Jerman, Prancis dan Inggris, semuanya. Mereka telah mendengarkan semua percakapan di dalamnya. Mereka tahu," ucap Erdogan, seperti dilansir Al Jazeera pada Minggu (11/11).

Dia kemudian mengatakan, 15 anggota regu pembunuh "pasti tahu" siapa yang membunuh Khashoggi. Regu pembunuh itu tiba di Konsulat Saudi di Istanbul pada 2 Oktober bertepatan dengan kedatangan Khashoggi.

"18 orang ini atau tepatnya 15 orang, pasti tahu pelaku dan mereka tahu di mana mayat itu dibawa. Apa informasi ini? Saya selalu mengatakan sejak awal, 15 orang yang datang ke sini (Turki), dengan plus tiga, 18 orang sekarang ditangkap (di Saudi)," ucapnya.

Sementara itu, Hatice Cengiz, tunangan Khashoggi mengeluarkan pernyataan memilukan tentang nasib jasad wartawan pengkritik rezim Arab Saudi tersebut. Dia merasa ngeri dengan dugaan bahwa jasad tunangannya itu dilarutkan dengan bahan kimia setelah dimutilasi.

Khashoggi, wartawan Arab Saudi dan kolumnis Washington Post yang kritis terhadap pemerintah Saudi dan Putra Mahkota Mohammed bin Salman itu dibunuh di Konsulat Saudi di Istanbul, Turki, pada 2 Oktober. Dia mendatangi konsulat untuk mendapatkan dokumen perceraian dengan mantan istrinya sebagai syarat untuk menikahi tunangannya.

Saudi awalnya membantah Khashoggi tewas di konsulat dan mengklaim wartawan itu meninggalkan konsulat dalam keadaan sehat pada hari yang sama saat dia masuk. Namun, berselang beberapa hari Riyadh mengakui Khashoggi tewas dalam perkelahian dengan sejumlah orang di konsulat.

Akhir bulan lalu, seorang jaksa Saudi akhirnya mengakui bahwa Khashoggi terbunuh dalam serangan terencana. 






Credit  sindonews.com


Jumat, 09 November 2018

Ini Kecanggihan Jet Tempur RI-Korea


Foto: jet tempur KFX/IFX (Achmad Dwi Afriyadi-detikFinance)
Foto: jet tempur KFX/IFX (Achmad Dwi Afriyadi-detikFinance)



Jakarta - Pesawat Korean Fighter Experimental/Indonesian Fighter Experimental (KFX/IFX) yang dikembangkan Indonesia dan Korea Selatan memiliki kemampuan khusus. Kemampuan khusus itu salah satunya ialah perusak sistem elektronik musuh atau disebut jammer electronic.

"Dia juga dilengkapi electronic jammer, bisa nge-jam secara elektronik, pernah dengar kan perang elektronik, elektronik lawan bisa kita jam sehingga tidak berfungsi. Merusak sistem elektronik mereka. Ini salah satu keunggulannya," kata Kepala Program KFX/IFX dari PT Dirgantara Indonesia (PTDI) Heri Yansyah kepada detikFinance, di Jakarta, Rabu (7/11/2018).

Heri menerangkan, pesawat yang dikembangkan ini masuk kategori semi siluman. Sebab, secara bentuk sudah mengadopsi sistem itu, di mana pesawat itu sulit dilacak oleh radar.

Namun, karena letak senjatanya di luar membuatnya masih terbaca radar.

"Kami sebut semi stealth karena sudah mengikuti siluman walaupun tidak penuh. Karena senjata masih bisa terdeteksi, tapi engine kita design tidak terbaca dari radar depan lawan. Tapi senjata masih kebaca masih, ada panasnya," terangnya.

Lebih lanjut, dia menerangkan, pesawat supersonik ini dilengkapi sistem radar yang bisa menangkap pergerakan lawan dari segala penjuru. Sistem itu juga bisa menangkap pergerakan sejumlah lawan.


"Kemampuan khususnya dia memang multirule medium, dia menggunakan advance avionik artinya menggunakan radar yang menangkap lawan target di atas dan di bawah. Juga dilengkapi optical targeting system yang sebagai mata bisa menangkap beberapa lawan," ungkapnya.



Credit  finance.detik.com


Jet Tempur RI-Korsel Bentuknya Mirip F-22 Raptor Punya AS


Foto: jet tempur KFX/IFX (Achmad Dwi Afriyadi-detikFinance)
Foto: jet tempur KFX/IFX (Achmad Dwi Afriyadi-detikFinance)




Jakarta - Indonesia dan Korea Selatan (Korsel) sedang mengembangkan jet tempur bersama dengan nama Korean Fighter Experimental/Indonesian Fighter Experimental (KFX/IFX). Pesawat yang dikembangkan itu wujudnya mirip dengan pesawat tempur siluman Amerika Serikat (AS) F-22 Raptor serta F-35.

Hal itu dibenarkan oleh Kepala Program KFX/IFX dari PT Dirgantara Indonesia (PTDI) Heri Yansyah saat diwawancarai detikFinance, Rabu (7/11/2018).

"(Kaya) F-22 dan F-35," kata dia.

Bukan tanpa sebab, hal itu dikarenakan Korea Selatan sebagai inisiator telah membeli pesawat F-35. Dari pembelian itu, Korea Selatan sekaligus mendapatkan teknologinya.

"Korea sebenarnya gini, Korea banyak dapat bantuan dari Lockheed Martin, karena Korea membeli F-35, dari F-35 dapat offset teknologi dari Lockheed Martin. Kita dompleng sebenarnya. Kita tidak membeli apa-apa dari Amerika, tapi dapat teknologinya," jelasnya.

Teknologi ini kemudian menyesuaikan dengan bentuk pesawat yang akan dikembangkan. Heri mengatakan, sebenarnya ada dua opsi bentuk pesawat yakni tipe AS atau Eropa. Namun, sekali lagi karena mengadopsi teknologi AS maka yang dipilih ialah tipe AS.


"Karena memang yang mengembangkan Korea, Korea waktu di-device ada 2 pesawat, satu American type ada sayap ada ekor. Kedua European type, sayap dengan canon di depan, Euro fighter kan beda. Setelah melalui evaluasi, apalagi menggunakan teknologi Amerika, mereka pilih tipe ini (Amerika). Dan ini twin engine," paparnya.

"Kalau menurut saya karena Korea arahnya ke Amerika, itu teknologi Amerika. Makanya dia memutuskan mendekati pesawat-pesawat model Amerika. Dan karena medium class di atasnya F-16, kapabilitas di atas F-16, tapi masih secara teknologi di bawahnya F-35, F-22," jelasnya.




credit  finance.detik.com



Butuh 10 Tahun Kembangkan Jet Tempur RI-Korsel


Foto: jet tempur KFX/IFX (Achmad Dwi Afriyadi-detikFinance)
Foto: jet tempur KFX/IFX (Achmad Dwi Afriyadi-detikFinance)



Jakarta - Indonesia dan Korea Selatan tengah mengembangkan pesawat tempur bersama dengan nama Korean Fighter Experimental/Indonesian Fighter Experimental (KFX/IFX). Pengembangan pesawat ini membutuhkan waktu 10 tahun yang dimulai dari 2016 lalu.

Kepala Program KFX/IFX dari PT Dirgantara Indonesia (PTDI) Heri Yansyah menerangkan, keikutsertaan Indonesia mengembangkan pesawat ini ditandai dengan pernyataan minat atau letter of intent (LoI) yang diteken pada 2009. LoI itu kemudian ditindaklanjuti dengan nota kesepahaman pada tahun 2010.

"Asal mulanya ada kerja sama, yang jelas program pemerintah, ada LoI (letter of intent) yang ditandatangani 2009, di hadapan Presiden. Kemudian ada MoU 2010 di tandatangani dua Menteri Pertahanan di hadapan Presiden," katanya kepada detikFinance, di Jakarta, Rabu (7/11/2018).

Dia melanjutkan, pengembangan KFX/IFX meliputi tiga tahap. Pertama, pengembangan teknologi dan itu sudah terlaksana pada tahun 2011-2012. 

"Targetnya itu mengidentifikasi semua requirement kedua negara, abstract. Dari abstract itu kita bangun, kemudian kita kembangkan konsep teknologi yang memenuhi abstract ini. Itu 2011-2012," jelasnya.

Kedua, pengembangan purwarupa atau prototype. Pengembangan ini sempat tertunda dan baru berjalan 2016 lalu.

"Habis itu ada tahap namanya EMD, engineering manufakturing development. Ini prototyping development, jadi ini 10 tahun. Ada vakum di Korea karena harus ada feasibility study. Sehingga baru dijalankan 2016 kemarin. Jadi 10 tahun 2016 sampai 2026, itu sertifikasi," paparnya.

Lanjutnya, selama 2 tahun dari 2016 hingga 2018 pemantapan desain. Setelah itu, pada tahun depan memulai pembentukan prototype.

"Nah di 2 tahun pertama 2016 sampai 2018 itu namanya primary design, dari hasil konsep tadi didetilkan, kontak vendor, supplier, kita freeze konfigurasi pertengahan tahun 2018. Sekarang masuk tahap detil. Detil analisa dan seterusnya, 2019 besok itu sudah masuk tahap produksi. Dari gambar-gambar itu kita produksi," ujarnya.

Indonesia dan Korea akan membuat 8 pesawat purwarupa. 6 pesawat di antara bisa diterbangkan, dan 2 pesawat tidak terbang. Dua pesawat sengaja tidak diterbangkan karena hanya untuk uji struktur.

Purwarupa pertama di targetkan rampung tahun 2021. Kemudian secara bertahap menyusul purwarupa-purwarupa lainnya. Terakhir, Heri mengatakan, pada tahun 2026 ditargetkan pesawat purwarupa itu mendapat sertifikasi sebelumnya diproduksi massal.

"Nah, kemudian masuk ke proses sertifikasi targetnya 2026 selesai. Kemudian setelah itu masuk tahap produksi massal. Dalam 10 tahun ini hanya pengembangan doang. Habis itu 2026 ke atas masuk produksi," ujarnya.

Pada pengembangan ini investasi yang dibutuhkan 8,7 triliun Korea won. Porsi Indonesia dalam pengembangan ini sekitar 20%.

"Kalau nggak salah 8,7 triliun Korea won. Hanya pengembangan," ujarnya.




Credit  finance.detik.com



Alasan Korsel Ajak RI Buat Jet Tempur Bareng


Foto: jet tempur KFX/IFX (Achmad Dwi Afriyadi-detikFinance)
Foto: jet tempur KFX/IFX (Achmad Dwi Afriyadi-detikFinance)


Jakarta - Korea Selatan menggandeng Indonesia untuk mengembangkan jet tempur. Pesawat yang dikembangkan bersama itu kemudian diberi nama Korean Fighter Experimental/Indonesian Fighter Experimental (KFX/IFX).

Kepala Program KFX/IFX dari PT Dirgantara Indonesia (PTDI) Heri Yansyah mengatakan, alasan Korea menggandeng Indonesia karena Indonesia bakal berkembang menjadi negara besar. Sebab itu, pengembangan jet tempur diperlukan.

"Kalau mereka sampaikan, pertama Indonesia itu menurut mereka di tahun 2040 menjadi negara besar, dan mereka melihat potensi itu," kata dia kepada detikFinance di Jakarta, Rabu (7/11/2018).

Kemudian, Heri mengatakan, Korea mengajak Indonesia karena Indonesia memiliki pengalaman mengembangkan pesawat. Meski, pesawat yang dikembangkan Indonesia bukan jet tempur. Menurutnya, Indonesia akan melakukan penyesuaian mengembangkan pesawat petarung ini. 

"Kedua, mereka melihat Indonesia punya kemampuan mengembangkan pesawat, walaupun bukan pesawat tempur. Jadi pada waktu kita mengembangkan pesawat mereka evaluasi, posisi kita ada di mana. Kalau mereka konsisten mengembangkan pesawat tempur, kalau kita transport. Jadi ada gap, gap suatu faktor itu yang akan di-improve. Hanya beda sekitar 3 tahun, beda pengalaman dengan mereka untuk fighter," jelasnya.

Alasan lain, kata Heri ialah pasar Indonesia yang besar. Nantinya, dia juga bilang, Indonesia dan Korea mencari pasar lain untuk menjual pesawat tempur ini.

"Mereka melihat itu, kita punya kapabilitas itu, kita punya resources juga manufacturing, dan seterusnya, dan market. Karena ini akan jadi captive market, Indonesia sudah pasti membeli pesawat ini, dan Korea membeli pesawat ini. Dan sekarang mencari joint marketing untuk negara di luar negara Indonesia dan Korea," tutupnya.




Credit  finance.detik.com