Credit republika.co.id
Rabu, 15 Agustus 2018
Survei Jenderal: Turki Keluar dari NATO Tahun Ini
CB, Jakarta - Permusuhan antara Turki dan Amerika Serikat semakin mendidih membuat Turki diperkirakan akan keluar dari NATO, organisasi Pakta Pertahanan Atlantik Utara yang didirikan tahun 1949, dalam tahun ini.
Perkiraan Turki keluar dari NATO didasarkan survei Academy Securities yang berlangsung selama 6 bulan bertajuk Geopolitical Intelligence Group yang beranggotakan 10 mantan jenderal dan laksamana, mengutip laporan www.intelliNews.com, Selasa, 14 Agustus 2018.
Survei ini memuat outline berbagai aspek alasan tentang Ankara sepertinya akan keluar dari aliansi militer tersebut. Hasil survei berkesimpulan: Turki tidak akan lagi sebagai sekutu NATO.
Laporan Academy Securities yang ditulis Jenderal James "Spider" Marks dan Rachel Washburn yang dipublikasikan hanya beberapa saat setelah Recep Tayyib Erdigan terpilih kembali sebagai presiden Turki akhir Juni lalu menyajikan sejumlah alasan mengenai kemungkinan Turki keluar dari NATO.
Laporan itu juga menyebutkan tentang Turki yang semakin mendekat ke Rusia.
IPresiden Iran Hassan Rouhani (kiri), Presiden Rusia Vladimir Putin (tengah) dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. [http://aa.com.tr]
"Turki melanjutkan untuk memperkuat hubungannya dengan Rusia, mengibarkan bendera merah terhadap hubungan NATO di kawasan itu," ujar laporan itu.Permusuhan Turki dan AS dipicy dari rencana Turki membeli rudal S-400 buatan Rusia yang disebut tidak sesuai dengan peralatan militer NATO.
Persteruan berlanjut dengan dukungan AS terhadap milisi Kurdi dengan organisasinya yang disebut Ankara sebagai YPG dan PKK di Suriah. Ankara memasukkan YPG dan PKK sebagai organisasi teroris.
Pasukan Kurdi melawan berbagai operasi ISIS di Irak dan Suriah.
Bersamaan dengan perang di Suriah yang berkecamuk, Turki, Rusia dan Iran bersama-sama berupaya mempengaruhi Suriah.
Tank dan kendaraan lapis baja Angkatan Darat Prancis tiba di pangkalan militer TAHA, di Estonia, 29 Maret 2019. Tentara Prancis ini merupakan bagian dari pasukan NATO yang ditempatkan di Estonia, Latvia, Lithuania and Polandia. AFP/Raigo Pajula
"Mereka mempengaruhi Suriah ke arah kerja sama yang tak diperkirakan sebelumnya di antara ketiga negara," ujar laporan lembaga intelijen itu.Alasan lainnya, Turki yang mengarah pada negara otoriter menjadi faktor yang dapat mendorong Ankara keluar dari NATO. "Tidak lagi sebagai muslim demokrasi sekuler, Turki menjadi rezim otoriter berbahaya dan meningkatnya keagamaan, memangkas kesepakatannya sendiri."
Perkiraan Turki keluar dari NATO didasarkan survei Academy Securities yang berlangsung selama 6 bulan bertajuk Geopolitical Intelligence Group yang beranggotakan 10 mantan jenderal dan laksamana, mengutip laporan www.intelliNews.com, Selasa, 14 Agustus 2018.
Survei ini memuat outline berbagai aspek alasan tentang Ankara sepertinya akan keluar dari aliansi militer tersebut. Hasil survei berkesimpulan: Turki tidak akan lagi sebagai sekutu NATO.
Laporan Academy Securities yang ditulis Jenderal James "Spider" Marks dan Rachel Washburn yang dipublikasikan hanya beberapa saat setelah Recep Tayyib Erdigan terpilih kembali sebagai presiden Turki akhir Juni lalu menyajikan sejumlah alasan mengenai kemungkinan Turki keluar dari NATO.
Laporan itu juga menyebutkan tentang Turki yang semakin mendekat ke Rusia.
IPresiden Iran Hassan Rouhani (kiri), Presiden Rusia Vladimir Putin (tengah) dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. [http://aa.com.tr]
"Turki melanjutkan untuk memperkuat hubungannya dengan Rusia, mengibarkan bendera merah terhadap hubungan NATO di kawasan itu," ujar laporan itu.Permusuhan Turki dan AS dipicy dari rencana Turki membeli rudal S-400 buatan Rusia yang disebut tidak sesuai dengan peralatan militer NATO.
Persteruan berlanjut dengan dukungan AS terhadap milisi Kurdi dengan organisasinya yang disebut Ankara sebagai YPG dan PKK di Suriah. Ankara memasukkan YPG dan PKK sebagai organisasi teroris.
Pasukan Kurdi melawan berbagai operasi ISIS di Irak dan Suriah.
Bersamaan dengan perang di Suriah yang berkecamuk, Turki, Rusia dan Iran bersama-sama berupaya mempengaruhi Suriah.
Tank dan kendaraan lapis baja Angkatan Darat Prancis tiba di pangkalan militer TAHA, di Estonia, 29 Maret 2019. Tentara Prancis ini merupakan bagian dari pasukan NATO yang ditempatkan di Estonia, Latvia, Lithuania and Polandia. AFP/Raigo Pajula
"Mereka mempengaruhi Suriah ke arah kerja sama yang tak diperkirakan sebelumnya di antara ketiga negara," ujar laporan lembaga intelijen itu.Alasan lainnya, Turki yang mengarah pada negara otoriter menjadi faktor yang dapat mendorong Ankara keluar dari NATO. "Tidak lagi sebagai muslim demokrasi sekuler, Turki menjadi rezim otoriter berbahaya dan meningkatnya keagamaan, memangkas kesepakatannya sendiri."
Credit tempo.co
Perang Dagang Turki - AS, 3 Ancaman Erdogan kepada Trump
CB, Jakarta - Kecamuk perang kata antara Presiden Turki,
Recep Tayyip Erdogan, melawan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump,
kian keras. Saling hujat kedua pemimpin itu menimbulkan perang dagang,
apa saja ancaman Erdogan terhadap Trump.
Presiden AS Donald Trump dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. REUTERS
1. Boikot produk elektronik Amerika Serikat
Presiden Erdogan menyatakan akan memboikot seluruh barang elektronik
buatan Amerika Serikat. "Jika Amerika Serikat memiliki iPhone, akan kita
ganti dengan Samsung dari Korea Selatan yang banyak di pasaran atau
kita membeli Vestel buatan dalam negeri."
2. Jual emas, dolar atau euro
Presiden Erdogan meminta kepada seluruh rakyat Turki menjual simpanan emas, dolar atau euro yang mereka pegang untuk ditukarkan ke mata uang nasional, lira. Saat ini, lira melemah hingga kurang lebih 45 persen dari mata uang asing. Menurut Erdogan, pelemahan itu disebabkan Turki menjadi sasaran perang dagang oleh Amerika Serikat.
"Kita akan lawan Amerika Serikat. Seluruh perusahaan atau pengusaha jangan ramai-ramai memburu dolar agar mata uang kita kuat," desak Erdogan kepada para pengusaha Turki.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, kanan, dan Menteri Luar Negeri Mevlut Cavusoglu, kiri, di pertemuan NATO di Brussels [Paul Hanna/Reuters]
3. Pastor Andrew Brunson tak dibebaskan
Presiden Erdogan menyatakan tidak akan membebaskan pastor Amerika Serikat, Andrew Brunson, sebelum ada keputusan tetap dari pengadilan meskipun mendapatkan tekanan.
Pastor Brunson dijebloskan ke penjara sejak Oktober 2016 karena dituding terlibat aktivitas terorisme. Pria yang tinggal di Turki lebih dari dua dekade itu, terindikasi membantu sekelompok organisasi yang dianggap bertanggung jawab atas kudeta melawan Erdogan. "Dia dituntut hukuman penjara maksimal 35 tahun. Namun Brunson menolak segala dakwaan," tulis Reuters.
Presiden AS Donald Trump dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. REUTERS
1. Boikot produk elektronik Amerika Serikat
2. Jual emas, dolar atau euro
Presiden Erdogan meminta kepada seluruh rakyat Turki menjual simpanan emas, dolar atau euro yang mereka pegang untuk ditukarkan ke mata uang nasional, lira. Saat ini, lira melemah hingga kurang lebih 45 persen dari mata uang asing. Menurut Erdogan, pelemahan itu disebabkan Turki menjadi sasaran perang dagang oleh Amerika Serikat.
"Kita akan lawan Amerika Serikat. Seluruh perusahaan atau pengusaha jangan ramai-ramai memburu dolar agar mata uang kita kuat," desak Erdogan kepada para pengusaha Turki.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, kanan, dan Menteri Luar Negeri Mevlut Cavusoglu, kiri, di pertemuan NATO di Brussels [Paul Hanna/Reuters]
3. Pastor Andrew Brunson tak dibebaskan
Presiden Erdogan menyatakan tidak akan membebaskan pastor Amerika Serikat, Andrew Brunson, sebelum ada keputusan tetap dari pengadilan meskipun mendapatkan tekanan.
Pastor Brunson dijebloskan ke penjara sejak Oktober 2016 karena dituding terlibat aktivitas terorisme. Pria yang tinggal di Turki lebih dari dua dekade itu, terindikasi membantu sekelompok organisasi yang dianggap bertanggung jawab atas kudeta melawan Erdogan. "Dia dituntut hukuman penjara maksimal 35 tahun. Namun Brunson menolak segala dakwaan," tulis Reuters.
Credit tempo.co
Krisis Ekonomi, Turki Bersumpah Boikot Produk Amerika Serikat
CB, Jakarta - Presiden Turki
Recep Tayip Erdogan mengumbar angkara murka kepada Amerika Serikat
dengan mengatakan Ankara akan memboikot seluruh produk elektronik negeri
itu.
Erdogan menyatakan, Turki akan menghentikan pembelian barang eletronik Amerika Serikat, termasuk iPhones. Sebagi gantinya, jelasnya, Turki akan membeli Samsung buatan Korea Selatan atau Vestel produksi dalam negeri.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan (kiri) dan menantunya Menteri Keuangan Berat Albayrak (kanan). Via Almonitor
"Jika mereka memiliki iPhone, ada Samsung di manapun. Kami memiliki Vestel," ucapnya seperti dikutip Al Jazeera, Selasa 14 Agustus 2018. Erdogan tidak menjelaskan, kapan boikot itu akan diberlakukan.
Beberapa hari ini, mata uang Turki, lira, mengalami pelemahan hebat terhadap dolar Amerika Serikat hingga mencapai lebih dari 45 persen.
Bocoran iPhone SE 2 dengan kamera Face ID dan notch. Kredit: @OnLeaks/Twitter
Dalam pernyataannya kepada media, Erdogan menolak pendapat para ahli yang mengatakan pelemahan lira terhadap mata uang asing disebabkan oleh fundamental ekonomi. Menurut Erdogan, Turki saat ini menjadi target perang ekonomi.
Untuk itu, dia berkali-kali meminta warga Turki menjual dolar dan euro yang dipegang demi memperkuat mata uang nasional. Erdogan juga mendesak seluruh perusahaan tidak ramai-ramai membeli dolar. "Amerika Serikat telah menusuk Turki dari belakang. Kita akan memboikot barang elektronik mereka," kata Erdogan, Selasa.
Erdogan menyatakan, Turki akan menghentikan pembelian barang eletronik Amerika Serikat, termasuk iPhones. Sebagi gantinya, jelasnya, Turki akan membeli Samsung buatan Korea Selatan atau Vestel produksi dalam negeri.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan (kiri) dan menantunya Menteri Keuangan Berat Albayrak (kanan). Via Almonitor
Beberapa hari ini, mata uang Turki, lira, mengalami pelemahan hebat terhadap dolar Amerika Serikat hingga mencapai lebih dari 45 persen.
Bocoran iPhone SE 2 dengan kamera Face ID dan notch. Kredit: @OnLeaks/Twitter
Dalam pernyataannya kepada media, Erdogan menolak pendapat para ahli yang mengatakan pelemahan lira terhadap mata uang asing disebabkan oleh fundamental ekonomi. Menurut Erdogan, Turki saat ini menjadi target perang ekonomi.
Untuk itu, dia berkali-kali meminta warga Turki menjual dolar dan euro yang dipegang demi memperkuat mata uang nasional. Erdogan juga mendesak seluruh perusahaan tidak ramai-ramai membeli dolar. "Amerika Serikat telah menusuk Turki dari belakang. Kita akan memboikot barang elektronik mereka," kata Erdogan, Selasa.
Credit tempo.co
PBB: lebih 130 orang tewas kerusuhan di Suriah barat-laut
PBB, New York (CB) - Dalam lonjakan kerusuhan dalam
perang saudara di Suriah, lebih dari 130 orang tewas, termasuk "banyak
anak kecil", di tiga gubernuran selama akhir pekan, kata PBB pada Senin
(13/8).
Kantor bagi Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA), yang berpusat di Markas Besar PBB di New York, mengatakan permusuhan yang berlangsung di bagian barat-laut Suriah telah menewaskan sedikitnya 134 orang, termasuk banyak anak kecil, selama akhir pekan lalu di Gubernuran Idlib, Hama dan Aleppo.
"Sedikitnya 59 anak kecil dilaporkan meninggal, 17 di antara mereka anak kecil, ketika satu depot amunisi dan senjata meledak di satu bangunan permukiman di dekat Kota Kecil Sarmada di pinggir utara Gunernuran Idlib," kata Wakil Juru Bicara PBB Farhan Haq kepada wartrawan dalam satu taklimat rutin.
Badan Anak PBB (UNICEF) menghitung "28 anak kecil dilaporkan meninggal di Idlib dan Aleppo Barat di Suriah Utara" dalam 36 jam belakangan, katanya.
"Tiga instalasi kesehatan yang didukung UNICEF diserang," kata Haq, sebagaimana dikutip Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Selasa malam. "Dua di antaranya --yang menyediakan bantuan buat perempuan dan anak-anak-- sekarang tak bisa beroperasi."
"Lembaga pendidikan dilaporkan menghentikan semua kegiatan belajar-mengajar di Khan Shaukun, Maarrat An-Numan dan Kafr Nobol di Idlib selama tiga hari akibat permusuhan," katanya.
"Kami mengingatkan semua pihak dalam konflik tersebut mengenai kewajiban mereka untuk melindungi semua warga sipil dan benda sipil, termasuk sekolah dan instalasi kesehatan; dan mengizinkan akses kemanusiaan tanpa hambatan, berkelanjutan dan aman ke semua orang yang memerlukan sejalan dengan hukum kemanusiaan internasional," kata wakil juru bicara PBB itu.
Editing oleh Chaidar Abdullah
Kantor bagi Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA), yang berpusat di Markas Besar PBB di New York, mengatakan permusuhan yang berlangsung di bagian barat-laut Suriah telah menewaskan sedikitnya 134 orang, termasuk banyak anak kecil, selama akhir pekan lalu di Gubernuran Idlib, Hama dan Aleppo.
"Sedikitnya 59 anak kecil dilaporkan meninggal, 17 di antara mereka anak kecil, ketika satu depot amunisi dan senjata meledak di satu bangunan permukiman di dekat Kota Kecil Sarmada di pinggir utara Gunernuran Idlib," kata Wakil Juru Bicara PBB Farhan Haq kepada wartrawan dalam satu taklimat rutin.
Badan Anak PBB (UNICEF) menghitung "28 anak kecil dilaporkan meninggal di Idlib dan Aleppo Barat di Suriah Utara" dalam 36 jam belakangan, katanya.
"Tiga instalasi kesehatan yang didukung UNICEF diserang," kata Haq, sebagaimana dikutip Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Selasa malam. "Dua di antaranya --yang menyediakan bantuan buat perempuan dan anak-anak-- sekarang tak bisa beroperasi."
"Lembaga pendidikan dilaporkan menghentikan semua kegiatan belajar-mengajar di Khan Shaukun, Maarrat An-Numan dan Kafr Nobol di Idlib selama tiga hari akibat permusuhan," katanya.
"Kami mengingatkan semua pihak dalam konflik tersebut mengenai kewajiban mereka untuk melindungi semua warga sipil dan benda sipil, termasuk sekolah dan instalasi kesehatan; dan mengizinkan akses kemanusiaan tanpa hambatan, berkelanjutan dan aman ke semua orang yang memerlukan sejalan dengan hukum kemanusiaan internasional," kata wakil juru bicara PBB itu.
Editing oleh Chaidar Abdullah
Credit antaranews.com
PBB Serukan Serangan Terhadap Anak-anak Diakhiri
Anak-anak di Idlib, Suriah. (AFP PHOTO / Omar haj kadour)
Jakarta, CB -- Badan Perserikatan Bangsa-bangsa untuk Kesejahteraan Anak-anak UNICEF menyerukan agar serangan terhadap anak-anak dalam peperangan di Suriah dan Yaman dihentikan.
Seruan itu dilontarkan UNICEF menyusul laporan terbaru yang menyatakan 28 anak-anak tewas di Idlib daan Aleppo Barat, Suriah Utara, Minggu (12/8).
Dari jumlah tersebut, tujuh korban tewas adalah satu keluarga.
Menurut UNICEF tiga fasilitas medis telah diserang dan dua telah rusak parah.
Seruan itu dilontarkan UNICEF menyusul laporan terbaru yang menyatakan 28 anak-anak tewas di Idlib daan Aleppo Barat, Suriah Utara, Minggu (12/8).
Dari jumlah tersebut, tujuh korban tewas adalah satu keluarga.
Menurut UNICEF tiga fasilitas medis telah diserang dan dua telah rusak parah.
"Peperangan terhadap anak-anak Suriah menimbulkan risiko terhadap sejuta anak-anak di Idlib," kata kata Geert Cappelaere, Direktur Regional UNICEF untuk Timur Tengah dan Afrika Utara dalam laporan tersebut.
Insiden yang menimpa 28 anak di Suriah tersebut merupakan insiden terbaru menyusul serangan terhadap bis piknik yang menewaskan 40 anak di Yaman.
Bagi Juliet Touma, kepala komunikasi regional UNICEF, kedua insiden itu menunjukkan peningkatan serangan terhadap anak-anak.
"Jelas terjadi sebuah perang terhadap anak-anak," katanya seperti dilansir UN News, menjelaskan bahwa perperangan yang berlangsung dalam kedua negara tersebut merampas hak-hak dasar anak seperti akses kesehatan dan pendidikan.
Sejak perang Suriah meletus delapan tahun lalu, warga sipil harus "menanggung beban konflik yang ditandai dengan penderitaan, kehancuran dan pengabaian terhadap kehidupan manusia," kata Kantor Koordinasi urusan Kemanusiaan PBB, OCHA.
UNICEF melaporkan bahwa lebih dari lima juta anak-anak membutuhkan bantuan kemanusiaan dengan hampir separuh diantaranya terpaksa mengungsi dari rumah-rumah mereka.
Perang yang berlangsung selama tiga tahun di Yaman menyebabkan hampir dua pertiga penduduk Yaman membutuhkan bantuan darurat atau perlindungan untuk bertahan hidup.
"Ada sekitar 30 juta anak-anak yang membutuhkan bantuan kemanusiaan di seluruh wilayah," kata Touma mengenai peristiwa yang juga dialami berbagai negara Timur-Tengah seperti Libya, Sudan dan Wilayah Pendudukan Palestina. "Anak-anak diserang, dan itu harus dihentikan," kata dia.
Credit cnnindonesia.com
Aksi Protes di Pemakaman Anak-anak Korban Serangan Saudi
Ribuan warga Yaman melontarkan kemarahan
kepada Arab Saudi dan AS dalam upacara pemakaman massal anak-anak korban
serangan koalisi Saudi. (REUTERS/Khaled Abdullah)
Komite Internasional Palang Merah memastikan 51 orang tewas 40 di antaranya anak-anak, akibat serangan udara ke sebuah bus yang sedang melintas di Pasar Dahyan, Provinsi Saada, Yaman Utara, Kamis (9/8).
Pemakaman massal diadakan di Ibu Kota Saada, markas pemberontak Houthi dengan gambar yang disiarkan di Stasiun Televisi Al-Masirah. Peti-peti itu ditutupi dengan tirai hijau. Sekitar 50 kendaraan membawa peti mati tersebut.
Warga berdatangan sambil mengangkat foto anak-anak dan meneriakkan ucapan-ucapan yang menentang Arab Saudi dan Amerika Serikat.
"Amerika membunuh anak-anak Yaman," tulis di salah satu foto seperti dilansir kantor berita AFP.
Kepala Dewan Revolusioner Pemberontak, Mohammed Ali Al-Houthi mengambil bagian dalam pemakaman dan mengecam serangan itu sebagai kejahatan yang dilakukan oleh AS dan sekutunya terhadap anak-anak di Yaman.
Kementerian Kesehatan Houthi mengklaim 51 orang tewas dalam serangan itu dan 40 diantaranya anak-anak. Serangan itu juga menyebabkan 59 orang luka-luka, 56 anak-anak.
Koalisi pimpinan Arab Saudi telah mengambil bagian dalam konflik Yaman sejak 2015 untuk mendukung pemerintahan Presiden Yaman, Abedrabbo Mansour Hadi dalam perjuangannya melawan kaum Houthi.
Anwar Gargash, Menteri Luar Negeri Uni Emirat Arab (UEA), meratapi sisi perang dan menyebutkan peran penyelidikan koalisi terhadap serangan itu.
"Dalam perang ini kami telah melihat warga sipil ditembak, dibom, dibunuh, dan sayangnya, ini benar-benar bagian dari konfrontasi apa pun," kata dia.
Berdasarkan laporan dari AFP, perang di Yaman menyebabkan hampir 10.000 orang tewas. Hal ini sesuai dengan yang digambarkan PBB sebagai krisis kemanusiaan terburuk di dunia.
Utusan PBB ke Yaman, Martin Griffiths, telah mengundang pihak yang bertikai untuk melakukan pembicaraan pada 6 September di Jenewa.
Foto: REUTERS/Naif Rahma
Sisa-sisa bus piknik yang dihantam serangan udara koalisi Saudi di Saada. |
Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo dan Putra Mahkota Arab Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman sudah melakukan pembicaraan melalui telepon, pada Senin (13/8).
Namun, menurut Laporan Departemen Luar Negeri di pembicaraan itu, Pompeo tidak menyebutkan serangan udara akibat Koalisi Pimpinan Arab Saudi yang menghantam bus sekolah di Yaman dan menewaskan puluhan anak-anak tersebut.
Dilansir dari CNN, Pompeo berterima kasih kepada Putra Mahkota untuk dukungan Arab Saudi terhadap kebutuhan stabilisasi mendesak di Suriah, kemudian keterlibatannya dengan pemerintah Irak, dan tawarannya untuk membantu Irak mengatasi kekurangan air dan listrik.
Juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Heather Nauert membahas pemboman itu hanya setelah dia ditanya oleh wartawan pada pekan lalu.
Dirinya mengatakan bahwa AS pasti prihatin oleh laporan serangan yang mematikan, tetapi dia tidak bisa mengkonfirmasi semua rincian karena mereka tidak ada di sana.
"Kami menyerukan koalisi yang dipimpin Saudi untuk melakukan penyelidikan menyeluruh dan transparan atas insiden itu," kata dia.
Juru bicara Pentagon, Letnan Rebecca Rebarich mengatakan bahwa seorang jenderal bintang tiga AS sedang menekan Arab Saudi untuk melakukan penyelidikan transparan terhadap serangan bus sekolah di Yaman dan memberitahukan hasilnya kepada publik, pada Senin (13/8).
"Seorang jenderal bintang tiga sedang menyesuaikan kunjungannya yang dijadwalkan ke Arab Saudi untuk membahas insiden serangan tersebut dan melihat langsung ke lokasi," kata dia.
Credit cnnindonesia.com
Presiden Mesir: keamanan Yaman penting buat seluruh wilayah
Kairo, Mesir (CB) - Presiden Mesir Abdel Fattah As-Sisi
pada Senin menekankan bahwa keamanan Yaman sangat penting buat keamanan
nasional Mesir dan kestabilan seluruh wilayah tersebut.
Mesir menolak digunakannya Yaman untuk mengancam pelayaran di Laut Merah dan Selat Bab Al-Mandeb, kata As-Sisi dalam taklimat di Kairo bersama timpalannya dari Yaman Abd-Rabbu Mansour Hadi --yang saat ini hidup di pengasingan bersama pemerintahnya, yang diakui masyarakat internasional.
Ia mengatakan kunjungan Hadi ke Mesir sangat penting mengingat tahap penting krisis yang dilalui Yaman dan tantangan serius yang dihadapi wilayah Arab serta mengancam kestabilan dan keamanannya dengan cara yang tak pernah terjadi sebelumnya.
Situasi itu memerlukan pengerahan semua upaya untuk mengubah kondisi berat yang dialami rakyat Yaman, demikian laporan Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Selasa malam. Semua negara Arab, katanya, menghadapi ancaman bahaya.
Presiden Mesir tersebut kembali menyampaikan keinginan negaranya mengenai keamanan dan kestabilan Yaman dan keutuhan wilayahnya, dan menyampaikan dukungan penuh buat pemerintah sah Yaman dalam menghadapi "mereka yang berusaha mengutak-atik kestabilan dan keamanan negeri itu".
As-Sisi juga mengatakan pembicaraannya dengan presiden Yaman berpusat pada peningkatan hubungan bilateral, perkembangan krisis Yaman, keamanannya dan dampak politik terhadap wilayah tersebut serta upaya yang dilancarkan Mesir untuk memajukan mekanisme penyelesaian politik.
Yaman telah dilanda perang saudara sejak gerilyawan Syiah Al-Houthi merebut sebagian besar wilayah Yaman dan menguasai semua provinsi utara pada penghujung 2014, termasuk Ibu Kota Yaman, Sana`a.
Arab Saudi memimpin koalisi militer Arab yang mencampuri perang Yaman pada 2015 guna mendukung Pemerintah Hadi.
Lebih dari 10.000 orang Yaman, kebanyakan warga sipil, telah tewas dalam perang itu dan sebanyak tiga juta orang kehilangan tempat tinggal.
Mesir menolak digunakannya Yaman untuk mengancam pelayaran di Laut Merah dan Selat Bab Al-Mandeb, kata As-Sisi dalam taklimat di Kairo bersama timpalannya dari Yaman Abd-Rabbu Mansour Hadi --yang saat ini hidup di pengasingan bersama pemerintahnya, yang diakui masyarakat internasional.
Ia mengatakan kunjungan Hadi ke Mesir sangat penting mengingat tahap penting krisis yang dilalui Yaman dan tantangan serius yang dihadapi wilayah Arab serta mengancam kestabilan dan keamanannya dengan cara yang tak pernah terjadi sebelumnya.
Situasi itu memerlukan pengerahan semua upaya untuk mengubah kondisi berat yang dialami rakyat Yaman, demikian laporan Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Selasa malam. Semua negara Arab, katanya, menghadapi ancaman bahaya.
Presiden Mesir tersebut kembali menyampaikan keinginan negaranya mengenai keamanan dan kestabilan Yaman dan keutuhan wilayahnya, dan menyampaikan dukungan penuh buat pemerintah sah Yaman dalam menghadapi "mereka yang berusaha mengutak-atik kestabilan dan keamanan negeri itu".
As-Sisi juga mengatakan pembicaraannya dengan presiden Yaman berpusat pada peningkatan hubungan bilateral, perkembangan krisis Yaman, keamanannya dan dampak politik terhadap wilayah tersebut serta upaya yang dilancarkan Mesir untuk memajukan mekanisme penyelesaian politik.
Yaman telah dilanda perang saudara sejak gerilyawan Syiah Al-Houthi merebut sebagian besar wilayah Yaman dan menguasai semua provinsi utara pada penghujung 2014, termasuk Ibu Kota Yaman, Sana`a.
Arab Saudi memimpin koalisi militer Arab yang mencampuri perang Yaman pada 2015 guna mendukung Pemerintah Hadi.
Lebih dari 10.000 orang Yaman, kebanyakan warga sipil, telah tewas dalam perang itu dan sebanyak tiga juta orang kehilangan tempat tinggal.
Credit antaranews.com
Ada Jejak Bom AS dalam Serangan Horor Bus Sekolah Yaman
SANAA
- Ada potongan bom buatan Amerika Serikat (AS) dalam serangan horor
koalisi Arab terhadap bus sekolah di Yaman. Serangan koalisi yang
dipimpin Arab Saudi ini menewaskan 51 orang, yang sebagian besar
anak-anak sekolah.
Potongan bom AS yang ditemukan adalah jenis bom Mark 82 buatan kontraktor pertahanan Raytheon. Jejak bom Amerika itu ditemukan wartawan lokal dan warga Yaman yang mengamati lokasi serangan pada hari Kamis lalu.
Seperti diberitakan sebelumnya, Koalisi Arab menyerang sebuah bus sekolah di daerah Dahyan, Provinsi Saada. Wilayah itu dikendalikan pemberontak Houthi. Serangan tersebut juga menyebabkan 71 orang lainnya terluka.
Potongan-potongan bom AS ditemukan di dekat jasad-jasad korban yang hangus. Foto-foto mengerikan di lokasi serangan telah dibagikan jurnalis Nasser Arrabyee. Salah satu foto menunjukkan potongan bom Mark 82 atau MK-82 seberat seberat 500 pon.
Potongan bom AS yang ditemukan adalah jenis bom Mark 82 buatan kontraktor pertahanan Raytheon. Jejak bom Amerika itu ditemukan wartawan lokal dan warga Yaman yang mengamati lokasi serangan pada hari Kamis lalu.
Seperti diberitakan sebelumnya, Koalisi Arab menyerang sebuah bus sekolah di daerah Dahyan, Provinsi Saada. Wilayah itu dikendalikan pemberontak Houthi. Serangan tersebut juga menyebabkan 71 orang lainnya terluka.
Potongan-potongan bom AS ditemukan di dekat jasad-jasad korban yang hangus. Foto-foto mengerikan di lokasi serangan telah dibagikan jurnalis Nasser Arrabyee. Salah satu foto menunjukkan potongan bom Mark 82 atau MK-82 seberat seberat 500 pon.
Bom MK-82 diketahui memang dijual AS secara terus-menerus kepada Arab Saudi.
"Sisa-sisa bom AS yang menewaskan anak-anak Yaman dalam pembantian terbaru AS-Saudi dan kejahatan perang 9 Agustus 2018, di Saada, Yaman utara," tulis Nasser Arrabyee di Twitter via akun @narrabyee.
Jejak bom MK-82 yang membunuh warga sipil Yaman bukan sekali ini terlacak. Bom MK-82 pernah menjadi berita mengejutkan pada tahun 2016 ketika Koalisi Arab membom sebuah aula komunitas di Sanaa saat pemakaman Sheikh Ali al-Rawishan, yang menewaskan lebih dari 140 orang dan melukai 525 orang lainnya.
Penjualan senjata ke Arab Saudi sudah berulang kali dikecam oleh organisasi hak asasi manusia. Penjualan tersebut dianggap sebagai salah satu faktor utama yang berkontribusi terhadap melonjaknya jumlah korban tewas di Yaman.
Menurut angka perkiraan PBB, lebih dari 10.000 orang telah tewas dalam perang tiga tahun terakhir di Yaman. Sedangkan blokade Arab Saudi terus berkontribusi terhadap kelaparan dan penyakit di negara itu.
Meskipun ada desakan yang berulang kali oleh LSM dan bahkan oleh anggota parlemen AS untuk menghentikan pasokan senjata ke Saudi, Pentagon tetap melanjutkan untuk memberikan kontrak kunci Lockheed Martin/General Dynamics untuk memasok bom MK-82 ke Koalisi Arab.
Sementara itu, juru bicara Komando Pusat AS Mayor Jenderal Josh Jacques berkilah soal bukti jejak bom Amerika dalam serangan mengerikan terhadap bus sekolah di Yaman.
"Kita mungkin tidak pernah tahu apakah amunisi (yang digunakan) adalah salah satu yang dijual AS kepada mereka," kata Jacques, kepada Vox, yang dikutip Senin (13/8/2018).
"Sisa-sisa bom AS yang menewaskan anak-anak Yaman dalam pembantian terbaru AS-Saudi dan kejahatan perang 9 Agustus 2018, di Saada, Yaman utara," tulis Nasser Arrabyee di Twitter via akun @narrabyee.
Jejak bom MK-82 yang membunuh warga sipil Yaman bukan sekali ini terlacak. Bom MK-82 pernah menjadi berita mengejutkan pada tahun 2016 ketika Koalisi Arab membom sebuah aula komunitas di Sanaa saat pemakaman Sheikh Ali al-Rawishan, yang menewaskan lebih dari 140 orang dan melukai 525 orang lainnya.
Penjualan senjata ke Arab Saudi sudah berulang kali dikecam oleh organisasi hak asasi manusia. Penjualan tersebut dianggap sebagai salah satu faktor utama yang berkontribusi terhadap melonjaknya jumlah korban tewas di Yaman.
Menurut angka perkiraan PBB, lebih dari 10.000 orang telah tewas dalam perang tiga tahun terakhir di Yaman. Sedangkan blokade Arab Saudi terus berkontribusi terhadap kelaparan dan penyakit di negara itu.
Meskipun ada desakan yang berulang kali oleh LSM dan bahkan oleh anggota parlemen AS untuk menghentikan pasokan senjata ke Saudi, Pentagon tetap melanjutkan untuk memberikan kontrak kunci Lockheed Martin/General Dynamics untuk memasok bom MK-82 ke Koalisi Arab.
Sementara itu, juru bicara Komando Pusat AS Mayor Jenderal Josh Jacques berkilah soal bukti jejak bom Amerika dalam serangan mengerikan terhadap bus sekolah di Yaman.
"Kita mungkin tidak pernah tahu apakah amunisi (yang digunakan) adalah salah satu yang dijual AS kepada mereka," kata Jacques, kepada Vox, yang dikutip Senin (13/8/2018).
Credit sindonews.com
Inggris Sebut Demokrasi dan HAM Fokus Kemitraan di Asia
Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohammad seusai pemilu yang baru lalu. (REUTERS/Lai Seng Sin)
Hal tersebut disampaikan oleh Menteri Muda Inggris Urusan Kawasan Asia Pasifik Mark Field dalam diskusi di Pusat Kajian Internasional dan Strategis (Centre for Strategic & International Studies/CSIS) bertajuk The UK and All of Asia: A Modern Partnership di Jakarta, Selasa (14/8).
"Pemilu Malaysia menggambarkan dukungan tegas terhadap kekuatan demokrasi-sesuatu yang sudah lama hidup dan diterapkan di Indonesia," papar Field di depan sejumlah akademisi, pelajar, dan awak media.
"Dan dalam beberapa waktu mendatang saya berharap dapat melihat warga Thailand, Bangladesh, Afghanistan, dan tentunya Indonesia mengekspresikan suara mereka berpartisipasi ke tempat pemungutan suara," kata dia menambahkan.
Dalam kesempatan itu Field menegaskan komitmen Inggris untuk terus memperkuat kemitraan dengan negara-negara di Asia, tak terkecuali di Indonesia. Hal ini, tuturnya, bisa dilihat dari kebijakan Inggris yang memiliki 50 misi diplomatik di seluruh penjuru Asia, termasuk di seluruh 10 negara ASEAN.
Field mengatakan salah satu kebijakan yang difokuskan Inggris di Asia adalah mendukung penerapan demokrasi, hak asasi manusia, dan aturan hukum di kawasan.
Menurutnya negara-negara Asia harus bisa memastikan seluruh warganya bebas mengekspresikan diri dan menjalani kehidupan sesuai pilihan masing, bebas memeluk agama yang diyakini tanpa takut didiskriminasi, dan dihargai tanpa melihat gender, etnis, atau orientasi seksualnya.
"Kami percaya orang-orang Asia dan seluruh dunia menerapkan nilai-nilai itu semua. Dalam semboyan nasional Indonesia, persatuan dalam keberagaman atau (Bhineka Tunggal Ika)," papar Field.
Dalam kesempatan itu, Field turut menyinggung sejumlah isu dan konflik yang dikhawatirkan bisa mengancam penerapan demokrasi dan HAM di Asia. Mulai dari pengekangan pemerintah China terhadap gerakan demokrasi di Hong Kong, ancaman terhadap kebebasan beragama di Nepal dan Pakistan, kekhawatiran terhadap dugaan penindasan warga minoritas di Xinjiang, China, hingga krisis kemanusiaan di Myanmar.
Foto: REUTERS/Clodagh Kilcoyne
Pengungsi Rohingya di Bangladesh. |
"Di Myanmar, saya menyoroti perlunya pihak-pihak yang terlibat kejahatan dan kekejaman untuk diadili. Sementara di Thailand dan Kamboja, saya juga mendorong pemerintah menciptakan kondisi pemilu yang bebas, adil, dan transparan," ucap Field.
Dalam isu keamanan, Field juga menegaskan kebijakan Inggris yang terus mendukung kawasan Asia yang bebas nuklir.
Selain itu, London juga terus mendorong penerapan kebebasan bernavigasi dan penghormatan terhadap hukum internasional di Laut China Selatan, perairan yang menjadi sengketa antara China dan sejumlah negara Asia Tenggara.
Credit cnnindonesia.com
Tokoh Muslim Krimea: Rusia Coba Hapus Keberadaan Kami
JAKARTA
- Tokoh Muslim Tatar Krimea, Mustafa Dzhemilev menyatakan, Krimea pada
awalnya adalah rumah bagi Muslim Tatar. Namun, pada abad ke-17, Rusia
yang saat itu masih berbentuk kerajaan, melakukan aneksasi wilayah
Krimea dan perlahan-lahan mengusir warga Tatar dari wilayah yang
terletak di sisi di Laut Hitam itu.
Ditemui di kantor Kedutaan Besar Ukraina di Jakarta, Dzhemilev menyatakan, masa paling kelam bagi warga Tatar adalah pasca Perang Dunia II, di mana saat itu Uni Soviet menerapkan kebijakan yang sangat keras terhadap Muslim Tatar.
"Kami dahulu pernah memiliki negara, tapi pada 1978 diduduki oleh Rusia. Tatar dibersihkan hingga populasi kami hanya 19 persen dari warga Krimea. Pada masa Uni Soviet (Rusia) lebih keras, pada tahun 1944 banyak warga Krimea yang dideportasi keluarga negeri dan Rusia banyak membawa warganya ke Krimea," kata Dzhamilev pada Selasa (14/8).
"Kami kehilangan hampir 40 persen dari warga kami. Setelah diusir, warga kami berusaha untuk kembali ke Krimea. Kebijakan kami saat ini adalah kebijakan tanpa kekerasan untuk dapat kembali ke Krimea," sambungnya.
Ditemui di kantor Kedutaan Besar Ukraina di Jakarta, Dzhemilev menyatakan, masa paling kelam bagi warga Tatar adalah pasca Perang Dunia II, di mana saat itu Uni Soviet menerapkan kebijakan yang sangat keras terhadap Muslim Tatar.
"Kami dahulu pernah memiliki negara, tapi pada 1978 diduduki oleh Rusia. Tatar dibersihkan hingga populasi kami hanya 19 persen dari warga Krimea. Pada masa Uni Soviet (Rusia) lebih keras, pada tahun 1944 banyak warga Krimea yang dideportasi keluarga negeri dan Rusia banyak membawa warganya ke Krimea," kata Dzhamilev pada Selasa (14/8).
"Kami kehilangan hampir 40 persen dari warga kami. Setelah diusir, warga kami berusaha untuk kembali ke Krimea. Kebijakan kami saat ini adalah kebijakan tanpa kekerasan untuk dapat kembali ke Krimea," sambungnya.
Namun,
Dzhemilev menuturkan, walaupun berusaha kembali secara damai, Rusia
tetap menanggapi keras kemauan warga Tatar Krimea. Menurutnya, tidak
sedikit yang dipenjara hanya karena ingin kembali ke rumah, termasuk
dirinya.
"Tatar sempat mendapatkan haknya kembali saat Ukraina menyatakan kemerdekaan. Tapi, tidak semua bisa kembali, masih banyak yang tinggal di Kazakstan, Uzbekistan dan negara lainnya. Sebelum pendudukan kedua oleh Rusia pada tahun 2014, warga Tatar berjumlah 13 persen dari total penduduk Ukraina," sambungnya.
Saat ini, papar Dzhemilev, warga Tatar diawasi dengan ketat oleh dinas intelijen Rusia. Di Krimea, warga Tatar terus mendapat tekanan karena menolak pendudukan Rusia. "Kami tepaksa pergi lagi karena tekanan tersebut," tukasnya.
"Tatar sempat mendapatkan haknya kembali saat Ukraina menyatakan kemerdekaan. Tapi, tidak semua bisa kembali, masih banyak yang tinggal di Kazakstan, Uzbekistan dan negara lainnya. Sebelum pendudukan kedua oleh Rusia pada tahun 2014, warga Tatar berjumlah 13 persen dari total penduduk Ukraina," sambungnya.
Saat ini, papar Dzhemilev, warga Tatar diawasi dengan ketat oleh dinas intelijen Rusia. Di Krimea, warga Tatar terus mendapat tekanan karena menolak pendudukan Rusia. "Kami tepaksa pergi lagi karena tekanan tersebut," tukasnya.
Credit sindonews.com
Muslim Krimea kecewa atas diamnya dunia Islam
Jakarta (CB) - Tokoh masyarakat Muslim Tatar di Semenanjung
Krimea, Mustafa Dzhemilev, pada Selasa di Jakarta menyatakan kecewa
atas sikap diam negara berpenduduk sebagian besar Muslim, yang diam
terhadap pencaplokan wilayah tersebut oleh Rusia dari Ukraina sejak
2014.
"Kami kecewa karena hanya 22 dari 57 negara Muslim mendukung keutuhan wilayah Ukraina dan membebaskan kami dari penjajahan Rusia," kata Dzhemilev, anggota parlemen Ukraina dan pernah memimpin Majelis Rakyat Tatar di Krimea, yang kini dibubarkan Rusia karena dianggap membangkang.
Tatar Krimea adalah suku Muslim, yang terbentuk dan menjadi mayoritas penduduk di Krimea hingga 1944. Pemerintah Uni Soviet pada saat itu mengusir semua suku Tatar Krimea sehingga kini tersisa sebagai kelompok kecil dengan jumlah 13 persen dari keseluruhan penduduk di semenanjung tersebut.
Kemerdekaan Ukraina usai Uni Soviet bubar sempat membuat sebagian dari mereka bisa kembali ke kampung halaman ke Krimea.
Tetapi, semenjak Rusia menganeksasi Krimea pada 2014, kehidupan Muslim Tatar di sana kembali terancam, kata Dzhemilev, yang menentang pendudukan Moskow karena dinilai hanya akan menjadikan kampung halamannya sebagai pangkalan militer untuk meluaskan pengaruh Putin.
Sebagai kelompok minoritas yang menentang pendudukan Rusia, Muslim Tatar sering menjadi korban pelanggaran hak asasi manusia oleh otoritas perwakilan Moskow di Krimea. Mereka ditangkap tanpa dakwaan jelas, dipenjara tanpa pengadilan, diadu domba, bahkan terancam diusir dari Krimea, kata Dzhemilev.
Pada 2014, Dzhemilev sempat mengunjungi sejumlah negara Muslim seperti untuk meminta dukungan mereka dalam meloloskan resolusi Majelis Umum PBB yang menegaskan integritas keutuhan wilayah Ukraina, termasuk Krimea. Tetapi usaha tersebut gagal karena hanya 22 dari 57 negara anggota Organisasi Konferensi Islam yang mendukungnya.
"Meski kecewa, kami bisa memahami sikap tersebut karena mereka tidak ingin merusak hubungan bilateral yang baik dengan Rusia," kata Dzhemilev.
Dia mencontohkan pengalaman pribadinya membela Afghanistan saat diokupasi oleh Uni Soviet pada masa Perang Dingin. Dia sempat dipenjara selama tiga tahun oleh pemerintah Moskow atas aktivitas politiknya tersebut. Tetapi dia kini kecewa karena Afghanistan memilih abstain saat Ukraina mengusulkan resolusi keutuhan wilayah.
"Tetapi sekarang saya kecewa karena Afghanistan justru memilih abstain karena tidak ingin membuat marah Rusia," kata Dzhemilev.
Di sisi lain, dia berterimakasih kepada pemerintah Indonesia, yang menjadi salah satu dari sebagian negara Muslim pendukung resolusi PBB pada 2014.
"Kami kecewa karena hanya 22 dari 57 negara Muslim mendukung keutuhan wilayah Ukraina dan membebaskan kami dari penjajahan Rusia," kata Dzhemilev, anggota parlemen Ukraina dan pernah memimpin Majelis Rakyat Tatar di Krimea, yang kini dibubarkan Rusia karena dianggap membangkang.
Tatar Krimea adalah suku Muslim, yang terbentuk dan menjadi mayoritas penduduk di Krimea hingga 1944. Pemerintah Uni Soviet pada saat itu mengusir semua suku Tatar Krimea sehingga kini tersisa sebagai kelompok kecil dengan jumlah 13 persen dari keseluruhan penduduk di semenanjung tersebut.
Kemerdekaan Ukraina usai Uni Soviet bubar sempat membuat sebagian dari mereka bisa kembali ke kampung halaman ke Krimea.
Tetapi, semenjak Rusia menganeksasi Krimea pada 2014, kehidupan Muslim Tatar di sana kembali terancam, kata Dzhemilev, yang menentang pendudukan Moskow karena dinilai hanya akan menjadikan kampung halamannya sebagai pangkalan militer untuk meluaskan pengaruh Putin.
Sebagai kelompok minoritas yang menentang pendudukan Rusia, Muslim Tatar sering menjadi korban pelanggaran hak asasi manusia oleh otoritas perwakilan Moskow di Krimea. Mereka ditangkap tanpa dakwaan jelas, dipenjara tanpa pengadilan, diadu domba, bahkan terancam diusir dari Krimea, kata Dzhemilev.
Pada 2014, Dzhemilev sempat mengunjungi sejumlah negara Muslim seperti untuk meminta dukungan mereka dalam meloloskan resolusi Majelis Umum PBB yang menegaskan integritas keutuhan wilayah Ukraina, termasuk Krimea. Tetapi usaha tersebut gagal karena hanya 22 dari 57 negara anggota Organisasi Konferensi Islam yang mendukungnya.
"Meski kecewa, kami bisa memahami sikap tersebut karena mereka tidak ingin merusak hubungan bilateral yang baik dengan Rusia," kata Dzhemilev.
Dia mencontohkan pengalaman pribadinya membela Afghanistan saat diokupasi oleh Uni Soviet pada masa Perang Dingin. Dia sempat dipenjara selama tiga tahun oleh pemerintah Moskow atas aktivitas politiknya tersebut. Tetapi dia kini kecewa karena Afghanistan memilih abstain saat Ukraina mengusulkan resolusi keutuhan wilayah.
"Tetapi sekarang saya kecewa karena Afghanistan justru memilih abstain karena tidak ingin membuat marah Rusia," kata Dzhemilev.
Di sisi lain, dia berterimakasih kepada pemerintah Indonesia, yang menjadi salah satu dari sebagian negara Muslim pendukung resolusi PBB pada 2014.
Credit antaranews.com
Erdogan: AS Coba Tikam Turki dari Belakang, Bisakah Diterima?
ANKARA
- Presiden Recep Tayyip Erdogan kembali mengecam Amerika Serikat (AS)
sebagai sekutu Turki di keanggotaan NATO yang justru tindakannya
bertolak belakang. Menurutnya, Washington mencoba menikam Ankara dari
belakang.
Komentar Erdogan itu membuat bank sentral Turki pada hari Senin (13/8/2018) gagal menghentikan anjloknya nilai mata uang lira. Kegagalan itu membuat ekonomi Ankara bergejolak.
Perselisihan kedua negara itu dipicu penahanan pastor Amerika Serikat, Andrew Brunson, di Ankara atas tuduhan terlibat terorisme dan mendukung upaya kudeta militer Turki 2016. Washington telah menjatuhkan sanksi terhadap dua menteri di kabinet Erdogan setelah Ankara menolak membebaskan Brunson.
Ketika lira merosot tujuh persen dalam nilainya, investor resah. Gejolak itu merembet ke bank-bank Eropa.
Komentar Erdogan itu membuat bank sentral Turki pada hari Senin (13/8/2018) gagal menghentikan anjloknya nilai mata uang lira. Kegagalan itu membuat ekonomi Ankara bergejolak.
Perselisihan kedua negara itu dipicu penahanan pastor Amerika Serikat, Andrew Brunson, di Ankara atas tuduhan terlibat terorisme dan mendukung upaya kudeta militer Turki 2016. Washington telah menjatuhkan sanksi terhadap dua menteri di kabinet Erdogan setelah Ankara menolak membebaskan Brunson.
Ketika lira merosot tujuh persen dalam nilainya, investor resah. Gejolak itu merembet ke bank-bank Eropa.
Lira
Turki telah jatuh sekitar 16 persen terhadap dolar AS pada hari Jumat
lalu karena Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa dia telah
menggandakan tarif untuk baja dan aluminium dari Turki.
"Kami bersama dalam NATO dan kemudian Anda berusaha untuk menikam mitra strategis Anda di belakang. Bisakah hal semacam itu diterima?," kata Erdogan dalam sebuah konferensi di Ankara, kemarin, seperti dikutip AFP, Selasa (14/8/2018).
Erdogan mengindikasikan bahwa dia tidak berminat untuk menawarkan konsesi kepada Amerika Serikat dalam salah satu pertikaian terburuk antara dua sekutu NATO dalam beberapa tahun.
Erdogan mengatakan Turki menghadapi "pengepungan ekonomi" yang dia sebut sebagai serangan terhadap negaranya.
Sebelumnya, pemimpin Turki itu mengancam akan mencari sekutu baru karena kecewa dengan perilaku AS terhadap Ankara.
Ketika ekonomi Turki gonjang-ganjing, Erdogan minta kepada rakyatnya untuk tidak khawatir. "Ini sama sekali tidak seperti kita tenggelam dan kita sudah selesai. Dinamika ekonomi Turki solid, kuat dan sehat dan akan terus demikian," katanya.
Erdogan juga mengecam apa yang dia sebut sebagai "teroris ekonomi" di media sosial setelah para pengguna media sosial ramai memperbincangkan anjloknya nilai mata uang lira. Dia berjanji bahwa pengadilan Turki akan mengambil tindakan yang diperlukan untuk menghukum pengguna media sosial yang dia anggap spekulan.
Kantor berita Anadolu melaporkan, Kementerian Dalam Negeri meluncurkan penyelidikan terhadap 346 akun media sosial atas dasar "pembagian materi provokatif".
"Kami bersama dalam NATO dan kemudian Anda berusaha untuk menikam mitra strategis Anda di belakang. Bisakah hal semacam itu diterima?," kata Erdogan dalam sebuah konferensi di Ankara, kemarin, seperti dikutip AFP, Selasa (14/8/2018).
Erdogan mengindikasikan bahwa dia tidak berminat untuk menawarkan konsesi kepada Amerika Serikat dalam salah satu pertikaian terburuk antara dua sekutu NATO dalam beberapa tahun.
Erdogan mengatakan Turki menghadapi "pengepungan ekonomi" yang dia sebut sebagai serangan terhadap negaranya.
Sebelumnya, pemimpin Turki itu mengancam akan mencari sekutu baru karena kecewa dengan perilaku AS terhadap Ankara.
Ketika ekonomi Turki gonjang-ganjing, Erdogan minta kepada rakyatnya untuk tidak khawatir. "Ini sama sekali tidak seperti kita tenggelam dan kita sudah selesai. Dinamika ekonomi Turki solid, kuat dan sehat dan akan terus demikian," katanya.
Erdogan juga mengecam apa yang dia sebut sebagai "teroris ekonomi" di media sosial setelah para pengguna media sosial ramai memperbincangkan anjloknya nilai mata uang lira. Dia berjanji bahwa pengadilan Turki akan mengambil tindakan yang diperlukan untuk menghukum pengguna media sosial yang dia anggap spekulan.
Kantor berita Anadolu melaporkan, Kementerian Dalam Negeri meluncurkan penyelidikan terhadap 346 akun media sosial atas dasar "pembagian materi provokatif".
Credit sindonews.com
Sebanyak 9.795 Warga AS Kena Kanker akibat Serangan 9/11
NEW YORK
- Sebanyak 9.795 warga Amerika Serikat (AS) terserang kanker yang
ditimbulkan dari debu dampak serangan 11 September 2001 atau 9/11.
Serangan teroris dengan pesawat bajakan saat itu menghantam menara
kembar World Trade Center (WTC), di mana al-Qaeda dituduh sebagai
pelakunya.
Data korban tewas akibat kanker itu dirilis The Federal World Trade Center Health Program. Lembaga itu didirikan pada 2010 untuk memberikan manfaat medis bagi kelompok-kelompok tertentu yang terkena dampak serangan teroris 9/11.
Data yang dikutip The New York Post menunjukkan 9.795 orang Amerika menderita kanker terkait serangan 9/11, termasuk responden pertama, penduduk, mahasiswa dan orang-orang yang bekerja di Manhattan, tempat kedua menara 110 lantai itu runtuh.
Dari jumlah itu, 420 orang di antaranya telah meninggal. "9/11 masih membunuh," kata John Feal, seorang advokat untuk responden WTC kepada media AS tersebut.
Data korban tewas akibat kanker itu dirilis The Federal World Trade Center Health Program. Lembaga itu didirikan pada 2010 untuk memberikan manfaat medis bagi kelompok-kelompok tertentu yang terkena dampak serangan teroris 9/11.
Data yang dikutip The New York Post menunjukkan 9.795 orang Amerika menderita kanker terkait serangan 9/11, termasuk responden pertama, penduduk, mahasiswa dan orang-orang yang bekerja di Manhattan, tempat kedua menara 110 lantai itu runtuh.
Dari jumlah itu, 420 orang di antaranya telah meninggal. "9/11 masih membunuh," kata John Feal, seorang advokat untuk responden WTC kepada media AS tersebut.
Lebih
dari 11.000 petugas pemadam kebakaran, di bawah pengawasan Departemen
Pemadam Kebakaran Kota New York (FDNY), mengoperasikan upaya
penyelamatan dan pemulihan yang berkelanjutan di lokasi itu pada
hari-hari dan minggu-minggu setelah runtuhnya gedung WTC.
Serangan 9/11 pada saat itu menewaskan 2.606 orang, tidak termasuk mereka yang berada di pesawat yang menabrak menara kembar WTC.
Studi epidemiologi telah menunjukkan bahwa baik pekerja penyelamat dan pemulihan yang bekerja di lokasi setelah runtuhnya gedung itu memiliki tingkat kanker tiroid yang lebih tinggi secara signifikan. Mereka juga mengalami melanoma atau kanker kulit dan kanker kandung kemih.
Kanker lain yang diderita oleh non-responden yang terkena debu adalah kanker payudara, limfoma non-Hodgkin, leukemia dan gangguan sel darah lainnya.
Michael Crane, direktur medis Program Kesehatan WTC di Mount Sinai Hospital, mengatakan kepada New York Post, "Kami mendapatkan referensi ini 15 hingga 20 kali seminggu."
Sebuah penelitian yang diterbitkan di New England Journal of Medicine pada peringatan satu tahun serangan 9/11 menggambarkan apa yang disebut oleh penulisnya sebagai "Batuk World Trade Center", yang didefinisikan sebagai "batuk terus-menerus yang berkembang setelah terpapar di situs serangan".
Serangan 9/11 pada saat itu menewaskan 2.606 orang, tidak termasuk mereka yang berada di pesawat yang menabrak menara kembar WTC.
Studi epidemiologi telah menunjukkan bahwa baik pekerja penyelamat dan pemulihan yang bekerja di lokasi setelah runtuhnya gedung itu memiliki tingkat kanker tiroid yang lebih tinggi secara signifikan. Mereka juga mengalami melanoma atau kanker kulit dan kanker kandung kemih.
Kanker lain yang diderita oleh non-responden yang terkena debu adalah kanker payudara, limfoma non-Hodgkin, leukemia dan gangguan sel darah lainnya.
Michael Crane, direktur medis Program Kesehatan WTC di Mount Sinai Hospital, mengatakan kepada New York Post, "Kami mendapatkan referensi ini 15 hingga 20 kali seminggu."
Sebuah penelitian yang diterbitkan di New England Journal of Medicine pada peringatan satu tahun serangan 9/11 menggambarkan apa yang disebut oleh penulisnya sebagai "Batuk World Trade Center", yang didefinisikan sebagai "batuk terus-menerus yang berkembang setelah terpapar di situs serangan".
Credit sindonews.com
Sebut Presiden Trump Idiot, Agen FBI Peter Strzok Dipecat
WASHINGTON
- Biro Investigasi Federal atau FBI memecat seorang agennya yang
bernama Peter Strzok. Musababnya, agen tersebut mengirim pesan teks
berisi ujaran anti-Presiden Donald Trump, termasuk ujaran "idiot" untuk
sang presiden.
Strzok merupakan agen yang pernah membantu memimpin penyelidikan dugaan campur tangan Rusia dalam pemilu Amerika Serikat (AS). Rusia dituduh ikut campur pemilu AS tahun 2016 untuk membantu memenangkan Trump menjadi presiden.
Strzok, yang berusia 21 tahun, juga pernah membantu penyelidikan skandal email Hillary Clinton. Sikap kritisnya yang anti-Trump tidak bisa diterima FBI.
Salah satu pesan teks yang dia tulis dan menyebar di internal FBI adalah pesan di mana dia melabeli Trump sebagai presiden "idiot" masa depan.
Strzok merupakan agen yang pernah membantu memimpin penyelidikan dugaan campur tangan Rusia dalam pemilu Amerika Serikat (AS). Rusia dituduh ikut campur pemilu AS tahun 2016 untuk membantu memenangkan Trump menjadi presiden.
Strzok, yang berusia 21 tahun, juga pernah membantu penyelidikan skandal email Hillary Clinton. Sikap kritisnya yang anti-Trump tidak bisa diterima FBI.
Salah satu pesan teks yang dia tulis dan menyebar di internal FBI adalah pesan di mana dia melabeli Trump sebagai presiden "idiot" masa depan.
Dalam
sebuah penyelidikan bulan Juni terungkap bahwa pesan teks Strzok
dikirim untuk Lisa Page, seorang pengacara FBI. Keduanya berbalasa pesan
selama tahun 2016.
Dalam satu pertukaran pesan, Page bertanya; "(Trump) tidak akan pernah menjadi presiden, bukan? Benar?!".
Strzok menjawab; “Tidak. Bukan, bukan dia. Kami akan menghentikannya".
Kantor inspektur jenderal tidak menemukan bukti bahwa sikap yang direfleksikan dalam teks mempengaruhi pekerjaan investigasi FBI. Namun, pesan teks Strzok dan Page dianggap "melemparkan awan" atas penyelidikan penggunaan server email pribadi Hillary Clinton ketika dia menjadi Menteri Luar Negeri AS.
Trump dan sekutunya telah mengecam Strzok. Agen FBI yang baru dipecat ini jadi sosok yang dianggap Trump dan kubunya melakukan "perburuan penyihir" karena melakukan penyelidikan terhadap campur tangan Rusia dalam pemilu AS 2016. Sebutan "perburuan penyihir" sebagai anggapan bahwa tuduhan intervensi Rusia dalam pemilu AS tahun 2016 tidak benar.
Penasihat khusus Robert Mueller telah memindahkan Strzok dari penyelidikan terhadap Rusia setelah pesan-pesan teks anti-Trump itu ditemukan.
Pengacara Strzok mengatakan deputi direktur FBI David Bowdich memerintahkan pemecatan pada hari Jumat.
"Keputusan ini (untuk memecat Strzok) seharusnya sangat mengganggu bagi semua orang Amerika," kata pengacara Strzok, Aitan Goelman, mengatakan dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip The Guardian, Selasa (14/8/2018).
Dalam satu pertukaran pesan, Page bertanya; "(Trump) tidak akan pernah menjadi presiden, bukan? Benar?!".
Strzok menjawab; “Tidak. Bukan, bukan dia. Kami akan menghentikannya".
Kantor inspektur jenderal tidak menemukan bukti bahwa sikap yang direfleksikan dalam teks mempengaruhi pekerjaan investigasi FBI. Namun, pesan teks Strzok dan Page dianggap "melemparkan awan" atas penyelidikan penggunaan server email pribadi Hillary Clinton ketika dia menjadi Menteri Luar Negeri AS.
Trump dan sekutunya telah mengecam Strzok. Agen FBI yang baru dipecat ini jadi sosok yang dianggap Trump dan kubunya melakukan "perburuan penyihir" karena melakukan penyelidikan terhadap campur tangan Rusia dalam pemilu AS 2016. Sebutan "perburuan penyihir" sebagai anggapan bahwa tuduhan intervensi Rusia dalam pemilu AS tahun 2016 tidak benar.
Penasihat khusus Robert Mueller telah memindahkan Strzok dari penyelidikan terhadap Rusia setelah pesan-pesan teks anti-Trump itu ditemukan.
Pengacara Strzok mengatakan deputi direktur FBI David Bowdich memerintahkan pemecatan pada hari Jumat.
"Keputusan ini (untuk memecat Strzok) seharusnya sangat mengganggu bagi semua orang Amerika," kata pengacara Strzok, Aitan Goelman, mengatakan dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip The Guardian, Selasa (14/8/2018).
Credit sindonews.com
Selasa, 14 Agustus 2018
AS Kerja Keras Stop Ketergantungan pada Mesin Roket Rusia
WASHINGTON
- Amerika Serikat bekerja keras untuk menghentikan ketergantungannya
pada mesin roket RD-180 Rusia. Administator Badan Penerbangan dan
Antariksa Nasional (NASA) AS, Jim Bridenstine, mengungkapnya.
Pada bulan Agustus ini pemerintah Presiden Donald Trump mengumumkan penjatuhan sanksi baru terhadap Rusia sebagai tanggapan atas dugaan penggunaan senjata kimia Moskow terhadap mantan perwira intelijen Rusia Sergei Skripal di kota Salisbury, Inggris, pada bulan Maret.
Kepala Komite Anggaran Majelis Tinggi Rusia, Sergei Ryabukhin, kepada Sputnik telah mengancam bahwa Moskow bisa mengambil opsi melarang penjualan mesin roket RD-180 kepada Washington sebagai balas dendam atas sanksi yang dijatuhkan AS.
"Amerika
Serikat bekerja sangat keras untuk tidak bergantung pada mesin RD-180.
NASA adalah yang unik dari (badan) pemerintah federal lainnya dalam arti
bahwa ketika hubungan menjadi sulit di antara negara-negara, ketika
mereka tidak begitu baik, NASA mampu mempertahankan hubungan itu," kata
Bridenstine dalam sebuah wawancara dengan penyiar C-SPAN, yang dilansir Senin (13/8/2018).
Bridenstine menekankan bahwa NASA tidak ingin bergantung pada Rusia, tetapi ingin mempertahankan hubungan baik dengan Moskow.
Rusia memasok mesin RD-180 ke AS berdasarkan kontrak tahun 1997. Program luar angkasa AS bergantung pada mesin buatan Rusia itu untuk menyalakan tahap pertama roket Atlas V, yang digunakan untuk mengirim muatan besar ke luar angkasa.
Pada akhir Juli, Igor Arbuzov, kepala produsen mesin roket utama Rusia JSC NPO Energomash, mengatakan bahwa perusahaannya telah menandatangani perjanjian baru dengan United Launch Alliance untuk pengiriman enam mesin roket RD-180 yang digunakan untuk penerbangan roket Atlas V pada tahun 2020.
Bridenstine menekankan bahwa NASA tidak ingin bergantung pada Rusia, tetapi ingin mempertahankan hubungan baik dengan Moskow.
Rusia memasok mesin RD-180 ke AS berdasarkan kontrak tahun 1997. Program luar angkasa AS bergantung pada mesin buatan Rusia itu untuk menyalakan tahap pertama roket Atlas V, yang digunakan untuk mengirim muatan besar ke luar angkasa.
Pada akhir Juli, Igor Arbuzov, kepala produsen mesin roket utama Rusia JSC NPO Energomash, mengatakan bahwa perusahaannya telah menandatangani perjanjian baru dengan United Launch Alliance untuk pengiriman enam mesin roket RD-180 yang digunakan untuk penerbangan roket Atlas V pada tahun 2020.
Credit sindonews.com
Kapal Perang AS Pembawa Rudal Berpandu Masuk Laut Hitam
WASHINGTON
- Kapal perang Amerika Serikat (AS), USS Carney, yang membawa peluru
kendali (rudal) berpandu telah memasuki Laut Hitam. Armada Keenam
Angkatan Laut AS mengonfirmasi pengiriman kapal jenis perusak itu.
"Kapal perusak USS Carney (DDG 64) kelas Arleigh Burke dengan rudal berpandu memasuki Laut Hitam, 12 Agustus, untuk melakukan operasi keamanan maritim dan meningkatkan kemampuan dan interoperabilitas dengan sekutu dan mitra di wilayah tersebut," bunyi pernyataan Armada Keenam Angkatan Laut AS yang dirilis Minggu (12/8/2018) malam.
Komandan kapal USS Carney, Tyson Young, mengatakan dalam pernyataan bahwa kedatangan kapal di Laut Hitam menunjukkan komitmen Amerika Serikat untuk menjaga keamanan di wilayah tersebut.
Kapal perusak ini sebelumnya memasuki Laut Hitam pada bulan Januari lalu. Saat itu misinya untuk bergabung dalam latihan perang bersama Angkatan Laut Ukraina.
Pada 23 Juli lalu, komandan Kelompok Angkatan Laut Kedua NATO Boudewijn Boots mengatakan, kapal-kapal militer NATO telah ditingkatkan intensitas kehadirannya di kawasan Laut Hitam.
Langkah NATO itu diambil setelah Rusia menumpuk kekuatan militernya di kawasan Laut Hitam usai aneksasi Crimea dari Ukraina. Crimea bergabung dengan Rusia setelah melepaskan diri dari Ukraina melalui referendum tahun 2014 atau saat krisis Ukraina pecah. Namun, referendum itu tak pernah diakui Ukraina dan negara-negara Barat.
"Kapal perusak USS Carney (DDG 64) kelas Arleigh Burke dengan rudal berpandu memasuki Laut Hitam, 12 Agustus, untuk melakukan operasi keamanan maritim dan meningkatkan kemampuan dan interoperabilitas dengan sekutu dan mitra di wilayah tersebut," bunyi pernyataan Armada Keenam Angkatan Laut AS yang dirilis Minggu (12/8/2018) malam.
Komandan kapal USS Carney, Tyson Young, mengatakan dalam pernyataan bahwa kedatangan kapal di Laut Hitam menunjukkan komitmen Amerika Serikat untuk menjaga keamanan di wilayah tersebut.
Kapal perusak ini sebelumnya memasuki Laut Hitam pada bulan Januari lalu. Saat itu misinya untuk bergabung dalam latihan perang bersama Angkatan Laut Ukraina.
Pada 23 Juli lalu, komandan Kelompok Angkatan Laut Kedua NATO Boudewijn Boots mengatakan, kapal-kapal militer NATO telah ditingkatkan intensitas kehadirannya di kawasan Laut Hitam.
Langkah NATO itu diambil setelah Rusia menumpuk kekuatan militernya di kawasan Laut Hitam usai aneksasi Crimea dari Ukraina. Crimea bergabung dengan Rusia setelah melepaskan diri dari Ukraina melalui referendum tahun 2014 atau saat krisis Ukraina pecah. Namun, referendum itu tak pernah diakui Ukraina dan negara-negara Barat.
Credit sindonews.com
Langganan:
Postingan (Atom)