Ilustrasi rudal Iran. (Reuters/Mahmood Hosseini)
Jakarta, CB -- Komandan Garda Revolusi mengatakan Iran tidak
berencana memperluas kapasitas rudalnya karena jangkauan 2.000
kilometer cukup untuk melindungi negara itu, di tengah peningkatan
tekanan Amerika Serikat atas program rudal di Teheran.
Pemerintah
Iran juga mengesampingkan pertemuan dengan Presiden Amerika Serikat
Donald Trump mengenai kemampuan militer dan pengaruh regionalnya.
Dilansir dari Reuters, Teheran menyatakan hal tersebut bertentangan
dengan nilai-nilainya.
Bulan lalu, Trump menarik AS dari
perjanjian nuklir 2015 silam antara Iran dan negara-negara dunia.
Kesepakatan itu membatasi aktivitas Teheran dengan imbalan pencabutan
sanksi.
Ia mengatakan bahwa kesepakatan itu sangat cacat karena
tidak mengekang program rudal balistik Iran maupun perang proksi di
Suriah, Iran dan Yaman. Dengan demikian, Washington akan menerapkan
kembali sanski keras terhadap Teheran.
"Kami memiliki kemampuan sains untuk meningkatkan jangkauan rudal kami
tetapi itu bukan kebijakan kami saat ini karena sebagian besar target
strategis musuh sudah dalam kisaran 2.000 km ini. Jarak ini cukup untuk
melindungi Republik Islam, "kata Komandan Garda Revolusi Mayor Jenderal
Mohammad Ali Jafari.
Jafari mengatakan bahwa perundingan
sebelumnya dengan Amerika Serikat adalah pengecualian. Ia juga menyebut
para politikus dan aktivis Iran yang mendukung pembicaraan baru dengan
Trump sebagai "pengkhianat dan anti-revolusioner."
Lebih dari
100 aktivis yang terkait dengan poros politik moderat dan reformis Iran
menyambut kesepakatan Trump dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un
terkait denuklirisasi utuh di semenanjung Korea pada Sabtu lalu.
Dalam
pernyataan yang dikutip media lokal Iran, para aktivis mendesak Teheran
memulai negosiasi langsung dengan Washington DC "tanpa syarat." Mereka
juga mendesak pemerintah Iran menyelesaikan permusuhan antara kedua
negara yang dimulai sejak Revolusi Islam 1979.
Jafari menolak tuntutan tersebut dan mengatakan bahwa pemimpin Korea
Utara menyerah karena merupakan seorang revolusioner komunis, bukan
Islam.
Senada dengan Jafari, Juru Bicara pemerintah Iran
Mohammad Bagher Nobakht mengatakan bahwa tidak ada alasan untuk
bernegosiasi dengan Trump.
"Tidak ada alasan atau logika untuk
berbicara dengan orang semacam itu (Trump). Opini publik tidak akan
menyambut baik itu, " kata Nobakh.
Semenjak Trump mundur dari
perjanjian tersebut, Perancis, Inggris dan Jerman yang juga
menandatangani kesepakatan kelabakan memastikan Iran terus mendapatkan
keuntungan ekonomi agar tidak ikut menarik diri.
Kepala Organisasi Energi Atom Iran Ali Akbar Salehi telah bertemu dengan
Sekretaris Jendral PBB Antonio Guterres dan menyatakan ketidakpuasan
pihaknya pada proposal negara Eropa terkait penyelamatan kesepakatan
nuklir.
Merujuk pada peran regional Iran, Salehi mengatakan "jika terus seperti ini, semua pihak akan kalah.
Credit
cnnindonesia.com