Kamis, 02 Februari 2017

Kebijakan Imigrasi Trump Diprotes 900 Diplomat AS


 
Kebijakan Imigrasi Trump Diprotes 900 Diplomat AS  
Aksi demonstrasi di bandara Amerika Serikat menentang perintah eksekutif Presiden Donald Trump mengenai aturan imigrasi. (Reuters/Patrick T. Fallon)
 
Jakarta, CB -- Setidaknya 900 diplomat Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat memprotes perintah eksekutif Presiden Donald Trump yang berisikan larangan masuk bagi warga tujuh negara mayoritas Muslim. Protes ini tertuang pada memo "perbedaan pendapat."

Memo itu berisikan peringatan bahwa kebijakan imigrasi Trump tersebut tidak akan bisa menjaga Amerika dari bahaya terorisme. Memo protes ini juga menegaskan bahwa perintah eksekutif Trump tersebut bertentangan dengan nilai-nilai dasar konstitusional Amerika.

"Melihat tidak adanya aksi teror yang dilakukan warga asal Suriah, Irak, Iran, Libya, Somalia, Sudan, dan Yaman setelah mereka memegang visa AS, larangan imigrasi ini akan berdampak kecil dalam meningkatkan keselamatan publik Amerika," bunyi memo tersebut seperti dikutip CNN, Rabu (1/2).

Memo itu telah ditandatangani para diplomat dan akan ditujukan pada pejabat tinggi eksekutif.

Pesan itu juga menegaskan bahwa aturan imigrasi ini hanya akan meningkatkan sentimen anti-Amerika, khususnya pada negara yang masuk dalam daftar larangan imigrasi Trump. Hal ini justru semakin membahayakan AS.

Dalam memo dituliskan, sepertiga dari populasi gabungan di tujuh negara tersebut adalah anak-anak di bawah umur 15 tahun. Jika AS terus bersikap keras serta mengasingkan negara-negara ini, bukan tidak mungkin bahwa persepsi anak-anak di tujuh negara tersebut terhadap AS akan diselimuti oleh larangan dan perbedaan sikap ini.

"Hal tersebut dinilai bisa membangun persepsi yang salah terhadap AS, yang justru bisa meningkatkan sentimen kebencian pada Amerika dan juga radikalisme," bunyi memo tersebut.

"Dengan mengasingkan mereka [tujuh negara tersebut], AS kehilangan akses intelijen dan sumber daya [yang diperlukan] utuk melawan akar penyebab teror global," 

Memo "perbedaan pendapat ini" sengaja dibuat sebagai salah satu sarana pejabat Kemlu AS untuk bisa menuangkan pandangan alternatif terhadap kebijakan luar negeri.

Juru Bicara Kemlu AS Mark Toner sadar akan pembuatan memo protes ini dan menyatakan, memo itu adalah sarana resmi bagi karyawan Kemlu yang hendak menyampaikan perspektif alternatif pada isu yang berhubungan dengan kebijakan luar negeri negara.

"Proses ini penting menunjukkan bahwa menteri dan sesama karyawan Kemlu merupakan satu kesatuan yang saling menghargai. [Memo protes] ini memungkinkan karyawan Kemlu bisa mengekspresikan pandangan mereka yang berbeda pada pemimpin senior mereka," ungkap Toner.

Menurutnya, kebijakan imigrasi ini bisa langsung merenggangkan hubungan AS dengan negara-negara yang selama ini merupakan sekutu penting Washington dalam memerangi terorisme global.

Memo perbedaan pendapat ini pertama kali dibentuk dan digunakaan pada 1960, saat Perang Vietnam berlangsung. Saat itu memo perbedaan pendapat digunakan untuk memastikan Kemlu juga memiliki suara dalam mengutarakan pandangan alternatif mereka mengenai kebijakan perang Amerika.

Pada 2016 lalu, langkah seperti ini juga dilakukan saat sekitar 50 diplomat AS mengajukan perbedaan pendapat mereka yang menentang "kelambanan peran AS di Suriah."

Menanggapi hal ini, Sekretaris Pers Gedung Putih, Sean Spicer hanya memberikan dua pilihan bagi ratusan diplomat pemrotes itu. Spicer menutukan, para diplomat itu bisa bertahan dengan mendukung kebijakan eksekutif ini atau pergi meninggalkan jabatan mereka.

"Presiden Trump sudah memiliki visi yang sangat jelas. Sejak kampanye jelas-jelas presiden berjanji akan menempatkan keselamatan AS terlebih dahulu. Dan sekarang ia melaksanakan janji-janjinya," ujar Spicer.



Credit  CNN Indonesia





Senat AS kukuhkan Rex Tillerson sebagai menteri luar negeri


 
Senat AS kukuhkan Rex Tillerson sebagai menteri luar negeri
ilustrasi: Bendera Amerika Serikat. (Public Domain Pictures)
 
Washington (CB) - Senat Amerika Serikat pada Rabu mengukuhkan mantan Kepala ExxonMobil Rex Tillerson sebagai Menteri Luar Negeri AS.

Tillerson mendapat suara dukungan 56 berbanding 43. Tiga anggota parlemen Demokrat dan satu independen bergabung dengan kalangan Republik memberikan persetujuan. Senator Demokrat, Chris Coons, tidak mengikuti pemungutan suara.

Pengukuhan diberikan kendati ada keraguan menyangkut sikap Tillerson terhadap Rusia, mengingat sang mantan kepala perusahaan itu sebelumnya memiliki hubungan bisnis dengan Rusia serta hubungan dengan pemimpin negara itu.

Saat menyampaikan pidato pengukuhan, Tillerson yang menyebut Rusia sebagai "bahaya" bagi Amerika Serikat, mengatakan ia mendukung penerusan sanksi AS terhadap Moskow.

"Rusia saat ini berbahaya, tapi bisa diduga dalam memajukan kepentingannya," ujar Tillerson.

"Tepat jika sekutu-sekutu kita di NATO berhati-hati terhadap kebangkitan kembali Rusia."

Ia juga merekomendasikan "peninjauan kembali secara penuh" kesepakatan nuklir dengan Iran. Namun, Tillerson tidak meminta agar perjanjian itu ditolak.

Mengenai sengketa Laut China Selatan, Tillerson mengatakan di dalam sidang Senat bahwa China harus berhenti membangun pulau di Laut China Selatan.

Ia mengatakan China harus dihadang agar tidak memasuki kepulauan di wilayah itu, yang dianggap Cina sebagian bagian tak terpisahkan dari wilayah negaranya.

Tillerson dikenal luas sebagai sosok yang menentang sanksi terhadap Rusia ketika ia masih aktif di perusahaan ExxonMobil yang dipimpinnya.

Ia menolak menyebut Presiden Rusia Vladimir Putin sebagai penjahat perang karena dirinya telah mengenal Putin sejak 1990-an. Tillerson mendapat penghargaan Tanda Jasa Persahabatan dari Putin pada 2013, demikian Xinhua.



Credit  antaranews.com



Trump dikritik keras calon kanselir Jerman, dituding "tidak Amerika"

 
Trump dikritik keras calon kanselir Jerman, dituding
Presiden Amerika Serikat Donald Trump memberikan Kepala Staf Reince Priebus (ka) perintah eksekutif yang mengarahkan banyak lembaga untuk meringankan beban Obamacare setelah menandatanganinya di Ruang Oval di Washington, Amerika Serikat, Jumat (20/1/2017). Juga di dalam foto Staf Sekretaris Gedung Putih Rob Porter (tengah). (REUTERS/Jonathan Ernst)
 
Berlin (CB) - Calon kanselir Jerman dari koalisi tengah-kiri, Martin Schulz, mengkritik keras kebijakan-kebijakan Presiden Donald Trump sebagai "tidak Amerika". Dia juga menentang kebijakan Trump mencabut sanksi kepada Rusia yang diterapkan Barat menyusul intervensi Rusia di Ukraina.

Schulz berkata kepada grup media Funke bahwa Eropa harus bangkit mempertahankan nilai-nilai liberal Barat.

"Yang sedang dilakukan Trump itu tidak Amerika," kata Schulz, karena menurut dia Amerika Serikat yang dikenalnya adalah negara yang selalu membela dunia dengan pencerahan, demokrasi dan kebebasan.

"Seandainya Trump sekarang sedang mendorong bola rusak melalui serangkaian nilai ini, maka saya akan bilang kepada dia sebagai kanselir: 'Itu bukan kebijakan Jerman dan Eropa," sambung Schulz.

Pekan lalu Partai Demokrat Sosial Jerman mencalonkan Schulz sebagai penantang Kanselir Angela Merkel dalam Pemilu September tahun ini. Dan langkah ini mendapatkan dukungan partai-partai tengah dan kiri.

Beralih kepada Presiden Rusia Vladimir Putin dan konflik Ukraina, Schulz mengatakan sanksi yang diterapkan kepada Rusia hanya bisa dicabut setelah kedua belah pihak menerapkan apa yang disebut rencana perdamaian Minsk.

"Sepanjang kesepakatan damai Minsk tidak sepenuhnya diterapkan, sanksi itu tidak bisa dicabut. Kami harus bilang kepada Putin sejelas-jelasnya bahwa Rusia wajib menghormati dan mematuhi hukum internasional," kata Schulz seperti dikutip Reuters.



Credit  antaranews.com





Rabu, 01 Februari 2017

AS Kaji Kemampuan Bertahan Hidup Pemimpin Rusia dari Serangan Nuklir


 
AS Kaji Kemampuan Bertahan Hidup Pemimpin Rusia dari Serangan Nuklir
Rudal Trident II berkemampuan nuklir yang diuji tembak dari kapal selam AS tipe Ohio-class. Foto / REUTERS
 
WASHINGTON - Badan-badan intelijen dan Komando Strategis Pentagon diarahkan untuk mengevaluasi kemampuan “bertahan hidup” para pemimpin Rusia dan China terhadap serangan nuklir di fasilitas pertahanan atas dan bawah tanah mereka. Arahan itu muncul dari Kongres Amerika Serikat (AS).

Studi komprehensif akan dilakukan oleh badan-badan intelijen AS serta Komando Strategis Pentagon, karena merupakan otoritas yang bertanggung jawab atas kekuatan nuklir Amerika. Mereka akan mengevaluasi apakah pemimpin Rusia dan Cina bisa bertahan terhadap serangan nuklir dan terus beroperasi di lingkungannya pasca-serangan.

Arahan dari Kongres AS itu muncul dalam laporan “National Defense Authorization Act (NDAA) 2017”. Kajian ini akan mencakup identifikasi berbagai fasilitas—baik atas maupun bawah tanah—yang digunakan pemimpin politik dan militer senior masing-masing negara tersebut.

”Para pejabat penting dan organisasi dari masing-masing negara yang terlibat dalam mengelola dan mengoperasikan fasilitas, program, dan kegiatan tersebut juga harus diidentifikasi,” bunyi dokumen NDAA, yang mencatat soal rencana perang yang rumit.

”Ahli kami sedang menyusun respons yang tepat,” kata Kapten Angkatan Laut Brook DeWalt, juru bicara Komando Strategis Pentagon, kepada Bloomberg, dalam sebuah email yang dikirim hari Senin.

”Sementara itu terlalu dini untuk menyampaikan rincian pada titik ini, kita dapat memperbarui (informasi) Anda lebih lanjut di kemudian hari,” lanjut DeWalt, yang dikutip Selasa (31/1/2017).

Meskipun studi ini diperintahkan sebelum Donald Trump menjabat sebagai Presiden AS, namun sinkron dengan pernyataan Trump bahwa dia tanpa syarat akan mendukung penguatan persenjataan strategis AS.

Anggota Kongres dari Partai Republik asal Ohio, Mike Turner, dalam sebuah email kepada Bloomberg mengingatkan pemerintah AS untuk memahami strategi Rusia dan China untuk kasus konflik.

”AS harus memahami bagaimana China dan Rusia berniat untuk berperang dan bagaimana kepemimpinan mereka memberi perintah dan mengendalikan potensi konflik. Pengetahuan ini penting bagi kita untuk mencegah ancaman tersebut,” katanya.



Credit  sindonews.com





Marah, Trump Pecat Jaksa Agung AS karena Menolak Perintahnya


 
Marah, Trump Pecat Jaksa Agung AS karena Menolak Perintahnya
Sally Yates dipecat sebagai Jaksa Agung Amerika Serikat oleh Presiden Donald Trump karena menolak perintah soal pemeriksaan ekstrem imigran asal negara-negara Muslim. Foto / REUTERS

 
WASHINGTON - Presiden Donald Trump marah dan memecat Jaksa Agung Sally Yates setelah menolak menjalankan perintah eksekutif presiden soal pemeriksaan ekstrem untuk imigran asal tujuh negara Muslim. Posisi Yates kini digantikan oleh Dana Boente, seorang jaksa AS untuk Distrik East Virginia.

Yates telah menjadi pemberitaan utama media AS setelah berani menolak perintah Presiden Trump. Dia memilih berdiri bersama para pengacara yang memprotes kebijakan imigrasi Presiden Trump.

“Yates mengkhianati Departemen Kehakiman dengan menolak untuk menegakkan ketertiban hukum yang dirancang untuk melindungi warga AS,” bunyi siaran pers dari Kantor Sekretaris Pers Pemerintah AS.

Boente yang naik jabatan sebagai pelaksana tugas (plt) Jaksa Agung AS merasa bangga sudah dipilih Presiden Trump.

”Saya merasa terhormat untuk melayani Presiden Trump dalam peran ini sampai rapat Senator mengesahkan. Saya akan membela dan menegakkan hukum negara kita untuk memastikan bahwa orang-orang kami dan bangsa kami dilindungi,” kata Boente.

Sementara itu, Yates merasa apa yang dia lakukan merupakan hal yang benar. ”Saya bertanggung jawab untuk memastikan bahwa posisi yang kita ambil di pengadilan tetap konsisten dengan kewajiban lembaga ini untuk selalu mencari keadilan dan berdiri untuk apa yang benar,” tulis Yates dalam sebuah pernyataan seperti dikutip New York Times, Selasa (31/1/2017).

”Saat ini, saya tidak yakin bahwa pembelaan perintah eksekutif konsisten dengan tanggung jawab ini atau saya yakin bahwa perintah eksekutif ini sah,” lanjut Yates.
Trump merespons pernyataan Yates di Twitter. Dia menyebut Yates sebagai contoh politikus Demokrat yang semata-mata bertindak karena alasan politik.




Credit  sindonews.com






Palestina Buka Kedutaan Besar Baru di Pakistan


 
Palestina Buka Kedutaan Besar Baru di Pakistan
Peresmian kedubes baru Palestina itu dilakukan langsung oleh Perdana Menteri Pakistan, Muhammad Nawaz Sharif, dan Presiden Palestina, Mahmoud Abbas. Foto/Istimewa
 
ISLAMABAD - Satu lagi negara yang menunjukkan dukungan kuat kepada Palestina, yakni Pakistan. Dukungan ini terlihat dengan diresmikannya Kedutaan Besar Palestina yang baru di ibukota Pakistan, Islamabad.

Peresmian kedubes baru Palestina itu dilakukan langsung oleh Perdana Menteri Pakistan, Muhammad Nawaz Sharif, dan Presiden Palestina, Mahmoud Abbas. Kedutaan Palestina itu dibangun di komplek diplomatik baru di Pakistan.

Melansir wam pada Selasa (31/1), Pakistan dilaporkan menyumbangkan sebidang tanah serta memberikan kontribusi dana sebesar satu juta dolar untuk pembangunan kantor perwakilan Palestina itu.

Abbas, yang sedang melakukan kunjungan tiga hari ke Pakistan, menyampaikan rasa terima kasih yang mendalam kepada pemerintah Pakistan atas pembukaan kedutaan dan bantuan yang diberikan.

"Kami mengucapkan terima kasih kepada pemerintah Pakistan untuk bantuan keuangan dan teknis untuk penyelesaian proyek. Ini adalah simbol abadi persahabatan Pakistan dan Palestina," ucap Abbas.


Credit  sindonews.com







Kapal Perang Saudi Diserang Houthi Yaman, 2 Pelaut Tewas


 
Kapal Perang Saudi Diserang Houthi Yaman, 2 Pelaut Tewas
Ledakan dan kebakaran muncul saat kapal perang Arab Saudi diserang kelompok pemberontak Houthi Yaman di lepas pantai Yaman, Senin (30/1/2017). Foto / YouTube
 
HUDAYDAH - Dua pelaut dari kapal perang Arab Saudi tewas setelah kapal itu diserang kelompok pemberontak Houthi Yaman di lepas pantai Yaman. Kapal perang Saudi yang diserang Houthi pada hari Senin kemarin diduga kapal frigrat Al Madinah-class.

Ada dua versi klaim dalam insiden serangan itu. Versi militer Saudi menyatakan, kapal perang mereka diserang dengan tiga “perahu bunuh diri” milik kelompok pemberontak Houthi Yaman. Sedangkan versi kelompok Houthi, kapal perang Saudi mereka serang dengan rudal anti-kapal.

Serangan terjadi di dekat kota pelabuhan Hudaydah, 150 kilometer sebelah barat daya Ibu Kota Sana’a, Yaman. Militer Saudi mengakui dua pelautnya tewas dalam serangan tersebut. Namun, serangan itu sudah bisa diatasi.

Dalam sebuah pernyataan, militer Saudi yang juga pemimpin koalisi Teluk dalam operasi militer di Yaman, mengatakan salah satu perahu Houthi bertabrakan dengan bagian belakang kapal perang Saudi. Tabrakan itu mengakibatkan ledakan dan kebakaran terhadap perahu tersebut.

Selain menewaskan dua pelaut Saudi, serangan itu juga melukai tiga kru kapal lainnya saat membantu memadamkan kobaran api.

”Kapal Saudi terus dengan tugas patrolinya di wilayah operasi, sedangkan angkatan udara dan kapal pasukan koalisi terus mengejar kapal (Houthi) yang melarikan diri,” bunyi pernyataan militer Saudi, seperti dikutip Al Arabiya, Selasa (31/1/2017).

”Perintah dari koalisi menegaskan bahwa kelanjutan penggunaan pelabuhan Hudaydah oleh milisi Houthi sebagai landasan untuk operasi teroris adalah hal serius yang akan mempengaruhi navigasi internasional dan aliran bantuan kemanusiaan serta bantuan medis ke pelabuhan untuk warga Yaman,” imbuh pernyataan itu.




Credit  sindonews.com






AS Bantah Timbun Senjata di Filipina


 
AS Bantah Timbun Senjata di Filipina
Pemerintah Amerika Serikat (AS), melalui Kedutaan Besar mereka di Filipina membantah telah menimbun senjata di negara tersebut. Foto/Istimewa
 
MANILA - Pemerintah Amerika Serikat (AS), melalui Kedutaan Besar mereka di Filipina membantah telah menimbun senjata di negara tersebut. Bantahan ini adalah respon dari pernyataan Presiden Filipina Rodrigo Duterte.

"Kami tidak membangun depot senjata di Filipina," kata Duta Besar AS untuk Manila, Sung Kim saat berbicara di depan Makati Business Club, seperti dilansir Reuters pada Selasa (31/1).

Dia kemudian menyatakan, fasilitas yang akan dibangun adalah untuk menyimpan peralatan guna kepentingan tanggap bencana dan bukan untuk menyimpan senjata.

"Kami tidak bisa membangun pangkalan apapun di Filipina tanpa adanya persetujuan dari pemerintah Filipina dan fasilitas itu tidak terkait dengan senjata jenis apapun," sambungnya.

Duterte kemarin menuduh AS menempatkan stabilitas Asia berada dalam risiko dengan mengerahkan senjata permanen di negaranya. Dia bahkan curiga, salah satu senjata yang ditempatkan secara permanen adalah senjata nuklir.

Duterte memprotes keras dan menegaskan tidak akan memberikan izin. ”Mereka bongkar senjata di Filipina sekarang. Saya sampaikan pemberitahuan kepada Angkatan Bersenjata AS. Jangan lakukan itu, saya tidak akan mengizinkannya,” kata Duterte.

Pernyataannya muncul setelah Pentagon menyampaikan persetujuan penggunaan gudang baru, landasan pacu dan barak untuk menyimpan senjata di tiga provinsi di Filipina di bawah perjanjian pertahanan kedua negara. Duterte menuduh pemerintah Donald Trump melanggar kesepakatan dengan membangun persenjataan di negaranya.



Credit  sindonews.com





Australia Tangkap Pengibar Bendera OPM setelah Dikritik Indonesia


 
Australia Tangkap Pengibar Bendera OPM setelah Dikritik Indonesia
Kepolisian Australia tangkap tersangka pengibar bendera OPM di KJRI Melbourne. Penangkapan terjadi tiga hari setelah Indonesia mengkritik Australia. Foto / Ilustrasi / SINDOnews
 
MELBOURNE - Aparat polisi Australia akhirnya menangkap aktivis pengibar bendera Organisasi Papua Merdeka (OPM) di kompleks Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Melborune. Penangkapan dilakukan otoritas Australia tiga hari setelah dikritik keras Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Lestari Priansari Marsudi.

Aktivis pro-OPM itu beraksi 6 Januari 2017. Dia memanjat ke atap gedung KJRI dan melambaikan bendera OPM. Menlu Retno mengkritik Australia yang terkesan membiarkan aktivis itu berkeliaran dengan tidak segera menangkapnya.

”Polisi Federal Australia mengonfirmasi penangkapan seorang pria 42 tahun asal Williamstown, di pinggiran Melbourne, pada Senin, 30 Januari,” bunyi pernyataan Kepolisian Federal Australia (AFP), seperti dikutip Sydney Morning Herald, Selasa (31/1/2017).

Pada tanggal 26 Januari lalu, Menlu Retno Marsudi mendesak pemerintah Australia segera memproses pelanggaran di KJRI Melborune. ”Karena kami tahu wajah pelaku, kami memiliki gambarnya,” katanya.

”Pertanyaannya adalah mengapa belum ada penangkapan setelah 20 hari telah berlalu?,” tanya Retno. Menlu Retno menyatakan, Australia sebagai tetangga dan sahabat dekat semestinya memahami apa yang dirasakan Indonesia terkait ulah tersangka pengibar bendera OPM di KJRI Melbourne.


Credit  sindonews.com







Puluhan Ribu Warga Protes Peringanan Hukuman Politisi Romania

 
Puluhan Ribu Warga Protes Peringanan Hukuman Politisi Romania  
Puluhan ribu warga Romania turun ke jalan memprotes keringanan hukuman untuk politisi. (AFP/DANIEL MIHAILESCU)
 
Jakarta, CB -- Pemerintahan Sosial-Demokrat Romania mengadopsi dekrit darurat yang memungkinkan beberapa politisi untuk menghindari tuntutan hukum. Inisiatif ini memancing puluhan ribu warga turun ke jalan.

"Kami telah mengadopsi peraturan ini untuk menyesuaikan legislasi dengan keputusan mahkamah konstitusi," kata Menteri Hukum Florin Lordache sebagaimana dikutip AFP, Rabu (1/2).

Ribuan demonstran berkumpul di depan kantor utama pemerintahan di Bukares, berteriak "pencuri."

Dekrit darurat ini sebelumnya tidak termasuk dalam agenda harian pemerintah. Langkah tersebut akan berlaku segera setelah resmi diterbitkan, melangkahi parlemen.

Perdana Menteri Sorin Grindeanu menerbitkan peraturan yang membuat beberapa perbuatan tidak lagi dikategorikan pidana. Selain itu, penyalahgunaan wewenang hanya bisa berujung penahanan jika mengakibatkan kerugian lebih dari 44 ribu euro atau setara Rp6 miliar.

Perubahan ini memungkinkan pemimpin sosial-demokrat Livio Dragnea yang saat ini sedang diadili karena dugaan penyalahgunaan kekuasaan untuk bisa bebas.

Pemerintahan juga mengajukan peraturan lain yang bisa membebaskan narapidana dengan hukuman hingga lima tahun karena kejahatan tanpa kekerasan.

Romania menyatakan langkah ini juga akan menjadi subjek dekrit darurat tersebut.

Puluhan ribu orang protes di Bukares dan kota-kota lainnya pada Minggu (29/1), menyerukan pembatalan kedua perubahan tersebut.

Kedua peraturan itu juga ditolak oleh sejumlah pejabat dan institusi seperti Jaksa Agung Augustin Lazar, Kepala Jaksa Antikorupsi Laura Codruta Kovesi dan Presiden Mahkamah Tinggi Cristina Tarcea.

Selasa, Departemen Pemberantasan Penipuan (DLAF) ikut mengkritik peraturan tersebut, menyatakan peringanan hukuman ini membatasi kapasitasnya untuk "melindungi kepentingan Uni Eropa di Romania secara efisien."

Dalam laporan tahunan yang dirilis pekan lalu, Komisi Eropa, yang secara ketat memonitor reformasi hukum di Romania, memperingatkan agar tidak mengajukan perubahan yang bisa menghambat pemberantasan korupsi.





Credit  CNN Indonesia



Kebijakan Imigrasi jadi Kritik Pertama Obama untuk Trump


 
Kebijakan Imigrasi jadi Kritik Pertama Obama untuk Trump  
Presiden ke-44 Barack Obama angkat bicara untuk pertama kalinya setelah tidak menjabat. (Reuters/Jonathan Ernst)
 
Jakarta, CB -- Kebijakan Imigrasi jadi Kritik Pertama Obama untuk Trump

Presiden ke-44 Amerika Serikat Barack Obama akhirnya angkat bicara mengkritik sang penerus, Donald Trump. Dalam pernyataan publik pertamanya setelah tidak lagi menjabat, Obama mengkritik kebijakan imigrasi konglomerat yang kini jadi pemimpin negeri Paman Sam.

"Presiden (Obama) secara mendasar tidak setuju dengan wacana diskriminasi terharap orang-orang berdasarkan keyakinan atau agamanya," kata Kevin Lewis, juru bicara Obama, dalam pernyataan pers yang dipublikasikan via Twitter, Selasa (31/1).

Lewis mengatakan Obama menilai memang sudah seharusnya warga Amerika menggelar unjuk rasa ketika nilai-nilai negara dipertaruhkan seperti ini.

Di sana juga dijelaskan bahwa perintah imigrasi yang menahan sementara kedatangan warga Irak pada 2011 tidak bisa disamakan dengan apa yang dilakukan oleh Trump.



Meski Gedung Putih membandingkan kedua aksi tersebut, langkah yang diambil Obama jauh lebih sempit. Kebijakan Obama diambil sebagai respons akan keterlibatan dua pengungsi dari Irak dalam kasus pembuatan bom.

Pernyataan ini bertentangan dengan kebiasaan di Amerika Serikat di mana seorang presiden yang sudah tidak menjabat mengkritik penerusnya yang sedang menjalankan tugas. Sebagai contoh, Pesiden George W Bush tetap bungkam dalam bidang politik selama Obama menjabat.

Namun, hubungan Obama dengan Trump berbeda. Pernyataan ini jelas menunjukkan sikap Obama yang akan tetap terlibat dalam aksi politik.

Aksi ini menuai protes warga di beberapa kota di Amerika Serikat. Trump membela diri dengan mengatakan AS akan "terus menunjukkan rasa iba untuk mereka yang melarikan diri dari operasi" tapi akan "melakukan itu sembari melindungi warga negara dan perbatasan."


"Saya punya perasaan luar biasa untuk orang-orang yang terlibat dalam krisis kemanusiaan mengerikan di Suriah," kata Trump. "Prioritas utama saya adalah untuk melindungi dan melayani negara, tapi sebagai Presiden saya akan mencari cara untuk menolong semua pihak yang menderita.

Di saat yang sama, Trump juga menunjukkan sikap keras dengan memecat pelaksana tugas Jaksa Agung Sally Yates yang menentang kebijakannya melarang penerimaan imigran dari tujuh negara Muslim.
Protes terhadap kebijakan Donald Trump terjadi di sejumlah kota Amerika. (REUTERS/Kate Munsch) 
Protes terhadap kebijakan Donald Trump terjadi di sejumlah kota Amerika. (REUTERS/Kate Munsch)
Yates mengatakan Departemen Hukum tidak akan membela perintah Trump itu di pengadilan. Dikutip Reuters, dia mengatakan dirinya tidak percaya membela perintah itu akan "konsisten dengan kewajiban institusi untuk selalu menegakkan keadilan dan membela kebenaran."

Beberapa jam kemudian, dia dipecat. Gedung Putih menyatakan Yates "telah mengkhianati Departemen Hukum dengan menolak untuk mendukung perintah legal yang didesain untuk melindungi warga Amerika Serikat." Selain itu, aksi dia pun dinilai politis.

Trump meyakini kebijakan lebih keras terhadap imigran diperlukan untuk melindung Amerika dari serangan teror. Namun, sejumlah pengkritik menilai perintah ini secara tidak adil mengesampingkan Muslim dan merusak reputasi Amerika sebagai tempat ramah imigran.

Yates yang ditunjuk oleh Presiden sebelum Trump, Barack Obama, sebenarnya hanya mempunyai sisa waktu beberapa hari sebelum digantikan oleh pejabat yang baru, Senator Jeff Session. Kini ia masih menunggu konfirmasi Senat.

"Yates adalah pejabat pilihan pemerintah Obama yang lemah dalam bidang perbatasan dan sangat lemah dalam bidang imigrasi ilegal," kata Gedung Putih dalam pernyataan pers.

Gedung Putih juga menyatakan Dana Boente, jaksa untuk Distrik Timur Virginia akan mengisi tempat yang ditinggalkan Yates sementara hingga Session diterima oleh Senate. Boente mengatakan dalam wawancara dengan Washington Post bahwa dirinya akan mendukung perintah terkait imigrasi itu.




Credit  CNN Indonesia




Kebebasan Berbicara dan Anti-Minoritas di Quebec


 
Kebebasan Berbicara dan Anti-Minoritas di Quebec  
Pemerintah Kanada mengecam peningkatan anti-imigran namun dianggap terlalu lambat bertindak. (Reuters/Mathieu Belanger)
 
Jakarta, CB -- Poster anti-Muslim, swastika, dan kepala babi yang diletakkan di pintu masjid tahun lalu adalah sejumlah pertanda bahwa telah terjadi peningkatan kebencian yang menurut banyak pihak membayangi penembakan di Quebec.

Pada Senin (30/1) Mohamed Labidi, wakil presiden Pusat Kebudayaan Islam dan masjid yang diserang, bergabung dengan sejumlah pemimpin agama dan politik untuk menyatakan bela sungkawa pada korban tewas dan bersatu melawan sikap kebencian.

Juni tahun lalu, satu plastik berisi kepala babi diletakkan di pintu masuk masjidnya. Bersama dengan kepala babi, ada tulisan: “bon appetit” atau selamat makan dalam bahasa Perancis, yang jelas merupakan provokasi atas ajaran Islam yang melarang mengkonsumsi babi.

Aksi itu hanya salah satu dari sejumlah aksi kebencian lain mulai dari gambar swastika di tembok hingga poster anti-Islam dan akhirnya berpuncak pada penembakan pada Minggu (29/1) yang menewaskan enam orang dan melukai 8 lainnya.

“Semua itu mengawali serangan tersebut,” ujar Labidi.

“Sudah sejak lama kami merasakan ada perubahan arah angin, meningkat,” kata Mohamed Ali Saidane, anggota majlis masjid yang kehilangan sanak saudaranya dalam penembakan itu.

Suara Labidi pecah ketika menggambarkan bagaimana penembak dilaporkan menangkap umat yang sedang bersembahyang, membuat mereka berlutut sebelum ditembak.

“Para saksi mengatakan aksi itu dilakukan di depan anak-anak yang berteriak ketakutan melihat orang tua mereka dibunuh,” ujarnya.

Perdana Menteri Justin Trudeu menyatakan penembakan itu “aksi teror yang dilakukan terhadap Kanada dan warga Kanada.” Trudeau berupaya meyakinkan masyarakat minoritas Muslim bahwa mereka mendapat dukungan dari mayoritas warga Kanada.

Wali Kota Queebec City Rejis Labeaume juga mengirim pesan yang sama.

“Tidak hanya komunitas Muslim yang terkena dampaknya. Kami, warga kota Queebec, pun terkena dampaknya,” ujarnya dengan suara hampir menangis.

“Kami semua bersedih. Kami harus saling membantu.”


Kebangkitan anti-Islam

Kanada yang sejak lama mendukung pluralisme dan merupakan salah satu negara di dunia yang sangat menerima kedatangan imigran, terkejut dengan serangan mematikan pada Minggu itu.

“Semua menjadi korban, semua terkena dampaknya,” ujar Philippe Couillard, perdana menteri negara bagian Queebec.

Tetapi bagi banyak pihak di negara-negara Islam, serangan ke masjid Quebec City ini hanya aksi paling baru dari kejahatan berdasarkan kebencian terhadap pemeluk agama Islam.

“Pembunuhan, pembantaian oleh ISIS di Perancis…menambah rasa kebencian terhadap Islam di seluruh dunia, termasuk Quebec,” kata Saidane kepada kantor berita Perancis AFP.

Labidi mengakui bahwa peningkatan serangan kaum jihadis di negara-negara barat memang telah meningkatkan perasaan anti-Muslim di Kanada.

Tetapi dia menambahkan, “Secara umum, warga Quebec sangat terbuka dan memiliki rasa toleransi tinggi.”

Dia meminta media untuk tidak mendorong sentimen anti-Muslim, dia merujuk pada stasion radio di Quebec yang dituduh menyebarkan retorika kebencian terhadap kelompok-kelompok minoritas.

“Mereka menciptakan iklim yang sangat negatif” sehingga rasa benci pun berkembang, tambah Saidane. “Sejumlah pembawa acara radio itu menjadi promotor kebencian.”

Perdana Menteri negara bagian Quebec Couillard mengakui bahwa kebebasan bereksperesi telah menciptakan ruang bagi retorika “keterlaluan” yang diarahkan pada kelompok minoritas Kanada.
Pihak berwenang menangkap seorang mahasiswa pendukung gerakan ekstrim kanan sebagai tersangka pelaku penembakan di masjid Quebec. 
Pihak berwenang menangkap seorang mahasiswa pendukung gerakan ekstrim kanan sebagai tersangka pelaku penembakan di masjid Quebec. (Reuters/Mathieu Belanger)

“Jika seseorang ingin memanfaatkan situasi yang terjadi untuk menanamkan perpecahan yang lebih besar di masyarakat, kami hanya bisa mengatakan mereka adalah pecundang,” ujarnya.

Tetapi bai Saidane, pihak berwenang Kanada bertindak terlalu lambat terhadap aksi-aksi penuh kebencian itu.

Dia berimigrasi ke Kanada 30 tahun lalu, dan sekarang merasa bahwa “Komunitas Muslim menjadi korban populisme.”



Credit  CNN Indonesia



AS Minta DK PBB Bicarakan Uji Coba Rudal Iran

 
AS Minta DK PBB Bicarakan Uji Coba Rudal Iran  
 
Iran dituduh melakukan uji coba rudal jarak menengah yang menurut Israel bisa membawa hulu ledak nuklir. (Ilustrasi/Mohammad Sadegh Heydari via Wikimedia (CC-BY-4.0)
 
Jakarta, CB -- Dewan Keamanan PBB akan mengadakan pertemuan mendadak terkait uji coba rudal jearak menengah yang dilakukan oleh Iran.

Para diplomat dikutip mengatakan bahwa Amerika Serikat meminta pertemuan darurat setelah duta besar Israel untuk PBB meminta Dewan Keamanan mengambil tindakan.

“Berkaitan dengan peluncuran rudal balistik jarak menengah oleh Iran pada 29 Januari, Amerika Serikat meminta Dewan Keamanan mengadakan konsultasi,” ujar pernyataan tertulis misi AS di PBB.

Perundingan mengenai iran pada Selasa (31/1) waktu setempat ini akan diikuti dengan pertemuan mengenai Suriah.

Duta Besar Israel untuk PBB Danny Danon mengatakan, uji coba rudal itu melanggar resolusi PBB yang melarang Iran meluncurkan rudal balistik yang bisa memiliki kemampuan nuklir.

“Masyarakat internasional tidak boleh berpura-pura tidak tahu mengenai agresi Iran ini,” kata Danon.

“Anggota Dewan Keamanan harus segera mengambil tindakan sebagai jawaban atas aksi Iran yang tidak saja bisa membahayakan Israel, tetapi juga seluruh kawasan Timur Tengah.”

Ini adalah permintaan konsultasi dengan Dewan Keamanan pertama yang diajukan oleh Amerika Serikat sejak Nikki Haley menjadi duta besar negara itu di PBB.

Presiden Donald Trump berjanji untuk memperkuat kerja sama dengan Israel dan mengkritik tajam kesepakatan nuklir Iran yang membuat sanksi internasional atas negara itu dicabut.

Trump dijadwalkan bertemu dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada 15 Februari mendatang.

Resolusi PBB yang disepakati hanya beberapa hari setelah kesepakatan nuklir 2015 melaran Iran mengembangkan rudal “yang dirancang untuk bisa membawa hulu ledak nuklir.”

Iran mengatakan rudal-rudal miliknya tidak akan membawa hulu ledak nuklir karena negara itu tidak berencana mengembangkan senjata atom, tetapi para pejabat militer bersikeras untuk mengembangkan program rudal di negara tersebut.

Tahun lalu, Inggris, Perancis dan Amerika Serikat berupaya mendorong Dewan Keamanan PBB mengambil tindakan setelah Iran meluncurkan rudal, teapi China dan Rusia menentang perundingan mengenai sanksi tersebut yang dianggap akan membahayakan kesepakatan nuklir yang dicapai dengan susah payah.

Inggris, China, Perancis, jerman, Rusia dan Amerika Serikat sebelumnya mencapai kesepakatan untuk melarang program nuklir Iran dengan imbalan pencabutan sanksi ekonomi.




Credit  CNN Indonesia




Senin, 30 Januari 2017

Jepang Luncurkan Prototipe Kendaraan Lapis Baja Pengangkut Pasukan


 Jepang Luncurkan Prototipe Kendaraan Lapis Baja Pengangkut Pasukan
Jepang meluncurkan purwarupa kendaraan lapis baja pengangkut pasukan atau Amored Personnel Carrier (APC) 8x8, pada Januari 2017. APC masa depan beroda delapan ini akan menggantikan type 96 yang sudah digunakan Pasukan Bela Diri Darat Jepang atau Japan Ground Self-Defense Force (JGSDF), sejak 1996. Japanese Ministry of Defense/mod.go.jp


 Jepang Luncurkan Prototipe Kendaraan Lapis Baja Pengangkut Pasukan
Purwarupa atau prototipe APC baru Jepang dibangun oleh Kotmasu, pada 2017, dan diluncurkan pada Januari 2017. Kendaraan lapis baja pengankut pasukan ini akan menjalani uji coba hingga 2019. Produksi massal dimulai setelah uji coba selesai. Japanese Ministry of Defense/mod.go.jp

 Jepang Luncurkan Prototipe Kendaraan Lapis Baja Pengangkut Pasukan
Rilis yang dikeluarkan Japan̢۪s Acquisition, Technology & Logistics Agency (ATLA) menyebutkan bahwa APC baru ini memilik panjang 8,4 meter, lebar 2,5 meter, dan tinggi 2,9 meter. Kendaraan seberat 20 ton ini dapat mengangkut 11 orang, termasuk tiga kru. Japanese Ministry of Defense/mod.go.jp
 Jepang Luncurkan Prototipe Kendaraan Lapis Baja Pengangkut Pasukan
Juru bicara ATLA mengatakan bahwa APC baru ini mengunakan mesin diesel Komatsu 10,8 liter bertenaga 500 tenaga kuda. Kendaraan pengangkut pasukan ini mampu melaju hingga kecepatan maksimum 100 km/jam di jalan raya. situs military-today.com menulis bahwa APC ini mampu beroperasi sejauh 800-1000 km. Japanese Ministry of Defense/mod.go.jp


 Jepang Luncurkan Prototipe Kendaraan Lapis Baja Pengangkut Pasukan
Kendaraan lapis baja ini dibangun dengan sistem modular. Modul belakang bisa disesuaikan dengan misi yang akan dilaksanakan. Casis dasar dapat dikonfigurasi sebagai kendaraan pembawa pasukan, kendaraan komando, ambulans, dan kendaraan pembawa bantuan. Japanese Ministry of Defense/mod.go.jp




















Credit  tempo.co







Pesawat Tempur Canggih MiG-35



 Pesawat Tempur Canggih MiG-35 Resmi Diluncurkan,
Produsen pesawat terkenal dari Rusia, Mikoyan meluncurkan pesawat tempur terbaru MiG-35, di Moskow, 27 Januari 2017. Pesawat tempur multiperan generasi 4++ MiG-35 ini (NATO menyebutnya Fulcrum-F) merupakan pengembangan dari MiG-29M/M2 dan MiG-29K/KUB. Marina Lystseva/TASS


 Pesawat Tempur Canggih MiG-35 Resmi Diluncurkan,
MiG-35 melakukan terbang demonstrasi, pada 27 Januari 2017. Komandan Pasukan Aerospace Rusia, Viktor Bondarev mengatakan bahwa MiG-35 memiliki karakteristik yang luar biasa, mampu menggempur target di darat dan udara, dan selanjutnya dapat digunakan dalam konflik seperti di Suriah. Marina Lystseva/TASS

 Pesawat Tempur Canggih MiG-35 Resmi Diluncurkan,
Viktor Bondarev, mengutip sputnik, mengatakan bahwa pesawat tempur MiG-35 akan dilengkapi persenjataan laser. Pengamat militer Makar Aksenenko menyebut MiG-35 penting bagi Rusia, karena merupakan pesawat tempur yang hemat biaya dan canggih. Marina Lystseva/TASS

 Pesawat Tempur Canggih MiG-35 Resmi Diluncurkan,
Bondarev juga mengatakan bahwa MiG-35 memiliki jangkauan terbang 3.500 km, tanpa mendarat. Kemampuan ini sesuai dengan kebutuhan Rusia. Komandan Aerospace Rusia ini mengatakan bahwa negaranya akan secepatnya memesan pesawat tempur ini setelah uji coba selesai dan saat diproduksi, Rusia akan menerima MiG-35. Marina Lystseva/TASS
 Pesawat Tempur Canggih MiG-35 Resmi Diluncurkan,
MiG-35 menjadi pesawat tempur Rusia pertama yang menggunakan radar AESA. Radar MiG-35 dapat mendeteksi target di udara hingga radius 160 km dan target permukaan hingga radius 300 km. Pesawat tempur multiperan ini dapat melacak 30 target dan menembak enam target sekaligus. Marina Lystseva/TASS


 Pesawat Tempur Canggih MiG-35 Resmi Diluncurkan,
Pesawat tempur MiG-35 mampu membawarudal udara ke udara R-73 (jarak dekat) dan R-77 (jarak menengah dan jauh). Rudal anti kapal permukaan Kh-31A, rudal anti radar Kh-31P, Rudal Kh-29TE, Kh-29L, dan bom presisi tinggi KAB-500Kr, KAB-500L. MiG-35 dilenkapi dengan sistem proteksi anti jamming ELT/568(V)2. Marina Lystseva/TASS








Credit  .tempo.co










Pejabat Militer China Sebut Perang dengan AS Bisa Jadi Kenyataan


 
Pejabat Militer China Sebut Perang dengan AS Bisa Jadi Kenyataan
Pejabat militer China menyebut perang dengan AS bisa menjadi kenyataan. Foto/Ilustrasi/Istimewa
 
BEIJING - Seorang pejabat militer China mengatakan perang dengan Amerika Serikat (AS) di bawah pemerintahan Donald Trump bisa menjadi kenyataan praktis. Pernyataan itu dipublikasikan di situs Tentara Pembebasan Rakyat.

"Sebuah perang dalam istilah presiden atau perang pecah malam ini tidak hanya slogan, mereka menjadi kenyataan praktis," kata pejabat dari Departemen Pertahanan Divisi Mobilisasi itu seperti disitat The Independent dari South China Morning Post, Sabtu (28/1/2017).

Pejabat tersebut juga menyerukan penyebaran militer di wilayah yang memicu ketegangan macam Laut China Selatan dan Timur. Ia juga menyerukan penyebaran sistem pertahanan rudal untuk menjaga semenanjung Korea, dan sejumlah titik lainnya.

Presiden AS Donald Trump dan anggota pemerintahannya secara konsisten menyuarakan garis keras terhadap China. Trump telah mencap China sebagai negara manipulator mata uang dan menuding Beijing berlaku curang dalam perdagangan dan taktik ekonomi.

Namun yang lebih signifikan dalam hal keamanan. Trump mengabaikan prinsip satu China, kebijakan yang telah lama dipraktekan oleh AS, dengan melakukan kontak ke Presiden Taiwan Tsai Ing-wen. Langkah yang memicu reaksi negatif dari Beijing.

China menganggap Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya dan AS telah menghormati kebijakan ini selama beberapa dekade. Namun, Trump mengisyaratkan akan meninggalkan kebijakan ini.


Credit  sindonews.com





Jerman Tinjau Konsekuensi Kebijakan Imigrasi Baru AS

 
Jerman Tinjau Konsekuensi Kebijakan Imigrasi Baru AS
Kanselir Jerman Angela Merkel dilaporkan telah memerintahkan jajarannya untuk meninjau konsekuensi yang ditimbulkan oleh kebijakan imigrasi baru Amerika Serikat (AS). Foto/Reuters
 
BERLIN - Kanselir Jerman Angela Merkel dilaporkan telah memerintahkan jajarannya untuk meninjau konsekuensi yang ditimbulkan oleh kebijakan imigrasi baru Amerika Serikat (AS). Seperti diketahui, AS melarang warga dari tujuh negara memasuki AS dan menghentikan sementara menerima pengungsi dari Suriah.

"Saat ini pemerintah Jerman akan meninjau konsekuensi dari larangan bagi warga Jerman dengan kewarganegaraan ganda dan akan mewakili kepentingan mereka, jika diperlukan, melakukan pembicaraan dengan mitra AS kami," ucap juru bicara Merkel, Steffen Seibert.

Seibert, seperti dilansir Reuters pada Minggu (29/1), juga mengatakan, Merkel benar-benar menyayangkan keputusan yang diambil oleh Presiden baru AS Donald Trump tersebut.

"Kanselir menyesalkan larangan terhadap pengungsi dan warga dari beberapa negara. Merkel telah menyatakan keprihatinannya kepada Donald Trump saat keduanya melakukan pembicaraan melalui telepon kemarin," kata Seibert.

"Dia (Merkel) juga mengingatkan Konvensi Jenewa membutuhkan perhatian dari masyarakat internasional untuk turut mengurusi para pengungsi korban perang atas dasar kemanusiaan," tukasnya.



Credit  sindonews.com




Lebih 100 Ribu Orang Teken Petisi Tolak Kunjungan Trump ke Inggris

 
Lebih 100 Ribu Orang Teken Petisi Tolak Kunjungan Trump ke Inggris
Lebih dari 100 ribu warga Inggris menandatangani petisi menolak kunjungan Presiden AS Donald Trump ke negaranya. Foto/Daily Mail
 
LONDON - Lebih dari 100 ribu orang telah menandatangani petisi yang menuntut kunjungan kenegaraan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump ke Inggris dibatalkan. Petisi ini muncul setelah Trump mengeluarkan kebijakan melarang Muslim untuk masuk ke negaranya.

Jumlah tersebut telah memenuhi target untuk meminta anggota Parlemen Inggris mempertimbangkan kunjungan tersebut. Anggota parlemen akan mendiskusikannya dan akan diumumkan pada Jumat mendatang seperti dikutip dari Daily Mail, Minggu (29/1/2017).

Petisi tersebut mengatakan Presiden AS seharusnya tidak diundang untuk melakukan Kunjungan Kenegaraan resmi karena akan menimbulkan rasa malu untuk Yang Mulia Ratu.

Hanya dalam hitungan jam, petisi yang membutuhkan 100 ribu dukungan itu berhasil menarik perhatian warga Inggris untuk membuat parlemen mendiskusikannya. Keberhasilan ini mengalahkan rekor satu juta tanda tangan untuk mendukung Jeremy Clarkson kembali sebagai presenter Top Gear.

Peraturan di Inggris menyatakan setiap permohonan yang menerima lebih dari 100 ribu tanda tangan dalam waktu enam bulan harus dipertimbangkan untuk didiskusikan oleh anggota parlemen di Parlemen. Sedangakn petisi yang menarik lebih dari 10.000 dalam jangka waktu yang sama memerlukan respon dari Pemerintah.



Credit  sindonews.com









Trump Beri Pentagon 30 Hari untuk Buat Strategi Hancurkan ISIS


 
Trump Beri Pentagon 30 Hari untuk Buat Strategi Hancurkan ISIS
Presiden AS Donald Trump memberi waktu 30 hari kepada Pentagon menyusun strategi untuk menghancurkan ISIS. Foto/Istimewa
 
WASHINGTON - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah menandatangani sebuah perintah ekskutif yang memerintahkan militer untuk mengembangkan rencana awal mengalahkan ISIS di Iran dan Suriah. Sebelumnya, Trump telah membahas masalah tersebut dalam percakapan telepon dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.

"Ini adalah kebijakan AS bahwa ISIS harus dikalahkan. Dalam waktu 30 hari, rancangan awal rencana untuk mengalahkan ISIS harus disampaikan kepada Presiden oleh Menteri Pertahanan," bunyi perintah eksekutif yang dipublikasikan di situs Gedung Putih seperti disitat dari Russia Today, Minggu (29/1/2017).

"Rencana komprehensif itu harus mencakup pedoman penggunaan diplomasi publik, operasi informasi, dan strategi maya untuk mengisolasi dan mendelegitimasi ISIS dan ideologi Islam radikal," sambungnya.

Strategi itu juga harus berusaha untuk mengidentifikasi mitra koalisi baru dalam memerangi ISIS dan kebijakan untuk memberdayakan mitra koalisi untuk melawan ISIS dan afiliasinya.

Sebelumnya, Trump dan Putin melakukan percakapan telepon pertama mereka. Dalam pembicaraan itu, keduanya menyatakan niat mereka untuk saling bekerja sama dalam memerangi ISIS.

"Kedua presiden telah berbicara dalam mendukung membangun koordinasi yang nyata antara AS dan tindakan Rusia untuk mengalahkan ISIS dan organisasi teroris lainnya di Suriah," bunyi pernyataan Kremlin.



Credit  sindonews.com




Operasi Anti Teror Perdana Trump, 1 Tentara AS Tewas


 
Operasi Anti Teror Perdana Trump, 1 Tentara AS Tewas
Satu tentara AS dan tiga lainnya terluka dalam operasi kontra terorisme di Yaman. Foto/Ilustrasi/Istimewa
 
WASHINGTON - Seorang pejabat senior Amerika Serikat (AS) mengatakan satu tentara tewas dan tiga lainnya terluka dalam baku tembak sengit dengan kelompok Al-Qaeda di Yaman. Serangan itu adalah operasi kontra terorisme pertama yang disetujui oleh Presiden Trump sejak ia menjabat sembilan hari lalu.

Pasukan AS terjun dari pesawat terbang jenis Osprey untuk melakukan serangan fajar di darat di Provinsi Bayda dan berlangsung kurang lebih satu jam. Targetnya adalah bangunan atau sejumlah bangunan berisi informasi yang menurut pejabat kontra terorisme dianggap cukup berharga untuk menjamin lebih baik melakukan operasi darat ketimbang udara, kata pejabat AS.

"Kami sangat sedih dengan hilangnya salah satu anggota divisi elit kami. Pengorbanan yang sangat besar dalam perjuangan kami melawan teroris yang mengancam masyarakat tidak berdosa di seluruh dunia," kata Kepala Komando Pusat Pentagon, Jenderal Joseph Votel, dinukil dari New York Times, Minggu (29/1/2017).

Pernyataan itu juga mengatakan sebuah pesawat militer turut membantu dalam operasi darat di dekatnya, meninggalkan seorang tentara yang keempat yang cedera. Pesawat, yang diidentifikasi sebagai V-22 Osprey dikirim untuk mengevakuasi pasukan yang terluka dalam serangan itu, tidak dapat terbang setelah pendaratan dan dihancurkan serangan udara AS.

"Diperkirakan 14 anggota Al-Qaeda tewas dalam serangan, yang menuntun pada mendapatkan informasi yang mungkin akan memberikan wawasan dalam perencanaan rencana teror di masa depan," kata pernyataan itu.

Seorang pejabat senior AS membantah laporan dari daerah bahwa sejumlah perempuan dan anak-anak sipil termasuk di antara korban tewas.

Lebih dari seminggu yang lalu, diduga serangan drone AS menewaskan tiga militan yang diyakini anggota Al-Qaeda di Provinsi Bayda dalam serangan pertama kali yang dilaporkan dilakukan oleh negara itu sejak Donald Trump menjadi presiden.

Credit  sindonews.com


Pertama Kali Tentara AS Tewas Lawan al-Qaeda, Trump Sebut Heroik

Pertama Kali Tentara AS Tewas Lawan al-Qaeda, Trump Sebut Heroik
Presiden Donald Trump saat pidato di pelantikan Kepala Pentagon yang baru, James Mattis. Di era Presiden Trump, satu tentara AS tewas saat operasi militer di Yaman. Foto / REUTERS / Carlos Barria
-
WASHINGTON - Seorang tentara Amerika Serikat (AS) tewas dan tiga lainnya terluka ketika melakukan serangan melawan kelompok militan al-Qaeda di Yaman selatan pada hari Minggu. Ini merupakan operasi pertama sekaligus korban pertama militer AS sejak resmi diperintah Presiden Donald Trump.

Meski satu tentaranya tewas, Presiden Trump menyebut operasi militer itu sukses. ”Amerika sedang sedih pagi ini dengan berita bahwa kehidupan anggota layanan militer yang heroik telah diambil dalam perjuangan kami melawan kejahatan terorisme Islamis radikal,” kata Trump dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip Reuters, Senin (30/1/2017).


Pentagon mengatakan militer AS menewaskan 14 gerilyawan dalam serangan terhadap kelompok al- Qaeda di Yaman yang selama ini juga jadi target serangan drone AS. Versi petugas medis di tempat kejadian, sekitar 30 orang, termasuk 10 perempuan dan anak-anak, tewas.

Menurut Pentagon, dua dari tiga tentara AS terluka ketika sebuah pesawat militer Amerika dikirim untuk mengevakuasi pasukan komando yang sedang terluka. Tapi, pesawat itu ditembaki. ”Sengaja dihancurkan di tempat,” kata Pentagon dalam sebuah pernyataan.

Sementara itu, pihak al-Qaeda Yaman mengatakan, baku tembak terjadi Yakla, Provinsi al-Bayda. Pertempuran tersebut menewaskan seorang pemimpin senior al-Qaeda Yaman, Abdulraoof al-Dhahab, bersama dengan para militan lainnya.

Gadis delapan tahun, Anwar al-Awlaki—putri pengkhotbah Yaman kelahiran AS Anwar al-Awlaki—adalah salah satu dari anak-anak yang tewas dalam serangan AS. Ayah gadis itu tewas dalam serangan drone AS tahun 2011. Kakek korban, Nasser al-Awlaki mengecam serangan AS yang merenggut cucunya.

”Dia dihantam dengan peluru di lehernya dan menderita selama dua jam,” kata Nasser kepada Reuters. "Mengapa membunuh anak-anak, apakah ini adalah administrasi baru (AS)? Itu sangat menyedihkan, kejahatan besar,” kesal Nasser.


Credit  sindonews.com